Laporan Kasus 2 - (Dry Eye) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN KASUS 2 DRY EYES SYNDROME



OLEH: CORRIE ABEDNEGO H1A005011



DALAM RANGKA KEPANITRAAN KLINIK MADYA DI BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM RUMAH SAKIT UMUM PROVINSI NTB 2010



0



RINGKASAN AWAL



Pasien laki-laki datang pada hari Senin, 18 Januari 2010 dengan keluhan utama kedua mata berair dan sering gatal sejak lima bulan yang lalu. Pasien juga mengeluh sering silau, terkadang penglihatan kabur terutama pada mata kanan. Pasien telah 4 kali berobat. Hasil pemeriksaan tanggal 18 Januari 2010 didapatkan tajam penglihatan pada mata kanan 6/20, dengan pinhole menjadi 6/12 dan tajam penglihatan mata kiri 6/6 f. Terdapat injeksi konjunctiva pada kedua mata, tes Schirmer menunjukkan sindroma mata kering, serta pemeriksaan lainnya normal. Dari hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik dapat didiagnosa pasien mengalami sindroma mata kering pada kedua mata. Penatalaksanaan yang diberikan kepada pasien meliputi KIE serta medikamentosa



1



STATUS LENGKAP PASIEN



1. IDENTITAS PASIEN Nama Pasien



: Tn. “K”



Umur



: 43 tahun



Jenis kelamin



: Laki-laki



Agama / suku



: Islam / sasak



Pendidikan



: SD



Pekerjaan



: Buruh bangunan



Alamat



: Karang mas-mas RT 2



Nomer RM



: 116991



2. ANAMNESIS Keluhan utama: Pasien mengeluh kedua mata berair dan sering terasa gatal. Riwayat penyakit sekarang: Pasien datang pada hari Senin, 18 Januari 2010 dengan keluhan kedua mata berair dan sering gatal sejak lima bulan yang lalu. Pasien juga mengeluh sering silau, terkadang penglihatan kabur terutama mata kanan. Pasien telah 4 kali berobat, 2 kali ke puskesmas Cemara serta 2 kali ke puskesmas dekat lapangan umum mataram serta diberi obat tetes mata yang sama tetapi pasien lupa nama obat tetes tersebut. Riwayat penyakit dahulu Pasien mengaku tidak pernah memiliki riwayat penyakit berat: kencing manis (-), tekanan darah tinggi (-); Riwayat mata merah sebelumnya (-), asma (-), riwayat penggunaan obat-obatan yang lama dan riwayat alergi terhadap makanan dan obatobatan (-). Riwayat perokok yang lama (+), arthritis (-), penyakit tiroid (-), dan gout



2



(-). Pekerjaan pasien sebagai buruh bangunan telah 10 tahun dan pasien mengaku tiap hari kerja dari jam 7 pagi hingga jam 5 sore. Riwayat penyakit keluarga Pasien mengatakan tidak ada dari keluarga pasien yang menderita penyakit atau gejala-gejala yang sama seperti yang diderita oleh pasien saat ini.



3. PEMERIKSAAN FISIK 



Tanggal pemeriksaan : 18 Januari 2010







Keadaan umum



: Baik







Kesadaran



: Compos mentis







Vital Sign



: tensi (120/80 mmHg), nadi (88x / mt), suhu (36,5ºC),



respirasi (18x / mt)



3



No



Pemeriksaan



Mata Kanan



Mata Kiri



1.



Visus



6/20



6/6 f



2



Pinhole



6/12



6/6 f



2.



Gerakan bola mata



3



Lapang pandang konfrontasi



4



Sensibilitas kornea



4.



Palpebra superior



Sejajar, nistagmus (-) dengan



teknik



normal



normal



(+)



(+)



Edema



(-)



(-)



Hiperemi



(-)



(-)



Ada



Ada



Pseudoptosis



(-)



(-)



Sikatrik



(-)



(-)



Edema



(-)



(-)



Hiperemi



(-)



(-)



Ada



Ada



1,5 cm



1,5 cm



Silia



5.



Palpebra Inferior



Silia 6.



Lebar fissura palpebra



7.



Konjungtiva palpebra



8



9.



