23 0 699 KB
1
LAPORAN PEMANTAPAN KEMAMPUAN PROFESIONAL (PKP) PDGK-4501
PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA POKOK BAHASAN ENERGI DAN PENGGUNAANNYA DENGAN METODE DEMONTRASI SISWA KELAS IV DI SDN 002 SUNGAI PINANG
OLEH: MUSRIYATNI NIM : 826122086
FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ-UT SAMARINDA POKJAR SAMARINDA SAMARINDA 2017
2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu negara. Penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan dengan adanya interaksi belajar mengajar atau proses pembelajaran. Guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dan berpedoman pada seperangkat aturan dan rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Kurikulum secara berkelanjutan disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan berorientasi pada kemajuan sistem pendidikan nasional, tampaknya belum dapat direalisasikan secara maksimal. Salah satu masalah yang dihadapi dalam dunia pendidikan di Indonesia adalah lemahnya proses pembelajaran. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi; otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya, ketika anak didik kita lulus dari sekolah, mereka pintar secara teoritis, tetapi mereka miskin aplikasi. Kenyataan ini berlaku untuk semua mata pelajaran tidak terkecuali matapelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Ilmu Pengetahuan Alam berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsepkonsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Carin dan Sund (1993) mendefinisikan ilmu pengetahuan alam sebagai pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum (universal), dan berupa kumpulan data hasil observasi dan demonstrasi.
3
Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam penerapannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Keringnya makna pelajaran ilmu pengetahuan alam bagi peserta didik tidak lepas dari permasalahan matapelajaran ini yang kompleks menyangkut komponen sistem pembelajaran. Suasana kelas saat pelajaran IPA umumnya kurang menggembirakan, akibatnya anak didik terlihat gerah dan tidak tenang. Guru waktu mengajar ilmu pengetahuan alam umumnya cenderung menyajikan sederet data yang berisi konsep, proses, dan kejadian yang serba tidak berarti. Anak didik jarang diajak melakukan eksperimen dan mengungkap pemecahan masalah. Proses pembelajaran masih bersifat informatif, kurang memperhatikan daya nalar dan tidak mengajak anak didik berpikir kritis. Pembelajaran ilmu pengetahuan alam sebaiknya dilaksanakan dengan menggunakan metode pemecahan masalah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Pembelajaran IPA di SD menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Proses pembelajaran yang dilakukan oleh banyak tenaga pendidik saat ini cenderung pada pencapaian target materi kurikulum, lebih mementingkan pada penghafalan konsep bukan pada pemahaman. Permasalahan ini terlihat dari kegiatan pembelajaran di dalam kelas yang selalu didominasi oleh guru. Proses penyampaian materi, biasanya guru menggunakan metode ceramah, di mana siswa hanya duduk, mencatat, dan mendengarkan apa yang disampaikannya dan sedikit peluang bagi siswa untuk bertanya. Akibatnya, suasana pembelajaran menjadi tidak kondusif sehingga siswa menjadi pasif.
4
Upaya peningkatan prestasi belajar siswa tidak terlepas dari berbagai faktor yang mempengaruhinya. Guru kreatif yang dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan disukai oleh peserta didik. Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat agar siswa dapat memperoleh kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain sehingga pada gilirannya dapat diperoleh prestasi belajar yang optimal. Proses pembelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut adanya partisipasi aktif dari seluruh siswa. Jadi, kegiatan belajar berpusat pada siswa, guru sebagai motivator dan fasilitator di dalamnya agar suasana kelas lebih hidup. Memecahkan permasalahan tersebut, penulis berupaya dengan berbagai cara, salah satunya dengan mencoba menerapkan metode demonstrasi. Penerapan metode ini, penulis berharap hasil belajar siswa dapat meningkat dengan lebih baik lagi. Sanjaya ( 2006:1 ) berpendapat bahwa demonstrasi adalah cara menyajikan pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan pada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan yang dipertunjukan oleh guru atau sumber belajar lain yang ahli dalam topik bahasan yang harus didemonstrasikan. Penulis beranggapan bahwa penerapan metode demonstrasi dalam pembelajaran ilmu pengetahuan alam dapat memecahkan masalah yang dialami para guru dan siswa Sekolah Dasar. Penerapan metode demonstrasi dalam mata pelajaran IPA sekarang ini menjadi tumpuan harapan para guru dalam upaya menghidupkan aktivitas siwa dalam pembelajaran secara maksimal. Intinya, pelajaran ilmu pengetahuan alam tidak lagi dianggap sebagai mata pelajaran yang sama dengan pelajaran sastra yang syarat dengan hapalan-hapalan. Penerapan metode demonstrasi diharapkan pembelajaran akan lebih bermakna, menarik dan meningkatkan hasil belajar bagi siswa karena metode demonstrsi dapat dikatakan sebagai muara dalam belajar IPA, sebab berbagai
5
aspek (kognitif, efektif, dan psikomotor) terlibat di dalamnya. Misalnya, ketika kita sedang menghadapi permasalahan dengan meneliti fenomena alam, maka siswa akan berupaya untuk mencari penyebab mengapa hal itu bisa terjadi dengan menggunakan metode ilmiah yang dipahaminya. Strategi pembelajaran dalam bidang studi IPA dengan menggunakan metode demonstrasi lebih mementingkan proses daripada hasil belajar. Hasil pemikasibelajaran diharapkan lebih bermakna bagi anak untuk memecahkan persoalan, berpikir kritis, dan melaksanakan observasi serta menarik kesimpulan dalam kehidupan jangka panjangnya. Konteks ini siswa harus mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana cara mencapainya. Mereka sadar bahwa yang mereka pelajari akan sangat berguna bagi kehidupannya nanti. Akhirnya mereka akan memposisikan sebagai dirinya sendiri yang memerlukan suatu bekal untuk hidupnya nanti. Mereka mempelajari apa yang bermanfaat bagi dirinya dan berupaya untuk mencapainya. Siswa dalam mencapai upaya tersebut, mereka memerlukan guru sebagai pengarah dan pembimbing bukan sekedar sebagai pengajar atau pentransfer ilmu pengetahuan belaka. 1. Identifikasi Masalah Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, Nampak bahwa hasil belajar siswa kelas IV SDN 002 Sungai Pinang ini belum optimal. Maka peneliti dan teman sejawat sebagai patner penelitian, menemukan beberapa faktor tidak tercapainya tujuan pembelajaran. -
Guru mengajar hanya dengan menggunakan metode ceramah
-
Kurangnya pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran
-
Siswa terlihat pasif tidak ada muncul pertanyaan
-
Guru hanya menggunakan media buku yang terkesan monoton
-
Hasil belajar rendah dan target nilai ketuntasan belum tercapai
2. Analisis Masalah Setelah dianalisis dan didiskusikan dengan teman sejawat diketahui beberapa penyebab masalah untuk ditinjak lanjutin, antara lain :
6
-
Guru tidak menggunakan metode pembelajaran yang menarik perhatian siswa
-
Guru tidak menyampaikan materi secara menyeluruh dan jelas
-
Guru mendominasi kegiatan pembelajaran tanpa memberikan kesempatan siswa untuk bertanya
-
Guru hanya terikat pada penggunaan 1 buku saja
-
Guru tidak memberikan penjelasan yang tepat untuk mengejakan soalsoal latihan berkaitan dengan materi. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti ingin melaksanakan
penelitian tindakan kelas untuk memecahkan permasalahan tersebut. Adapun, metode yang dapat dimanfaatkan sebagai upaya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa adalah pendekatan atau metode demonstrasi dengan judul penelitian Peningkatan Hasil Belajar IPA Pokok Bahasan Energi dan Penggunaannya dengan Metode Demonstrasi Siswa Kelas IV di SDN 002 Sungai Pinang.
B. Rumusan Masalah Permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Apakah mengajar dengan metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar IPA pokok bahasan energi dan penggunaannya pada siswa kelas IV SDN 002 Sungai Pinang? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPA pokok bahasan energi dan penggunaannya dengan metode demonstrasi siswa kelas IV di SDN 002 Sungai Pinang ? D. Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penulisan yang telah diuraikan di atas, maka peneliti mengharapkan penelitian ini bermanfaat sebagai berikut : 1. Bagi Guru : a. Memberikan pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan penelitian b. Menumbuhkan dan meningkatkan keterampilan guru dalam menerapkan berbagai tehnik mengajar yang bervariasi.
7
c.
Meningkatkan motivasi dan kinerja guru
2. Bagi Siswa : a. Dapat menjadi pemicu peserta didik untuk mengikuti pelajaran karena sesuai dengan karakter dan minat peserta didik. b. Dapat mendorong partisipasi aktif peserta didik dalam proses kegiatan belajar mengajar sehingga tercipta suasana belajar yang interaktif dan menyenangkan. c. Memberikan suasana pembelajaran yang menggairahkan. d. Memupuk tanggungjawab individu maupun kelompok. 3. Peneliti, guna: a. Menambah wawasan tentang hal-hal yang terkait dengan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar b. sebagai referensi untuk melakukan penelitian lebih lanjut. 4. Bagi Sekolah : a. Dapat menjadi acuan bagi sekolah dalam mengambil kebijakan yang berkaitan dengan proses kegiatan belajar mengajar. b. Dapat meningkatkan prestasi sekolah dengan peningkatan motivasi dan prestasi belajar siswa yang tinggi.
