Laporan Kasus ACL+Meniscus (Physio Center) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN KASUS PROFESI FISIOTERAPI MANAJEMEN FT SPORT GANGGUANFUNGSIONAL ADL (WALKING, PRAYING) DAN REKREASI BERUPA LIMITASI ROM KNEE JOINT SINISTRA E.C. POST-OP ANTERIOR CRUCIATUM LIGAMENT RUPTURE DANSUSP. MENISCUS SEJAK 3 MINGGU LALU



OLEH :



DELLA PURWANINGTYAS



R 024172038



PROGRAM STUDIPROFESI FISIOTERAPI FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS HASANUDDIN 2018



LEMBAR PENGESAHAN Laporan Studi Kasus Profesi Fisioterapi di Klinik Physiocenter dengan judul Manajemen Fisioterapi SportGangguan Fungsional ADL (Walking, Praying) dan rekreasi Akibat Limitasi Rom Knee Joint Sinistra E.C. Post-Op Anterior Cruciatum Ligament Rupture dan Meniscus anterior inferior pada tanggal 29 September 2018.



Mengetahui, Instruktur Klinis Physiocenter,



Edukator Klinis Fisioterapi,



Wahyu Iriandi, S.Ft, Physio.



Immanuel Maulang, S.Ft., Physio., M.Kes., Sp. K.OR



DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................................. 1 A.



Anatomi dan fisiologis KneeJoint ...................................................... Error! Bookmark not defined.



1.



Ligamen ........................................................................................................................................... 2



2.



Meniscus ........................................................................................................................................... 3



BAB II PATOFISIOLOGI ............................................................................................................................ 5 A.



DefinisiAnterior Cruciatum Ligament Rupture ................................................................................ 5



B.



Epidemiologi ..................................................................................................................................... 5



C.



Faktor Risiko dan Etiologi ................................................................................................................ 5



D.



Klasifikasi Anterior Cruciatum Ligament Rupture ........................................................................... 6



E.



Patomekanisme ................................................................................................................................. 7



F. Klasifikasi Meniscus Tear........................................................................................................7



G. Patomekanisme Meniscus Tear .............................................................................................8 BAB III MANAJEMEN FISIOTERAPI .................................................................................................... 11 A.



Proses Pengukuran dan Pemeriksaan Fisioterapi ............................................................................ 12



B.



Diagnosis Fisioterapi ...................................................................................................................... 13



C.



Problem, Planning, dan Program Fisioterapi .................................................................................. 14



C.



Evaluasi dan Modifikasi Fisioterapi ............................................................................................... 16



DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 17



BAB I PENDAHULUAN A. Anatomi dan fisiologis Knee Joint Secara sekilas sendi lutut hanyalah sebuah sendi sederhana, tetapi sebenarnya sendi lutut adalah sendi yang terbesar dan sendi paling kompleks pada tubuh manusia.Sendi ini diklasifikasikan dalam synovial hinge joint dengan gerakan yang terjadi adalah fleksi dan ekstensi. Pada sendi lutut juga terdapat gerakan rotasi tetapi bukan rotasi murni yang dilakukan oleh sendi lutut tetapi merupakan kerjasama dengan sendi lain. Sendi lutut merupakan sendi yang memperoleh beban besar dengan gerakan yang luas, dan berfungsi sebagai pembentuk sikap tubuh, berperan dalam gerak weight transfer, dan dalam pergerakan seperti berjalan, berlari, melompat, menendang, mendorong, menarik dan lain sebagainya (Higgins, M. 2011. Therapeutic Exercise: From Theory to Practice. F.A. Davis, 2011. p. 158)



Gambar 4.Anatomy of Knee Joint, Anterior View (Sumber: Atlas Anatomy Netter, 2010)



1. Ligamen Knee joint adalah salah satu sendi kompleks dalam tubuh manusia. Femur, tibia, fibula, dan patella disatukan menjadi satu kelompok yang kompleks oleh ligament. Ada beberapa ligamentum yang terdapat pada sendi lutut antara lain: (Put R, Pabst R. 2008.Sobotta.atlas anatomi manusia.Jakarta: EGC)