Sejajar, nistagmus (-)







Superior



Hiperemi



(-)



(-)







Inferior



Hiperemi



(-)



(-)



Konjungtiva bulbi 



Injeksi konjungtiva



(+)



(+)







Injeksi silier



(-)



(-)







Hiperemi



(-)



(-)







Udema



(-)



(-)



Sklera



10. Kornea 



Kejernihan



Jernih



Jernih







Bentuk



bulat



bulat



4







Permukaan







Cembung dan rata



Cembung dan rata



Infiltrat



(-)



(-)







Benda asing



(-)



(-)







Arcus senilis



(+)



(+)



Normal (-) (-)



Normal (-) (-)



11. Bilik mata depan  Kedalaman  Hifema  Hipopion 12. Iris    



Warna Iridodenesis Iridodialisis Sinekia



Coklat (-) (-) (-)



Coklat (-) (-) (-)



13. Pupil



Bentuk



Bulat



Bulat



Refleks langsung



(+)



(+)



Refleks tidak langsung



(+)



(+)



Jernih (+)



Jernih (+)



14. Lensa  Kejernihan  Iris shadow 15



Lakrimasi



(-)



(-)



16



Fotofobia



(+)



(+)



Kesan normal



Kesan normal



18. Funduskopi



(+)



(+)



19. Schimer test



11 mm



7 mm



Distorsi (-)



Distorsi (-)



17. TIO (palpasi)



20



Tes Plasido



Foto mata pasien



5



Diagnosis kerja ODS: Dry Eyes Syndrome / sindroma mata kering Rencana terapi 



Menjaga higiene







Sering memejamkan mata







Pemberian tetes air mata buatan







Mengurangi atau menghentikan kebiasaan merokok







Pemberian suplemen nutrisi yang mengandung asam lemak esensial







Jika terjadi infeksi, diberikan antibiotik topikal ataupun oral



6







IDENTIFIKASI ISU ATAU MASALAH







Setelah dilakukan inspeksi dan pemeriksaaan tampak kedua mata pucat dan sedikit







memproduksi air mata Gejala dan kronologi kejadian yang didapatkan melalui anamnesis dan pemeriksaan mata menunjukkan telah terjadi dry eyes syndrome



7



ANALISA KASUS A. TINJAUAN PUSTAKA Keratokonjunctivitis sika adalah keadaan keringnya permukaan kornea dan konjunctiva akibat berkurangnya fungsi air mata. Kelainan – kelainan ini terjadi pada penyakit yang mengakibatkan: 1. Defisiensi komponen lemak air mata, misalnya : blefaritis menahun, distikiasis, dan akibat pembedahan kelopak mata. 2. Defisiensi kelenjar air mata : sindrom Syogren, sindrom Riley Day, alakrimia kongenital, aplasi kongenital saraf trigeminus, sarkoidosis, limfoma kelenjar air mata, obat-obat diuretik, atropin, dan usia tua. 3. Defisiensi komponen musim : Benign ocular pempigoid 4. Akibat penguapan yang berlebihan seperti pada keratitis neuroparalitik, hidup di gurun pasir, keratitis logaftalmus 5. karena parut pada kornea atau menghilannyamikrovili kornea Pasien akan mengeluh gatal, mata seperti berpasir, dan penglihatan kabur. Mata akan memberikan gejala sekrsi mukus yang berlebihan, sukar menggerakkan kelopak mata, mata tampak kering dan terdapat erosi kornea. Konjunctiva bulbi edema, hiperemik menebal, dan kusam. Kadang-kadang terdapat benag mukus kekuning-kuningan pada forniks konjunctiva bagian bawah. Pengobatan tergantung dari penyebabnya serta diberikan air mata buatan. Komplikasi yang dapat terjadi adalah ulkus kornea, infeksi sekunder oleh bakteri, parut kornea, serta neovaskularisasi kornea (Ilyas, Sidarta. 2008).