8
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Belajar 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun implisit (tersembunyi). Kegiatan atau tingkah laku belajar terdiri dari kegiatan psikis dan fisis yang saling bekerjasama secara terpadu dan komprehensif integral. Sejalan dengan itu, belajar dapat dipahami sebagai usaha atau berlatih supaya mendapat suatu kepandaian. Pengimplementasian belajar adalah kegiatan individu memperoleh pengetahuan, perilaku dan keterampilan dengan cara mengolah bahan belajar. Suatu program pengajaran seharusnya memungkinkan terciptanya suatu lingkungan yang memberi peluang untuk berlangsungnya proses belajar yang efektif. Kegiatan proses pengajaran, unsur proses belajar memegang peranan yang vital. Belajar mempunyai pengertian yang sangat umum dan luas, dapat dikatakan bahwa sepanjang hidup seseorang selalu mengalami proses belajar dan belajar dari pengalaman. Belajar dianggap sebagai proses perubahan perilaku sebagai akibat dari pengalaman dan latihan. Hilgard (dalam Sanjaya, 2006 : 112) belajar adalah proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan baik latihan di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah. Belajar bukanlah sekadar mengumpulkan pengetahuan. Belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku. Aktivitas mental itu terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungan yang disadari. Hamalik (2006 : 27) berpendapat bahwa belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Belajar selanjutnya juga dijelaskan sebagai suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan.
9
Berdasarkan pengertian secara psikologis belajar merupakan suatu perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. 2. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Belajar Belajar yang merupakan proses kegiatan untuk mengubah tingkah laku si subjek belajar, ternyata banyak faktor yang memengaruhinya. Faktor yang berpengaruh itu, secara gars besar dapat dibagi dalam klasfikasi faktor intern ( dari dalam ) diri si subjek belajar dan faktor ekstern ( dari luar ) di si subjek belajar. a. Faktor Intern Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri pelajar : 1) Faktor Jasmaniah Keadaan kondisi fisiologis mencakup kondisi fisik seperti kesehatan jasmani dan cacat tubuh. Kondisi kesehatan jasmani sangat berpengaruh dalam aktivitas belajar 2) Faktor Psiklogis Keadaan kondisi psikologis mencakup seperti kemampuan inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan. b. Faktor Ekstern 1) Faktor Keluaga Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah, dan keadaan ekonomi keluarga. 2) Faktor Sekolah Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin siswa, disiplin sekolah, pembelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung , metode belajar dan tugas rumah.
10
3. Hasil Belajar Usman (2001 : 5) berpendapat bahwa belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dan individu dengan lingkungannya. Mengenai pengertian ini ada kata perubahan yang berarti bahwa seseorang telah mengalami proses belajar, ia akan mengalami perubahan tingkah laku, baik aspek pengetahuannya, keterampilannya, maupun aspek sikapnya. Misalnya dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari ragu-ragu menjadi yakin, dari tidak sopan menjadi sopan. Kriteria keberhasilan belajar diantaranya ditandai dengan terjadinya perubahan tingkah laku pada diri individu yang belajar. Hamalik (2007 : 30) berpendapat bahwa tingkah laku manusia terdiri dari sejumlah aspek. Hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan pada setiap asapek-aspek tersebut. Adapun aspek-aspek itu adalah pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap. Berdasarkan sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan baik tujuan kurikuler maupun instruksional menggunakan klasifikasi hasil belajar yang dikembangkan Benyamin S. Bloom. Secara garis besar Bloom membagi hasil belajar dalam tiga ranah atau takson yakni : ranah kognitif, ranah afektif dan psikomotor, sehingga kemudian tiga ranah ini disebut Taksonomi Bloom.
B. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam 1. Pengertian Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga ilmu pengetahuan alam bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan
11
kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara alamiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Ilmu pengetahuan Alam merupakan pengetahuan ilmiah, yaitu pengetahuan yang telah mengalami uji kebenaran melalui metode ilmiah, dengan ciri : objektif, metodik, sistematis, universal, dan tentatif. Ilmu pengetahuan Alam merupakan ilmu yang pokok bahasannya adalah alam dan segala isinya. Carin dan Sund (1993) mendefinisikan IPA sebagai pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum (universal), dan berupa kumpulan data hasil observasi dan demonstrasi. Merujuk pada pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa hakikat ilmu pengetahuan alam meliputi empat unsur utama yaitu : a. Sikap : rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, mahluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar; bersifat open ended. b. Proses : prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan demonstrasi atau percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan. c. Produk : berupa fakta, prinsip, teori dan hukum. d. Aplikasi : penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan seharihari. Keempat unsur itu merupakan ciri ilmu pengetahuan alam yang utuh dan sebenarnya tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Proses pembelajaran keempat unsur itu diharapkan dapat muncul, sehingga peserta didik dapat mengalami proses pembelajaran secara utuh, memahami fenomena alam melalui kegiatan pemecahan masalah, metode ilmiah, dan meniru cara
ilmuwan
bekerja
dalam
menemukan
fakta
baru.
Kecenderungan
pembelajaran IPA pada masa kini adalah peserta didik hanya mempelajarinya sebagai produk, menghafalkan konsep, teori dan hukum. Keadaan ini diperparah
12
oleh pembelajaran yang berorientasi pada tes/ujian. Akibatnya ilmu pengetahuan alam sebagai proses, sikap, dan aplikasi tidak tersentuh dalam pembelajaran. Pengalaman belajar yang diperoleh di kelas tidak untuh dan tidak berorientasi tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar. Pembelajaran lebih bersifat teacher-centered, guru hanya menyampaikan IPA sebagai produk dan peserta didik menghafal informasi faktual. Peserta didik hanya mempelajari ilmu pengetahuan alam pada domain kognitif yang terendah. Peserta didik tidak dibiasakan untuk mengembangkan potensi berpikirnya. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa banyak peserta didik yang cenderung menjadi malas berfikir secara mandiri. Cara berfikir yang dikembangkan dalam kegiatan belajar belum menyentuh domain afektif dan psikomotor. Alasan yang sering dikemukakan oleh para guru adalah keterbatasan waktu, sarana, lingkungan belajar, dan jumlah peserta didik per kelas yang terlalu banyak. Abad 21 ditandai oleh pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan alam dan teknologi dalam berbagai bidang kehidupan di masyarakat, terutama teknologi informasi dan komunikasi. Kenyataannya, diperlukan cara pembelajaran yang dapat menyiapkan peserta didik untuk melek ilmu pengetahuan alam dan teknologi, mampu berpikir logis, kritis, kreatif, serta dapat berargumentasi secara benar. Faktanya, memang tidak banyak peserta didik yang menyukai matapelajaran IPA, karena dianggap sukar, keterbatasan kemampuan peserta didik karena mereka tidak berminat menjadi ilmuwan atau ahli teknologi. Namun demikian, mereka tetap berharap agar pembelajaran IPA di sekolah dapat disajikan secara menarik, efisien, dan efektif. Standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan dicapai peserta didik yang dituangkan dalam empat aspek yaitu, mahluk hidup dan proses kehidupan, materi dan sifatnya, energi dan perubahannya, serta bumi dan alam semesta. Indikator pencapaian kompetensi dikembangkan oleh sekolah, disesuaikan dengan lingkungan setempat, dan media serta lingkungan belajar yang ada di sekolah. Semua ini ditujukan agar guru dapat lebih aktif, kreatif, dan melakukan inovasi dalam pembelajaran tanpa meninggalkan isi kurikulum.
13
Melalui pembelajaran IPA terpadu, diharapkan peserta didik dapat membangun pengetahuannya melalui cara kerja ilmiah, bekerjasama dalam kelompok, belajar berinteraksi dan berkomunikasi, serta bersikap ilmiah. 2. Hakikat pembelajaan Ilmu Pengetahuan Alam Trianto ( 2011 : 137 ) pada hakikatnya Ilmu Pengetahuan Alam dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah. Ilmu Pengetahuan Alam dpandang pula sebagai proses, sebagai produk, dan sebagai prosedur. Ilmu Pengetahuan Alam sebagai proses diartikan semua kegiatan ilmiah untuk menyempurnakan pengetahuan tentang alam maupn untuk menemukan pengetahuan baru. Ilmu Pengetahuan Alam sebagai poduk diartikan sebagai hasil proses berupa pengetahuan alam diajarkan dalam sekolah atau di luar sekolah maupun bahan bacaan untuk penyebaran atau disiminasi pengetahuan. Ilmu Pengetahuan Alam sebagai prosedur dimaksudkan adalah metodologi atau cara yang dipakai untuk mengetahui sesuatu (riset pada umumnya) yang lazim disebut metode ilmiah. Sutarno ( 2003 : 2 ) Secara khusus fungsi dan tujuan Ilmu Pengetahuan Alam berdasarkan kurikulum berbasis kompetensi adalah sebagai berikut : a. Menanamkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. b. Mengembangkan keterampilan, sikap dan nilai ilmiah c. Mempersiapkan siswa menjadi warga Negara yang melek sains dan teknologi. d. Menguasai konsep sains untuk bekal hidup masyarakat dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Berdasarkan fungsi dan tujuan tersebut kiranya semakin jelas bahwa hakikat Ilmu Pengetahuan Alam semata-mata tidaklah pada dimensi pengetahuan ( keilmuan), tetapi Ilmu Pengetahuan Alam lebih menekankan pada dimensi nilai ukhrawi, dimana dengan memperhatikan keteraturan di alam semesta akan semakin meningkatkan keyakinan akan adanya sebuah kekuatan yang Maha dahsyat yang tidak dapat dibantah lagi yaitu Allah SWT.
