Laporan Hasil Diskusi Kelompok PEMICU 1 BLOK 12 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN HASIL DISKUSI KELOMPOK PEMICU 2: GUSI OH GUSI BLOK 12 ( MUKOSA DAN PERIODONTAL )



DISUSUN OLEH : KELOMPOK 10 DOSEN PENGAMPU : Aini Hariyani Nasution, drg., Sp.Perio (K) Martina Amalia, drg., Sp.Perio (K). Nurdiana, drg., Sp.PM FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2020/2021



KELOMPOK 10 KETUA



:



FEBY GHEA AGINTA



(190600187)



SEKRETARIS



:



DEVITA ALAMANDA



(190600079)



1. ENDA MAMO SIPEDAME TINDAON



(190600071)



2. LILI MARDIANI SIREGAR



(190600072)



3. KARTINI LUCIA MARBUN



(190600073)



4. NADA THAHIRAH



(190600074)



5. ASTIN MUTIARA DAELI



(190600075)



6. WAHYU AGUSTINA BR SITEPU



(190600076)



7. KLARISSA ANJANI JULIUS



(190600077)



8. BRIAN CHRISTOPER SEMBIRING



(190600078)



9. RACHEL ADINDA YULE BR GINTING



(190600080)



10. SEILA EL SAADAH LUBIS



(190600186)



11. ANNISA RAHMA YAKUBI



(190600188)



12. HERLINA SIDABUTAR



(190600189)



13. CLARABELLA CINTALIA JONATHAN



(190600190)



14. RIVANIA CAROLIN



(190600191)



15. WILLIAM SAHALA MARKUS SITOMPUL



(190600192)



16. LISHALINI A/P GANABATHY



(190600228)



17. NURIN SYAFIQAH BINTI AZMI



(190600229)



KATA PENGANTAR



1



Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya,kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini merupakan laporan dari hasil diskusi Pemicu 2 Blok 12 yang berjudul “Gusi oh Gusi”. Terimakasih kami ucapkan kepada Aini Hariyani Nasution, drg., Sp.Perio (K), Martina Amalia, drg., Sp.Perio (K)., Nurdiana, drg., Sp.PM sebagai fasilitator yang telah memberikan kami acuan. Tak lupa kami ucapkan ribuan maaf kepada para pembaca bilamana menemukan kesalahan dalam makalah kami ini, mengingat keterbatasan yang kami miliki. Kami sebagai penyusun makalah juga mengharapkan masukan dan saran yang kosntruktif demi terciptanya kesempurnaan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi aktivitas akademika pada umumnya dan mahasiswa pada khususnya. Atas perhatiannya, kami ucapkan terima kasih.



Medan, 23 Februari 2021



Kelompok 10



BAB I PENDAHULUAN 2



1.1 LATAR BELAKANG



3



1.2 DESKRIPSI TOPIK Nama Pemicu



:



Gusi oh Gusi



Penyusun



:



Aini Hariyani Nasution, drg., Sp.Perio (K), Martina Amalia, drg., Sp.Perio (K)., Nurdiana, drg., Sp.PM



Hari/Tanggal



:



Selasa, 23 Februari 2021



Jam



:



14.00 – 16.00 WIB



Seorang perempuan berusia 45 tahun datang ke RSGM USU dengan keluhan gusi berdarah pada saat menyikat gigi sejak 2 bulan yang lalu. Dari anamnesis diketahui bahwa satu bulan yang lalu, pasien telah dilakukan penambalan pada gigi regio depan rahang atas dan sejak setahun yang lalu telah memakai gigi palsu lepasan, namun tidak pernah dilepas dan dibersihkan. Pasien melakukan sikat gigi 2 kali sehari, setiap habis mandi. Pemeriksaan intra oral terlihat ada tambalan pada gigi 13, 12 dan 11 di daerah servikal. Gigi 33,32,31,41,42 dan 43 berjejal, kemerahan yang diffuse pada daerah palatum yang ditutupi plat protesa lepasan. Pemeriksaan secara probing pada gigi 13,12,11, 33,32,31,41,42 dan 43 ad a perdarahan gingiva (BOP +) namun belum ada kehilangan perlekatan. Indeks debris 2,4; Indeks kalkulus 1,9. Pasien memakai protesa lepasan pada gigi 17,16, 26 dan 27.