8



Patofisiologi Permukaan mata dilapisi oeh tiga lapisan air mata yaitu lapisan lipid, akuos dan musin. Ketiganya membentuk lapisan air mata yang stabil diantara kedipan mata. Lapisan air mata yang stabil ini membuat mat terasa nyaman dan penglihatan jelas. Ketidakstabilan lapisan ini akan membuat bercak kering dipermukaan mata yang menyebabkan sensasi rasa kering terasa seperti berpasir dan kadang-kadang penglihatan menjadi kabur. Mata kering merupakan keadaan yang sangat sering terjadi terutama pada usia lebih dari 40 tahun. Penyebab mata kering yaitu: a. Kualitas air mata yang kurang baik b. Masalah pada lapisan air mata i. Lapisan minyak Lapisan luar ini diproduksi oleh kelenjar meibom yang terdapat ditepi kelopak mata. Lapisan ini berfungsi untuk mengurangi penguapan pada lapisan dibawahnya. Jika lapisan minyak ini berkurang maka penguapan lapisan akuous akan bertambah cepat. Masalah ini sering terjadi pada orang-orang yang mengalami peradangan pada tepi kelopak mata, acne dan beberapa kelainan kulit lainnya. ii. Lapisan air / akuos Merupakan lapisan paling tebal dan diproduksi oleh kelenjar air mata. Lapisan ini berfungsi untuk membersihkan mata dari kotoran, membersihkan dari benda iritan yang mengiritasi mata, serta untuk melembabkan mata. Lapisan akuos 98 % terdiri dari air, dan komposisi lainya aslah garam, protein, dan senyawa lainnya. iii. Lapisan musin Lapisan ini berfungsi untuk mempertahankan kedua lapisan diatasnya tetap berada di permukaan mata.



9



Ketiga lapisan air mata ini diproduksi oleh berbagai kelenjar dalam mata. Lapisan akuos diproduksi oleh kelenjar lakrimal yang berlokasi di samping luar kelopak mata atas. Kelenjar-kelenjar lemak dan kelenjar keringat di kelopak juga membantu produksi dari lapisan mukus dan lapisan lemak. Apabila kita berkedip, maka kelopak mata akan menyebarkan lapisan air mata di seluruh permukaan mata. Air mata yang berlebih akan mengalir melalui dua saluran yang amat kecil di sudut dalam mata, yang berhubungan dengan hidung c. Produksi air mata yang kurang Salah satu penyebab sindroma mata kering ini adalah proses penuaan yang normal. Saat memasuki fase penuaan, tubuh kita memproduksi semakin sedikit lemak. Sebagai ilustrasi, pada saat usia 65 tahun, produksi lemak tubuh berkurang 60% dibandingkan usia 18 tahun. Hal ini sering terjadi pada wanita, yang memang bertendensi untuk memiliki kulit yang lebih kering daripada pria. Kekurangan lemak ini, mempengaruhi lapisan air mata terutama jenis lapisan lemak (lapisan terluar dari lapisan air mata). Tanpa lapisan lemak ini, maka lapisan air mata lebih cepat menguap sehingga meninggalkan area yang kering pada kornea d. Fungsi kelopak mata yang berkurang Kelopak mata akan meratakan lapisan tipis air mata ke permukaan mata dengan cara mengedipkan mata setiap 12 detik. e. Obat-obatan Beberapa obat yang dapat menyebabkan berkurangnya lapisan air mata, antara lain :



10



-



Diuretika, umumnya digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi



-



Angiotensin – converting enzyme (ACE) inhibitor untuk mengobati tekanan darah tinggi



-



Antihistamin dan decongestan



-



Obat tidur



-



Obat-obatan KB



-



Beberapa antidepresan f. Lingkungan yang kering Gejala mata kering semakin bertambah dengan adanya lingkungan yang kering, panas matahari yang menyengat, dan pada daerah dengan ketinggian tertentu. Demikian pula pada pekerja yang membutuhkan konsentrasi tinggi seperti bekerja di depan komputer, menyetir, atau membaca akan menurunkan jumlah kedipan sehingga penguapan air mata menjadi lebih banyak.