14
3. Karakteristik Matapelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu pengetahuan Alam didefinisikan sebagai pengetahuan yang diperoleh melalui pengumpulan data dengan demonstrasi, pengamatan, dan deduksi untuk menghasilkan suatu penjelasan tentang sebuah gejala yang dapat dipercaya. Ada tiga kemampuan dalam IPA yaitu : (a) kemampuan untuk mengetahui apa yang diamati, (b) kemampuan untuk
memprediksi apa yang belum diamati dan
kemampuan untuk menguji tindak lanjut hasil eksperimen, (c) dikembangkannya sikap ilmiah. Kegiatan pembelajaran ini mencakup pengembangan kemampuan dalam
mengajukan
pertanyaan,
mencari
jawaban,
memahami
jawaban,
menyempurnakan jawaban tentang apa, mengapa dan bagaimana tentang gejala alam maupun karakteristik alam sekitar melalui cara-cara sistematis yang akan diterapkan dalam lingkungan dan teknologi. Kegiatan tersebut dikenal dengan kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode ilmiah. Metode ilmiah dalam mempelajari IPA itu sendiri telah diperkenalkan sejak abad ke-16 (Galileo Galilei dan Francis Bacon) yang meliputi mengidentifikasi masalah, menyusun hipotesa, memprediksi konsekuensi dari hipotesis, melakukan demonstrasi untuk menguji prediksi dan merumuskan hukum umum yang sederhana yang diorganisasikan dari hipotesis, prediksi dan demonstrasi. Pembelajaran IPA di sekolah sebaiknya : (a) memberikan pengalaman pada peserta didik sehingga mereka kompeten melakukan pengukuran berbagai besaran fisis, (b) menanamkan peserta didik pentingnya pengamatan empiris dalam menguji suatu pernyataan ilmiah (hipotesis). Hipotesis ini dapat berasal dari pengamatan terhadap kejadian sehari-hari yang memerlukan pembuktian secara ilmiah, (c) latihan berpikir kuantitatif yang mendukung kegiatan belajar matematika, yaitu sebagai penerapan matematika pada masalah-masalah nyata yang berkaitan dengan peristiwa alam, (d) memperkenalkan dunia teknologi melalui kegiatan kreatif dalam kegiatan perancangan dan pembuatan alat-alat sederhana maupun penjelasan berbagai gejala dan keampuhan IPA dalam menjawab berbagai masalah.
15
4. Tujuan Pembelajaran IPA Terpadu Tujuan pembelajaran IPA terpadu adalah sebagai berikut : a. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran Pembelajaran ilmu pengetahuan alam hendaknya disajikan dalam bentuk yang utuh dan tidak parsial. Pembelajaran yang disajikan terpisah-pisah dalam fisika, biologi, kimia dan bumi-alam semesta memungkinkan adanya tumpang tindih dan pengulangan, sehingga membutuhkan waktu dan energi yang lebih banyak, serta membosankan bagi peserta didik. Bila konsep yang tumpang tindih dan pengulangan dapat dipadukan, maka pembelajaran akan lebih efisien dan efektif. b. Meningkatkan minat dan motivasi Pembelajaran terpadu memberikan peluang bagi guru untuk mengembangkan situasi pembelajaran yang utuh, menyeluruh, dinamis, dan bermakna sesuai dengan harapan dan kemampuan guru, serta kebutuhan dan kesiapan peserta didik. Pembelajaran terpadu memberikan peluang bagi pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan tema yang disampaikan. Pembelajaran IPA terpadu dapat mempermudah dan memotivasi peserta didik untuk mengenal, menerima, menyerap, dan memahami keterkaitan atau hubungan antara konsep pengetahuan dan nilai atau tindakan yang termuat dalam tema tersebut. Peserta didik akan lebih termotivasi dalam belajar bila mereka merasa bahwa pembelajaran itu bermakna baginya, dan bila mereka berhasil menerapkan apa yang telah dipelajarinya. c. Beberapa kompetensi dasar dapat dicapai sekaligus Model pembelajaran IPA terpadu dapat menghemat waktu, tenaga dan sarana, serta biaya karena pembelajaran beberapa kompetensi dasar dapat diajarkan sekaligus. Pembelajaran terpadu juga menyederhanakan langkah-langkah pembelajaran, hal ini terjadi karena adanya proses pemaduan dan penyatuan sejumlah standar kompetensi, kompetensi dasar, dan langkah pembelajaran yang dipandang memiliki kesamaan atau keterkaitan.
16
C. Energi dan Penggunaannya 1. Energi Panas i. Sumber energi panas Semua yang dapat menghasilkan panas disebut sumber energi panas. Lilin yang menyala menghasilkan panas. Api unggun menghasilkan panas. Gesekan antara dua benda dapat menghasilkan panas. Ini berarti bahwa lilin yang menyala, api unggun, dan gesekan antara dua benda merupakan sumber energi panas. Sumber energi panas terbesar adalah matahari. Bumi kita menjadi hangat karena adanya panas matahari yang setiap hari memancar
ke
bumi.
Kita
dapat
mengeringkan
pakaian
dengan
memanfaatkan energi panas matahari. Panas matahari juga dimanfaatkan untuk mengeringkan bahan makanan, seperti pembuatan ikan asin, kerupuk, dan garam. ii. Perpindahan panas Panas dapat berpindah dari sumbernya ke tempat lain. Akibatnya, benda yang semula panas dapat menjadi dingin. Panas dari matahari berpindah ke bumi sehingga permukaan bumi menjadi hangat. Matahari adalah sumber energi panas terbesar bagi bumi. Walaupun sebagian panasnya telah berpindah ke tempat lain, misalnya ke bumi, matahari tidak menjadi dingin. Air panas juga merupakan sumber energi panas. Panas yang dikandungnya tentu dapat berpindah. Akan tetapi, air panas tidak dapat menghasilkan panas yang baru. Jadi, karena ada panas yang keluar, air yang semula panas dapat berubah menjadi dingin. Panas itu berpindah ke udara luar yang lebih dingin. Perpindahan panas dapat dicegah. Salah satunya dengan cara memasukkan air panas ke dalam termos. 2. Energi Bunyi a. Sumber energi bunyi Kita dapat mendengar bunyi dari alat musik. Alat musik akan mengeluarkan bunyi jika dimainkan. Dalam keadaan diam, alat musik tidak mengeluarkan bunyi. Bunyi dihasilkan oleh getaran. Semua getaran benda yang dapat menghasilkan bunyi disebut sumber bunyi. Contoh
17
bunyi gong yang dipukul dan bunyi seruling yang ditiup. Banyak getaran yang terjadi dalam satu detik disebut kekerapan atau frekuensi. Satu getaran per detik disebut satu hertz yang dilambangkan dengan Hz. Bunyi yang frekuensinya teratur disebut nada. Bunyi yang frekuensinya tidak teratur disebut desah. Bunyi yang dapat didengar oleh telinga manusia adalah bunyi yang jumlah getarannya berkisar 20 sampai 20.000 Hz. Bunyi yang jumlah getarannya 20 – 20.000 Hz disebut audiosonik. Bunyi yang getarannya kurang dari 20 Hz disebut infrasonik. Bunyi infrasonik hanya dapat didengar oleh hewan tertentu, misalnya jangkrik. Adapun bunyi yang jumlah getarannya lebih dari 20.000 Hz disebut ultrasonik. Bunyi ultrasonik hanya dapat didengar oleh hewan tertentu, misalnya lumba-lumba dan kelelawar. b. Perambatan bunyi Bunyi dapat merambat dari sumber bunyi ke tempat lain melalui media. Media perambatan bunyi adalah benda gas, benda cair dan benda padat. c. Pemantulan dan penyerapan bunyi Sifat bunyi adalah dapat dipantulkan dan diserap. Bunyi dapat memantul. Pemantulan bunyi terjadi apabila bunyi tersebut dalam perambatannya dihalangi oleh benda yang permukaannya keras. Benda keras tersebut dapat berupa batu, kayu, besi, seng, kaca dan sebagainya. Beberapa peristiwa pemantulan bunyi : i. Bunyi pantul yang memperkeras bunyi asli Jika jarak antara sumber bunyi dan dinding pemantul dekat, maka bunyi pantul terdengar hampir bersamaan dengan bunyi asli sehingga akan memperkeras suara asli. Misalnya, jika kita berbicara di dalam kamar kosong yang tertutup, maka bunyi yang kita keluarkan akan mengenai dinding-dinding kamar. Bunyi itu dipantulkan sehingga suara yang terdengar menjadi lebih kuat.
18
ii. Gaung atau kerdam Dinding pemantul pada jarak yang lebih jauh dari sumber bunyi menyebabkan hanya sebagian bunyi pantul tiba bersamaan dengan bunyi asli. Akibatnya, bunyi pantul mengganggu bunyi asli sehingga suara yang terdengar tidak jelas. Bunyi pantul yang hanya sebagian tiba bersama dengan bunyi asli sehingga bunyi asli menjadi tidak jelas disebut gaung atau kerdam. iii. Gema Bunyi pantul yang terdengar lengkap sesudah bunyi asli disebut gema. Gema sering terjadi di gua-gua, lembah-lembah, dan bukit-bukit yang jaraknya jauh dan permukaannya keras dan rapat. Selain dapat dipantulkan, bunyi juga dapat diserap. Benda-benda yang dapat menyerap bunyi adalah benda yang permukaannya lunak. Benda yang demikian disebut peredam bunyi, misalnya karet, karpet, goni, kertas, kain, busa, spon, dan wol. Benda-benda tersebut dapat digunakan untuk menghindari terjadinya gaung atau kerdam. Dinding dan langit-langit gedung pertemuan, gedung bioskop, dan studio rekaman dilapisi dengan bahan-bahan tersebut supaya tidak terjadi gaung atau kerdam. 3. Energi Alternatif I.
Berbagai sumber energi alternatif Energi alternatif antara lain dapat diperoleh dari : i.
