Laporan Hasil Kegiatan Praktikum Mineral Optik Orthoskopik Silang Nikol PDF [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN HASIL KEGIATAN PRAKTIKUM MINERAL OPTIK



Materi Praktikum : Pengamatan Orthoskopik – Silang Nikol



Oleh : Ucah Fonita Oktarina 0551 18 042



LABORATORIUM TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK – UNIVERSITAS PAKUAN BOGOR 2020



KATA PENGANTAR



Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat, kemudahan dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah laporan praktikum mineral optik. Sehingga akhirnya tersusunlah materi laporan praktikum yang sistematis. Hal ini saya lakukan untuk memenuhi tugas praktikum mineral optik. Walaupun waktunya cukup singkat, tetapi kegiatan ini menghasilkan sesuatu yang berharga dalam mengaplikasikan ilmu mineral optik dari perkuliahan yang sedang dijalani. Saya memohon maaf dan kritiknya apabila terdapat banyak kekurangan pada hasi laporan praktikum yang sudah saya buat. Semoga laporan ini memberi banyak kegunaan pada semua pihak. Terima kasih.



Bogor, 20 Maret 2020



Penulis



I



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR…………………………..…………………………….…i DAFTAR ISI………………………………………..………………………...…ii BAB I – PENDAHULUAN 1.1



Latar Belakang…………………………………………………….1



1.2



Maksud dan Tujuan………………………………………………..6



BAB II – PEMBAHASAN 2.1



Metoda Praktikum…………………………………………………7



2.3



Hasil Pengamatan………………………………………………….8



2.4



Genesa Mineral….........……………………………………………9



BAB III – PENUTUP 3.1 Kesimpulan………………………………………………………..10 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN (FOTO)



II



BAB I PENDAHULUAN 1.1



LATAR BELAKANG Mineral adalah suatu bahan atau unsur kimia, gabungan kimia atau suatu



campuran dari gabungan-gabungan kimia anorganis, sebagai hasil dari prosesproses fisis dan kimia khusus secara alami. Mineral merupakan suatu bahan yang homogen dan mempunyai susunan atau rumus kimia tertentu. Bila kondisi memungkinkan, mendapat suatu struktur yang sesuai, di mana ditentukan bentuknya dari kristal dan sifat-sifat fisiknya. Bumi tersusun dari beberapa jenis batuan dan batuan terdiri dari mineral-mineral dan sejumlah kecil bahan lain seperti bahan organik. Mineral sendiri terdiri dari unsur-unsur yang bersenyawa. Unsur dalam hal ini adalah benda yang tak dapat lagi dipisahkan secara kimia. Atom adalah partikel terkecil dari suatu unsur yang memiliki sifat-sifat unsur tersebut dan terlalu kecil untuk dapat dilihat meskipun menggunakan mikroskop. Pengamatan yang dilakukan salah satunya berupa pengamatan mineral melalui nikol silang dan nikol sejajar dan pengamatan konoskopis. pengamatan ini sangat penting sebab dalam pengamatan ini akan diketahui sifat-sifat optik mineral, sehingga dapat ditentukan nama mineral dari hasil pengamatan. Beberapa hal diatas merupakan faktor yang melatar belakangi dilaksanakannya praktikum acara mineral inosilikat dan nesosilikat. 1.1.1 Identifikasi Mineral pada Posisi Nikol Silang Pengamatan nikol silang dilakukan jika sayatan berada pada diagonal sumbu C, yaitu dengan memasang prisma polarisasi bagian atas. Sifat-sifat optis mineral yang diamati pada posisi nikol silang adalah birefringence (interference ganda), twinning (kembaran): tipe kembaran dan arah orientasinya dan sudut gelapan: sejajar / miring pada sudut berapa. A. Warna Interferensi Warna interferensi adalah sifat optik yang sangat penting, namun penjelasannya cukup rumit, sehingga kita harus memahami konsep dasarnya secara bertahap. Pada posisi sumbu sinar sembarang terhadap arah getar polarisator inilah, komponen sinar lambat dan cepat tidak diserap oleh analisator, sehingga dapat diteruskan hingga mata pengamat. Karena perbedaan kecepatan rambat sinar cepat dan lambat 1



inilah maka terjadi yang disebut sebagai beda fase atau retardasi. Semakin besar selisih indeks bias, semakin besar beda fase/retardasinya. Warna interferensi dapat ditentukan dengan memutar meja objek yang terdapat sayatan mineral hingga diperoleh terang maksimal. Warna terang tersebut dicocokkan dengan tabel interferensi Michel – Levy Chart.