Air mata juga diproduksi sebagai respon refleks terhadap rangsangan baik trauma ataupun rangsangan emosional. Akan tetapi, air mata yang muncul karena rangsangan reflek ini, tidak banyak membantu dalam lubrikasi mata. Dari sini kita tahu bahwa, kadang orang dengan mata yang nrocoh (watery eyes) tetap mengeluhkan iritasi pada matanya



Gejala dan Keluhan



Gejala dan keluhan mata kering biasanya mengenai kedua mata, antara lain : -



Mata sering gatal, rasa seperti terbakar, panas, dan pedih 11



-



Mata sering merah dan iritasi



-



Pandangan kabur yang sering membaik dengan kedipan



-



Watery Eyes



-



Sering timbul perasaan tidak nyaman setelah membaca, komputer maupun melihat televisi



Diagnosis Diagnosis dan derajat mata kering dapat diperoleh dengan melakukan cara diagnostik berikut ini: a. Tes Schirmer Tes ini dilakukan dengan mengeringkan film air mata dan memasukkan strip schirmer (kertas saring Whatman No.41) ke dalam cul-de-sac konjunctiva inferior pada batas sepertiga tengah dan temporal dari palpebra inferior. Bagian basah yang terpapar diukur 5 menit setelah dimasukkan. Panjang bagian basah kurang dari 10 mm tanpa anestesi dianggap abnormal. Bila dilakukan tanpa anestesi, tes ini mengukur fungsi kelenjar lakrimal utama, yang aktivitas sekresinya dirangsang oleh iritasi kertas saring tersebut. Tes Schirmer yang dilakukan setelah anestesi topikal (tetracaine 0,5 %) mengukur fungsi kelenjar lakrimal tambahan (pensekresi basa). Kurang dari 5 mm dalam 5 menit adalah abnormal. Tes Schimer adalah tes saringan bagi penilaian produksi air mata. Hasil dari tes ini ada false-positive dan false-negative. Hasil rendah kadang dijumpai pada orang normal dan tes normal dijumpai pada mata kering – terutama yang sekunder terhadap defisiensi musin (Vaughan Daniel G., Asbury T. 2002). Nilai normal * Schirmer 1 tes



: 10-30 mm filter basah



* Basal secretion tes



: > 8 mm filter basah



* Schirmer 2 tes



: > 15 mm filter basah 12



Nilai kritis Schirmer 1 tes : 



vm







< 5 mm selamanya disertai sindrome Sjogren







Nilai abnormal ini mengukur kedua refleks atau sekresi basal



Basal secretion tes : 



< 8 mm; suggests impaired basic tear secretion



Schirmer 2 tes : 



< 15 mm, dicurigai kekurangan sekresi refleks air mata



Uji Schirmer merupakan hasil kuantitatif dengan dengan teknik yang kasar produksi otal air mata. Berbagai uji lainnya akan mempersulit penilaian. Uji ini sulit dipercaya pada dry eye yang ringan dan uji schirmer terutama dipakai untuk membedakan keadaan normal dan dry eye berat. Pemeriksaan ini tidak mungkin membedakan sekresi basal dengan refleks air mata. Diagnosis bandingnya sangat lebar dan etiologi sukar ditentukan dengan dasar gambaran klinik. Uji Schirmer merupakan pemeriksaan yang cepat terutama bila hasil pembasahan nyata (< 5 mm basah) Teknik: 



Pasien diperiksa dalam kamar dengan penerangan redup, atau tidak terlalu terang dan tidak ada sinar langsung ke dalam ruangan.







Diperiksa tanpa atau dengan lokal anestesi







Pemeriksaan dilakukan pada kedua mata secara bersamaan







Lipatan kertas filter diletakkan pada 1/3 lateral forniks inferior, dengan bagian lekukan 5 mm diletakkan di belakang kelopak.







Pasien diminta memfiksasi matanya pada titik di atas bidang horizontal selama 5 menit







Mata diminta tidak berkedip terlalu banyak







Kertas filter diangkat



13







Dilihat bagian filter yang basah sesudah 5 menit dan diukur dari bagian filter yang dilipat.