2



1) Ligametum Cruciatum Anterior (ACL) Ligamentum ini melekat pada area intercondylaris anterior tibiadan berjalan kearah atas, kebelakang dan lateral untuk melekat pada bagian posterior permukaan medial condylus lateralis femoris. Ligamentum ini akan mengendur bila lutut ditekuk dan akan menegang bila lutut diluruskan sempurna. Berfungsi untuk menahan hiperekstensi, mencegah femur bergeser ke posterior dan tibia ke anterior. 2) Ligamentum Cruciatum Posterior (PCL) Ligamentum cruciatum posterior melekat pada area intercondylaris posterior dan berjalan kearah atas, depan dan medial, dan melekat pada bagian anterior permukaan lateral condylus medialis femoris. Serat – serat anterior akan mengendur bila lutut sedang ekstensi, namun akan menjadi tegang bila lutut fleksi. Berfungsi untuk mencegah femur ke anterior terhadap tibia. Bila sendi lutut dalam keadaan fleksi, ligamentum cruciatum posterior akan mencegah tibiae tertarik ke posterior. 3) Ligamentum Colateral Lateral (LCL) Ligamentum ini menyerupai tali dan melekat di bagian atas pada epicondylus lateralis dan dibagian bawah melekat pada capitulum fibula.Ligamentum ini dipisahkan dari capsul sendi melalui jaringan lemak dan tendon m. popliteus.Dan juga dipisahkan dari meniscus lateralis melalui bursa m. poplitei.Ligamen ini berfungsi menahan gerakkanvarus atau samping luar. 4) Ligamentum Colateral Medial (MCL) Ligamentum ini berbentuk seperti pita pipih yang melebar dan melekat dibagian atas pada epicondylus medialis ke permukaan medial tibia (epicondylus medialis tibia).Ligamentum ini menembus dinding capsul sendi dan sebagian melekat pada meniscus medialis.



3



Gambar: 1.1 Patellofemoral joint (Sumber: Putz and Pabst, 2008)



Ligamen



crutiatum



memiliki



peran



krusial



terhadap



stabilitas



anteroposterior sedangkan ligamen kolateral berperan terhadap stabilitas valgus/varus.Setiap ligamen crutiate memiliki dua buah bundel. Ligamen crutiate anterior (ACL) memiliki bundle anteromedial dan posterolateral, sedangkan ligamen crutiate posterior (PCL) memiliki bundel anterolateral dan posteromedial. PCL berada di antara ligamen Humprey (anterior) dan ligamen Wrisberg (posterior).Ligamen cruciatum menghubungkan femur dan tibia, meyilang di dalam kapsul sendi tapi berada diluar celah artikular. Ligamen cruciate melintang satu sama lain secara oblique seperti huruf X. Selama rotasi medial dari tibia pada femur, ligamen cruciatum berputar satu sama lain sehingga jumlah rotasi medial terbatas sekitar 10°. Karena mereka terlepas satu sama lain selama rotasi lateral, hampir 60° rotasi lateral yang mungkin ketika lutut fleksi > 90°. Titik persimpangan dari ligamen cruciatum berfungsi sebagai poros gerakan berputar di sendi lutut. (Moore Keith L., Dalley Arthur F., Agur Anne M.R.. 2014. Clinically Oriented Anatomy. 7th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins)



2. Meniskus Meniskus merupakan struktur fibrokartilago yang berada di antara condyles femur dan tibial plateau. Meniskus terbagi menjadi 2 yaitu meniskus medial dan meniskus lateral. Meniskus medial berbentuk ‘U’ dengan diameter sekitar 35 mm (anterior ke posterior) dan bagian posteriornya lebih lebar