4



BAB II PEMBAHASAN 2.1. PEMERIKSAAN APA SAJA YANG DILAKUKAN UNTUK MENEGAKKAN DIAGNOSIS KASUS TERSEBUT? 2.1.1. PEMERIKSAAN SUBJEKTIF (ANAMNESIS) Prosedur anamnesis menggunakan Fundamental Four dan Sacred Seven. Fundamental Four terdiri atas: (1) Riwayat penyakit Sekarang; (2) Riwayat Penyakit Dahulu; (3) Riwayat Kesehatan Keluarga; (4) Riwayat Sosial dan Ekonomi. Sacred Seven menggunakan analisa lokasi, onset, kualitas, kuantitas (apakah penyakit menggangu kegiatan), kronologis, faktor modifikasi (kegiatan/keadaan apa yang dapat memperingan atau memperberat) dan keluhan penyerta. 2.1.2. PEMERIKSAAN OBJEKTIF / KLINIS Pemeriksaan klinis terdiri dari pemeriksaan intraoral dan ekstraoral. -



Pemeriksaan ekstra oral, melihat perubahan yang terjadi di sekitar wajah dan leher pasien, mata, bibir, sirkum oral, tmj, serta kelenjar limfa.



-



Pemeriksaan intra oral  Pemeriksaan gigi geligi, yaitu pemeriksaan gigi untuk melihat kelainan yang



ada pada gigi pasien meliputi pemeriksaan keausan gigi, hipersentivitas gigi, hubungan kontak proksimal, mobility gigi, dan gigi tiruan serta piranti ortodonti.  Pemeriksaan periodonsium, yaitu pemeriksaa terhadap semua tandatanda periodontal yang meliputi keadaan plak dan kalkulus, inflamasi pada gingiva, keberadaan saku periodontal, distribusi, kedalaman poket, level perlekatan dan tipe poket, pendaharan pada probing, keberadaan lesi dan abses gingiva atau periodontal.



Jika ditemukan adanya lesi, dicatat pula jenis lesi, jumlah, warna, lokasi, bentuk, batas 5



tepi, ukuran, konsistensi, tekstur permukaan, indurasi, serta untuk lesi pembesaran jaringan dapat dilihat pula bertangkai, fluktuatif, maupun moveable. Sedangkan untuk menegakkan diagnosa gingivitis dokter harus memperhatikan tanda-tanda klinis seperti kemerahan dan pembesaran (edema) jaringan gingiva, berdarah bila disentuh, perubahan bentuk dan konsistensi, ada kalkulus dan atau plak mikrobial, tanpa bukti radiografis adanya kerusakan puncak tulang alveolar, yang disertai keluhan rasa gatal pada gusi di sela sela gigi. 2.1.3. PEMERIKSAAN PENUNJANG



Ada kalanya perlu dilakukan untuk memperkuat diagnosis yang dihasilkan dari pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan dapat berupa pemeriksaan radiografi.



Mauli, D. Tanggung Jawab Hukum Dokter terhadap Kesalahan Diagnosis Kepada Pasien. Cepolo2018;2(1):33-42. Notohartojo, I. T. Gambaran kebersihan mulut dan gingivitis pada murid Sekolah Dasar di Puskesmas Sepatan, Kabupaten Tangerang. Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan 2010; 20(4). Setyawan, Febri Endra Budi. Komunikasi Medis: Hubungan Dokter-Pasien. MAGNA MEDICA: Berkala Ilmiah Kedokteran dan Kesehatan 2017; 1(4): 51-57.



2.2. APAKAH DIAGNOSIS KASUS TERSEBUT? JELASKAN ALASANNYA ? Jika dilihat dari kasus tersebut, gigi 33,32,31,41,42 dan 43 berjejal, kemerahan yang diffuse pada daerah palatum yang ditutupi plat protesa lepasan. Pemeriksaan secara probing pada gigi 13,12,11, 33,32,31,41,42 dan 43 ada perdarahan gingiva (BOP +) namun belum ada kehilangan perlekatan. Indeks debris 2,4; Indeks kalkulus 1,9. Pasien memakai protesa lepasan pada gigi 17,16, 26 dan 27. Sehingga, diagnosis pada kasus tersebut adalah denture stomatitis dan gingivitis. Denture stomatitis Denture stomatitis atau chronic atrophic candidiasis atau denture sore mouth merupakan keadaan patologis yang umum terjadi berkaitan dengan penggunaan gigi tiruan. Denture stomatitis adalah proses inflamasi kronis pada mukosa oral secara khusus pada bagian palatum dan mukosa gingiva yang secara 6