Penilaian 



Apabila filter basah 10 – 30 mm maka sekresi lakrimal normal atau ada pseudoepifora







Apabila basah lebih dari 30 mm, hal ini tidak ada arti, pasien ini pseudoepifora, hipersekresi, atau normal







Pada orang tua bagian filter basah dapat kurang dari 15 mm







Apabila kurang dari 5 mm menunjukkan sekresi basal kurang (Ilyas, Sidarta. 2006).



b. Tear Film Break-up Time Tes ini terkadang berguna untuk memperkirakan kandungan musin dalam cairan air mata. Kekurangan mucin mungkin tidak mempengaruhi tes schirmer namun dapat berakibat tidak stabilnya film air mata. Hal ini yang menyebabkan lapisan air mata cepat pecah. ‘Bintik-bintik kering’ terbentuk dalam film air mata sehingga memaparkan epitel kornea atau konjunctiva. Proses ini pada akhirnya merusak sel-sel epitel yang dapat dipulas dengan bengal rose. Sel-sel epitel yang rusak dilepaskan dari kornea, meninggalkan daerah-daerah kecil yang dapat dipulas, bila permukaan kornea dibasahi fluorescein. c. Tes Ferning Mata Tei ini merupakan sebuah tes sederhana untuk meneliti mukus konjunctiva yang dilakukan dengan mengeringkan kerokan konjunctiva di atas kaca objek bersih. Arborisasi (ferning) mikroskopik terlihat pada mata normal. Pada pasien dengan konjunctivitis yang meninggalkan parut (pemphigoid mata, SSJ, parut konjunciva difus), arborisasi mukus menghilang atau berkurang. d. Sitologi Impresi Sitologi Impresi adalah cara menghitung densitas sel goblet pada permukaan konjunctiva. Pada mata normal, populasi sel goblet paling tinggi di kuadran infra-



14



nasal. Hilangnya sel goblet ditemukan pada kasus keratokonjunctivitis sicca, trachoma, pemphigoid mata sikatriks, sindrom Steven-Johnson, dan Avitaminosis A. e. Pemulasan Fluorescein Menyentuh konjunctiva dengan secarik kertas kering berfluorescein adalah indikator baik untuk derajat basahnya mata, dan meniskus air mata mudah dilihat f. Pemulasan Bengal Rose Bengal rose lebih sensitif daripada fluorescein. Pewarna itu akan memulas semua sel epitel non-vital yang mengering dari kornea dan konjunctiva. g. Pengujian kadar lizozim air mata Penurunan konsentrasi lisozim air mata umumnya terjadi pada awal perjalanan sindrom Sjogren dan berguna untuk mendiagnosis penyakit ini. Air mata ditampung pada kerta sSchirmer dan diuji kadarnya. h. Osmolalitas air mata Hiperosmolalitas air mata telah dilaporkan pada konjunctivitis sicca dan pemakai kontak lensa serta dianggap akibat dari berkurangnya sensitivitas kornea. Tes ini merupakan tes yang paling spesifik untu keratokonjunctivitis sicca. i. Lactoferin Lactoferin dalam cairan air mata akan rendah pada pasien dengan hiposekresi kelenjar lakrimal (Vaughan Daniel G., Asbury T. 2002). Pengobatan Sindroma mata kering adalah kondisi penyakit yang kronis, yang tidak dapat disembuhkan tapi dapat di atasi gejala-gejalanya (simptomatic treatment). Penanganan sindroma ini sangat bergantung dari penyebab sindroma mata kering tersebut. Apabila penyebabnya adalah lingkungan (iklim yang terlalu panas atau sangat dingin) maka penanganannya adalah dengan menggunakan kaca mata hitam (sun glasses) terutama saat berada di luar ruangan. Kaca mata hitam yang diperlukan adalah kacamata hitam dengan bentuk yang cukup lebar dan menutupi daerah samping mata, sehingga



