Laporan Hasil Pengukuran Gas Co2 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN HASIL PENGUKURAN GAS CO2 (KARBONDIOKSIDA) DI GEDUNG PUSAT K3 HIPERKES JAKARTA



Disusun Oleh: Kelompok 4 Fransiscus Harseno Anggie Anarahmy Dewi Fatimah Juli Inggriyani Arfian Romdon Gustian Naro Galih Sofyan R Halofoan Subastian Ira. A Rudi Sehat Vico Widian Sumirta P



PROGRAM STUDI D-IV KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINAWAN JAKARTA 2016 BAB I



PENDAHULUAN



1.1.



Latar Belakang Setiap proses produksi, peralatan atau mesin dan tempat kerja yang



digunakan untuk menghasilkan suatu pruduk, selalu mengandung potensi bahaya tertentu yang bila tidak mendapat perhatian khusus akan dapat menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Gangguan ini dapat berupa gangguan fisik, kimia maupun psikis terhadap tenaga kerja. Potensi bahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dapat berasal dari berbagai kegiatan atau aktivitas dalam pelaksanaan operasi atau juga berasal dari luar proses kerja. Sedangkan dengan banyak industri-industri yang berkembang berdampak pada pencemaran lingkungan, salah satunya pencemaran udara oleh gas. Pencemaran udara dewasa yang semakin memprihatinkan. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain industri, transportasi, perkantoran, dan perumahan. Pencemaran udara sendiri dibagi dua, yaitu pencemaran udara primer dan pencemaran udara sekunder. Pencemar udara primer (Primary Air Pollutions), yaitu emisi unsur-unsur pencemar udara langsung ke atmosfer dari sumber-sumber diam maupun bergerak. Pencemar udara primer ini mempunyai waktu paruh di atmosfer yang tinggi pula. Misalnya HCN, CO, CO2, NO2, SO2, CFC, Cl2, NOx, SOx, HC, partikel debu, dan sebagainya. Pencemaran udara banyak disebabkan oleh gas-gas yang dihasilkan oleh proses kegiatan manusia maupun proses alam. Gas merupakan bentuk wujud zat yang tidak mempunyai bangun sendiri, melainkan mengisi ruang tertutup pada suhu dan tekanan normal. Sifat-sifat gas diantaranya: tidak terlihat pada konsentrasi rendah, tidak berbau dan tidak berwarna, serta mengisi



seluruh



ruangan



(memiliki



massa).



Gas-gas



beracun



dapat



mengganggu kesehatan kita apabila masuk ke dalam tubuh, jalan masuk ke tubuh yaitu melalui inhalasi (masuk melalui mulut/tertelan), digesti (diserap darah terus dibawa ke seluruh tubuh), absorbsi



(penyerapan) dan injeksi



(suntikan melalui pembuluh darah). 1



Masalah lingkungan hidup dewasa ini makin memerlukan perhatian. Manusia memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada di lingkungannya untuk hidup. Kita mengambil makanan dari apa yang tumbuh dan hidup di darat dan di air. Kita menghirup oksigen dari udara. Kita menggunakan batu bara, minyak dan bahan alam lainnya untuk menghasilkan energi ataupun untuk menjalankan pabrik-pabrik. Pabrik-pabrik itu menghasilkan barangbarang yang berguna untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan manusia. Namun dibalik itu ada sesuatu yang perlu mendapat perhatian serius dari kita, yakni hasil buangan dari pabrik tersebut yang berupa gas kabondioksida. Gas CO2 tidak berbau dan tidak dapat dilihat, oleh karena itu manusia tidak akan dapat mengetahui jika ada gas-gas tersebut disekitarnya. Manusia baru bisa tahu jika sudah merasakan dampaknya. Untuk menghindari hal itu maka di buat project work untuk mendeteksi gas CO 2 sehingga dapat diketahui besar kandungan gas CO2 dan level bahaya gas tersebut. 1.2.



Rumusan Masalah



Rumusan masalah dalam pengukuran ini adalah : a) Bagaimana cara agar mahasiswa dapat mengaplikasikan teori K3 dalam praktikum ini? b) Bagaimana cara mengukur kadar karbondioksida di udara ? c) Bagaimana Nilai Ambang Batas (NAB) gas CO 2 sesuai dengan peraturan yang ada ? d) Bagaimana cara melakukan pengukuran gas CO 2 dengan menggunakan alat karbondioksida monitor ? e) Apa saja yang dapat dianalisa dari hasil pengukuran gas CO 2?



1.3.