langsung berkontak dengan basis gigi tiruan. Denture stomatitis merupakan suatu peradangan mukosa mulut yang umum terjadi pada pengguna gigitiruan lepasan. Denture stomatitis memiliki gambaran klinis berupa eritema difus ataupun bintik-bintik berwarna lebih merah dari jaringan sekitarnya pada permukaan mukosa yang berkontak dengan gigi tiruan. Gingivitis Gingivitis merupakan suatu inflamasi yang melibatkan jaringan lunak di sekitar gigi yaitu jaringan gingiva. Gambaran klinis gingivitis adalah munculnya warna kemerahan pada margin gingiva, pembesaran pembuluh darah di jaringan ikat subepitel, hilangnya keratinisasi pada permukaan gingiva dan pendarahan yang terjadi pada saat dilakukan probing tetapi belum ada perlekatan yang hilang. Herawati E, Novani D. Denture Stomatitis Terkait Trauma, Gambaran Klinis dan Tatalaksananya. Jurnal Kedokteran Gigi UNPAD 2017; 29 (4): 179-183. Diah.Widodorini T. Nugraheni NE. Perbedaan Angka Kejadian Gingivitis Antara Usia PraPubertas dan Pubertas di Kota Malang. E-Prodenta Jurnal 2018; 2(1):108-115.



2.3. JELASKAN APA SAJA PERUBAHAN YANG DAPAT TERJADI PADA GINGIVA UNTUK PENYAKIT TERSEBUT, BANDINGKAN DENGAN KEADAAN GINGIVA NORMAL, DAN BAGAIMANA PERUBAHAN TERSEBUT DAPAT TERJADI. (A) Perubahan warna gingiva : Warna gingiva normal adalah merah muda karang yang dihasilkan terutama oleh suplai vaskular dan dimodifikasi oleh lapisan keratin di atasnya. Gingiva menjadi merah bila terjadi peningkatan vaskularisasi dan penurunan keratinisasi. Perubahan warna bervariasi dengan intensitas peradangan. Pada awalnya, terdapat eritema yang semakin merah. (B) Perubahan konsistensi gingiva : Peradangan kronis dan akut menghasilkan perubahan pada gingiva yang kokoh dan konsistensi yang lentur. Pada pasien dengan gingivitis kronis, perubahan destruktif (yaitu, edematous) dan reparatif (yaitu, fibrotik) hidup berdampingan, dan konsistensi gingiva ditentukan oleh dominasi relatifnya. Pada gingivitis akut terjadi perubahan destruktif, edema dan pelunakan pada gingiva karena adanya stagnasi pembuluh darah dan pengurangan jumlah serat-serat kolagen gingiva. Pada gingivitis kronis, 7