15



penguapan air mata dapat dihindari. Apabila berada dalam ruangan, maka air cleaner dan humidifier akan sangat membantu menangani masalah ini. Dokter mata akan memberikan tetes air mata buatan (artificial tears), yang berfungsi untuk membantu mengurangi iritasi dan gejala-gejala yang timbul. Frekuensi pemakaian artificial tears ini bergantung pada jenis dari artificial tears tersebut. Apabila artificial tears yang dipakai adalah jenis yang non preservative atau tidak memakai bahan pengawet, maka bisa diteteskan tiap 30 menit atau 1 jam. Apabila yang dipakai adalah jenis yang ada bahan pengawetnya, maka penggunaanya cukup 4-6 kali sehari. Pengguna lensa kontak yang mengalami sindroma mata kering, harus melepas lensa kontaknya tiap kali memakai air mata buatan ini. Hal ini disebabkan tidak semua lensa kontak tahan terhadap bahan-bahan di tetes air mata buatan ini. Paling tidak lensa kontak harus dilepas selama 15 menit. Apabila gejala mata keringnya tidak terlalu parah maka contact lens rewetting drops cukup untuk membuat mata terasa nyaman tanpa perlu diberi tetes air mata buatan. Suplemen nutrisi yang mengandung asam lemak esensial (linoleic and gammalinolenic) dikatakan dapat mengurangi gejala-gejala dari sindroma mata kering. Selain itu asam lemak esensial dapat diperoleh dengan memakan ikan-ikan yang mengandung Omega 3 seperti: Salmon, Herring, ikan Cod, Sardine dan Tuna (Zulkarnain, Rosalina. 2006). Komplikasi Sindroma mata kering ini tidak menimbulkan gangguan pada tajam penglihatan. Namun, pada kasus yang sangat parah dapat menimbulkan kekeruhan pada kornea. Apabila ini terjadi, tentu saja penglihatan akan terganggu. Tidak ada usaha pencegahan yang dapat dilakukan mengingat sebagian besar penyebabnya adalah proses penuaan normal, namun apabila kita sudah merasa memiliki salah satu gejala diatas, sebaiknya kita pergi ke dokter mata untuk kepastian diagnosa dan mendapatkan penanganan yang tepat untuk menghindari komplikasi kekeruhan pada kornea. (Zulkarnain, Rosalina. 2006)



16



Pada kasus yang berlanjut dapat terjadi erosi kornea, ulkus kornea, dan perforasi. Terkadang ada infeksi sekunder. Terapi dini dapat mencegah komplikasi-komplikasi ini (Vaughan Daniel G., Asbury T. 2002). B. SUBJEKTIF, KELUHAN DAN GEJALA Pada tanggal 18 Januari 2010 pasien datang ke poli mata RSUP NTB dengan keluhan utama kedua mata berair dan sering gatal sejak lima bulan yang lalu . C. OBJEKTIF Hasil pemeriksaan tanggal 18 Januari 2010 didapatkan tajam penglihatan pada mata kanan 6/20, dengan pinhole menjadi 6/12 dan tajam penglihatan mata kiri 6/6 f. Terdapat injeksi konjunctiva pada kedua mata, tes Schirmer menunjukkan sindroma mata kering, serta pemeriksaan lainnya dalam batas normal. D. ASSESSMENT Diagnosis kerja pada pasien ini adalah Keratokonjunctivitis sicca atau sindroma mata kering. Dari tes schirmer didapatkan kedua mata mengalami sindroma mata kering, terdapat kelainan refraksi serta tidak ada distorsi pada kedua mata dengan tes plasido, maka diagnosis sindroma mata kering dapat ditegakkan.



E. PLANNING 1. KIE: 



Menjaga higiene







Sering memejamkan mata







Pemberian tetes air mata buatan







Mengurangi atau menghentikan kebiasaan merokok 17







Pemberian suplemen nutrisi yang mengandung asam lemak esensial







Menghindari komplikasi jika terjadi infeksi, diberikan antibiotik topikal ataupun oral.