Tujuan 1.3.1. Tujuan umum Praktikum ini dilakukan untuk mengetahui cara-cara mengukur kadar Karbondioksida di udara



2



1.3.2. Tujuan khusus a) Mengukur kadar Karbondioksida di udara halaman Gedung Pusat K3 Hiperkes. b) Mengetahui prosedur pengukuran Karbondioksida di udara dengan menggunakan alat Digital Gas Detector. c) Untuk mengetahui Nilai Ambang Batas (NAB) dari gas CO2 sesuai dengan yang telah ditentukan pada peraturan yang ada. d) Untuk menganalisa dampak negatif dari kadar gas CO2 yang melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) terhadap kesehatan. e) Untuk mengetahui alat dan cara kerja pengukuran gas CO 2 di tempat kerja. f) Untuk menganalisa cara-cara pengendalian yang tepat terhadap gas CO2 di tempat kerja. 1.4.



Manfaat 1.4.1. Bagi Praktikan a) Dapat mengetahui Nilai Ambang Batas dari gas CO 2 sesuai dengan yang telah ditentukan pada peraturan yang ada. b) Dapat menganalisa dampak negatif dari kadar gas CO2 yang melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) terhadap kesehatan. c) Dapat mengetahui alat dan cara kerja pengukuran gas di tempat kerja. d) Dapat menganalisa cara-cara pengendalian yang tepat terhadap gas berbahaya di tempat kerja. 1.4.2. Bagi Stikes Binawan a) Dapat menambah referensi perpustakaan Program Studi Diploma IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja. b) Dapat menciptakan mahasiswa yang terampil dan mampu mengatur kadar gas yang baik di tempat kerja. c) Dapat menjadi sarana bagi Diploma IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja untuk mewujudkan suasana kampus yang nyaman dan kondusif.



1.5.



Ruang Lingkup



Ruang lingkup dari praktikum ini adalah: a) Tempat 3



Praktikum pengukuran kadar CO2 (Karbondioksida) ini dilakukan di lima lokasi di Gedung Pusat K3 Hiperkes Jakarta, diantaranya di ruang Pelatihan A, ruang Lobby, tempat parkir, ruang satpam dan area pinggir jalan depan gedung. b) Waktu Praktikum pengukuran kadar CO2 (Karbondioksida) kerja ini dilakukan pada hari Sabtu, 20 Februari 2016, pukul 13.00 – 15.00 WIB. Dalam praktikum ini, alat yang digunakan adalah Digital Tes Detector yang dapat membaca gas CO, CO2, Kelembaban & Suhu.



4



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.1.



Pengertian Karbon



dioksida (rumus



kimia: CO2)



atau zat



asam



arang adalah



sejenis senyawa kimia yang terdiri dari dua atom oksigen yang terikat secara kovalen dengan



sebuah



atom karbon.



CO2



berbentuk gas pada



keadaan temperatur dan tekanan standar dan hadir di atmosfer bumi. Ratarata



konsentrasi



karbon



dioksida



di



atmosfer



bumi



kira-kira



387 ppm berdasarkan volume walaupun jumlah ini bisa bervariasi tergantung pada lokasi dan waktu. Karbon dioksida adalah gas rumah kaca yang penting karena ia menyerap gelombang inframerah dengan kuat. Karbondioksida adalah gas yang tidak berwarna dan tidak berbau. Ketika dihirup pada konsentrasi yang lebih tinggi dari konsentrasi karbon dioksida di atmosfer, ia akan terasa asam di mulut dan mengengat di hidung dan tenggorokan.



Efek



ini



disebabkan



oleh



pelarutan



gas



di membran



mukosa dan saliva, membentuk larutan asam karbonat yang lemah. Sensasi ini juga dapat dirasakan ketika seseorang bersendawa setelah meminum air berkarbonat (misalnya Coca Cola). Konsentrasi yang lebih besar dari 5.000 ppm tidak baik untuk kesehatan, sedangkan konsentrasi lebih dari 50.000 ppm dapat membahayakan kehidupan hewan. Senyawa CO2 adalah gas atmosfer yang terdiri dari satu atom karbon dan dua atom oksigen. Karbondioksida adalah hasil dari pembakaran senyawa organic jika cukup jumlah oksigen yang ada. Juga dihasilkan oleh berbagai mikroorganisme dalam fermentasi dan dihembuskan oleh hewan. Tumbuhan menyerap karbondioksida selama fotosintesis, memakai baik karbon maupun oksigen untuk membuat karbohidrat. Hadir di atmosfer bumi dengan konsentrasi rendah dan bertindak sebagai gas rumah kaca. Adalah bagian utama dari siklus karbon.