Matahari Matahari merupakan sumber energi terbesar bagi bumi. Energi yang diberikan matahari berupa energi panas dan energi cahaya. Energi panas dan energi cahaya matahari dapat langsung kita gunakan. Energi matahari dapat pula diubah dulu menjadi energi listrik, baru kemudian dipakai untuk menjalankan berbagai peralatan sehari-hari. Energi cahaya matahari dapat juga diubah dulu menjadi listrik. Cahaya matahari diubah dulu menjadi listrik oleh alat yang disebut sel surya. Sel surya dibuat dari lembaran silikon tipis. Bagian atas lembaran itu dibuat dari silikon yang sedikit berbeda dengan bagian bawah
19
lembaran. Saat cahaya matahari jatuh mengenainya, terjadi arus listrik yang mengalir lewat kawat yang menghubungkan bagian atas dengan bagian bawah. Saat ini, sel surya mulai dicoba untuk menggerakkan mobil dan pesawat terbang bertenaga matahari. Energi panas matahari dapat dimanfaatkan langsung, misalnya sebagai pemanas air di rumah. Panas matahari dikumpulkan dalam suatu alat yang disebut panel surya. ii.
Angin Tenaga angin sudah dimanfaatkan orang sejak zaman dulu. Kapal layar dapat berkeliling dunia dengan hanya mengggunakan energi angin. Tenaga angin juga digunakan untuk menjalankan mesin penggiling jagung dan pompa air. Kincir angin tradisional juga masih dapat ditemui di Negeri Belanda. Saat ini, angin dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik. Alat yang menghasilkan listrik dari tenaga angin disebut juga aerogenerator. Generator pada umumnya berbentuk menara. Pada puncak menara dipasang kincir atau baling-baling. Baling-baling berputar saat diterpa aingin. Perputaran baling-baling inilah yang menyebabkan generator menghasilkan listrik.
iii.
Air Aliran air dapat digunakan sebagai sumber energi. Aliran air yang sangat deras merupakan sumber energi gerak. Energi gerak ini dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik.
iv.
Panas Bumi Air yang mengalir ke dalam tanah akan kembali ke permukaan sebagai uap air yang memancar. Air panas ini disebut juga geyser. Tenaga panas bumi digunakan untuk menghasilkan listrik.
II.
Keuntungan penggunaan energi alternatif Sumber energi dari bahan fosil memiliki keuntungan sebagai berikut : i. Tidak dibutuhkan biaya terlalu besar untuk mendapatkannya. ii. Penggunaan bahan bakar fosil lebih mudah. Kerugian penggunaan bahan bakar fosil antara lain :
20
a. Lama kelamaan, bahan bakar fosil akan habis jika digunakan terus menerus. b. Bahan bakar fosil dapat mencemari lingkungan karena adanya gas racun sisa pembakaran, misalnya karbon monoksida. Sumber energi alternatif memiliki keuntungan sebagai berikut : Sumber energi alternatif dapat terus digunakan karena tidak akan habis. 1) Energi yang dihasilkan oleh sumber energi alternatif sangat besar. 2) Energi
alternatif
tidak
mencemari
lingkungan
karena
tidak
menghasilkan zat-zat buangan ke lingkungan. Kesulitan dalam pemanfaatan energi alternatif antara lain : a. Dibutuhkan biaya yang besar untuk dapat memanfaatkan energi alternatif. b. Dibutuhkan teknologi tinggi untuk mengubah energi alternatif menjadi bentuk energi yang dapat digunakan. c. Tersedianya energi alternatif dipengaruhi oleh musim. D. Metode Demonstrasi 1. Pengertian Metode Demonsrasi Wina Sanjaya (2008 : 127)berpendapat bahwa metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi. Kegiatan belajar mengajar dalam prosesnya, guru memerlukan metode yang dalam penggunaannya harus bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir. Kegiatan belajar mengajar di dalamnya, guru tidak harus terpaku dengan menggunakan satu metode, tetapi guru sebaiknya menggunakan metode yang bervariasi agar jalannya pengajaran tidak membosankan, tetapi menarik perhatian anak didik. Namun penggunaan metode yang bervariasi tidak menguntungkan kegiatan belajar mengajar bila penggunaannya tidak tepat dan tidak didukung oleh situasi serta kondisi psikologis anak didik. Wina Sanjaya (2008 : 152) metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekadar tiruan. Metode demonstrasi merupakan metode yang paling sederhana
21
dibandingkan dengan metode-metode mengajar lainnya. Saiful Sagala (2007:210) mendefinisikan metode demonstrasi adalah pertunjukkan tentang proses terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku yang dicontohkan agar dapat diketahui dan dipahami oleh peserta didik secara nyata atau tiruannya. Metode ini adalah yang paling pertama digunakan oleh manusia yakni tatkala manusia purba menambah kayu untuk memperbesar nyala api unggun, sementara anak-anak mereka memperhatikan dan menirunya. Penerapan metode demonstrasi peserta didik berkesempatan mengembangkan kemampuan mengamati segala benda yang sedang terlibat dalam proses serta dapat mengambil kesimpulan-kesimpulan yang diharapkan 2. Kelebihan Metode Demonstrasi Tujuan pengajaran menggunakan metode demonstrasi adalah untuk memperlihatkan proses terjadinya suatu peristiwa sesuai materi ajar, cara penyampaiannya, dan kemudahan untuk dipahami oleh siswa dalam pengajaran. Syaiful Sagala (2007 : 211) metode demonstrasi memiliki kelebihan antara lain : a. Perhatian murid dapat dipusatkan kepada hal-hal yang dianggap penting oleh guru sehingga hal yang penting itu dapat diamati secara teliti. b. Dapat membimbing peserta didik ke arah berpikir yang sama dalam satu saluran pikiran yang sama. c. Ekonomis dalam jam pelajaran di sekolah dan ekonomis dalam waktu yang panjang dapat diperlihatkan melalui demonstrasi dengan waktu yang pendek. d. Dapat mengurangi kesalahan-kesalahan bila dibandingkan dengan hanya membaca atau mendengarkan, karena murid mendapatkan gambaran yang jelas dari hasil pengamatannya. e. Karena gerakan dan proses dipertunjukkan maka tidak memerlukan keterangan-keterangan yang banyak. f. Beberapa persoalan yang menimbulkan pertanyaan atau keraguan dapat diperjelas waktu proses demonstrasi.
22
3. Kelemahan Metode Demonstrasi Syaiful Sagala (2007:212) metode demonstrasi mempunyai beberapa kelemahan antara lain : 1) Derajat visibilitasnya kurang, peserta didik tidak dapat melihat atau mengamati keseluruhan benda atau peristiwa yang didemonstrasikan, kadangkadang terjadi perubahan yang tidak terkontrol. 2) Untuk mengadakan demonstrasi diperlukan alat-alat yang khusus. Kadangkadang alat itu sukar didapat. 3) Dalam mengadakan pengamatan terhadap hal-hal yang didemonstrasikan diperlukan pemusatan perhatian. Dalam hal ini banyak diabaikan oleh murimurid. 4) Tidak semua hal dapat didemonstrasikan di dalam kelas. 5) Memerlukan banyak waktu, sedangkan hasilnya kadang-kadang sangat minimum. 6) Kadang-kadang proses yang didemonstrasikan di dalam kelas akan berbeda jika proses itu didemonstrasikan dalam situasi nyata/sebenarnya. 7) Agar didemonstrasikan mendapat hasil yang baik diperlukan ketelitian dan kesabaran. 4. Cara Mengatasi Kelemahan Metode Demonstrasi Syaiful Sagala (2007:212) ada berbagai cara yang dapat dilakukan mengatasi kelemahan-kelemahan metode demonstrasi yaitu : i. Tentukan terlebih dahulu hasil yang ingin dicapai dalam jam pertemuan itu. ii. Guru mengarahkan demonstrasi itu sedemikian rupa sehingga murid-murid memperoleh pengertian dan gambaran yang benar, pembentukan sikap dan kecakapan praktis. iii. Pilih dan kumpulkan alat-alat demonstrasi yang akan dilaksanakan. iv. Usahakan agar seluruh murid dapat mengikuti pelaksanaan demonstrasi itu sehingga memperoleh pengertian dan pemahaman yang sama. v. Berikan pengertian yang sejelas-jelasnya tentang landasan teori dari yang didemonstrasikan.
23
vi. Sedapat mungkin bahan pelajaran yang didemonstrasikan adalah hal-hal bersifat praktis dan berguna dalam kehidupan sehari-hari. vii. Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilaksanakan.
5. Langkah-langkah Menggunakan Metode Demonstrasi Wina Sanjaya (2008 : 153-154) langkah-langkah metode demonstrasi meliputi : a. Tahap Persiapan 1) Rumuskan tujuan yang harus dicapai oleh siswa setelah proses demonstrasi berakhir. Tujuan ini meliputi beberapa aspek seperti aspek pengetahuan, sikap, atau keterampilan tertentu. 2) Persiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilakukan. Garis-garis besar langkah demonstrasi diperlukan sebagai panduan untuk menghidari kegagalan. 3) Lakukan uji coba demonstrasi. Uji coba meliputi segala peralatan yang diperlukan b. Tahap Pelaksanaan I.
Langkah Pembukaan Sebelum demonstrasi dilakukan ada beberapa hal yang harus diperhatikan, diantaranya :
Aturlah tempat duduk yang memungkinkan semua siswa dapat memerhatikan dengan jelas apa yang didemonstrasikan.
Kemukakan tujuan apa yang harus dicapai oleh siswa.
Kemukakan tugas-tugas apa yang harus dilakukan oleh siswa, misalnya siswa ditugaskan untuk mencatat hal-hal yang dianggap penting dari pelaksanaan demonstrasi.
II.
Langkah Pelaksanaan demonstrasi
Mulailah demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan yang merangsang siswa untuk berpikir, misalnya melalui pertanyaan-pertanyaan yang
24
mengandung teka-teki sehingga mendorong siswa untuk tertarik memerhatikan demonstrasi.
Ciptakan suasana yang menyejukkan dengan menghindari suasana yang menegangkan.
Yakinkan bahwa semua siswa mengikuti jalannya demonstrasi dengan memerhatikan reaksi seluruh siswa.