4



dibanding bagian anterior. Meniskus medial menutupi sekitar 60% dari kompartemen medial.. Meniskus lateral hampir berbentuk ‘C’ penuh dengan ukuran lebarnya hampir sama dari anterior ke posterior dengan jarak yang lebih pendek antara anterior dan posterior horn yang menutupi 80% dari kompartemen lateral. Jaringan meniscus terdiri dari air dan serabut kolagen tipe I. Struktur makromolekular dari jaringan meniskus terutama terdiri dari kolagen, yang berkontribusi sebesar 60-95% berat dari jaringan.Meniskus memiliki struktur kolagen yang unik, berhubungan dengan fungsinya.Lapisan superfsial terdiri lapisan tipis serabut halus.di bawah lapisan superfsial terdapat kumpulan kolagen yang tersusun secara ireguler. Setelah itu, terdapat seratserat yang tersusun sirkumferensial dan berlekatan dengan serat-serat yang tersusun radial. Ketika beban aksial menimpa sendi lutut, maka meniskus akan terkompresi dan menjauhi pusat sendi, yang mengakibatkan tekanan menyebar pada serat kolagen sirkumferensial. Meniscus juga akan membantu mengurangi tekanan femur atas tibia dengan cara menyebarkan tekanan pada cartilago articularis dan menurunkan distribusi tekanan antara kedua condylus, mengurangi friksi selama gerakan berlangsung, membantu kapsul sendi dan ligamentum dalam mencegah hiperekstensi lutut dan mencegah capsul sendi terdorong melipat masuk ke dalam sendi (Mordecai, et al. 2014).



Gambar 1.1 Anatomi Meniskus Sumber : MendMeShop, 2010



Gambar 1.2Lateral – Medial Meniskus Sumber : MendMeShop, 2010



5



BAB II PATOFISIOLOGI A. Definisi Anterior Cruciatum Ligament Rupture Anterior Cruciate Ligament (ACL) adalah salah satu dari 4 ligamen utama yang menstabilisasi sendi lutut.Ligamen ini terdiri dari jaringan fibrosa yang menyerupai tambang yang berkoneksi dengan tulang di persendian.ACL mencegah tulang bagian bawah (tibia) dari pergeseran yang berlebihan dan menstabilisasi lutut untuk melakukan berbagai aktivitas



(McMillan,



S.



2013.Anterior



Cruciate



Ligament



Reconstruction.Burlington: Lourdes Medical Associates Professional Orthopaedics). Ruptur ACL adalah robeknya ligament anterior cruciatum yang menyebabkan sendi lutut menjadi tidak stabil sehingga tulang tibia bergeser secara bebas. Ruptur ACL sering terjadi pada olahraga highimpact, seperti sepak bola, futsal, bola voli, tenis, bulutangkis, bola basket dan olahraga lain seperti beladiri (McMillan, 2013). Sebagian besar cedera ACL memerlukan tindakkan operasi.Standar operasi rekonstruksi ACL yang



biasa



dipakai



adalah



teknik



arthroskopi



(Edwards



R.,



2010.Rekonstruksi Kerusakan Anterior Cruciate Ligament (ACL) dengan Arthroskopi. Jakarta, Orthopedi Rumah Sakit Mitra Kemayoran.).



B. Epidemiologi National Center for Chronic Disease Preventive & Health Promotion (NCCDPHP) Amerika Serikat tahun 2009, menyatakan terjadinya peningkatan prevalensi cedera LKA dalam dekade terakhir. Peningkatan ini dihubungkan dengan bertambahnya jumlah penduduk yang berpartisipasi dalam aktivitas fisik. Insiden pastinya belum diketahui, namun dilaporkan sekitar 200.000 kasus cedera LKA, dan 100.000 kasus rekonstruksi LKA setiap tahunnya di Amerika Serikat (Campbell W. 2008.Operative orthopaedics. Edisi ke-11. Philadelphia: Elsevier)



6



Thailand National Games pada tahun 2008, mengumpulkan insiden cedera olahraga berdasarkan cabang olahraga yang dipertandingkan. Penelitian epidemiologi ini melaporkan insiden cedera olahraga sebesar 8,1% untuk cabang olahraga kontak penuh, sebesar 8,3% untuk cabang olahraga kontak terbatas dan hanya 1,8% untuk cabang olahraga tanpa kontak. Penelitian ini menyimpulkan bahwa cabang olahraga kontak penuh dan kontak terbatas memiliki risiko potensial untuk terjadinya cedera saat kompetisi (Laoruengthana A, Poosamsai P, Fangsanau T, et al. 2009.The epidemiology of sports injury during the 37th Thailand national games 2008 in Phitsanulok. J Med Assoc Thai.92(6):204-10)