5



Gambar 1. Siklus Karbon 2.1.



Karakteristik gas CO2 Karbondioksida adalah gas yang terdiri dari satu atom karbon dan dua



atom oksigen. Struktur karbondioksida (CO 2 ) dapat digambarkan sebagai berikut : C=O=O Molekul karbondioksida terdiri dari dua ikatan rangkap dan mempunya bentuk linear. Ia tidak mempunyai dipolar elektrik. Apabila teroksida sepenuhnya, ia tidak aktif dan tidak mudah terbakar. karbondioksida dapat dibuat dari pembakaran bahan organic apabila cukup oksigen. Kabondioksida juga dihasilkan oleh mikroorganisme hasil dari proses peragian dan respirasi. Karbondioksida



dan



oksigen



dapat



digunakan



untuk



menghasilkan



karbohidrat. Tumbuhan membebaskan O 2 ke atmosfer dan akhirnya digunakan untuk pernafasan oleh organisme heterotrofik. Karbondioksida merupakan gas tak berwarna, apabila dihirup pada dosis yang



tinggi



(aktivitas



berbahaya



disebabkan



resiko



sesak



nafas),



menghasikan rasa asam dalam mulut dan rasa menyengat di hidung dan tenggorokan. Kesan ini disebabkan oleh gas yang larut dalam selaput mucus 6



dan air liur, membentuk larutan cair asam karbonik. Kepadatannya pada suhu 250C adalah 1,98 kg/m3, sekitar 1,5 kali kepadatan udara. Karbondioksida cair hanya terbentuk pada tekanan melebihi 5,1 atm; pada tekanan biasa ia bertukar antara bentuk gas dan padat secara langsung melalui



proses



yang



dikenal



sebagai



sublimasi.



Air



akan



meresap



karbondioksida sama banyak dengan isinya. Sekitar 1 % dari karbondioksida terlarut bertukar menjadi asam karbonik. Asam karbonik selanjutnya berpisah sebagiannya untuk membentuk bikarbonat dan ion karbonat. Bagian terbesar dari karbon yang berada di atmosfer Bumi adalah gas karbon dioksida(CO2). Meskipun jumlah gas ini merupakan bagian yang sangat kecil dari seluruh gas yang ada di atmosfer (hanya sekitar 0,04% dalam basis molar, meskipun sedang mengalami kenaikan), namun ia memiliki peran yang penting dalam menyokong kehidupan. Gas-gas lain yang mengandung karbon di atmosfer adalah metan dan kloroflorokarbon atau CFC (CFC ini merupakan gas artifisial atau buatan). Gas-gas tersebut adalah gas rumah kaca yang konsentrasinya di atmosfer telah bertambah dalam dekade terakhir ini, dan berperan dalam pemanasan global. Karbon diambil dari atmosfer dengan berbagai cara: 1) Ketika



matahari



bersinar, tumbuhan melakukan



fotosintesa



untuk



mengubah karbon dioksida menjadi karbohidrat, dan melepaskan oksigen ke atmosfer. Proses ini akan lebih banyak menyerap karbon pada hutan dengan tumbuhan yang baru saja tumbuh atau hutan yang sedang mengalami pertumbuhan yang cepat. 2) Pada permukaan laut ke arah kutub, air laut menjadi lebih dingin dan CO 2 akan lebih mudah larut. Selanjutnya CO 2 yang larut tersebut akan terbawa oleh sirkulasi termohalin yang membawa massa air di permukaan yang lebih berat ke kedalaman laut atau interior laut (lihat bagian solubility pump). 3) Di laut bagian atas (upper ocean), pada daerah dengan produktivitas yang tinggi, organisme membentuk jaringan yang mengandung karbon, beberapa organisme juga membentuk cangkang karbonat dan bagianbagian tubuh lainnya yang keras. Proses ini akan menyebabkan aliran karbon ke bawah (lihat bagian biological pump). 4) Pelapukan batuan silikat. Tidak seperti dua proses sebelumnya, proses ini tidak memindahkan karbon ke dalam reservoir yang siap untuk kembali ke 7



