18 0 500 KB
LAPORAN KASUS ORCHITIS SINISTRA
Disusun untuk menyelesaikan Program Internsip Kementrian Kesehatan RI
Oleh: dr. Theresia Amanda Mahanani
Pembimbing: dr. Sendy, Sp.B
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Program Dokter Internsip RSUD Kembangan Jakarta Barat Periode 6 Maret 2019 – 5 Juli 2019
1
Laporan Kasus Orchitis Sinistra LEMBAR PERSETUJUAN Disetujui, September 2019
Pembimbing
(dr. Sendy, Sp.B)
2
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien Nama : Tn. M Usia : 21 tahun Alamat: Taman Aries, Jakarta Barat Pekerjaan : Karyawan swasta Agama : Islam Status Pernikahan : Belum menikah Tanggal masuk: 23 Agustus 2019 Tanggal pemeriksaan : 23 Agustus 2019
Keluhan Utama Nyeri pada buah zakar sebelah kiri sejak 4 hari SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien laki laki 21 tahun datang ke poli RSUD kembangan dengan keluhan utama nyeri pada buah zakar sebelah kiri yang dirasakan memberat sejak 4 hari SMRS. Nyeri dirasakan berdenyut dan terdapat penjalaran ke perut bagian kiri bawah, nyeri dirasakan terus-menerus. Nyeri dirasakan diperberat apabila tersentuh dan diperingan dengan istirahat. Dari skala 1-10 pasien merasakan nyeri ada di angka 5. tidak ada nyeri saat berkemih, cairan atau sekret yang keluar dari penis, juga tidak ada keluhan peningkatan frekuensi berkemih atau rasa tidak lampias saat berkemih. Keluhan lain yang pasien rasakan terdapat demam dimulai pada 1 minggu sebelumnya disertai dengan bengkak pada pipi kiri. Demam berlangsung secara terus-menerus. Penurunan berat badan, mual atau muntah disangkal. Riwayat berhubungan seksual disangkal oleh pasien.
Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya. Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada keluarga pasien yang mengalami keluhan yang sama seperti pasien 3
Riwayat pekerjaan : Pasien bekerjasebagai karyawan swasta di Jakarta. Riwayat pengobatan : Pasien belum berobat untuk keluhannya saat ini. Riwayat alergi : Pasien mengatakan tidak mempunyai alergi terhadap obat-obatan dan makanan. Pemeriksaan Fisik
KU
: tampak sakit sedang
Kesadaran
: Compos mentis, GCS:15, E4 M6 V5
Nadi
: 86 kali/menit, kuat angkat
Nafas
: 20 kali/menit
Suhu
: 36,3 0 C
Tekanan darah
: 100/70 mmHg
Kepala
: normocephal
Leher
: Pembesaran KGB colli(-)
THT
: tidak ada kelainan.
Mata
: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor
Thoraks :
Inspeksi
: simetris (+), retraksi subkostae (-), gerakan napas simetris
Palpasi
: gerakan napas simetris
Perkusi
: sonor +/+, batas jantung normal
Paru
: vesikuler +/+, ronkhi -/- di basal paru, wheezing -/-
Jantung
: BJ I-II reguler, gallop(-), murmur (-)
Abdomen
Inspeksi
: datar
Auskultasi
: bising usus (+) normal
Perkusi
: timpani paada seluruh kuadran
Palpasi
: supel, nyeri tekan epigastik (-), nyeri tekan suprapubic(-), nyeri
tekan kuadran kiri bawah (+), hepar lien tidak teraba
Ekstremitas
: Akral hangat, refilling kapiler baik, oedem (-), ptekie (-),
purpura (-), hematom (-)
4
Status lokalis (scrotum sinistra)
Inspeksi
: Scrotum terlihat eritem,bengkak (+), pus/sekret (-), jejas pada
scrotum (-), transiluminasi negative.