C. Faktor Risiko dan Etiologi Banyak hal yang dapat meningkatkan risiko cedera ACL, baik yang berasal dari luar (faktor ekstrinsik) maupun faktor dari atlet (faktor intrinsik).Faktor ekstrinsik yang mungkin mempengaruhi terjadinya cedera ACL adalah cabang olahraga, cuaca, dan kondisi tempat latihan, serta alas kaki yang digunakan. Faktor intrinsik yang mungkin akan mempengaruhi terjadinya cedera ACL adalah jenis kelamin, anatomi Indeks Massa Tubuh (IMT), faktor hormonal, riwayat keluarga cedera ACL, riwayat cedera sebelumnya, dan fungsi neurokognitif. Menurut Robert G.M pada tahun 2013, di jelaskan urutan penyebab terjadinya cedera ACL sebagai berikut: 1. Cutting and Pivoting Sport Kebanyakan pemicu cedera ACL pada atlet berasal dari situasi noncontac (sekitar 70%). biasanya terjadi saat atlet mendarat setelah melakukan lompatan, merubah arah dengan cepat untuk menghindari pemain lawan, atau saat atlet melakukan gerakan berhenti secara mendadak. 2. Usia Usia muda merupakan kelompok penyumbang angka cedera ACL tertinggi. Faktornya adalah karena mereka melakukan banyak aktivitas



7



fisik dalam kegiatan sehari - hari maupun dalam latihan olahraga kesehatan



atau



prestasinya.



American



Academy



of



Orthopaedic



memberikan data bahwa dari 2000 operasi yang dilakukan untuk cedera ACL kebayakan pasien dalam range usia 15 - 25 tahun. 3. Jenis Kelamin Studi menjelaskan bahwa wanita yang aktiv dalam "Cutting Sport" -sepak bola, bola basket, dll- memiliki 6 kali resiko lebih tinggi untuk menderita cedera ACl dibanding pria dengan jenis olahraga yang sama. Sebagian besar dari wanita yang menderita ACL yakni pada usia 12 - 18 tahun. Penyebabnya adalah, secara anatomi kondisi "Valgus" wanita lebih lunak dari pada pria.Itu yang menyebabkan wanita memiliki resiko terkena cedera ACl lebih tinggi dibanding dengan pria.Selain itu, faktor tingginya hormon esterogen pada siklus menstruasi membuat kekompakkan sendi menurun, sendi menjadi lebih tidak stabil (Robert G.M.2013.Revision ACL Reconstruction. London: Springer science&Business Media)



D. Klasifikasi Anterior Cruciatum Ligament Rupture Robekan ACL lebih dari 50 % atau robekan total dapat menyebabkan ketidakstabilan sendi lutut. Atlet akan merasa lututnya sering “goyang”, nyeri dan bengkak berulang sehingga kinerja berolahraganya



menurun.



Ketidakstabilan



sendi



lutut



juga



akan



menimbulkan cedera lanjutan berupa rusaknya bantal sendi/meniskus dan tulang rawan sendi. Banyak atlet yang akhirnya harus mengakhiri kariernya akibat cedera ACL sehingga cedera ini sering disebut career ending injury. Penilaian derajat cedera ACL dapat dilakukan berdasarkan robekan yang terjadi, yaitu (Fabricant, P.D. Jones, K.J. Delos, D. Cordaso, F.A. et al. 2013. Reconstruction of the anterior cruciate ligament in skeletally immature athlete: a review concept. J Bone Joint Surg Am, 95(5): 1-13) 1. Derajat 1: robekan mikro pada ligamen. Umumnya tidak menimbulkan gejala ketidakstabilan dan dapat kembali bermain setelah proses