Berikan kesempatan kepada siswa
untuk secara aktif memikirkan
lebih lanjut sesuai dengan apa yang dilihat dari proses demonstrasi itu. c. Langkah mengakhiri demonstrasi. Apabila demonstrasi selesai dilakukan, proses pembelajaran perlu diakhiri dengan memberikan tugas-tugas tertentu yang ada kaitannya dengan pelaksanaan demonstrasi dan proses pencapaian tujuan pembelajaran. Proses tersebut diperlukan untuk meyakinkan apakah siswa memahami proses demonstrasi itu atau tidak. Selain memberikan tugas yang relevan, ada baiknya guru dan siswa melakukan evaluasi bersama tentang jalannya proses demonstrasi itu untuk perbaikan selanjutnya.
25
BAB III PELAKSANAAN PERBAIKAN A. Subjek, Tempat dan Waktu Penelitian, Pihak yang membantu 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN 002 Kecamatan Sungai Pinang. Jumlah Murid kelas IV adalah 28 Siswa, terdiri dari 13 Laki-laki dan 15 siswa perempuan dengan tingkat kemampuan yang berbeda-beda. Pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA ) dengan materi energi dan penggunaanya. 2. Tempat Penelitian Tempat penelitian ini dilaksanakan di SDN 002 Kecamatan Sungai Pinang Kota Samarinda. 3. Waktu Penelitian Pra siklus pada tanggal
: Kamis, 6 April 2017
Siklus I pada tanggal
: Kamis 13 April 2017
Siklus II pada tanggal
: Kamis 20 April 2017
4. Pihak yang Membantu Penelitian ini dilakukan secara kolaboratif, dimana penulis berlaku sebagai peneliti melakukan tindakan dan teman sejawat atau Kepala Sekolah bertindak sebagai supervisor 2.
B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran
26
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas dapat memperbaiki minat dan hasil pembelajaran IPA tentang pokok bahasan Energi dan Penggunaannya dengan menggunakan metode demonstrasi. Jenis penelitian ini adalah kualitatif deskriptif Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama (Suharsimi, A 2008 : 3). Menurut IGK Wardhani, dkk (2007 : 14) menyatakan bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sehingga hasil belajar siswa meningkat. Penelitian ini menggunakan pola penelitian tindakan kelas, penelitian direncanakan dua siklus. Siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.untuk lebih jelasnya pelaksanaan siklus tersebut adalah sebagai berikut :
Gambar 3.1. Tahap-Tahap Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Perencanaan
Refleksi
SIKLUS I
Pelaksanaan
27
Gambaran umum mengenai langkah-langkah dalam penelitian ini adalah: a. Kegiatan penelitian terbagi menjadi tiga tahapan yaitu : prasiklus, siklus I dan siklus II. b. Pada kegiatan Prasiklus peneliti memberikan materi energi dan penggunaannya hanya dengan menggunakan metode sederhana yaitu metode ceramah, metode diskusi dan penugasan. c. Setelah selesai pemberian materi, peneliti memberikan tes dalam bentuk tanya jawab dan tertulis kepada siswa sebagai alat ukur pertama sebelum tindakan perbaikan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. d. Pada kegiatan siklus I dan siklus II, peneliti memberikan materi energi dan penggunaannya melalui metode demonstrasi dengan kegiatan yang bervariasi.
28
e. Pada akhir pertemuan di siklus I, peneliti kembali memberikan tes berupa tanya jawab dan soal tertulis untuk mengetahui sejauh mana tindakan yang dilakukan dapat memberikan pemahaman bagi siswa. f. Peneliti memeriksa seluruh hasil tes dari kegiatan prasiklus, siklus I dan siklus II. g. Peneliti mengkalkulasikan nilai yang diperoleh siswa secara kuantitatif dan kualitatif sebagai data penelitian.
Pembelajaran IPA kelas IV di SDN Sungai Pinang di desain menggunakan metode demonstrasi dan tahapan penelitian tindakan kelas ini meliputi: 1. SIKLUS I Siklus I secara terperinci akan dipaparkan sebagai berikut: a. Perencanaan -
Penyusunan
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran
(RPP)
mendiskripsikan terjadinya energi dan penggunaannya yang menggunakan metode demontrasi sehingga kegiatan pembelajaran tidak membosankan dan membuat siswa lebih tertarik dengan pembelajaran. - Penyusunan dan persiapan soal tes sebagai alat untuk mengukur hasil belajar siswa. - Penyusunan dan persiapan lembar observasi kegiatan proses belajar mengajar di kelas IV. b. Pelaksanaan Tindakan (Action)
29
Ditahap pelaksanan tindakan, peneliti melakukan rencana kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan metode demonstrasi seperti yang tertuang dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Tindakan ini bersifat terbuka sesuai dengan kejadian yang terjadi dalam proses kegiatan belajar mengajar. Siklus I hal-hal yang diamati adalah sebagai berikut: 1. Aktivitas dan partisipasi siswa selama pelajaran berlangsung. 2. Kemampuan siswa dalam menjawab tes formatif I.
c. Refleksi Peneliti melakukan refleksi dalam proses pembelajaran dalam siklus I dan akan dijadikan dasar untuk merancang pada proses pembelajaran siklus II.
2. SIKLUS II a. Perencanaaan Peneliti membuat perencanaan berdasarkan hasil refleksi pada siklus. b. Pelaksanaan Tindakan(Action) Pada tahap pembelajaran tetap menggunakan metode demonstrasi pada materi energi dan penggunaannya berdasarkan refleksi pada siklus I. c. Tahap Pengamatan Peneliti melakukan pengamatan yang lebih terhadap partisipasi siswa dalam pembelajaran dengan memperhatikan hasil refleksi pada siklus I. d. Refleksi
30
Melakukan
refleksi
terhadap
pelaksanaan
pembelajaran
dan
hasil
pengamatan pada siklus II.
C.
Teknik Analisis Data Data yang diperoleh dari lembar observasi dan hasil belajar IPA siswa, kemudian disusun, dijelaskan dan akhirnya dianalisis dengan cara menjelaskan menggunakan metode demonstrasi materi energi dan penggunaannya dengan menyajikan dalam bentuk presentasi untuk setiap putaran. Secara analisis data dilakukan dalam tahap-tahap berikut yaitu: 1. Penyajian Data Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang
memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan.
(Milles&Huberman,1997) Data yang diperoleh melalui observasi dan tes hasil dipaparkan
secara lebih sederhana dalam bentuk paparan naratif yaitu dijelaskan dan disajikan dalam bentuk tabel dan kalimat sederhana. Analisis data kuantitatif menggunakan statistik deskriptif (presentase). 2. Persentase Persentase digunakan untuk menggambarkan peningkatan hasil belajar dari nilai dasar ke siklus I ke siklus II, dengan menggunakan rumus: (Sudjana,2002) Persentase
=
a x b
100%
31
Keterangan : a = jumlah siswa yang tuntas b=jumlah siswa seluruhnya Untuk mengetahui hasil belajar IPA siswa, peneliti dapat melakukan analisis data berupa nilai tugas kelompok dan nilai tes pada setiap siklus dengan menggunakan rumus:
NK = t_g_ _+_2_UH
Keterangan : NK = Nilai hasil belajar siswa dalam tiap siklus UH = Nilai tes siswa setiap siklus Tg = Nilai tugas (lembar kerja) (sumber:Depdiknas,2005)
3. Grafik Grafik digunakan untuk memvisualisakan peningkatan hasil belajar dalam pembelajaran IPA dalam menggunakan metode demonstrasi materi energi dan penggunaannya pada setiap siklus.
4. Dokumentasi Pengumpulan dokumentasi
digunakan dalam proses kegiatan
pembelajaran sebagai bukti kegiatan siswa telah dilaksanakan
32
C. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian tindakan kelas mencakup : 1. Perencanaan Perencanaan tindakan adalah persiapan yang dilakukan sehubungan dengan penelitian tindakan kelas seperti : a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada pokok bahasan energi dan penggunaannya. b. Membuat skenario pembelajaran. c. Membuat lembar observasi untuk mengetahui bagaimana hasil pembelajaran di rumah ketika metode eksperimen dilaksanakan. d. Membuat alat evaluasi 2. Pelaksanaan Tindakan Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap pelaksanaan tindakan adalah melaksanakan skenario pengajaran yang telah direncanakan pada lampiran I. Kegiatan pembelajaran ini guru dibantu oleh teman sejawat untuk mengamati jalannya proses belajar mengajar. Adapun pelaksanaannya adalah sebagai berikut : I. Kegiatan awal 1). Guru menanyakan tentang energi dan penggunaannya. II. Kegiatan inti a). Guru memberi penjelasan tentang energi dan penggunaannya.
