Laporan Kasus 2 - Adenomiosis [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN MATERNITAS ADENOMIOSIS



Oleh Annisa Farhanah 2041312095



PROFESI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS ANDALAS 2021



A. Definisi Istilah adenomiosis berasal dari istilah adeno (kelenjar), myo (otot) dan osis (kondisi) atau dikenal sebagai "Endometriosis Rahim”. Endometriosis rahim adalah adenomiosis jinak dan tidak menyebabkan kanker. Paling umum, penyakit tersebut mempengaruhi dinding belakang (sisi belakang) dari rahim. Sel-sel endometrium menembus jauh ke dalam otot rahim (miometrium). Ketika ini terjadi pembesaran rahim biasanya lebih dari dua kali ukuran normal dan sangat keras Adenomyosis adalah penetrasi dan bertumbuhnya jaringan endometrium (jaringan yang melapisi dinding dalam rahim) ke dalam myometrium (lapisan otot rahim), sering disebut pula dengan endometriosis internal.



B. Etiologi Penyebab



dari



adenomyosis



tidak



dimengerti



dengan



baik.



Beberapa



peneliti-peneliti percaya bahwa operasi-operasi sebelumnya pada kandungan (termasuk kelahiran kelahiran Cesar) dapat menyebabkan sel-sel endometrial (lapisan kandungan) menyebar dan tumbuh pada lokasi yang abnormal (lapisan otot dari dinding kandungan). Kemungkinan lain adalah bahwa adenomyosis timbul dari jaringan-jaringan dalam dinding kandungan sendiri yang mungkin telah mengendap disana selama perkembangan dari kandungan. Adenomyosis adalah lebih umum terjadi setelah kelahiran anak.



C. Manifestasi Klinis Bisa saja seseorang memiliki adenomyosis dia tidak merasakan gejala apapun. Gejala gejala adenomyosis adalah:



1. Triad gejala yakni pembesaran rahim, nyeri pelvis dan menstruasi yang banyak dan abnormal. 2. Nyeri, yang dirasakan terutama selama menstruasi disebut dysmenorrhea dapat berupa kram yang hebat atau seperti disayat pisau.Nyeri dapat juga dirasakan pada



saat tidak sedang menstruasi.



3. Pembesaran rahim dapat merata dengan tonjolan-tonjolan rahim yang besar atau dapat pula seperti “tumor” yang terlokalisir. 4. Pendarahan pada saat menstruasi dapat banyak sekali dan berhari-hari, mungkin dengan bekuan-bekuan darah. Pendarahan yang hebat ini dapat menyebabkan anemia (berkurangnya kadar Hemoglobin dalam sel darah merah). Selain itu diluar saat menstruasi bisa ada pendarahan abnormal (pendarahan sedikit-sedikit, bercak bercak).



D. Patofisiologi Penyakit ini disebabkan oleh tumbuhnya endometrium (selaput lender rahim) di tempat yang tidak semestinya. Akibatnya jaringan tempat tumbuhnya selaput lendir yang abnormal ini rusak, meradang, dan menimbulkan rangsang nyeri. Jadi penyakit ini sejenis dengan endometriosis. Adenomyosis dapat ada bersamaan dengan endometriosis eksternal. Dan jaringan endometrium yang salah tempat ini, seperti endometrium yang normal, akan mengikuti siklus menstruasi, jadi cenderung mengalami pendarahan pada saat menstruasi. Darah yang terkumpul di dalam jaringan otot rahim ini akan menyebabkan pembengkakan; rahim menjadi lebih besar. Pembengkakan (adenomyosis) ini dapat merata atau terfokus di satu tempat. Jika pembengkakan ini terfokus di satu tempat maka disebut sebagai adenomyoma, yang mana menyerupai tumor rahim lainya. Adenomiosis dapat



berupa bercak-bercak di selaput lendir rongga perut (peritoneum), benjolan (nodul), maupun cairan yang terkumpul dalam bentuk kista indung telur. Adenomiosis sering kali menimbulkan nyeri yang lebih hebat dan gangguan infertilitas yang lebih berat Selama wanita tersebut masih mendapatkan haid, maka pada saat yang bersamaan jaringan endometrium abnormal juga mengalami reaksi peluruhan yang menimbulkan perdarahan.