Palpasi
: nyeri tekan (+), benjolan di scrotum/ inguinal (-), scrotum nyeri
pada saat digerakan, Phren sign(+) ,reflex cremaster (+)
Pemeriksaan Laboratorium : Darah Lengkap
Hasil
Nilai Rujukan
Hemoglobin
12.9
L:13-17, P:12-15 (g/dl)
Hematokrit
41
36-51 (%)
Leukosit
24.200
4000-10000 (mm3)
Trombosit
338.000
150000-450000 (mm3)
Eritrosit
6.4
L:4.5-5.5, P:3.8-4.6 (jut/ul)
LED
5
L;0-10, P:0-20 (mm/jam)
MCV
64
80-95 (fl)
MCH
20
27-31 (pg)
MCHC
32
32-36 (g/l)
RDW
16
12-15 (%)
Basofil
0
0-1(%)
Eosinofil
3
2-4(%)
Hitung Jenis Leukosit
5
Netrofil
79
50-70(%)
Limfosit
13
25-40(%)
Monosit
5
2-8 (%)
Urine Lengkap Makroskopis Nama Test
Hasil
Nilai Rujukan
Warna
Kuning
Kuning muda
Kekeruhan
Agak keruh
Jernih
pH
6.5
4.5- 8.0
Berat Jenis
1.010
1.005-1.030
Protein
Negatif
Negatif
Glukosa
Negatif
Negatif
Keton
Negatif
Negatif
Bilirubin
Negatif
Blood
Negatif
Negatif
Leukosit
Positif 1
Negatif
Urobilinogen
Normal
Negatif
Nitrit
Negatif
Normal
Negatif
Mikroskopis Nama Test
Hasil
Nilai Rujukan
Eritrosit
0-2
0-3 (/LPB)
Leukosit
10-15
0-4 (/LPB)
Epitel renal
0
0 (/LPK)
6
Epitel squamosa
0-5
5-15(/LPK)
Silinder hialin
0
0(/LPK)
Silinder epitel
0
0(/LPK)
Silinder eritrosit
0
0(/LPK)
Silinder granula
0
0(/LPK)
Silinder
0
0(/LPK)
Kristal
0
0(/LPK)
Bakteri
0
0(/LPB)
Jamur
0
0(/LPB)
Parasit
Negatif
Negatif
Lainnya
Negatif
Negatif
Resume: Laki laki, 21 tahun, dating ke poli RSUD Kembangan dengan nyeri pada buah zakar sebelah kiri sejak 4 hari SMRS. Nyeri dirasakan diperberat apabila tersentuh dan diperingan dengan istirahat. Terdapat demam dimulai pada 1 minggu sebelumnya disertai dengan bengkak pada pipi kiri. KU tss, Kesadaran CM, Tekanan darah : 100/70mmHg, Nadi : 86 x/menit, RR : 20 x/menit, suhu :36.3oC PF abdomen terdapat nyeri tekan pada kuadran kiri bawah. Status lokalis: terdapat bengkak dan eritem pada scrotum sinistra, nyeri tekan(+), transiluminasi (-), Phren sign (+), reflex cremaster (+). Pada pemeriksaan hasil lab : Leukositosis
Assesment : Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan didapatkan diagnosis : Orchitis sinistra + ISK
7
Terapi : Medika mentosa -
IVFD RL 20 tpm
-
Inj Ceftriaxone 1 gr/12 jam
-
Inj Ketorolac 40 mg/8 jam
-
Inj ranitidine 150 mg/12 jam
Non Medika mentosa -
Tirah baring, dengan posisi scrotum lebih di tinggikan
-
Kompres dengan air hangat atau dingin bila di perlukan
-
Makan makanan tinggi kandungan gizi
-
Jaga kebersihan area genitalia
8
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi testis Testis merupakan sepasang struktur organ yang berbentuk oval dengan ukuran 4x2,5x2,5 cm dan berat kurang lebih 20 gr. Terletak di dalam scrotum dengan axis panjang pada sumbu vertical dan biasanya testis kiri lebih rendah diabnding kanan, Letak anatomis testis adalah caudolateral dan craniomedial. Testis diliputi oleh tunica albuginea pada 2/3 anterior kecuali pada sisi dorsal dimana terdapat epidiymis dan pedikel vaskuler. Sedangkan epididymis merupakan organ yang berbentuk kurva yang terletak di sekeliling bagian dorsal dari testis. Suplai darah arteri pada testis dan epididimis berasal dari arteri renalis.