Gambar 1.1 tabel interferensi Michel – Levy Chart



B. Sifat Birefringence (BF) atau Bias Rangkap Standarisasi sayatan tipis memiliki ketebalan 0,03 mm. Dalam sayatan tipis, interference mineral harus dapat diamati, yang hanya dapat dalam sayatan tipis 0,03 mm. Ct. warna interference kuarsa terendah berada pada orde pertama putih (abu-abu) atau mendekati warna kuning orde I. Warna interference dapat dilihat dari posisi horizontal sayatan. Setelah warna interference diketahui, pengamatan dilanjutkan melalui garis diagonalnya hingga didapatkan sifat birefringence (BF). Dari posisi birefringence, dengan meluruskan ke bawah melalui garis diagonal ke perpotongannya, akan diketahui ketebalan standarnya, apakah lebih tebal atau tidak dari 0,03 mm. Orde warna interference dan birefringence menggunakan tabel warna Michel-Levy. Birefringence



ditentukan



dari



refraksi



ganda



pada



pantulan



sinar



maximum (warna orde tertinggi). BF dapat dilihat jika posisi sayatan berada pada sudut pemadaman 45O terhadap nikol. BF dapat digunakan (bertujuan) untuk 2



menguji ketebalan sayatan kristal. Sifat BF mineral dapat dilihat pada tabel sifatsifat mineral (Bloss, 1961; Kerr, 1959; Larsen and Berman, 1964; Rogers and Kerr, 1942) yang disertai dengan perubahan antara indeks refraksi tertinggi dan terendahnya. Sifat difraksi maximum biasanya juga dapat diperikan dalam sifat ini. Jika obyek memiliki belahan jelas atau bentuk kristalnya terorientasi pada keping gelas dasarnya, beberapa partikel harus disusun ulang hingga berorientasi baru, yaitu dengan membuka cover glass dan mineral didorong secara horizontal. Birefringence secara relatif sama pada setiap kelompok (kelas) mineral yang sama, ct. piroksen, amfibol dan plagioklas. Indeks refraksi dan warna mungkin berbeda di antara satu kelompok mineral, namun warna BF-nya hampir sama. BF dapat diamati di bawah mikroskup dengan memasang lensa Bertrand (keping gipsum). Lensa Bertrand keberadaannya sering terpisah dari mikroskop. Lensa ini dapat dilepaskan. Sifat BF dapat diamati pada posisi nikol silang, yaitu dengan memasang lensa Bertrand pada posisinya (yaitu di atas analyzer). Perubahan warna yang dihasilkan biasanya ditentukan oleh warna reliefnya dan ketebalan sayatannya. Jika reliefnya rendah (tidak berwarna) maka memiliki sifat BF tinggi. Canada balsam memiliki sifat BF tertinggi hitam. C. Penentuan Orientasi Mineral Penentuan orientasi mineral digunakan untuk mengetahui kedudukan sumbusumbu indikatriks didalam suatu mineral. Indikatris sendiri merupakan bentuk permukaan geometrik asli yang secara imaginer tersusun sedemikian rupa, sehingga mewakili arah-arah getaran dan indeks bias gelombang cahaya di dalam suatu medium yang anisotropik (Fletcher, 1981). Pada penentuan orientasi mineral, terdapat dua jenis orientasi, yaitu orientasi length slow dan orientasi length fast. Orientasi Length Slow Orientasi length slow adalah jenis orientasi dimana sumbu terpanjang indikatriks getaran sinar lambat (𝛾) sejajar sumbu-C, atau hampir sejajar dengan sumbu-C (kedudukan 𝛾 indikatriks Vs sumbu-C = 45°/ kedudukan 𝛾 indikatriks Vs sumbu-C = 90°). Cara menentukan Orientasi 



Letakkan mineral dengan sumbu c sumbu panjang sejajar (//) dengan garis vertikal.