E. WOC



F. Anatomi Fisiologi



Alat reproduksi wanita berada di bagian tubuh seorang wanita yang disebut panggul. Secara anatomi nilai reproduksi wanita dibagi menjadi dua bagian, yaitu : bagian yang terlihat dari luar (genitalia eksterna) dan bagian yang berada di dalam panggul (genitalia interna). Genitalia eksterna meliputi bagian yang disebut kemaluan (vulva) dan liang sanggama (vagina). Genetika interna terdiri dari rahim (uterus), saluran telur (tuba), dan indung telur (ovarium). Pada vulva terdapat bagian yang menonjol yang di dalamnya terdiri dari tulang kemaluan yang ditutupi jaringan lemak yang tebal. Pada saat pubertas bagian kulitnya akan ditumbuhi rambut. Lubang kemaluan ditutupi oleh selaput tipis yang biasanya berlubang sebesar ujung jari yang disebut selaput dara (hymen). Di belakang bibir vulva terdapat kelenjar-kelenjar yang mengeluarkan cairan. Di ujung atas bibir terdapat bagian yang disebut clitoris, merupakan bagian yang mengandung banyak urat-urat syaraf. Di bawah clitoris agak ke dalam terdapat lubang kecil yang merupakan lubang saluran air seni (urethra). Agak ke bawah lagi terdapat vagina yang merupakan saluran dengan dindi ng elastis, tidak kaku seper ti dinding pipa. Saluran ini menghubungkan vulva dengan mulut rahim. Mulut rahim terdapat pada bagian



yang disebut leher rahim ( cervrz ), yaitu bagian ujung rahim yang menyempit. Rahim berbentuk seperti buah pir gepeng, berukuran panjang B-9 cm. Letaknya terdapat di belakang kandung k encing dan di depan saluran pelepasan. Dindi ngnya terdiri dari dua lapisan Mot yang teranyam saing melintang. Lapisan dinding rah im yang terdalam disebut endometrium, merupakan lapisan selaput lendir. Dari ujung atas kanan kiri rahim terdapat saluran telur yang ujungnya berdekatan dengan indung telur kiri dan kanan. lndung tekur berukuran 2,5x1,5x0,6 cm, mengandung sel-sel telur ( ovum ) yang jumtahnya lebih kurang 200.000-400.000 butir. Otot-otot panggul dan jaringan ikat disekitarnya menyangga alat-alat reproduksi, kandung kencing dan saluran peiepasan sehingga alat-alat itu tetap berada pada tempatnya.



G. Penatalaksanaan 1. Seringkali pembesaran rahim yang tidak begitu besar biasanya tidak menimbulkan gejala dan karenanya tidak diperlukan obat-obatan. 2. Danazol (mengurangi dan mengobati rasa sakit dan mengurangi ukuran uterus). 3. Obat GnRH agonis untuk kasus-kasus pendarahan hebat disertai nyeri yang amat sangat dapat dipakai obat GnRH agonis (menyebabkan suatu keadaan seperti menopause dengan penghentian fungsi indung telur secara lengkap dan juga



menghentikan menstruasi, yang menyebabkan jaringan yang



abnormal bisa



menyusut). Keadaan seperti menopause ini sangat



menguntungkan bagi pasien pasien yang mengalami anemia karena memungkinkan pasien untuk memulihkan dengan obat-obatan penambah darah.



anemianya, terutama dibantu



4. Hysterectomy (operasi pengangkatan rahim) saat ini dipertimbangkan sebagai satu satunya terapi yang efektif untuk mengangkat sebagian dari rahim (hanya daerah



rahim yang mengandung adenomyosis saja). Meskipun hanya



sebagian rahim yang diangkat tetapi dengan begitu maka tidak dibolehkan lagi adanya kehamilan.



H.



Pemeriksaan Diagnostik 1.



Histerosalpingogram: suatu pemeriksaan roentgen daerah panggul setelah suatu kontras dimasukkan ke dalam dinding rahim.



2.



Pemeriksaan MRI: mendeteksi adanya adenomyosis dan seberapa luas adenomyosis dan juga dapat membedakannya dari fibroid. Pemeriksaan MRI panggul ini harus dikerjakan dengan media kontras Gadolinium yang disuntikkan ke pembuluh darah.



3.



I.



USG transvaginal: USG yang alatnya dimasukkan ke dalam vagina.



Asuhan Keperawatan a.



b.



Pengkajian 1.



Identitas pasien dan penanggung jawab.



2.



Keluhan yang di rasakan pasien.



3.



Riwayat kesehatan dahulu.



4.



Riwayat kesehatan sekarang



5.



Riwayat kesehatan keluarga



Diagnosa 1. Nyeri akut b.d disminorhea



2. Resiko kekurangan cairan tubuh b.d. perdarahan pervaginam 3. Resiko infeksi b.d anemia



c.



Intervensi



Diagnosa



Kriteria Hasil



Intervensi 1.



Kaji riwayat nyeri, mis : lokasi nyeri, frekuensi, durasi dan intensitas



2.



Kaji skala nyeri



3.



Tindakan pengurangan yang dilakukan bantu pasien mengatur posisi senyaman



Nyeri akut b.d disminorhea



1.



Klien menyatakan nyeri berkurang



2.



Klien tampak tenang, ekspresi wajah 5.



Memberikan kompres hangat



rileks.



Monitor tanda-tanda vital6. Ajarkan



3.



4. 6.



Tanda vital normal



mungkin.



pasien penggunaan keterampilan manajemen nyeri mis : dengan teknik 7.



relaksasi, tertawa, mendengarkan musik dan sentuhan terapeutik.



