Laporan Irt 1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I. ANATOMI ORGAN REPRODUKSI MATERI DAN METODE HASIL DAN PEMBAHASAN DAFTAR PUSTAKA



MATERI DAN METODE



Praktikum anatomi organ reproduksi dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 28 Maret 2012, pukul 10.00 – 11.30 WIB di Laboratorium Ilmu Pemuliaan dan Reproduksi Ternak Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro Semarang. Materi



Alat yang digunakan pada praktikum Anatomi Organ Reproduksi antara lain nampan untuk menempatkan preparat organ reproduksi, laptop beserta LCD proyektor untuk menampilkan media power point organ reproduksi dan alat tulis untuk menggambar hasil pengamatan preparat organ. Bahan yang digunakan pada praktikum Anatomi Organ Reproduksi yaitu organ reproduksi jantan dan betina pada sapi, domba dan babi. Metode



Metode yang dilaksanakan dalam praktikum Anatomi Organ Reproduksi antara lain praktikan mengamati Anatomi Organ Reproduksi jantan dan betina pada sapi, domba dan babi. Praktikan menggambar anatomi, member keterangan dan menjelaskan fungsi organ reproduksi jantan dan betina pada sapi, domba dan babi. Praktikan mengamati perbedaan organ reproduksi jantan dan betina pada sapi, domba dan babi.



HASIL DAN PEMBAHASAN



Berdasarkan hasil pengamatan praktikum Anatomi Organ Reproduksi, diperoleh hasil pengamatan proses sebagai berikut : GAMBAR PRAKTIKUM



GAMBAR SITASI



Sumber :



Sumber :



GAMBAR PRAKTIKUM



GAMBAR SITASI



Sumber :



Sumber :



GAMBAR PRAKTIKUM



GAMBAR SITASI



Sumber :



Sumber :



Ilustrasi 1. Anatomi Organ Reproduksi Sapi, Domba dan Babi Jantan Keterangan :



GAMBAR PRAKTIKUM



GAMBAR SITASI



Sumber :



Sumber :



GAMBAR PRAKTIKUM



GAMBAR SITASI



Sumber :



Sumber :



GAMBAR PRAKTIKUM



GAMBAR SITASI



Sumber :



Sumber :



Ilustrasi 2. Anatomi Organ Reproduksi Sapi, Domba dan Babi Betina Keterangan :



1.1. Anatomi Organ Reproduksi Ternak Jantan



Berdasarkan hasil praktikum yang didapat bahwa organ anatomi pejantan terdiri dari testis, epididimis, vas deferens, ampula, urethra dan penis. Ditambah oleh kelenjar asesoris yaitu kelenjar seminalis, prostate dan cowper. Hal ini sesuai dengan pendapat Parodihardjo (1980) yang menyatakan bahwa secara anatomi alat kelamin jantan dibagi menjadi tiga yaitu gonad/testes yang merupakan bagian utama, saluran reproduksi antara lain sepasang testis, epididimis, vas deferens dan urethra. Ditambahkan oleh Toelihere (1981) bahwa sekelompok organ pelengkap yaitu kelenjar vasikularis, kelenjar prostate dan kelenjar bulbouretralisatau kelenjar cowper, dan saluran-saluran yang terdiri dari epididimis dan vas deferens. 1.1.1. Testis Testis merupakan tempat pembuatan sel sperma, tepatnya pada tubulus seminiferi dan merupakan tempat penghasil hormon reproduksi jantan yaitu androgen yang mempengaruhi sifat-sifat sekunder pejantan. Testis berbentuk oval memanjang dan terbungkus oleh skrotum. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Frandsond (1992) bahwa testis merupakan organ reproduksi primer pada



ternakj



jantan,



karena



berfungsi



menghasilkan



gamet



jantan



(spermatozoa) dan hormone kelamin jantan (androgen). Didukung oleh pendapat Partodihardjo (1980) yang menyatakan bahwa bentuk testis bulat, panjang dengan sumbu memanjangnya kea rah vertical di dalam skrotum. 1.1.2. Epididimis