konsistensi gingiva bergantung pada dominasi relatif dari perubahan destruktif atau reparatif. Jika perubahan destruktif mendominasi maka konsistensi adalah edema dan jika perubahan reparatif maka terjadi perubahan fibrotik. (C) Perubahan tekstur permukaan gingiva: Permukaan gingiva normal biasanya menunjukkan banyak cekungan kecil dan peninggian yang membuat jaringan tampak seperti kulit jeruk yang disebut sebagai bintik/stippling. Stippling terdapat pada daerah subpapila dan terbatas pada attached gingiva secara dominan, tetapi meluas sampai ke papila interdental. Pada pasien dengan inflamasi kronik, permukaan gingiva halus dan mengkilat atau tegas dan nodular, tergantung pada apakah perubahan dominan bersifat eksudatif atau fibrotik. Tekstur permukaan yang halus juga dihasilkan oleh atrofi epitel pada gingivitis atrofi, dan pengelupasan permukaan terjadi dengan gingivitis deskuamatif kronis. (D) Perubahan kontur gingiva : Pada keadaan normal, kontur dari margin gingiva adalah berbentuk seperti kerah baju dengan garis luar seperti kerang (scalloped) dan mempunyai kontur meruncing kearah koronal dengan tepi tipis seperti pisau dan gingiva interdental berbentuk lancip. Pada gingivitis marginal, gingiva akan berbentuk membesar dan membulat karena adanya stagnasi pembuluh darah dan bertambahnya pembentukan serat-serat kolagen. (E) Perubahan posisi gingiva: Pada keadaan normal, posisi margin gingiva adalah 12mm diatas CEJ atau sedikit dibawah kontur enamel. Perubahan posisi ini tidak dapat dilihat secara klinis tetapi dengan probing. Pada gingivitis terjadi pembesaran gingiva. Ketika gingiva membesar, margin gingiva mungkin tinggi pada email, sebagian atau hampir menutupi mahkota anatomi. selain itu resesi gingiva juga dapat terjadi. Resesi gingiva adalah eksposur permukaan akar dengan pergeseran apikal pada posisi gingiva. (F) Perubahan Klinis dan Histopatologis: Gingivitis terjadi perubahan histopatologis yang menyebabkan perdarahan gingiva akibat vasodilatasi, pelebaran kapiler dan penipisan atau ulserasi epitel. Kondisi tersebut disebabkan karena kapiler melebar yang menjadi lebih dekat ke permukaan, menipis dan epitelium kurang protektif sehingga dapat menyebabkan ruptur pada kapiler dan perdarahan gingiva. Bathla S, Bathla M. Periodontics Revisited. 1st Ed. New Delhi: Jaypee Brothers Medical



8



Publisher, 2011: 217. Newman MG, Takei HH, Klokkevold PR, Carranza FA. Newman and Carranza’s Clinical Periodontology. 13th ed. Philadelphia: Elsevier, 2019: 251-5. Mustaqimah DN. Gingiva yang mudah berdarah serta pengelolaannya. JKGUI; 2003; 10(1): 50-6



2.4. APAKAH ETIOLOGI PENYAKIT TERSEBUT DAN JELASKAN MASINGMASING PERANAN DARI TIAP-TIAP ETIOLOGI TERSEBUT? Etiologi gingivitis : a. Etiologi Utama yaitu plak dental, yang merupakan deposit lunak yang membentuk biofilm yang menumpuk ke permukaan gigi atau permukaan keras lainnya didalam rongga mulut, dimana plak dental ini akan melakukan invasi ke dalam jaringan sehingga menyebabkan terjadinya inflamasi. b. Etiologi Sekunder: - Adanya kalkulkus sehingga sisa makanan mudah menempel. Apabila makanan menempel pada gigi maka akan menimbulkan infeksi oleh bakteri. Sehingga terjadi inflamasi yang menyebabkan gingivitis pada pasien tersebut. - Gigi yang berjejal/crowded akan mengakibatkan plak mudah terbentuk pada daerah sulkus gingiva yang dapat menyebabkan inflamasi kemudian menjadi gingivitis - Pembersihan oral higiene yang salah, dimana pasien menyikat gigi setelah mandi. Seharusnya, waktu menyikat gigi yang ideal adalah setelah sarapan dan sebelum tidur malam hari. - Adanya tambalan pada gigi pasien. Apabila tambalan pada gigi pasien tidak sempurna, akan menyebabkan sisa makanan mudah melekat ke permukaan gigi.



Sedangkan etiologi denture stomatitis merupakan suatu reaksi peradangan pada jaringan 9



lunak pendukung gigi tiruan, Faktor etiologi utama dari denture stomatitis adalah trauma, kebersihan mulut yang buruk, dan infeksi jamur (Candida albicans). Gigi tiruan dengan tingkat kebersihan yang buruk menunjukkan tingkat akumulasi plak yang banyak. Candida albicans merupakan salah satu mikroorganisme yang banyak ditemukan pada plak gigi tiruan dan diketahui sebagai mikroorganisme patogen utama penyebab denture stomatitis.



Laillyza. M. A, Soebadi. B. Penatalaksanaan chronic atrophi candidiasis pada pasien gigi tiruan lepasan. J Dentofasial, 2009;8(2):95-103.