atmosfer. Pelapukan batuan karbonat tidak memiliki efek netto terhadap CO2 atmosferik karena ion bikarbonat yang terbentuk terbawa ke laut dimana selanjutnya dipakai untuk membuat karbonat laut dengan reaksi yang sebaliknya (reverse reaction). Karbon dapat kembali ke atmosfer dengan berbagai cara pula, yaitu: 1) Melalui pernafasan (respirasi) oleh tumbuhan dan binatang. Hal ini merupakan reaksi eksotermik dan termasuk juga di dalamnya penguraian glukosa (atau molekul organik lainnya) menjadi karbon dioksida dan air. 2) Melalui pembusukan binatang dan tumbuhan. Fungi atau jamur dan bakteri mengurai senyawa karbon pada binatang dan tumbuhan yang mati dan mengubah karbon menjadi karbon dioksida jika tersedia oksigen, atau menjadi metana jika tidak tersedia oksigen. 3) Melalui pembakaran material organik yang mengoksidasi karbon yang terkandung menghasilkan karbon dioksida (juga yang lainnya seperti asap). Pembakaran bahan bakar fosil seperti batu bara, produk dari industri perminyakan (petroleum), dan gas alam akan melepaskan karbon yang sudah tersimpan selama jutaan tahun di dalam geosfer. Hal inilah yang merupakan penyebab utama naiknya jumlah karbon dioksida di atmosfer. 4) Di permukaan laut dimana air menjadi lebih hangat, karbon dioksida terlarut dilepas kembali ke atmosfer. 5) Erupsi vulkanik atau ledakan gunung berapi akan melepaskan gas ke atmosfer. Gas-gas tersebut termasuk uap air, karbon dioksida, dan belerang. Jumlah karbon dioksida yang dilepas ke atmosfer secara kasar hampir sama dengan jumlah karbon dioksida yang hilang dari atmosfer akibat pelapukan silikat; Kedua proses kimia ini yang saling berkebalikan ini akan memberikan hasil penjumlahan yang sama dengan nol dan tidak berpengaruh terhadap jumlah karbon dioksida di atmosfer dalam skala waktu yang kurang dari 100.000 tahun.



2.2.



Kegunaan gas CO2 Karbondioksida cair dan padat (es kering) merupakan bahan pendingin



penting, terutama dalam industri makanan, di mana ia digunakan saat 8



pengangkutan dan penyimpanan es krim dan makanan beku yang lain. Karbondioksida digunakan untuk membuat minuman ringan berkarbonat dan air soda. Secara tradisi, karbonat dalam bir dan wine berkilau dihasilkan dari fermentasi alami, tetapi sebagian pembuat menambah karbonat ke dalam minuman ini secara buatan. Pengembang yang digunakan untuk memasak menghasilkan karbondioksida menyebabkan adonan naik. Pengembang roti menghasilkan karbon dioksida melalui penapaian adonan, sementara pengembang kimia seperti baking powder dan baking soda membebaskan karbondioksida



apabila



dipanaskan



atau



tercampur



dalam



asam.



Karbondioksida sering digunakan sebagai gas tekanan yang murah dan tidak mudah terbakar. Karbondioksida dapat digunakan untuk memadamkan api, dan sebagian alat pemadam kebakaran (fire extinguisher), terutama dibuat bagi api listrik, mengandung cairan karbondioksida bawah tekanan. Kegunaan dalam industri mobil juga biasa walaupun terdapat banyak bukti bahwa kimpalan menggunakan karbondioksida adalah rapuh berbanding yang dilakukan dalam atmosfer-inert, dan kimpalan semakin lama semakin merosot akibat pembentukan asam karbonik. Ia digunakan sebagai gas pengimpalan karena ia lebih murah berbanding gas lain seperti argon atau helium. Cairan karbondioksida adalah pelarut yang baik bagi kebanyakan zat organic. Ia mulai mendapat perhatian dalam pharmaceutical dan industri pemprosesan kimia yang lain sebagai pilihan kurang beracun berbanding pelarut tradisi lain seperti organokhloride. Tumbuhan memerlukan karbondioksida untuk melakukan fotosintesis dan gas rumah hijau mungkin mengkayakan atmosfera mereka dengan karbondioksida tambahan merangsang penghasilan tenaga di pam ke dalam kolam untuk membiakkan alga yang kemudiannya boleh ditukar menjadi bahan api biodiesel. permukaan tinggi karbondioksida dalam atmosfer menghilangkan kebanyakan serangga pengrusak dengan berkesan. Efek rumah kaca dapat meningkatkan kadar karbondioksida sampai 10.000 ppm (1 %) selama beberapa jam untuk menghilangkan serangga pengrusak seperti whitefly, labah-labah mites, dan yang lain. 2.3.