33
b). Guru mendemonstrasikan tentang tentang energi dan penggunaannya yang meliputi energi panas dan energi bunyi. c). Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok d) Setiap kelompok mengerjakan tugasnya masing-masing e) Guru dan siswa membahas hasil tugas kelompok. f) Guru menyimpulkan hasil belajar III. Kegiatan Akhir 1) Guru memberikan soal evaluasi 2) Guru dan siswa membahas soal evaluasi 3) Guru memberikan tugas pekerjaan rumah. 4) Guru memberikan motivasi belajar kepada siswa 3. Observasi Observasi tindakan di kelas berfungsi mendokumentasikan pengaruh tindakan beserta prosesnya. Pada tahap observasi peneliti bersama guru mengobservasi tindakan yang sedang dilaksanakan dengan tehnik observasi partisipatif di lapangan serta analisis dokumen. Catatan lapangan untuk mengobservasi guru, siswa dan kelas. Sedangkan analisa dokumen digunakan untuk mengobservasi hasil belajar siswa dari hasil tes. 4. Refleksi Tahap refleksi, peneliti bersama guru kelas mendiskusikan hasil tindakan pada setiap siklus, apabila masih belum memenuhi target maka sebagai bahan pertimbangan dan perbaikan pada siklus selanjutnya. D. Data dan Sumber Data
34
1. Data Data dalam penelitian ini diperoleh dari interaksi siswa dan guru selama proses pembelajaran berlangsung. Data yang diperoleh berupa hasil observasi atau pengamatan dan tes hasil belajar. 2. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN 002 Sungai Pinang dengan jumlah siswa 28 orang terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan. Sedangkan pendidik akan mejadi informan dalam rangka melengkapi data yang didapat dari sumber data. Adapun hasil pengamatan di lapangan antara lain dokumentasi dan catatan kecil yang dikumpulkan dari informan/responden. E. Tehnik Pengumpulan Data Tehnik pengumpulan data merupakan suatu proses atau cara yang dilakukan peneliti untuk memperoleh data di lapangan. Yang dimaksud dengan prosedur pengumpulan data adalah suatu tehnik yang menjelaskan bagaimana penelitian melahirkan cara dalam pengumpulan data. Adapun tehnik yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Metode Observasi Observasi adalah pengamatan secara langsung yang dilakukan peneliti dalam memperoleh data di lapangan pada saat penelitian berlangsung. Menurut Sutrisno Hadi (1993 : 136) metode observasi bisa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematis fenomena-fenomena yang diselediki. Secara umum observasi sebenarnya tidak hanya terbatas kepada pengamatan yang
35
dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung. Jadi metode observasi berarti peneliti mengamati secara langsung objek yang akan diteliti, agar pelaksanaan observasi itu dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Sesuai dengan rancangan dan model penelitian maka kegiatan observasi meliputi : a. Tahap perencanaan diawali dengan permintaan ijin dan penyampaian ide kepada kepala sekolah, kemudian dilakukan observasi dengan guru kelas untuk mendapatkan gambaran awal tentang pembelajaran dengan metode demonstrasi. b. Siklus I observasi dilakukan untuk memantau pelaksanaan skenario pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru. Dengan mengutamakan perhatian pada siswa agar aktif mengamati kegiatan demonstrasinya.. c. Ketuntasan hasil belajar pada siklus I masih belum tercapai, maka dilanjutkan pada siklus II. Siklus II dilaksanakan masih menggunakan metode yang sama namun harus menutupi kelemahan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Observasi dilakukan selama proses pembelajaran di dalam kelas dengan memperhatikan aktivitas dan kreativitas siswa mengerjakan kegiatan demonstrasinya untuk meningkatkan hasil belajar siswa dari siklus I yang telah dilaksanakan, sehingga ketuntasan belajar siswa dapat tercapai. 2. Tes hasil belajar Mengukur hasil belajar digunakan tes tertulis berbentuk uraian untuk siklus I dan mengerjakan kegiatan demonstrasinya di kelas sebagai tes awal. Tes akhir dilaksanakan pada siklus II mengerjakan kegiatan eksperimennya di kelas
36
juga. Soal tes dibuat oleh guru dan peneliti dengan materi yang sesuai dengan pokok bahasan energi dan penggunaannya yang dikerjakan dalam metode demonstrasi. 3. Metode Wawancara Bentuk wawancara yang dilakukan adalah terbuka dan tidak terstruktur. Peneliti melakukan wawancara secara lansung kepada nara sumber yang telah terpilih, diseleksi dan dihubungi sebelumnya. Dalam proses wawancara ini peneliti menggunakan pedoman yang hanya memuat garis-garis besar pertanyaan sesuai dengan rumusan masalah yang hendak dibahas. Dalam wawancara ini informan terdiri dari orang-orang yang terpilih untuk memperoleh data yang dikehendaki. Wawancara ini dilakukan dengan guru, kepala sekolah, dan siswa yang terlibat langsung dalam proses kegiatan belajar mengajar di kelas IV SDN 002 Sungai Pinang. 4. Metode dokumentasi Metode dokumentasi ialah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya ( Arikunto, S. 2000 : 236 ). Adapun dokumentasi yang diperoleh dalam penelitian ini adalah catatan, buku, surat kabar, internet, dan majalah. Winarno Soerahmad, memaparkan bahwa dokumentasi sebagai laporan tertulis dari suatu peristiwa, yang isinya terdiri atas penjelasan dan pemikiran terhadap peristiwa itu dan tertulis secara sengaja untuk menyimpan dan meneruskan mengenai keterangan tersebut ( Soerahmad, 1982 : 134 ).
37
Metode ini merupakan upaya untuk menyimpulkan data yang mencatat segala informasi yang dibutuhkan melalui data tertulis yang merupakan dokumen dari Perpustakaan Daerah, Perpustakaan Umum Samarinda, Perpustakaan Unmul, Internet, dan eksplorasi bahan pada koleksi instansi-instansi yang terkait dengan topik penelitian ini seperti Dinas Pendidikan Samarinda.
G. Tehnik Analisis Data 1. Rata - rata Daryanto ( 2011 : 191 ) menyatakan bahwa untuk mengetahui peningkatan hasil belajar dengan menggunakan rata-rata skor hasil belajar dengan menggunakan rata-rata skor hasil belajar masing-masing siklus menggunakan rumus :
Keterangan : : Nilai rata-rata nilai hasil belajar siswa pada setiap siklus. : Jumlah skor seluruh siswa. : Banyaknya siswa Untuk mengetahui hasil belajar IPA siswa menggunakan rumus berikut :
Keterangan : : Nilai hasil belajar siswa dalam setiap siklus : Nilai tes akhir
38
: Nilai tugas 2. Persentasi Daryanto ( 2011 : 192 ) menyatakan bahawa persentase digunakan untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar siswa setiap siklus yang diitung dengan menggunakan rumus :
Kriteria yang digunakan sebagai pedoman untuk tidak melanjutkan pada siklus berikutnya adalah apabila sudah mencapai 80 % atau lebih siswa di kelas subyek mendapat skor lebih atau sama dengan 60. Sudjana (2004 : 86) indikator untuk mengukur peningkatan hasil belajar siswa digunakan panduan sebagai berikut :
Tabel 1. Acuan Penilaian Hasil Belajar Nilai Huruf
Rata-rata Nilai
Kriteria
(90-100)
Sangat Baik
A
(80-89)
Baik
B
(70-79)
Cukup
C
(60-69)
Kurang
D
Kurang dari 60
(gagal)
E
39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hsil Penelitian Perbaikan Pembelajaran 1. Uraian Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Sebelum penelitian melakukan penelitian tindakan kelas yang berjudul Peningkatan Hasil Belajar IPA pokok Bahasan Energi dan Penggunaanya. Peneliti melakukan penelitian Prasiklus agar mengetahui sejauh mana peningkatan
hasil
belajar
siswa
sebelum
menggunakan
demostrasi.berikut ini tabel hasil belajar siswa pada prasiklus. Tabel 4.1 Hasil Tes Formatif Siswa Pada Prasiklus NO
NAMA
NILAI
KETERANGAN
1
Alfredo Raja P S
60
Tidak Tuntas
2
Anni Tri Ivane
75
Tuntas
3
Aulia Putri Cantika
40
Tidak Tuntas
4
Bhayu Satria Sugara
75
Tuntas
5
Cristy Paskalia Tandi
50
Tidak Tuntas
6
Dwi Patmawati
80
Tuntas
7
Dyan Fariska A P
55
Tidak Tuntas
8
Fitriah Ramadhana
80
Tuntas
9
Gratia Natsya EA
40
Tidak Tuntas
10
Jessica Cindy Claudia
50
Tidak Tuntas
11
Marcello Putra
80
Tuntas
metode
40
12
Mario Haliem
85
Tuntas
13
Misael Matana
55
Tidak Tuntas
14
Muhammad Arianda R
55
Tidak Tuntas
15
M. Rizky Ramadhani
55
Tidak Tuntas
16
Nola Zepaya
50
Tidak Tuntas
17
Rafli Nur
85
Tuntas
18
Rizki Ardah Putra
85
Tuntas
19
Rosi Maulana H
60
Tidak Tuntas
20
Salsabila
60
Tidak Tuntas
21
Sari Wina Andari
40
Tidak Tuntas
22
Septi Rahmadani
45
Tidak Tuntas
23
Elfiliadel
80
Tuntas
24
M. Tirta Adityas
55
Tidak Tuntas
50
Tidak Tuntas
25
M. Nur Fikri Haris
26
Nur Aufa Amalia
85
Tuntas
27
Nabila Sabrina
75
Tuntas
28
Safa Nabila Putri
50
Tidak Tuntas
Jumlah
1755
Rata-rata
62,67
41
Tabel 4.2 Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa Pada Prasiklus NO
NAMA
Hasil Prasiklus
1
Nilai rata- rata tes formatif
62,67
2
Jumlah Siswa yang tuntas belajar
11
3
Persentase ketuntasan belajar
39,28 %
4
Jumlah siswa yang tidak tuntas belajar
17
5
Persentase ketidaktuntasan belajar
60,72%
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat hasil belajar siswa pada saat prasiklus yaitu 11 siswa yang telah mendapatkan nilai setara atau diatas KKM sehingga masuk kategori tuntas, namun terdapat 17 siswa yang belum tuntas karena nilai yang diraih masih dibawah KKM yang telah ditentukan yaitu 70. Jumlah hasil tes pada kegiatan prasiklus sejumlah 11 orang yang dikatakan rata-rata 62,67. Jika dipresentasikan maka siswa sejumlah 11 orang yang dikatakan tuntas adalah 39,28% dan siswa yang masih tidak tuntas adalah 17 siswa dengan persentase 60,72 %. Maka dengan ini peneliti akan melakukan perbaikan pembelajaran dengan menggunakan media demontrasi.