8



penyembuhan. Pada tingkat ini terdapat sedikit hematom dan hanya beberapa serabut dari ligamen yang putus yang disertai dengan nyeri yang ringan dan bengkak. 2. Derajat 2: robekan parsial dengan perdarahan. Terjadi penurunan fungsi dan dapat menimbulkan gejala ketidakstabilan. Pada tingkat ini, lebih banyak serabut ligamen yang putus dan ligamen tertarik dan diperpanjang disertai rasa sakit yang lebih dan memar. Ligamen biasanya akan pulih tanpa perlu operasi dengan penurunan kekuatan dengan sedikit ketidakstabilan. 3. Derajat 3: robekan total dengan gejala ketidakstabilan yang sangat bermakna. Pada tingkat ini, ligamen tertarik hingga sobek menjadi dua seringkali disertai dengan rasa nyeri yang hebat dan sendi menjadi sangat tidak stabil.



E. Patomekanisme ACL mencegah translasi anterior tibia tehadap femur dan berfungsi untuk meminimalisasi rotasi tibia. Fungsi sekunder ACL adalah untuk mencegah posisi valgus dan valrus pada lutut, terutama saat ekstensi. Cedera ACL menyebabkan perubahan kinematika lutut. Terkait dengan patologi yang terjadi, penundaan rekontruksi ACL dapat mengakibatkan terjadinya Osteoarthitis. Sekitar 15% dari kasus rupture ACL menjalani Total Knee Replacement (TKR) (Maguire et al. 2012. Ability to kneel after total knee replacemen:The Bone & Joint Journal 84(2):220-2). ACL menerima suplai darah dari arteri middle genuelate, sehingga jika terjadi rupture ACL akan terjadi haemoarthrosis. Namun, meskipun lokasinya intra-artikular, ACL adalah Ektrasinovial karena tidak memiliki zat-zat penyembuh luka, maka jika terjadi ruptur ACL akan sulit sembuh dengan



sendirinya



(Brukner,P&



Khan,K.



2011.



Clinical



Medicine.2nd Ed. New York: The McGraw-Hill Book Company).



Sports



9



F. Klasifikasi Meniscus Tear 1. Jenis-jenis kerobekan meniscus a) Lesi longitudinal: Sebagian besar cedera meniscal Seperti yang dilaporkan oleh Pellacci, lesi longitudinal mewakili 29% dari semua lesi medial dan 33% dari semua lesi lateral b) Lesi bucket-handle: Lesi longitudinal lengkap bisa menjadi lesi bucket-handle. Sering di meniskus medial c) tears oblique (atau flap): Umumnya di wilayah antara 1/3 punggung dan 1/3 sedang meniskus d) Lesi kompleks: Biasanya dihasilkan oleh trauma lutut berulang e) Lesi radial: Biasanya berasal dari sisi bebas ke pinggiran f) tears horisontal: lesi degeneratif yang melibatkan bagian intramural meniscus



2. Kerobekan karena intak dan ruptur ACL 3. Kompartement LCL dan MCL G. Patomekanisme Meniscus Tear Meniscus dapat terluka dalam satu dari dua cara pada umumnya; trauma mendadak atau keausan. Dalam kasus trauma mendadak, mekanisme yang paling umum untuk cedera adalah dalam menahan beban, dengan kaki tetap, lutut ditekuk dan komponen rotasi. Sesuaikan ini dengan pemain sepakbola atau rugby dengan posisi kuda-kuda ke tanah yang mencoba mengubah arah. Dia menahan beban, lutut ditekuk untuk



10



menurunkan pusat gravitasi dan kaki tetap, sambil memutar untuk mengubah arah. Kekuatan-kekuatan ini bergabung untuk merobek kartilago dengan berbagai cara. Tentu saja faktor-faktor ini dapat disebabkan dalam banyak olahraga atau kegiatan dan tidak hanya direproduksi dalam sepakbola atau rugby tetapi mekanismenya serupa. Keausan dan robekan yang umum juga dapat menyebabkan cedera meniscal dan sering ada sedikit perbedaan antara kemunculannya dengan trauma yang tiba-tiba.



BAB III MANAJEMEN FISIOTERAPI



11



A. Proses Pengukuran dan Pemeriksaan Fisioterapi Anamnesis Umum Nama



: Tn. I



Jenis kelamin



: Laki-laki.