Permasalahan Gas CO2 9



Mendengar nama CO2 (karbondioksida), biasanya kita langsung teringat zat beracun yang bias membunuh makhluk hidup. Namun apakah benar CO 2 yang bertanggung jawab atas kerusakan lingkungan di bumi ini ? Sebenarnya gas CO2 memang tak bersalah, tetapi kitalah yang membuat kesalahan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sering kali tidak sejalan dengan kehendak alam sejak dimulainya revolusi industri di Inggris hingga telekomunikasi zaman sekarang. Telah terjadi peningkatan persentase CO 2 di muka bumi akibat aktivitas produksi dan kosumsi. Mulailah dikenal istilah green house effect, yaitu meningkatnya kadar CO2 di atmosfer hingga membuat bumi makin panas. Ataupun disalahkan karena memberikan efek pemanasan global warming, dan selanjutnya global climate change. Lalu, apa hubunannya CO2 dengan peristiwa-peristiwa tersebut. Karena kebetulan sifat CO2 yang menyerap energi panas dari radiasi inframerah yang dipancarkan matahari, akibatnya makin terakumulasilah energi panas tersebut di muka bumi. Bahkan, bisa mencairkan es di kutub. Ditambah lagi penggunaan senyawa CFC (Chloro Fluro carbon) sebagai pelarut, bahkan pendingin dalam refrigerator, dan foaming radiasi sinar ultraviolet matahari yang berenergi tinggi. Namun bumi sudah panas, ditambah lagi bumi semakin terbuka terhadap pancaran energi tinggi ultraviolet yang mematikan. Pepohonan serta hutan semakin jarang. Sebagai salah satu bagian yang bisa memproses CO 2 menjadi O2. ini membuat banyak kalangan, terutama para ilmuan, kalang kabut mmencari solusi agar bumi ini tetap menjadi tempat nyaman dan aman untuk dihuni. Untung saja masih ada beberapa ilmuan yang mengabdikan hidupnya bagi penyelamatan bumi ini. Akhirnya ditemukan fakta-fakta lain dari CO2 yang kemungkinan bisa dimanfaatkan demi kebaikan. Kenyataan bahwa gas CO, O2, dan H2 benar-benar dapat bercampur dan larut dalam CO2, sebenarnya memberikan kemungkinan untuk melakukan reaksi karbonilasi, oksidasi, maupun hidrogenasi dalam pelarut CO 2. Namun kendala dalam aplikasi teknologi-teknologi tersebut secara massal membuat kaum industri masih enggan untuk benar-benar beralih menggunakan CO 2. Lagi-lagi terbukti bahwa sesungguhnya yang berdosa atas segala kekacauan lingkungan di bumi ini bukanlah CO2 dan zat-zat lain. Mudah-mudahan dengan menaikkan pamor zat seperti CO 2 dari “kambing hitam” menjadi 10



“pahlawan lingkungan”, keserakahan manusia bisa diatasi dan menjadi lebih positif. 2.4.



Manfaat gas CO2 Seiring dengan semakin ditekannya penggunaan CFC sebagai pelarut,



dicarilah alternative pengganti yang memiliki sifa-sifat serupa , tetapi lebih ramah terhadap lingkungan. Mulailah ilmuan melirik manfaat lain dari CO 2, dari sekedar gas yang selalu jadi kambing htam menjadi gas yang tak berdosa dan bisa bermanfaat, yatu sebagai pelarut superkritis. CO 2 sebagai fluida superkritis, CO2 sebagai fluida superkritis sebenarnya adalah gas yang dinaiikan temperaturnya , hingga mencapai temperature kritis (temperature tertinggi yang dapat mengubah fase gas menjadi fase cair dengan cara menaikkan tekanan), dan memiliki tekanan kritis (tekanan tertinggi yang dapat mengubah fase cair menjadi fase gas dengan cara menaikkan temperature). Dengan demikian sifat-sifatnya berada diantara sifat gas dan cairan. Sebagai pelarut superkritis, CO2 telah cukup banyak dimanfaatkan dalam bidang penelitian dan industri. Keuntungan lain adalah kita tidak perlu membuat CO 2, melainkan cukup menyaringnya dari udara sekitar kita. Di bidang isolasi dan pengolahan bahan alam, CO 2 superkritis dimanfaatkan sebagai pelarut dalam proses ekstraksi maupun de-ekstrasi senyawa-senyawa aktif dari tumbuhan untuk pengobatan, atau senyawasenyawa penting untuk industri makanan, misalnya estraksi minyak atsiri lemon, jahe, beta-carotene dari tumbuh-tumbuhan atau de-ekstraksi kafein pada kopi. Adapun di bidang pertambangan minyak bumi, manfaat dalam penggunaan CO2 yang dicairkan justru sangat besar. Fluida ini dialirkan kedalam sumber-sumber minyak yang mulai menipis cadangannya untuk mengangkat cadangan minyak tersisa. Masalah utama adalah fluida ini kekentalannya rendah sehingga tidak mampu mengangkat minyak secara maksimum. Suatu perkembangan lebih menggembirakan justru di dalam proses polimer, kembali mengangkat pamor CO 2. Dupont, sebuah perusahaan terkemuka dalam inovasi industri kimia telah mampu memproduksi semacam busa atau dikenal foamed thermoplastic yang popular disebut fluoropolimer. 11