Putar meja sayatan hingga mineral pada posisi terang maksimum, catat warna interferensi dan ordenya (seperti penentuan bias rangkap).







Pada posisi b, masukkan kompensator atau komperator, dengan ketentuan :







Bila bias rangkap lemah – sedang gunakan kompensator keping gips ( = 550)







Bila bias rangkapnya kuat atau ekstrim gunakan keping mika ( = 147,3)



Lihat perubahan warna interferensi atau orde, tentukan orientasi apakah positif (+) atau gejala addisi atau orientasi negatif (-) atau gejala subtraksi.



Sb. C



Sb. C



Sb. C



A



Sb. C



Sb. C



Sb. C



B Gambar 1.2. Hubungan antara getaran/jalannya sinar dengan sumbu kristal pada orientasi negatif (A) dan orientasi positif (B)



4



D. Penentuan Jenis & Sudut pemadaman Pemadaman atau gelapan terjadi bila sumbu indikatrik atau sumbu-sumbu sinar (dua sumbu sinar) sejajar dan tegak lurus dengan bidang getar polarisator. Atau dengan kata lain bahwa pemadaman terjadi bila bidang getar sumbu sinar yang satu berada dalam bidang analisator dan sumbu sinar yang satu lagi bidang getarnya berada dalam bidang polarisator. Hal tersebut menyebabkan tidak ada sinar yang dibias ganda, sehingga tidak ada sedikitpun cahaya yang diteruskan kemata si pengamat. Berdasarkan hubungan antara sumbu-sumbu kristalografi dengan sumbu-sumbu sinar, maka pemadaman dibagi atas tiga atau dari kenampakan dibawah mikroskop, berdasarkan hubungan antara sumbu kristal terhadap benang silang, yaitu :  Pemadaman sejajar, mineral menjadi gelap bila sumbu-sumbu kristalografi (sumbu c atau belahan kristal) sejajar dengan benang silang.  Pemadaman miring, mineral menjadi gelap pada kedudukan arah memanjang atau belahan kristal berada diantara benang silang (tidak sejajar dengan salah satu benang silang).  Pemadaman simetri, hanya dijumpai pada mineral yang mempunyai bidangbidang batas atau garis-garis belahan yang membentuk sufut tertentu. Mineral menjadi padam pada saat benang silang membagi kedua arah batas/bidang kristal menjadi dua sama besar atau benang silang membagi kedua sudut yang dibentuk oleh belahan sama besar (simetri).



Gambar 1.3.Jenis-jenis pemadaman, (A) Pemadaman Paralel,



A



(B) Pemadaman Miring, (C) Pemadaman Simetri



B



C



5



1.2 MAKSUD DAN TUJUAN 1.2.1 Untuk mengetahui bagaimana cara penggunaan mikroskop polarisasi 1.2.2 Praktikan mengetahui bagaimana cara pengamatan orthokopik silang nikol 1.2.3 Praktikan mengetahui bagaimana cara menamakan mineral berdasarkan parameter yang diamati dalam silang nikol 1.2.4 Praktikan mengetahui genesa pembentukan suatu mineral



6



BAB II PEMBAHASAN



2.1.