Epididimis terdiri dari capud, corpus dan cauda. Epididimis ini berfungsi sebagai tempat transportasi, konsentrasi, maturasi dan deposisi sperma. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Luqman (1999) bahwa \epididimis merupakan saluran reproduksi jantan yang terdiri dari tiga bagian yakni capud epididimis (kepala), corpus epididimis (badan) dan cauda epididimis (ekor). Ditambahkan oleh pendapat Nuryadi (2000) yang menyatakan bahwa epididimis berfungsi sebagai sarana transportasi bagi spermatozoa, penyimpanan spermatozoa serta pematangan spermatozoa. 1.1.3. Vas Deferens Vas deferens merupakan saluran tempat menyalurkan sperma dari epididimis ke urethra. Hal tersebut sesuai dengan Toelihere (1985) yang menyatakan vas deferens atau ductus deferens merupakan saluran yang menghubungkan cauda epididimis dengan urethra. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Toelihere (1981) bahwa vas deferns atau ductus deferens mengangkut sperma dari ekor epididimis ke urethra. 1.1.4. Ampula Hal tersebut sesuai dengan pendapat Frandson (1992) yang menyatakan bahwa ampula adalah pembesaran kelenjar pada bagian ujung ductus deferens. Ditambahkan oleh Praseno (2003) yang menyatakan bahwa ampula terletak di sekitar ujung ductus deferens dan saluran glandula ini bermuara pada ductus deferens. 1.1.5. Kelenjar Asesoris



Kelenjar asesoris terdiri dari kelenjar vesikularis. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Frandson (1992) bahwa kelenjar vasikuler atau vesicular seminalis adalah sepasang kelenjar yang biasanya bermuara dengan ductus deferens melalui bermacam-macam ductus ejaculatory ke dalam urethra, pelvic kemudian ke caudal leher kandung kencing. Ditambahkan oleh Toelihere (1985) bahwa vesikula seminalis berfungsi menambah volume semen dengan membentuk 50% dari volume normal. Prostata, hal ini sesuai dengan Frandson (1992) bahwa kelenjar prostate adalah kelenjar yang tidak berpasangan yang kurang lebih mengelilingi pelvis urethra. Ditambahkan oleh Praseno (2003) yang menyatakan bahwa kelenjar prostate bermuara pada urethra berfungsi mensekresikan cairan encer seperti susu mengandung anti koagulan dan sitrat. Dan cowper, hal tersebut sesuai dengan Toelihere (1985) yang



menyatakan



bahwa



pada



sapi



sekresi



kelenjar



bulbouretral



membersihkan sisa-sisa urin yang ada di dalam urethra sebelum terjadi ejakulasi. Ditambahkan dengan Praseno (2003) yang menyatakan kelenjar bulbouretralis mensekresikan mucus jernih yang berfungsi menetralkan pH semen. 1.1.6. Urethra Urethra merupakan saluran lewatnya sperma atau semen dan urin menuju ke penis. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Partodihardjo (1982) bahwa urethra adalah saluran urogenitalis untuk urin dan semen. Ditambahkan



dengan pendapat Santoso (2007) yang menyatakan bahwa melalui urethra yang berada di dalam penis sperma dikeluarkan dari tubuh. 1.1.7. Penis Penis sebagai alat kopulasi dan bagian terluar dari organ reproduksi jantan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Hardjopranjoto (1995) yang menyatakan bahwa penis adalah organ kopulatoris. Ditambahkan oleh Praseno (2003) yang menyatakan organ genital eksternal jantan berupa penis. Penis selain



merupakan



organ



kopulatif



juga



merupakan



organ



untuk



mengeskresikan urin. 1.1.8. Skrotum Skrotum merupakan bagian terluar yang membungkus testis. Bentuknya menyesuaikan testis. Hal ini sesuai dengan pendapat Frandson (1992) yang menyatakan bahwa skrotum merupakan kulit berkantong yang ukuran bentuk dan lokasinya menyesuaikan dengan testis. Skrotum merupakan kulit yang tipis, lembut dan relative kurang berambut. Ditambah kan oleh pendapat Santoso (2007) bahwa fungsi skrotum terutama mempertahankan suhu dalam skrotum dibawah suhu tubuh sehingga menjamin pembentuka sperma ndapat berlangsung. 1.2.Perbedaan Anatomi Organ Reproduksi Ternak Jantan pada Sapi, Domba dan Babi Berdasarkan preparat organ yang diamati terdapat perbedaan pada organ reproduksi ternak jantan sapi, domba dan babi antara lain : pada sapi penis berbentuk