Ini berkat dtemukannya polimer perfluoroalkil akrilat oleh Desimone dan rekannya pada tahun 1992. fluoropolimer ini benar-benar larut dalam CO 2, setelah sebelumnya digunakan pelarut dan surfaktan bebasis fluor. Aplikasi CO2 yang lebih menjanjikan adalah sintesis senyawa karbonat siklis melalui reaksi penggabungan senyawa epoksida dengan gas CO 2. Senyawa karbonat siklik tersebut merupakan material utama dalam industri poliuretan, cat, resin, pembuatan etilen glikol, pelarut organic, polikarbonat, dan lain-lain. Secara prinsip kimiawi, reaksi bias berlangsung dengan mudah asalkan ada katalis yang bisa meningkatkan reaktivitas CO 2. Sesungguhnya masih banyak kegunaan yang bisa digali dari gas CO 2 sebagai material ramah lingkungan. Misalnya dalam industri pelapisan material menggunakan polimer yang dapat larut dalam CO 2. atau pembentukan partikel koloid dalam industri farmasi, yang menggunakan pelarut CO 2 juga. 2.5.



CO2 kaitannya dengan lingkungan dan penanggulangan Gas CO2 merupakan salah satu partikel pencemar udara. Jika CO 2



berada di udara melebihi batas normal yang menurunkan kualitas udara sampai pada batas yang mengganggu kehidupan. Gas CO 2 berasal dari pembakaran minyak, gas buang kendaraan, gunung meletus dan hasil pembakaran yang tidak sempurna dari mesin mobil dan mesin knalpot. Akibat dari gas CO2 yang melebihi batas dapat menyebabkan : a) Gangguan pernapasan b) Meningkatnya suhu bumi karena efek rumah kaca Polutan yang berupa gas CO2 akan mengembang di udara dan mempunyai sifat seperti kaca. Sinar matahari yang jatuh ke bumi tidak akan dipantulkan oleh CO2 yang mengembang tetapi diteruskan. Sebagai akibatnya suhu bumi makin meningkat. Hal tersebut merupakan dampak jangka pendek, sedangkan dampak jangka panjangnya dapat mencairkan es di kutub sehingga permukaan air laut di seluruh permukaan bumi meningkat. Peningkatan air laut akan mampu menenggelamkan pulau. Adapaun cara-cara untuk penanggulangan gas CO 2 ini adalah : a) Memperbanyak penanaman tumbuhan pelindung (reboisasi) b) Melengkapi cerobong asap pabrik dengan alat penyaring udara serta menambah tinggi cerobong. 12



c) Menggunakan bahan bakar murni untuk mengurangi sisa pembakaran gas CO2 yang berlebihan. d) Mengolah sampah organic menjadi pupuk secara biologis. 2.6.



Penggunaan Karbondioksida Dalam Industri Karbondioksida berasal dari udara dan dalam bentuk pekat dapat



menimbulkan timbunan atmosfer inert pada ruangan yang tidak berventilasi. CO2 lazim ditemukan dalam industri sebagai hasil sampingan peragian, oven kokas, pembakaran tungku dan pembuangan sampah, juga banyak digunakan sebagai gas industri misalnya pengkarbonan minuman, pembuatan bir dan pendinginan. 2.7.