2. Medikamentosa Pemberian tetes air mata buatan serta pemberian suplemen nutrisi yang mengandung asam lemak esensial.



18



RINGKASAN AKHIR



Pasien laki-laki datang pada hari Senin, 18 Januari 2010 dengan keluhan utama kedua mata berair dan sering gatal sejak lima bulan yang lalu. Pasien juga mengeluh sering silau, terkadang penglihatan kabur terutama mata kanan. Pasien telah 4 kali berobat. Hasil pemeriksaan tanggal 18 Januari 2010 didapatkan tajam penglihatan pada mata kanan 6/20, dengan pinhole menjadi 6/12 dan tajam penglihatan mata kiri 6/6 f. Terdapat injeksi konjunctiva pada kedua mata, tes Schirmer menunjukkan sindroma mata kering, serta pemeriksaan lainnya dalam batas normal. Dari hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik dapat didiagnosa pasien mengalami sindroma mata kering. Uji Schirmer merupakan hasil kuantitatif dengan dengan teknik yang kasar produksi otal air mata. Pemeriksaan mata pada kasus mata kering di poli mata RSUPNTB ialah tes Schirmer yang berfungsi untuk menentukan apakah produksi air mata cukup untuk membasahi mata. Pemeriksaan ini mengukur sekresi basal dari refleks sekresi sistem lakrimal. Refleks sekresi terutama berasal dari kelenjar lakrimal, sedangkan sekresi basal berasal dari Wolfring dan Krause. Alat yang digunakan ialah kertas filter Whatman 41 (panjang 35 mm dan lebar 5 mm) yang dilipat 5 mm dari ujungnya. Hasil pemeriksaan menunjukkan OD (11 mm) dan OS (7 mm) sehingga ODS < 15 mm, dicurigai kekurangan sekresi refleks air mata Penanganan sindroma ini sangat bergantung dari penyebab sindroma mata kering tersebut. Apabila penyebabnya adalah lingkungan (iklim yang terlalu panas atau sangat dingin) maka penanganannya adalah dengan menggunakan kaca mata hitam (sun glasses) terutama saat berada di luar ruangan. Kaca mata hitam yang diperlukan adalah kacamata hitam dengan bentuk yang cukup lebar dan menutupi daerah samping mata, sehingga penguapan air mata dapat dihindari. Apabila berada dalam ruangan, maka air cleaner dan humidifier akan sangat membantu menangani masalah ini. Dokter mata akan memberikan tetes air mata buatan (artificial tears), yang berfungsi untuk membantu mengurangi iritasi dan gejala-gejala yang timbul. Frekuensi 19



pemakaian artificial tears ini bergantung pada jenis dari artificial tears tersebut. Apabila artificial tears yang dipakai adalah jenis yang non preservative atau tidak memakai bahan pengawet, maka bisa diteteskan tiap 30 menit atau 1 jam. Apabila yang dipakai adalah jenis yang ada bahan pengawetnya, maka penggunaanya cukup 4-6 kali sehari. Suplemen nutrisi yang mengandung asam lemak esensial (linoleic and gammalinolenic) dikatakan dapat mengurangi gejala-gejala dari sindroma mata kering. Selain itu asam lemak esensial dapat diperoleh dengan memakan ikan-ikan yang mengandung Omega 3 seperti: Salmon, Herring, ikan Cod, Sardine dan Tuna (Zulkarnain, Rosalina. 2006). Pada pasien ini, prognosis baik, pasien perlu mengurangi kebiasaan merokoknya agar iritasi pada mata dapat dikurangi. Pasien dengan mata kering oleh sembarang penyebab lebih besar terkena infeksi. Blefaritis menahun sering didapatkan serta harus diobati dengan memperhatikan higiene, dan memakai antibiotika topikal. Pada pasien ini tidak perlu dilakukan pembedahan tetapi pada kasus yang berat tindakan bedah dapat dilakukan. Tindakan bedah pada mata kering adalah pemasangan sumbatan pada punctum yang bersifat temporer (kolagen) atau untuk waktu lebih lama (silikon), untuk menahan sekret mata. Penutupan puncta dan kanalikuli secara permanen dapat dilakukan dengan terapi termal (panas), kauter listrik, atau dengan laser.



20



DAFTAR PUSTAKA



Ilyas, Sidarta. 2006. Dasar – Teknik Pemeriksaan Dalma Ilmu Penyakit Mata edisi kedua. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Ilyas, Sidarta. 2008. Ilmu Penyakit Mata edisi ketiga. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Vaughan Daniel G., Asbury T. 2002. Oftalmologi Umum, Edisi Keempatbelas (Alih Bahasa: Waliban dan Bondan Hariono); Widya Medika: Jakarta. Zulkarnain, Rosalina. 2006. Sindroma Mata Kering. Bz Blogfam 2006-2008. Available from: http://bz.blogfam.com/2006/04/sindroma_mata_kering.html



access on



January 18, 2010 Moss, Scot E., et al., Prevalence of and Risk Factors for Dry Eye Syndrome. Arch Ophthalmol (2000) 118: 1264 – 1268



21