8.



Berkolaborasi dengan tim medis dalam Pemberian analgetik



Resiko



kekurangan



perdarahan pervaginam



cairan



tubuh



b.d 1.



Tidak ditemukan tanda tanda kekurangan cairan, seperti turgor kulit kurang,



membrane mukosa kering, demam. 2.



endarahan berhenti



3.



Tanda – tanda vital normal



1.



Tidak ditemukan tanda – tanda infeksi seperti rubor, color, dolor, tumor dan fungsiolesia



Resiko infeksi b.d anemia 2.



Kadar Hb normal : 11 – 14 gr/dL



3.



Klien tidak demam/menggigil



1.



Kaji adanya tanda – tanda infeksi



2.



Lakukan cuci tangan yang baik sebelum tindakan keperawatan



3.



Gunakan teknik aseptic pada prosedur perawatan



4.



Monitor tanda – tanda vital dan kadar Hb dan lekosit5. Anjurkan klien untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan



5.



Kolaborasi dengan medis untuk pemberian antibiotic



DAFTAR PUSTAKA Sidharta P, Dewanto G. Diensefalon : Anatomi Susunan Syaraf Pusat Manusia.l'T. Dian Rakyat. Jakarta, 1986 : 170-89. Molitch ME, Snyder PJ. Neuroendocrinology and the Pititary, [n: Felig P, Frohman LA_ Endocrinologi & Metabolism. 4 `h Ed , McGraw-Hill, Inc



Company. New York, 2001



111-211.



Junqueira LC, Carneiro JC. Hipofisis dan Hipotalamus, dalam: Histologi Dasar. Ed ke 3, CV EGC. Jakarta, 1989: 410 - 21



I. PENGKAJIAN Hari/tanggal : 7 Juni 2021 Oleh



: Annisa Farhanah



A. Identitas Pasien



Penanggung Jawab :



Nama



: Ny. DM



Nama



Umur



: 34 th 10 bln 22 hr



: Herman



Umur



Agama : Islam



Agama



Pendidikan : SLTA



Pendidikan : SLTA



Pekerjaan



: Ibu Rumah Tangga



Alamat :



Alamat



: 36 th



: Islam Pekerjaan



: Wirausaha



:



Tanggal Masuk : 6 Juni 2021 Tanggal Pengkajian : 7 Juni 2021 No. MR



: 01.10.28.17



Diagnosa Medis : Adenomiosis + Kista endometriosis B. Riwayat Kesehatan 1. Keluhan Utama Pasien masuk melalui poli endokrinologi dan ginekologi dengan adenomiosis + kista endometriosis 2. Riwayat Kesehatan Sekarang Pasien mengeluh nyeri pada perut bagian bawah 3. Riwayat Kesehatan Dahulu Pasien tidak memiliki riwayat penyakit dahulu 4. Riwayat Kesehatan Keluarga Pasien tidak memiliki riwayat penyakit keluarga dan tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang sama 5. Riwayat Obstetri Sebelumnya Riwayat obstetri : P₁



A₀ H₀



6. Riwayat Perkawinan a. Status perkawinan : Kawin b. Jumlah perkawinan



:1



c. Lama perkawinan : 12 tahun 7. Riwayat Menstruasi Lama menstruasi



: ± 6 hari



Jumlah darah menstruasi



: 4-5 kali ganti pembalut



8. Riwayat KB Pasien tidak pernah menggunakan KB C. Pemeriksaan Fisik 1. Keadaan Umum



: Normal



2. Tanda-tanda Vital - Tekanan darah



: 150/90 mmHg



- Nadi



: 98x/i



- Pernapasan



: 19x/i



- Suhu



:36,4℃



3. Pengukuran Antropometri - Tinggi badan - Berat badan



: 155 cm : 73 kg



- Indeks massa tubuh : BMI 30,3 4. Pemeriksaan Head to Toe - Kepala : Kepala tidak ada lesi dan benjolan - Rambut : Rambut hitam dan penyebaran rambut merata - Mata



: Tidak ada lesi maupun benjolan, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik



- Hidung : Hidung simetri, tidak ada lesi dan tidak ada pernapasan cuping hidung - Telinga : Daun telinga bersih, tidak ada lesi dan



pembengkakan, tidak



ada nyeri tekan - Mulut



: Bibir tidak pucat dan tidak kering, mukosa mulut tidak ada lesi, gusi bersih, gigi bersih tidak ada karies dan tidak ada penggunaan gigi palsu



- Leher



: Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid dan lesi



- Dada o Paru-paru



: fermitus, sonor, bunyi nafas vasikuler



o Jantung



: iktus kordis tidak terlihat namun teraba, bunyi jantung reguler



o Payudara



: simetris, tiddak ada edema dan lesi



- Abdomen



: simetris, terdapat luka post op sekitar 10-12 cm, bising usus normal



- Ekstremitas



: tidak ada edema dan lesi, CRT