Usia



: 29 tahun..



Alamat



: Jl. Toddopuli Raya



Pekerjaan



: Kary. Swasta



Hobi



: Bermain sepakbola



C: Chief of complaint Sulit untuk menekuk dan meluruskan lutut H: History taking - post op ACL 3 minggu yang lalu -terjatuh dengan posisi menekuk saat bermain sepak bola 1 bulan yang lalu -tidak melanjutkan permainan saat itu. -sudah Mri hasil total rupture ACL. -setealh operasi langsung fisioterapi, dan saat ini merasakan peningkatan yang signifikan -kaki belum full flexi – extensi knee -ada rasa nyeri ketika awal gerakan menekuk dan pada saat akhir gerakan ingin diluruskan -lutut seperti rasa terkunci. -gerakan jongkok terasa ada yang sakit. A:



Asymmetry 1.



Inspeksi statis - Cemas, knee semifleksi kiri.



2.



Inspeksi dinamis -



3.



Jalan belum sempurna baik tetapi tidak begitu pincang



Palpasi: -



suhu (+)



-



tenderness (+)



12



4.



oedem (+)



PFGD -



Fleksi knee sinistra : Terbatas



-



Ekstensi knee sinistra: Terbatas



R: Restrictive 1.



Limitasi ROM : knee joint sinistra (fleksi, ekstensi)



2.



Limitasi ADL: walking, praying, toileting



3.



Limitasi pekerjaan



4.



Limitasi rekreasi ( belum bisa bermain bola)



T: Tissue impairmentand psychological prediction 1. Psikogenik : cemas 2.



Musculotendinogen: a. Thigtness M.Hamstring dan M.Iliopsoas b. weakness M.Quadricep



3.



Osteoarthrogen : a. knee joint adhesive patella b. Anterior Cruciatum Ligament (ACL) post-op + susp. meniscus



S: Specific test 1. TD = 110/70 mmHg 2. VAS Nyeri diam = 0 Nyeri tekan = 2 Nyeri gerak = 2 3. Circumferentia Kiri: 58 cm Kanan : 60 cm 4. MMT. Quadricep (3+), add (3+), abd (3+)



5. HRSA 6. Gait Analysis 7. ROM



13



Fleksi knee: 120o Ekstensi knee: -5o 8. Muscle Length Tesr: Thigtness M.Hamstring & M iliopsoas. 9. Tsally test knee sinistra (+) 10. Mc muray test knee sinistra (+) 11. Pemeriksaan penunjang: foto radiologi



Diagnosis Fisioterapi Gangguan Fungsional ADL (Walking, Praying, Toileting) dan rekreasi berupa Limitasi Rom Knee Joint Sinistra E.C. Post-Op Anterior Cruciatum Ligament Rupturedan susp. Meniscus sejak 3 minggu yang lalu



B. Problem, Planning, dan Program Fisioterapi Adapun problem dan planning fisioterapi yang dapat diuraikan berdasarkan hasil proses pengukuran dan pemeriksaan tersebut, yaitu:



1. Problem: -



Primerc: Stiffness Patella



-



Sekunder: cemas, muscle weakness, limitasi ROM, muscle thigtness, oedem



-



Komples : ADL (walking, praying, toileting) dan rekreasi (bermain bola)



2. Planning: -



Tujuan jangka panjang Mengembalikan fungsional knee joint sinistra sehingga ADL berjalan dan bermain bola kembali.