Pemantauan Ambang Batas Karbondioksida di Lingkungan Kerja



Untuk menentukan kadar karbondioksida di udara lingkungan kerja, maka perlu dilakukan pengukuran dengan menggunakan metode tertentu sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Metode yang digunakan untuk pengukuran kadar karbondioksida di udara adalah dengan detektor gas CO 2. Detektor Gas CO2 ini ada 3 macam yaitu hand pump gas detector, analog detector dan digital gas detector. Digital gas detector Untuk batas tertinggi pajanan karbondioksida di lingkungan pabrik/industri,batasan yang dipakai adalah Nilai Ambang Batas, yaitu sebesar 5000 ppm. Namun apabila yang diukur



adalah



besar



pajanan



karbondioksida



di



lingkungan



umum



danperkantoran, maka persyaratan yang digunakan adalah Baku Mutu Lingkungan, yaitu sebesar 1000 ppm. 2.8.



Sumber Pajanan Karbondioksida di Lingkungan Kerja Pekerja



yang



memiliki



risiko



pajanan



karbon



dioksida



banyak



ditemukanpada pekerja di pabrik pembuatan minuman berkarbonasi, pabrik bir, pendinginanpetugas pembuangan sampah dan sebagainya. 2.9.



Gangguan Kesehatan Akibat Pajanan Karbondioksida Karbon dioksida masuk kedalam tubuh melalui proses inhalasi, dimana



terjadipenghirupan melalui saluran pernapasan. Karbondioksida mampu



13



merangsang pusat pernapasan di medula oblongata sehingga menimbulkan hiperpneu(konsentrasi 3%) dan kehilangan kesadaran pada konsentrasi 10%. 2.10. Peraturan Perundang-undangan 1) Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Pasal 3 ayat1 (g) ”Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara, dan getaran.” 2) SE Menaker No. SE-02/MEN/1978 tentang NAB Bahan Kimia di Tempat Kerja. 3) SE Menaker No. SE-01/MEN/1997 tentang NAB Faktor Kimia di Udara Lingkungan Kerja. 4) Kepmenaker No. Kep-187/MEN/1999 tentang Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya di Tempat Kerja. 5) Permenakertrans No. 13/MEN/X/2011 tentang NAB Faktor Fisika dan Kimia di Lingkungan Kerja.



14



BAB III PEMBAHASAN



3.1.



Peralatan



Untuk mengukur kadar gas karbondioksida digunakan CO 2 digital gas detector 3.2.



Prosedur Kerja a) Pengukuran diletakkan pada titik pengukuran yang telah ditentukan sebelumnya (bias ditengah-tengah ruangan atau dekat sumber pajanan b) Nyalakan digital gas detector yang sesuai untuk mengukur gas CO 2 c) Kemudian baca angka yang tertera pada layar alat



3.3.



Cara pengukuran



Cara pengukuran kadar CO2 (Karbondioksida), yaitu: a) Menyiapkan alat karbondioksida monitor b) Tentukan lokasi dan titik pengukuran c) Lakukan pengukuran kadar CO2 di dekat tenaga kerja yang sedang melakukan aktivitas d) Posisikan karbondioksida monitor berada pada zona pernapasan tenaga kerja e) Tekan tombol on pada kolom karbondioksida monitor f) Untuk pengukuran secara sesaat/grab sampling lakukan pembacaan setiap lima detik dan lakukan pembacaan selama 10 kali dan hasil pembacaan di rata-rata. g) Catat hasil pengukuran pada formulir hasil pengukuran kadar CO 2. 3.4.



Hasil pengukuran



Formulir pengukuran kadar CO2 (Karbondioksida) : Nama Lokasi : Pusat K3 Hiperkes Jakarta Alamat Lokasi : Jl. Ahmad Yani No. 69-70 Cempaka Putih Jakarta Alat yang digunakan : Digital Gas Detector Petugas Pengukuran : Kelompok 4 Tanggal Pengujian : Sabtu, 20 Februari 2016



15



1)



Hasil pengukuran kadar CO2 (ppm) No



1. 2. 3. 4. 5.



2)



Kadar CO2 (ppm)



Tempat



Waktu



Pengukuran



13.30 13.45 14.00 14.20 14.45



Ket Rata-



1



2



3



4



5



6



7



8



9



10



R.Pelatihan A R. Lobby lt.1



902



901



893



895



887



864



849



840



836



909



877.6



285



293



278



296



272



261



262



272



416



429



306.4



Halaman Parkir



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



Pos Satpam Jalan Raya



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



0



rata



Hasil pengukuran kelembaban (%) No



Kelembaban (%)



Tempat



Waktu



Pengukuran



1. 2. 3.



13.30 13.45 14.00



R.Pelatihan A R. Lobby lt.1



4. 5.