METODA PRAKTIKUM Pada praktikum mineral optik silang nikol dimana hal-hal yang diamati



adalah bias rangkap, orientasi mineral, dan sudut pemadaman. Sebelumnya dilakukan terlebih dahulu pengamatan orthoskopik sejajar nikol dilanjutkan dengan meletakan mineral sumbu – C sejajar analisator di putar searah jarum jam hingga maksimal gelap dan berlawanan arah jarum jam sampai maksimal terang, lihat derajatnya. Dilakukan juga pengamatan mineral dengan dan tanpa mineral, dilihat perbedaan warna, orde, harga BF dan perbandingan keduanya berdasarkan standard warna interferensi Bire Fringece (BF) Chart Michel-Levy. Pengamatan ini merupakan bagian untuk menentukan Bias Rangkap Mineral. Bila orde bias dan harga BF meningkat, maka bias rangkap bersifat addisi adapun jika sebaliknya bias rangkap bersifat substraksi. Untuk mengetahui jenis orientasi mineral, dilihat apakah sumbu indikatriks getaran sinar lambat (𝛾) sejajar/tegak lurus terhadap sumbu C. Jika terlihat sejajar maka termasuk length slow, jika sebaliknya orientasi mineral bersifat length fast. Pengamatan ini dilakukan dalam keadaan konpensator masuk ke dalam. Untuk pengamatan jenis pemadaman, lihat posisi dari sumbu-C mineral yang membentuk sudut dengan arah getar polarisator-analisator (paralel/miring/simetris). Pengamatan yang terakhir yaitu sudut pemadaman, didasarkan pada jenis bias rangkap (adisi/substraksi) dengan nilai derajat yang dihitung sayatan maksimal gelap (x) dan maksimal terang (y).



7



2.2



HASIL PENGAMATAN Sayatan mineral yang diamati dalam pengamatan silang nikol memiliki nilai



derajat maksimal gelap (x) sebesar 131° yang diambil searah jarum jam, dan nilai derajat maksimal terang (y) sebesar 337° diambil berlawanan arah jarum jam. Tanpa menggunakan konpesator, mineral memiliki warna greenish blue¸dengan orde masuk kedalam third orde, serta harga BF 0,025. Ketika pengamatan mineral dengan konpensator, mineral memiliki warna greenish blue, dengan orde third orde, dan harga BF sebesar 0,025,( dengan kata lain tidak terdapat perubahan signifikan antara pengamatan dengan/tanpa konpensator). Berdasarkan hal tersebut, biar rangkap menunjukan gejala substraksi (lemah). Orientasi mineral yang diamati bersifat length slow, dengan jenis pemadatan miring, dan sudut pemadatannya 𝑦° − 𝑥° = 337° − 131° = 206°. Nama mineral adalah Monticelit (Ca Mg SiO4)



SKETSA FOTO



SKETSA GAMBAR



Gambar 2.1. sayatan mineral max. terang



Gambar 2.2. pengamatan sayatan mineral tanpa komparator 8



Gambar 2.3. Pengamatan sayatan mineral dengan komparator



Gambar 2.4. Pengamatan sayatan mineral untuk melihat jenis pemadaman 1.3. GENESA MINERAL Monticellit adalah mineral yang agak sulit dikenal karena tidak mempunyai sifat yang jelas, mempunyai forster dan olivine tetapi mempunyai bias rangkap lemah daripada lainnya, merupakan mineral ciri metamorf kotak dari batugamping dan dolomite tetapi kadang-kadang juga didapatkan dalam batuan beku seperti, alnoiteplizenit dan nepheline basalt.



9



BAB III PENUTUP



3.1



KESIMPULAN



Berdasarkan praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa



Pengamatan



nikol silang dilakukan jika sayatan berada pada diagonal sumbu C, yaitu dengan memasang prisma polarisasi bagian atas. Sifat-sifat optis mineral yang diamati pada posisi nikol silang adalah birefringence (interference ganda), twinning (kembaran): tipe kembaran dan arah orientasinya dan sudut gelapan: sejajar / miring pada sudut berapa.



10



DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2015. Album Mineral Optik. Balitheree. Dikutip tanggal 17 Maret 2020. http://balitheree.blogspot.com/2015/12/album-mineral-optik_14.html Stefen, Albert. 2016. Tipe Endapan Mineral. Scribd. Dikutip tanggal 17 Maret 2020 https://www.scribd.com/doc/310517057/Tipe-Endapan-Mineral-Orthomagmatic-Ni-Cu-Diamond



11



LAMPIRAN (FOTO)



12



12