Persentase ketuntasan pembelajaran siswa Persentase = ∑ siswa yang tuntas belajar x 100% ∑ Siswa Persentasi = 11 x 100% = 39,28 % 28
Persentase ketidaktuntasan pembelajaran siswa Persentase = ∑ siswa yang tuntas belajar x 100% ∑ Siswa Persentasi = 17 x 100% = 60,72 %
42
28
Sudjana (2004 :86).
1. Deskripsi Hasil Penelitian Pembelajaran Siklus I Tahapan – tahapan setiap siklus pembelajaran yaitu : 1. Siklus I ( Kamis 13 April 2017) a. Tahap Perencanaan tindakan Peneliti bersama guru matapelajaran mempersiapkan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan. 1) Mempersiapkan skenario tindakan pembelajaran metode demonstrasi dengan pokok bahasan energi dan penggunaanya. 2) Mempersiapkan alat tes awal 3) Mempersiapkan alat tes siklus 1 4) Mempersiapkan lembar observasi untuk mengetahui bagaimana hasil pembelajaran. 5) Mempersiapkan alat-alat pelajaran. b. Tahap Pelaksanaan tindakan Pertemuan dilaksanakan pada hari : Kamis, 13 April 2017
dengan
alokasi waktu setiap 1 kali pertemuan 2 x 35 menit dengan indikator: i. Menjelaskan pengertian energi ii. Menyebutkan macam-macam energi. iii. Mengetahui benda yang dapat dirambati oleh bunyi. Kegiatan proses belajar mengajar berlangsung beberapa menit, kemudian peneliti melanjutkan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Jika ada yang belum dimengerti dan dipahami materi yang di sampaikan maka siswa dan peneliti menyimpulkan materi pembelajaran.
c. Tahap Pengamatan Observasi dilakukan pada tahap pembelajaran berlangsung, observasi yang dilakukan peneliti, mengisi dan membuat catatan tentang kekurangan dalam
43
pembelajaran yang dilaksanakan. Hasil observasi dari catatan selanjutnya akan dijadikan sebagai bahan refleksi, seperti kelemahan siswa, yang dicatat kemudian dijadikan catatan bagi tindakan selanjutnya. d. Refleksi Sesuai dengan hasil yang diperoleh selama siklus I dilakukan pembahasan bersama observer untuk menentukan langkah perbaikan yang akan di laksanakan pada siklus II, yaitu sebagai berikut : 1) Melakukan beberapa revisi terhadap semua aspek dari RPP yang telah dibuat agar lebih sesuai dengan materi yang dipelajari dari pencampaian hasil belajar siswa. 2) Guru perlu meningkatkan penguasaan dalam KBM dan pemberdayaan media dalam hal ini guru harus menciptakan suasana belajar yang efektif. 3) Melaksanakan pembelajaran yang berpusat pada siswa yaitu siswa lebih diberi banyak kesempatan dalam penggunaan media sehingga keaktifan siswa meningkat.
Tabel 4.3 Hasil Tes Formatif Siswa Pada siklus I No
1
Nama
2
Nilai
3
Keterangan
4
Tuntas/Tidak Tuntas 5
1
Alfredo Raja PS
75
Sedang
T
2
Anni Tri Ivane
80
Tinggi
T
3
Aulia Putri Cantika
60
Sedang
T
4
Bhayu satria Sugara
80
Tinggi
T
5
Cristy Paskalia Tandi
60
Sedang
T
44
6
Dwi Patmawati
85
Tinggi
T
7
Dyan Fariska AP
60
Tinggi
T
8
Fitriah Ramadhana
100
Tinggi
T
9
Gratia Nastsya EA
75
Sedang
T
10
Jessica Cindy Claudia
60
Kurang
TT
11
Marcello Putra
100
Tinggi
T
12
Mario Haliem
100
Tinggi
T
13
Misael Matana
60
Sedang
T
14
Muhammad Arianda R
80
Tinggi
T
15
M.Rizki amadhani
70
Sedang
T
16
Nola Zepaya
85
Sedang
T
17
Rafli Nur
Tinggi
T
18
Rizki Ardah Putra
100
Tinggi
T
19
Rosi Maulana H
85
Sedang
T
20
Salsabila
80
Tinggi
T
21
Sari Wina Andari
65
Tinggi
T
22
Septi Rahmadani
55
Sedang
TT
23
Elfiliadel
95
Tinggi
T
24
M.Tirta Adityas
75
Sedang
T
25
M.Nur Fikri Haris
75
Tinggi
T
26
Nur Aufa Amalia
100
Tinggi
T
27
Nabila Sabrina
90
Kurang
TT
28
Safa Nabila Putri
75
Tinggi
T
100
Jumlah
2225
Rata-rata
79,46
Sedang
Jumlah siswa yang tuntas
21
Jumlah siswa yang belum tuntas
7
Presentase siswa yang tuntas
75 %
45
Nilai rata-rata diperoleh dari :
=
Prestasi ketuntasan :
x 100 % =
2225 = 79,46 28 21 x 100= 75% 28
Sumber data : SDN 002 Sungai Pinang. Hasil pembelajaran IPA kelas IV SDN
002 Sungai Pinang
pokok
bahasan energi dan penggunaanya, siswa secara menyeluruh dinyatakan belum tuntas, karena masih ada siswa yang belum memahami materi yang diberikan. Sehingga peneliti perlu mengadakan perbaikan hasil belajar pada pertemuan berikutnya.
Tabel 4.4 Rekapitulasi Hasil Tes formatif Siswa Pada Siklus I No
Jenis Data
1
2
Jumlah / Skor
Presentase
3
4
Keterangan 5
1.
Nilai siswa > 70
20
71,43 %
Tuntas
2
Nilai siswa 50 – 69
8
28,57 %
Belum tuntas
3
Nilai siswa < 50
0
0%
Belum tuntas
Berdasarkan hasil refleksi dan analisis data pada penelitian ini, belum ada peningkatan hasil belajar dan belum mencapai kriteria ketuntasan yang telah di tetapkan yaitu 80 %. Hasil pembelajaran IPA kelas IV SDN 002 Sungai Pinang
46
pada siklus 1 mencapai 71,43 %. Peneliti perlu melakukan tindakan selanjutnya yaitu siklus 2 sebagai upaya peningkatan hasil belajar siswa secara optimal.
2. Deskripsi Hasil Penelitian Pembelajaran Siklus II 2. Siklus II (Kamis, 20 April 2017) a.Tahapan Perencanaan tindakan Peneliti bersama guru matapelajaran mempersiapkan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan. 1) Mempersiapkan skenario tindakan pembelajaran metode demonstrasi dengan pokok bahasan energi dan penggunaanya. 2) Mempersiapkan alat tes awal 3) Mempersiapkan alat tes siklus II 4) Mempersiapkan lembar observasi untuk mengetahui bagaimana hasil pembelajaran. 5) Mempersiapkan alat-alat pelajaran . b.Tahapan Pelaksanaan tindakan Pertemuan dilaksanakan pada hari : Kamis, 20 April 2017
dengan
alokasi waktu setiap 1 kali pertemuan 2 x 35 menit dengan indikator : 1. Menjelaskan pengertian energi 2. Menyebutkan macam-macam energi. 3. Mengetahui benda yang dapat dirambati oleh bunyi. Kegiatan proses belajar mengajar berlangsung beberapa menit, kemudian peneliti melanjutkan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Jika ada yang belum dimengerti dan dipahami materi yang disampaikan maka siswa dan peneliti menyimpulkan materi pembelajaran. c. Observasi Observasi dilakukan pada tahap pembelajaran berlangsung, observasi yang di lakukan peneliti, mengisi dan membuat catatan tentang kekurangan dalam
47
pembelajaran yang dilaksanakan. Hasil observasi dari catatan selanjutnya akan dijadikan sebagai bahan refleksi, seperti kelemahan siswa, yang dicatat kemudian dijadikan catatan bagi tindakan selanjutnya. d.Refleksi Sesuai dengan hasil yang diperoleh selama siklus I dilakukan pembahasan bersama observer untuk menentukan langkah perbaikan yang akan dilaksanakan pada siklus II, yaitu sebagai berikut : a) Melakukan beberapa revisi terhadap semua aspek dari RPP yang telah dibuat agar lebih sesuai dengan materi yang dipelajari dari pencampaian hasil belajar siswa. b) Guru perlu meningkatkan penguasaan dalam KBM dan pemberdayaan media dalam hal ini guru harus menciptakan suasana belajar yang efektif. c) Melaksanakan pembelajaran yang berpusat pada siswa yaitu siswa lebih diberi banyak kesempatan dalam penggunaan media sehingga keaktifan siswa meningkat. a. Analisis data Hasil refleksi dalam pelaksanaan tindakan kelas pada siklus II, maka dapat disimpulkan bahwa dalam proses pembelajaran, keaktifan siswa dan semangat siswa untuk belajar sudah cukup tinggi, sehingga mempengaruhi nilai belajarnya. Data yang diperoleh hasil belajar IPA kelas IV SDN 002 Sungai Pinang dapat dilihat tabel di bawah ini. Tabel 4.5 Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus II No
1
Nama
2
Nilai
3
Keterangan
4
Tuntas/Tidak Tuntas 5
1
Alfredo Raja PS
75
Sedang
T
2
Anni Tri Ivane
85
Tinggi
T
3
Aulia Putri Cantika
75
Sedang
T
48
4
Bhayu Satia Sugara
80
Tinggi
T
5
Crity Paskalia Tandi
75
Sedang
T
6
Dwi Patmawati
95
Tinggi
T
7
Dyan Farska AP
85
Tinggi
T
8
Fitriah Rahmadhaqna
90
Tinggi
T
9
Gratia Natsya EA
75
Sedang
T
10
Jessica Cindy Claudia
40
Kurang
TT
11
Marcello Putra
80
Tinggi
T
12
Mario Haliem
80
Tinggi
T
13
Misael Matana
75
Sedang
T
14
Muhammad Arianda R
85
Tinggi
T
15
M.Rizki Ramadhani
75
Sedang
T
16
Nola Zepaya
75
Sedang
T
17
Rafli Nur
85
Tinggi
T
18
Rizki Ardah Putra
80
Tinggi
T
19
Rosi Maulana H
75
Sedang
T
20
Salsabila
95
Tinggi
T
21
Sari Wina Andani
90
Tinggi
T
22
Septi Rahmadani
65
Sedang
TT
23
Elfiliadel
95
Tinggi
T
24
M. Tirta Adityas
75
Sedang
T
25
M.Nur Fikri Haris
85
Tinggi
T
26
Nur Aufa Amalia
80
Tinggi
T
27
Nabila Sabrina
55
Kurang
TT
28
Safa Nabila Putri
80
Tinggi
T
Jumlah
2205
Rata-rata
78,75
Sedang
Jumlah siswa yang tuntas
25
Jumlah siswa yang belum tuntas
3
Presentase siswa yang tuntas
89,3 %
49
Indeks Prestasi. Nilai rata-rata diperoleh dari : Prestasi ketuntasan
=
:
2205 = 78,9 28
x 100 % =
25 x 100 = 28
89,29 % Hasil belajar siswa meningkat, hal ini terlihat pada siswa yang mencapai ketuntasan dalam pembelajaran yaitu mencapai 25 siswa. Sedangkan siswa yang belum tuntas hanya 3 siswa. Prestasi ketuntasan siswa mencapai 89,29 %. Tabel 4. 6 Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus II
No
Jenis Data
1
Jumlah/Skor
2
3
Presentase
4
Keterangan
5
1.