-



Tujuan jangka pendek Mengurangi



stiffness



patella,



meningkatkan



kekuatan



meningkatkan ROM, mengurangi thigtness, menurunkan nyeri



otot,



14



3. Program Intervensi: No 1



Problem Cemas



Modlitas Terpilih



Dosis



Komunikasi



F: Ix/hari



terapeutik



I: Pasien focus T:Pendekatan intrapersonal T: 2 menit



2



Oedem



RICE



F:2x/hari I: Sesuai toleransi pasien T: Ice compress T: 15 menit



3



Stiffness



Manual therapy



F: Ix/hari I: 15x rep T: mobilisasi antero-caudal & lateral-medial Patella T: 5 menit



4



Limitasi ROM



ROM Exercise



F: 1x/hari I: 8 hit, 5x rep T: AROMexc T: 5 menit



ROM Exercise



F: 1x/hari I: 10 hit/5x rep T: heel slide exc T: 5 menit



5



Muscle



Strengthening



F: 1x/hari



weakness



Exercise



I: 8 hit, 5x rep



M. Quadricep



T: static contraction T: 3 menit Core Exercise



F: 1x/hari I: 10 hit, 5x rep T: Quadricep set/SLR exc



15



T: 5 menit Core Exercise



F: 1x/hari I: 8 hit, 5x rep T: plank exc T: 5 menit



Core Exercise



F: 1x/hari I: 8 hit, 5x rep T: sit up exc T: 5 menit



Core Exercise



F: 1x/hari I: 8 hit, 5x rep T: Bridging+strengthening with ball T: 5 menit



6



7



Thigtness



Flexibility



F: 1x/hari



Muscle



Exercise



I: 15 hit/3x rep



M. Hamstring &



T: stretching exc



M. iliopsoas



T:5 menit



Gangguan ADL



Exercise



F: 1x/hari I: 5x rep T: Gait Training T: 5 menit



B. Evaluasi dan Modifikasi: Adapun hasil evaluasi dan modifikasi terhadap program fisioterapi yang telah diberikan pada klien tersebut, adalah sebagai berikut:



16



1. Evaluasi: No.



Problem



Sebelum Intervensi



1



Limitasi ROM



2



Nyeri (VAS)



S. -50.-50.1200 Nyeri diam = 0 Nyeri tekan = 2 Nyeri gerak = 2



Setelah 6 Kali Intervensi S. -50. -50.1260 Nyeri diam = 0 Nyeri tekan = 1 Nyeri gerak = 1



2. Modifikasi: Mengikuti perubahan patofisiologi dan hasil evaluasi limitasi ROM dan nilai VAS, sehingga dosis latihan dapat ditingkatkan jika kondisi makin membaik. Modifikasi program FT yang dapat diberikan berupa static bycicle dengan level ringan 3. Home Program Adapun home program yang dapat dilakukan yaitu: a. Ice compress 10-15 menit (jika bengkak) b. Self pasif-ekstensi (meluruskan knee joint) c. Heel slide exercise with theraband



DAFTAR PUSTAKA Brukner,P& Khan,K. 2011. Clinical Sports Medicine.2nd Ed. New York: The McGraw-Hill Book Company



17



Campbell W. 2008.Operative orthopaedics.Edisi ke-11. Philadelphia: Elsevier. Edwards R., 2010. Rekonstruksi Kerusakan Anterior Cruciate Ligament (ACL) dengan Arthroskopi. Jakarta, Orthopedi Rumah Sakit Mitra Kemayoran. Fabricant, P.D. Jones, K.J. Delos, D. Cordaso, F.A. et al. 2013.Reconstruction of the anterior cruciate ligament in skeletally immature athlete: a review concept. J Bone Joint Surg Am, 95(5): 1-13 Higgins, M. 2011. Therapeutic Exercise: From Theory to Practice. F.A. Davis,2011. p. 158. Laoruengthana A, Poosamsai P, Fangsanau T, et al. 2009. The epidemiology of sports injury during the 37th Thailand national games 2008 in Phitsanulok. J Med Assoc Thai.92(6):204-10. Maguire et al. 2012.Ability to kneel after total knee replacement: The bone and joint journal84(2):220-2 McMillan, S. 2013. Anterior Cruciate Ligament Reconstruction.Burlington: Lourdes Medical Associates Professional Orthopaedics Moore Keith L., Dalley Arthur F., Agur Anne M.R.. 2014. Clinically Oriented Anatomy. 7th ed. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins Put R, Pabst R. 2008.Sobotta.atlasanatomi manusia.Jakarta: EGC Robert G.M.2013.Revision science&Business Media



ACL



Reconstruction.



London:



Springer