2.5. JELASKAN PATOGENESIS PENYAKIT TERSEBUT! Denture Stomatitis Candida albicans merupakan salah satu mikroogranisme yang banyak ditemukan pada plak gigi tiruan dan diketahui sebagai mikroorganisme patogen utama penyebab denture stomatitis. Candida albicans memiliki kemampuan patogen yaitu dapat menghasilkan enzim aspartil proteinase yang bersifat toksik dan dapat menyebabkan reaksi inflamasi pada mukosa pendukung gigi tiruan. Candida albicans memiliki kemampuan patogen yaitu dapat menghasilkan enzim aspartil proteinase yang bersifat toksik dan dapat menyebabkan reaksi inflamasi pada mukosa pendukung gigi tiruan. Enzim ini dihasilkan dan diaktivasi pada lingkungan asam (pH < 4). Penggunaan gigi tiruan secara terusmenerus, yaitu sepanjang hari hingga malam hari ketika tidur seperti yang ditemukan pada 60% subjek penelitian, dapat menyebabkan keadaan di bawah permukaan basis gigi tiruan bersifat asam. Hal ini dapat memberikan keuntungan bagi Candida albicans untuk menghasilkan enzim aspartil proteinase dan menyebabkan reaksi inflamasi.



Gingivitis Patogenesis gingivitis ditandai dengan adanya empat tipe lesi yang berbeda. Keempatnya 10



adalah lesi awal, lesi dini, lesi mapan, dan lesi lanjut. Lesi dini dan mapan dapat tetap stabil untuk waktu yang lama. Selain itu, dapat terjadi pemulihan secara spontan atau disebabkan oleh karena perawatan. 1. Lesi Insisal Plak mulai berakumulasi ketika kebersihan rongga mulut tidak terjaga. Untuk beberapa hari pertama, plak ini terdiri dari bakteri cocci dan batang gram positif, lalu hari berikutnya organisme filamen, dan terakhir Spirochetes atau bakteri gram negatif. Gingivitis ringan mulai terjadi pada tahap ini 2. Lesi Dini Terlihat tanda klinis eritema. Eritema terjadi karena proliferasi kapiler dan meningkatnya pembentukan kapiler. Epitel sulkus menipis atau terbentuk ulserasi. Pada tahap ini mulai terjadi perdarahan pada probing. Ditemukan 70% jaringan kolagen sudah rusak terutama di sekitar sel – sel infiltrat. Neutrofil keluar dari pembuluh darah sebagai respons terhadap stimulus kemotaktik dari komponen plak, menembus lamina dasar ke arah epitelium dan masuk ke sulkus. Dalam tahap ini fibroblast jelas terlihat menunjukkan perubahan sitotoksik sehingga kapasitas produksi kolagen menurun. 3. Lesi Mapan (disebut gingivitis kronis) Disebut sebagai gingivitis kronis karena seluruh pembuluh darah membengkak dan padat, sedangkan pembuluh balik terganggu atau rusak sehingga aliran darah menjadi lambat. Terlihat perubahan warna kebiruan pada gingiva. Sel – sel darah merah keluar ke jaringan ikat, sebagian pecah sehingga hemoglobin menyebabkan warna daerah peradangan menjadi gelap. Lesi ini dapat disebut sebagai peradangan gingiva moderat hingga berat. Aktivitas kolagenolitik sangat meningkat karena kolagenase banyak terdapat di jaringan gingiva yang diproduksi oleh sejumlah bakteri oral maupun neutrophil 4. Lesi Lanjut Perluasan lesi ke dalam tulang alveolar menunjukkan karakteristik tahap keempat yang disebut sebagai lesi advanced atau fase kerusakan periodontal. Secara mikroskopis, terdapat 11



fibrosis pada gingiva dan kerusakan jaringan akibat peradangan dan imunopatologis. Secara umum pada tahap advanced, sel plasma berlanjut pada jaringan konektif, dan neutrofil pada epitel junctional dan gingiva. Dan pada tahap ini gingivitis akan berlanjut pada pada individu yang rentan.