seperti peluru. Penis pada domba ujungnya mempunyai tonjolan seperti umbai cacing. Sedangkan pada babi bentuk penis seperti mata bor. Pada sapi dan domba terdapat ampula sedangkan pada babi tidak ada. Hal tersebut sesuai dengan pendapat AAK (1991) bahwa bagian cranial penis tidak mempunyai gland tetapi berputar spiral kearah yang berlawanan dengan arah jarum jam. Penis babi dilengkapi kantung preputial. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sodiq dan Abidin (2008) bahwa penis domba berkembang baik, diameter relative kecil seperti pada sapi, gland penisnya mempunyai penonjolan filiformis. Processus urethralis yang mengandung bagian terminal urethra. Badan filiformis ini akan berputar cepat pada saat ejakulasi dan menyemprotkan semen ke sekeliling orificium externa uterus. Skrotum pada domba lebih pendek dan tidak mempunyai leher, kulit skrotumnya umumnya ditutupi wool. Pada babi skrotum babi terletak tepat di bawah anus. Sedangkan pada sapi skrotum menggantung kearah di antara paha belakang. Hal tersebut sesuai dengan pendapat AAK (1991) bahwa skrotum babi terletak tepat di bawah anus dan tidak begitu terlihat jelas seperti pada mamalia lainnya. Ditambahkan oleh Santoso (2007) bahwa skrotum pada sapi menggantung diantara paha belakang. Ditambahkan lagi oleh Sodiq dan Abidin (2008) bahwa skrotum domba lebih pendek dan tidak mempunyai leher, kulit skrotum umumnya tertutup wool. Ampula pada sapi dan domba berkembang baik, sedangkan pada babi tidak mempunyai ampula. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Frandson (1992) bahwa ampula berkembang baik pada kuda jantan, sapi jantan dan domba jantan, namun sedikit pada anjing dan sedikit pada babi. 1.3. Anatomi Organ Reproduksi Ternak Betina



Berdasarkan hasil praktikum yang didapat bahwa organ anatomi betina terdiri dari ovarium, oviduct (tuba falopii), uterus, servix, vagina dan vulva. Hal ini sesuai dengan pendapat Partodihardjo (1980) bahwa secara anatomi alat kelamin betina dibagi menjadi 3 bagian besar yaitu gonad atau ovarium, saluran-saluran reproduksi betina, alat kelamin bagian luar. Ditambahkan Toelihere (1981) bahwa organ reproduksi primer yaitu ovaria menghasilkan ova dan hormon-jormon kelamin betina. Organ-organ reproduksi sekunder atau saluran reproduksi terdiri dari tuba falopii, uterus, servix, vagina dan vulva. 1.3.1. Ovarium Ovarium



berfungsi



menghasilkan



ovum



atau



sel



telur



dan



mengsekresikan hormon-hormon kelamin betina seperti estrogen dan progesteron. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Partodihardjo (1980) yang menyatakan bahwa ovarium terdapat sepasang, tempatnya dekat ginjal dimana gonad berasal. Hal tersebut juga sesuai dengan pendapat Santoso (2007) yang menyatakan ovarium merupakan alat kelamin betina yang bertanggung jawab atas diferensiasi dan pelepasan oosit matang untuk fertilisasi dan perkembang biakan dari species. Ovarium juga sebagai organ endokrin yang memproduksi hormone steroid yang memungkinkan berkembangnya ciri-ciri seksual betina sekunder dan mendukung kebuntingan. 1.3.2. Oviduct (Tuba Falopii) Oviduct atau Tuba Falopii merupakan tempat bertemunya ovum dan sperma atau tempat pembuahan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat



Partodihardjo (1980) yang menyatakan bahwa saluran oviduvt ada sepasang, merupakan saluran yang menghubungkan ovarium dan uterus. Bentuknya bulat, kecil, panjang, berkelok-kelok, ukuran panjang dan berkelok-keloknya beragam tiap jenis hewan. Ditambahkan oleh pendapat Frandson (1992) yang menyatakan bahwa oviduct berada dekat dengan ovarium, memiliki ujung berjumbai disebur fimbria. Ujung oviduct tersebut berfungsi menagkap folikel yang telah masak. 1.3.3. Uterus Uterus merupakan tempat perkembangan fetus. Uterus terdapat sepasang, bentuk dan panjangnya disesuaikan oleh jenis hewan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Toelihere (1981) yang menyatakan bahwa uterus adalah suatu struktur saluran muskuler yang diperlukan untuk penerimaan ovum yang telah dibuahi nutrisi dan perlindungan fetus dan stadium permulaan ekspulsi fetus pada waktu kelahiran. Ditambahkan oleh Frandson (1992) bahwa uterus berfungsi sebagai tempat implantasi embrio dan tempat tumbuh serta berkembangnya embrio. 1.3.4. Servix Servix berfungsi untuk melindungi organ yang ada di dalam agar tidak ada barang asing yang masuk. Dimana saat birahi servix ini membuka dan saat tidak birahi menutup. Hal ini sesuai dengan pendapat Toelihere (1981) bahwa servix atau leher uterus merupakan suatu otot sphincter tubuler yang sangat kuat dan terdapat antara vegina dan uterus. Ditambahkan oleh



Hardjopranjoto (1995) bahwa servix berfungsi menutup lumen uterus sehingga



tidak



memberi



kemungkinan



masuknya



jasad



renik



atau



mikroorganisme ke dalam uterus. 1.3.5. Vagina Vagina merupakan alat kopulasi pada betina, tempat penumpahan sperma dan jalannya partus. Hal ini sesuai dengan Toelihere (1981) yang menyatakan bahwa vagina adalah organ kelamin betina dengan struktur selubung muscular yang terletak di dalam rongga pelvis dorsal dari vesica urinary yang berfungsi sebagai alat kopulatoris dan sebagai tempat berlalu bagi fetus sewaktu partus. Hal ini ditambahkan oleh Frandson (1992) yang menyatakan bahwa vagina berfungsi sebagai selaput yang menerima penis dari hewan jantan pada saat kopulasi dan jalan ketika proses kelahiran. 1.3.6. Vulva Organ terluar dimana fungsinya sebagai pendeteksi birahi pada betina. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Toelihere (1981) yang menyatakan bahwa alat kelamin luar terdiri atas vestibulum dan vulva. Vulva terdiri dari labia mayora, labia minora, commisura dorsalis, ventralis dan klitoris. Ditambahkan dengan pendapat Partodihardjo (1980) yang menyatakan bahwa klitoris embrionik homolog dengan penis. Sedangkan vulva homolog dengan skrotum. Pada permukaan vulva terdapat banyak kelenjar kulit. 1.4. Perbedaan Anatomi Organ Reproduksi Ternak Betina pada Sapi, Domba dan Babi



Organ reproduksi betina pada sapid an domba relatif sama, yang berbeda hanya pada babi yang gterletak pada uterus. Dimana uterus pada babi panjang dan berkelok-kelok. Hal ini disebabkan karena uterus merupakan tempat perkembangan partus, dan babi termasuk ternak yang memiliki jumlah keturunan lebih dari satu. Maka dari itu dibutuhkan uterus yang panjang dan berkelok-kelok.



DAFTAR PUSTAKA AAK. 1991. Pedoman Lengkap Berternak Babi. Yayasan Kanisius. Jogjakarta. Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fiosiologi Ternak. Gadjah Mada University Pers, Jogjakarta. Hardjopanjoto. S. 1995. Ilmu Kemajiran pada Ternak. Airlangga University press. Surabaya. Luqman, M. 1999. Fisiologi Reproduksi. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. Surabaya. Parodihardjo, S. 1980. Ilmu Reproduksi Hewan. Penerbit Mutiara, Jakarta. Praseno Koen, Isroli, B. Soedarmoyo. 2003. Fisiologi Ternak. Universitas Diponegoro. Semarang. Santoso, Begot. 2007. Biologi. Interplus, Jakarta. Sodiq A. dan Abidin. 2008. Sukses Penggemukan Domba. Agromedia, Jakarta. Toelihere, M. R. 1981. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Angkasa, Bandung. Toelihere, M. 1985. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Angkasa, Bandung.