Nilai siswa > 70
25
89,29 %
Tuntas
2.
Nilai siswa 50-69
2
7,14 %
Belum Tuntas
3.
Nilai siswa < 50
1
3,57 %
Belum Tuntas
Rata-rata
78,75
Berdasarkan hasil refleksi dan analisis data pada tahap ini ternyata hasil belajar IPA kelas IV SDN 002 Sungai Pinang sudah mencapai target yang ditetapkan yaitu 80%. Presentasi hasil belajar siswa meningkat dengan menggunakan metode demonstrasi. B. Pembahasan Kemampuan peneliti dalam menyampaikan materi dinilai cukup baik oleh guru yang bertindak sebagai observer karena mampu menyampaikan materi, namun guru terlalu banyak berperan dan kurang melibatkan siswa. Pertanyaan yang diberikan cukup mengenai sasaran namun partisipasi siswa masih kurang karena ada siswa yang belum memahami materi pelajaran yang disampaikan.
50
Pengelolaan kelas dinilai cukup baik meskipun peneliti masih mengalami kesulitan untuk memusatkan perhatian siswa, dari hasil data yang diperoleh hasil belajar IPA dari tahap pra siklus ke siklus I hingga siklus II terjadi peningkatan yang ditunjukkan oleh data peningkatan hasil belajar siswa kelas IV SDN 002 Sungai Pinang. Hasil pengamatan yang dilakukan dari pra siklus, siklus I sampai siklus II terlihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 4.7 Hasil observasi pra siklus, siklus I – siklus II No 1
Nama 2
Pra siklus 3
Siklus I
Siklus II 5
4
1
Alfredo Raja PS
70
75
75
2
Anni Tri Ivane
75
80
85
3
Aulia Putri Cantika
50
60
75
4
Bhayu Satri Sugara
65
80
80
5
Crity Paskalia Tandi
60
60
75
6
Dwi Patmawati
75
85
95
7
Dyan Fariska AP
60
60
85
8
Fitriah Ramadhana
70
100
90
9
Gratia Natsya EA
60
75
75
10
Jesssica Cindy Claudia
60
60
40
11
Marcello Putra
75
100
80
12
Mario Haliem
70
100
80
13
Misael Matana
60
60
75
14
Muhammad Arianda R
80
80
85
15
M.Rizki Ramadhani
70
70
75
51
16
Nola Zepaya
85
85
75
17
Rafli Nur
75
100
85
18
Rizki Ardah Putra.
70
100
80
19
Rosi Maulana R
85
85
75
20
Salsabila
70
80
95
21
Sari Wina Andani
80
65
90
22
Septi Rahmadani
65
55
65
23
Elfiadel
55
95
95
24
M.tirta Adityas
95
75
75
25
M.Nur Fikri Haris
75
75
85
26
Nur Aufa Amalia
75
100
80
27
Nabila Sabrina
100
90
55
28
Safa Nabila Putri
55
75
80
Jumlah
1830
2225
2205
Rata-rata
63,35
79,46
78,75
Tabel 4.8 Analisis hasil belajar dan hasil pengalaman proses tahap pra siklus, siklus I - siklus II No
Jenis Data
Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
Jmlh
(%)
Jmlh
(%)
Jmlh
(%)
1.
Nilai siswa > 70
13
46,42 %
20
71,43 %
25
89,29 %
2.
Nilai siswa 50-69
15
53,57 %
8
28,57 %
2
7,14 %
3.
Nilai siswa < 50
-
-
0
0%
-
3,57 %
Rata-rata kelas
63,35
79,46
78,75
Hasil pengamatan mulai dari pra siklus ke siklus I hingga siklus II ini dapat dilihat bahwa tingkat keaktifan siswa meningkat pesat. Peningkatan ini
52
disebabkan peneliti mengajar dengan metode yang menarik dan materi yang disampaikan menimbulkan keingintahuan siswa sehingga siswa merasa tertarik untuk mengikuti pembelajaran sepenuhnya. Hasil rata-rata siswa pada siklus II dapat dilihat bahwa keterampilan siswa meningkat dengan baik mencapai 78,75. Kemampuan siswa kelas IV SDN 002 Sungai Pinang untuk memahami dan menguasai dengan benar materi pembelajaran yang disampaikan dalam kegiatan belajar mengajar sebagaimana dipaparkan dalam tabel, terlihat bahwa secara umum siswa di kelas IV tersebut telah menunjukkan peningkatan prestasi belajar dengan hasil yang cukup baik. Maka dapat disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan ini telah mencapai tujuan seperti yang diharapkan.
53
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian “Peningkatan Hasil Belajar IPA Pokok Bahasan Energi dan Penggunaanya dengan Metode Demontrasi Kelas IV SDN 002 Sungai Pinangng ”, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Metode belajar demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada matapelajaran IPA pokok bahasan Energi dan Penggunaannya. 2. Metode pembelajaran demonstrasi dapat menghasilkan proses belajar yang kondusif dan interaktif, sehingga siswa menjadi aktif dan kreatif dalam proses belajar mengajar di kelas. 3. Terdapat peningkatan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah penelitian Tindakan Kelas (siklus I maupun siklus II) dengan nilai rata-rata 79,11. 4. Terjadi peningkatan prosentasi kategori nilai yang tuntas yaitu 71,43 % pada siklus I menjadi 89,29 % pada siklus II. B. Saran 1) Disarankan kepada guru khususnya matapelajaran IPA dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa khususnya siswa kelas IV SDN 002 Sungai Pinang agar dapat menerapkan dan mengaplikasikan metode demonstrasi. 2) Disarankan kepada guru matapelajaran IPA di kelas IV SD agar menggunakan metode demonstrasi sebagai upaya meningkatkan keterampilan dan kreativitas siswa sehingga dapat menghayati dan memudahkan pemahaman terhadap materi yang dijelaskan oleh guru.
54
3) Disarankan kepada kepala sekolah menganjurkan dan meningkatkan penggunaan
metode
demonstrasi
kepada
guru-guru
terutama
guru
matapelajaran IPA sehingga dapat meningkatkan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik siswa. 4) Disarankan kepada pihak sekolah melengkapi dan menyediakan media pembelajaran berupa alat peraga dalam rangka mendukung keberhasilan penerapan metode demonstrasi dalam pembelajaran. 5) Disarankan kepada siswa agar dapat memahami dan mengikuti metode demonstrasi yang dipraktekkan oleh guru dengan baik dan seksama agar meningkatkan pemahaman terhadap materi yang diberikan guru. 6) Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk meneliti lebih mendalam mengenai penggunaan metode demonstrasi agar menghasilkan penilitian yang lebih sempurna.
55
DAFTAR PUSTAKA
Daryanto. 2009. Panduan Proses Pembelajaran Kreatif & Inovatif. Jakarta : AV Publisher Hamalik, O. 2007. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara Haryanto. 2007. Sains untuk Sekolah DasarKelas IV. Jakarta : Erlangga Mulyasa, E. 2007. Menjadi Guru Profesional (Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan). Bandung : Remaja Rosdakarya. Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran (Berorientasi Standar Proses Pendidikan). Jakarta : Kencana Prenada Media Group Soerahmad, W. 1988. Dasar dan Research. Bandung : Tarsito Sudjana Nana. 1983. Didaktik Asas-asas Mengajar. Bandung : Jermas Sudjana Nana. 1995. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algesindo Suharsimi, A. 2000. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Bina Aksara Suharsimi, A dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bina Aksara Supardi dan Suhardjono. 2012. Strategi Menyusun Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta : Andi Syaiful Sagala. 2007. Konsep dan Makna Pembelajaran (untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar). Bandung : Alfabeta Uno. Hamzah, B. 2007. Model Pembelajaran (Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif). Jakarta : Bumi Aksara UU No. 20/2003; Tentang Sistem Pendidikan Nasional.Direktorat RI Uzer, Moh. Usman. 2000. Menjadi Guru Profesional. Bandung : Remaja Rosdakarya