Mozartha M. Level of denture cleanliness influences the presence of denture stomatitis on Maxillary Denture Bearing-Mucosa. Jurnal of Dentistry Indonesia (JDI). 2014; 21(2): 44- 47. Sari L. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Penyakit Gingivitis pada Pasien yang Berkunjung ke Puskesmas Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar Tahun 2019. Skripsi. Aceh : Unmuha Repository http://repository.unmuha.ac.id:8080/xmlui/handle/123456789/383 2.6. JELASKAN PROGNOSIS PENYAKIT TERSEBUT! Prognosis merupakan ramalan perkembangan, perjalanan dan akhir suatu penyakit. Prognosis Denture Stomatitis Denture stomatitis ini mempunyai prognosis yang bagus apabila rutin melakukan perawatan. Apabila tidak dilakukan perawatan pada denture stomatitis maka akan menyebabkan rasa sakit dan inflamasi palatal Pappilary hyperplasia, dan ketidak nyamanan pemakaian gigi tiruan yang berkelanjutan. Prognosis Gingivitis Prognosis dari gingivitis umumnya baik jika gingivitis tersebut diidentifikasi dan diketahui lebih awal dapat dengan mudah diatasi karena kondisinya dapat disembuhkan pada tahap awal. Namun, gingivitis kronis, jika tidak ditangani, dapat berkembang menjadi periodontitis dan pada akhirnya dapat menyebabkan kerusakan tulang, menyebabkan kehilangan gigi.



Trombelli, L., Farina, R., Silva, C. O., & Tatakis, D. N. (2018). Plaque-induced gingivitis: Case 12



definition and diagnostic considerations. Journal of Periodontology, 89. doi:10.1002/jper.17- 0576 Marchesan JT, Girnary MS, Moss K, Monaghan ET, Egnatz GJ, Jiao Y, Zhang S, Beck J, Swanson KV. Role of inflammasomes in the pathogenesis of periodontal disease and therapeutics. Periodontal 2000. 2020 Feb;82(1):93-114. Puryer J. Denture stomatitis – a clinical update. Dental Update 2016; 43 (6): 522- 535.



2.7. JELASKAN RENCANA PERAWATAN PENYAKIT TERSEBUT! Gingivitis 1. Scaling dan Root Planing. Scaling adalah suatu proses membuang plak dan kalkulus dari permukaan gigi, baik supragingiva maupun subgingiva. Sedangkan root planing adalah proses membuang sisa – sisa kalkulus yang terpendam dan jaringan nekrotik pada sementum untuk menghasilkan permukaan akar gigi yang licin dan keras. Tujuan utama skeling dan root planing adalah untuk mengembalikan kesehatan gusi dengan cara membuang semua elemen yang menyebabkan radang gusi baik plak maupun kalkulus dari permukaan gigi. Setelah dilakukan scaling dan root planning pada paseien, pasien diinstruksikan untuk membersihkan gigi tiruan lepasannya dengan rutin. 2. Penyikatan gigi. Penghapusan plak mekanis dengan sikat gigi manual merupakan metode utama menjaga kebersihan mulut yang baik. Frekuensi untuk menyikat gigi yang benar adalah pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur. 3. Flossing. Flossing sebagai alat yang berguna untuk menentukan status peradangan gingiva interproksimal pada anak, khususnya pada kondisi kesehatan gingiva. 4. Berkumur dengan obat. Berbagai obat kumur hanya sedikit yang berisi bahan kimia yang mampu mematikan 13



bakteri plak, sehingga hanya obat kumur tertentu yang mendapatkan pengakuan dari American Dental Assosiation. Keunggulan obat kumur adalah dapat menyerap ke daerah subgingiva walaupun hanya beberapa milimeter saja. Jadi obat kumur tetap paling efektif terhadap plak supragingiva.



Denture Stomatitis • Pemberian Antifungal



Pemberian antifungal dapat menghambat pembentukan biofilm oleh Candida albicans. Pemberian antifungal dapat dilakukan secara topikal maupun sistemik. Agen antifungal yang biasa digunakan adalah golongan triazol yaitu flukonazol. Selain itu obat lain yang efektif dalam pengobatan adalah Nistatin. Pemakaian antijamur topikal cukup efektif untuk mengatasi infeksi Candida albicans pada rongga mulut dengan lesi terlokalisasi pada mukosa di bawah gigitiruan dan tanpa riwayat penyakit sistemik. Pemakaian antijamur sistemik lebih tepat diberikan pada pasien dengan intoleransi dan sukar sembuh dengan terapi topikal atau memiliki penyakit sistemik yang mempersulit kesembuhan. • Instruksi berkaitan dengan Gigitiruan Pada kasus denture stomatitis yang tekait dengan keadaan gigitiruan, pasien diinstruksikan untuk melepaskan gigitiruan saat malam hari sebelum tidur. Gigitiruan seharusnya dilepas sepanjang malam atau minimal enam sampai delapan jam sehari. Pasien juga diinstruksikan untuk rutin membersihkan gigitiruannya. Membersihkan gigitiruan dapat dilakukan secara mekanik maupun kimiawi.