14.20 14.45



Pos Satpam Jalan Raya



Halaman Parkir



Ket Rata-



1



2



3



4



5



6



7



8



9



10



54.4



53.9



53.2



53.2



53.3



53.7



53.7



53.9



54.2



54.2



53.8



74.5



74.7



74.7



74.4



74.2



74.1



74.1



74



73.8



73.9



74.2



75.2



75. 3



75. 5



75. 6



75. 7



75. 5



75. 3



75. 3



75



75. 2



75.4



73.5



73.4



72.9



72.7



72.1



72



72.3



72.2



72.1



72



72.5



71.3



71.7



72.1



72



72.4



72.4



72.3



73.3



73.5



74.2



72.5



rata



Hasil pengukuran suhu (oC)



3) No



Suhu (oC)



Tempat



Waktu



Pengukuran



1. 2. 3.



13.30 13.45 14.00



R.Pelatihan A R. Lobby lt.1



4. 5.



14.20 14.45



Pos Satpam Jalan Raya



3.5.



Halaman Parkir



Ket Rata-



1



2



3



4



5



6



7



8



9



10



25.6



25.8



25.9



25.8



25.8



25.9



25.9



25.9



26.0



25.9



25.8



29.0



29.3



29.0



29.2



29.6



29.3



29.3



29.3



29.3



29.4



29.3



32.0



30. 2



30. 3



30. 4



30. 4



30. 3



30. 4



30. 4



30. 5



30. 4



30.5



30.8



30.8



30.6



30.5



30.4



30.6



30.8



30.9



31.0



31.0



30.7



30.4



30.3



30.3



30.4



30.4



30.5



30.4



30.3



30.4



30.5



30.4



rata



Pembahasan



Dari hasil pengukuran di dapatkan hasil sebagai berikut :



No



Waktu



1. 2. 3. 4.



13.30 13.45 14.00 14.20



Tempat Pengukuran R.Pelatihan A R. Lobby lt.1 Halaman Parkir



Pos Satpam



Kadar CO2 (ppm) 877.6 306.4 0 0



Kelembaban



Suhu



(%)



(oC)



53.8 74.2 75.4 72.5



25.8 29.3 30.5 30.7



Ket



16



5.



14.45



Jalan Raya



0



72.5



30.4



Hasil pengukuran dengan menggunakan digital gas detector kadar CO2 dalam udara 306.4-877.6. Dimana NAB CO2 sebesar 5000 ppm dan BML CO2 sebesar 1000 ppm. Kesimpulan Kadar CO2 di udara lingkungan kerja di Pusat K3 Hiperkes Jakarta masih berada di bawah nilai ambang batas. Dari hasil tersebut, bila dibandingkan dengan



NAB yang berlaku di Indonesia yaitu Permenaker.No.13/MEN/X/2011, maka hasil tersebut dapat dinyatakan tidak melebihi nilai ambang batas yang telah ditetapkan.



17



BAB IV PENUTUP



4.1.



Kesimpulan Kesimpulan yang didapat dari pengukuran kadar CO 2 ini, yaitu : 1) NAB gas CO2 di udara lingkungan kerja ditetapkan sebesar 5000 ppm. Karbondioksida mampu merangsang pusat pernapasan di medula oblongata sehingga menimbulkan hiperpneu (konsentrasi 3%) dan kehilangan kesadaran pada konsentrasi 10%. 2) Hasil pengukuran kadar CO2, Kelembaban, & Suhu di gedung Pusat K3 Hiperkes Jakarta masih di bawah nilai NAB 3) Tenaga kerja & pengunjung / tamu (visitor) di gedung Pusat K3 Hiperkes



Jakarta masih terlindungi. 4.2.



Saran 4.2.1. Saran teknis Adanya pengendalian kadar gas CO2 di lingkungan tempat kerja. 4.2.2. Saran medis a) Melakukan pemeriksaan kesehatan berkala untuk seluruh karyawan. b) Melakukan pendidikan dan penyuluhan kepada seluruh karyawan tentang bahaya-bahaya penyakit akibat kerja, khususnya pajanan karbon dioksida untuk meningkatkan derajat kesehatan pekerja.



18



LAMPIRAN



Lamp 1. NAB CO2 (Permenaker.No.13/MEN/X/2011)



Lamp 2. Catatan hasil pengukuran kadar CO2



19



Lamp 3. Catatan hasil pengukuran kelembaban



Lamp 3. Catatan hasil pengukuran kelembaban



Lamp 4. Alat Digital gas detector



20



Lamp 5. Proses pengukuran di jalan raya depan gedung Pusat K3 Hiperkes



Lamp 6. Proses pengukuran di pos satpam gedung Pusat K3 Hiperkes



21