Bagus Ida. pengaruh model asuhan keperawatan gigi pencegahan sekunder terhadap status kesehatan gigi ibu hamil. Jurnal Kesehatan Gigi. 2014 :2(2) Candida Cenci TP, Delbelcury AA, Crielard W, & Tencale JM 2008, 'Development of CandidaAssociated Denture Stomatitis: New Insights’, J Appl Oral Sci, vol. 16, no. 2, hal 86-94 14



2.8. JELASKAN METODE, INTERVAL DAN WAKTU PENYIKATAN GIGI YANG TEPAT UNTUK MENJAGA KESEHATAN GINGIVA. Menghilangkan plak secara mekanik dengan menggunakan sikat gigi merupakan metode utama yang sering dillakukan agar kondisi kesehatan gigi dan mulut tetap baik. Menyikat gigi dengan teknik yang benar dapat mengurangi dan mencegah suatu penyakit serius pada rongga mulut. Frekuensi menyikat gigi adalah 2 kali sehari yaitu pagi hari setelah sarapan dan malam sebelum tidur karena pada waktu tidur air ludah berkurang, sehingga asam yang dihasilkan akan menjadi lebih pekat dan kemampuannya untuk merusak gigi tentunya menjadi lebih besar. Menyikat gigi yang tepat paling tidak membutuhkan waktu minimal 2-3 menit. Terdapat beberapa metode menyikat gigi yaitu: -



Teknik roll, merupakan cara yang paling sering dianjurkan karena sederhana tetapi efisien dan dapat digunakan diseluruh bagian mulut. Bulu-bulu sikat ditempatkan pada gusi sejauh mungkin dari permukaan oklusal dengan ujung-ujung bulu sikat mengarah ke apeks dan sisi bulu sikat digerakkan perlahan-lahan melalui permukaan gigi sehingga bagian belakang dari kepala sikat bergerak dengan lengkungan. Pada waktu bulu-bulu sikat melalui mahkota klinis, kedudukannya hampir tegak lurus permukaan email. Gerakan ini diulang 8-12 kali setiap daerah sistematis sehingga tidak ada yang terlewat. Cara ini menghasilkan pemijatan gusi dan juga diharapkan membersihkan sisa makanan dari daerah interproksimal.



-



Teknik bass, Sikat ditempatkan dengan sudut 45ᶿ terhadap sumbu panjang gigi mengarah ke apikal dengan ujung-ujung bulu sikat pada tepi gusi. Dengan demikian, saku gusi dapat dibersihkan dan tepi gusi dapat dipijat. Sikat digerakkan dengan getarangetaran kecil kedepan dan ke belakang selama kurang lebih 10-15 detik ke setiap daerah yang meliputi dua atau tiga gigi. Untuk menyikat permukaan bukal dan labial, tangkai dipegang dalam dalam kedudukan horizontal dan sejajar dengan lengkung gigi. Untuk permukaan lingual dan palatinal gigi belakang agak menyudut (agak horizontal) dan pada gigi depan sikat dipegang vertikal.



-



Teknik kombinasi, adalah teknik yang paling sering digunakan pada umumnya, karena teknik ini menggabungkan teknik horisontal (maju mundur), teknik vertikal 15



(atas bawah), dan teknik sirkular (memutar-mutar). Sehingga dengan teknik ini semua bagian gigi dapat terjangkau oleh sikat gigi.



Saraswati Y. Gambaran Perilaku Menyikat Gigi Terhadap Terjadinya Resesi Gingiva Pada IbuIbu Pkk RT 02 RW 01 Desa Kebonharjo, Klaten. Yogyakarta: Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Yogyakarta, 2019: 10-3. Prasetyowati S, Purwaningsih E, Susanto J. Efektifitas Cara Menyikat Gigi Teknik Kombinasi Terhadap Plak Indeks. Jurnal Kesehatan Gigi 2018; 6(1): 5-11.



16



BAB III PENUTUP



17



DAFTAR PUSTAKA



18