Fungsi utama dari testis adalah memproduksi sperma dan hormone androgen terutama testoteron. Sperma dibentuk di dalam tubulus seminiferus yang memiliki 2 jenis sel yaitu sel sertoli dan sel spermatogenik. Diantar tubulus seminiferus inilah terdapat jaringan stroma tempat dimana sel leydig berada. Pada perkembangannya, testis mengalami desensus dari posisi asalnya di dekat ginjal menuju scrotum. Terdapat beberapa mekanisme yang menjelaskan mengenai proses ini antara lain adanya tarikan gubernakulum dan tekanan intraabdominal. Factor endocrine dan axis hypothalamus-ptuitary-testis juga berperan dalam proses desensus testis. Antara minggu ke 12 dan 17 kehamilan, testis mengalami migrasi transabdominal menuju lokasi di dekat cincin inguinal interna.
9
Jaringan ikat testis dibagi menjadi 250 lobus pada bagian anterior dan lateral testis dibungkus oleh suatu lapisan serosa yang disebut tunica vaginalis yang meneruskan diri menjadi lapisan parietal. Lapisan ini langsung berhubngan dengan kulit terutam skrotum. Di sebelah posterolateral testis berhubungan dengan epididimis, terutama pada pool atas dan bawahnya. Peredaran darah testis memiliki keterkaitan dengan peredaran darah di ginjal karena asal embriologi ke dua organ tersebut. Pembuluh darah arteri ke testis berasal dari aorta yang beranastomosis di funikulus spermatikus dengan arteri dan vasa deferensia yang merupakan cabang dari arteri iliaca interna. Aliran darah dari testis kembali ke pleksus pampiniformis di funikulus spermatikus. Pleksus ini di annulus inguinalis interna akan membentuk vena spermatika. Vena spermatika kanan akan masuk ke dalam vena cava inferior sedangkan vena spermatika kiri akan masuk ke vena renalis sinistra. Definisi Orchitis Orchitis merupakan reaksi inflamasi akut dari testis sekunder terhadap infeksi. Sebagian besar kasus berhubungan dengan infeksi virus gondong, namun virus lain dan bakteri dapat menyebabkan orchitis. Orchitis (inflamasi pada testis) dapat disebabkan oleh bakteri atau akibat septicemia. Biasanya kedua testis terkena, dan jika terjadi bilateral kemandulan sering diakibatkannya, steril tidak terjadi bila bersifat unilateral. (Long, 1996: 468) Etiologi Orchitis bisa disebabkan oleh sejumlah bakteri dan virus. Virus yang paling sering menyebabkan Orchitis adalah virus gondongan (mumps). Virus lainnya meliputi Coxsackie virus, varicella, dan echovirus. Bakteri yang biasanya menyebabkan Orchitis antara lain Neisseria gonorhoeae, Chlamydia trachomatis, E. coli, Klebsiella pneumoniae, Pseudomonas
aeruginosa,
Staphylococcus
sp.,
dan
Streptococcus
sp.
Pasien
immunocompromised (memiliki respon imun yang diperlemah dengan imunosupresif) dilaporkan terkena Orchitis dengan agen penyebab Mycobacterium avium complex, Crytococcus neoformas, Toxoplasma gondii, Haemophilus parainfluenzae, dan Candida albicans. (Mycyk, 2004)
10
Epidemiologi
Kejadian orchitis diperkirakan 1 diantara 1000 laki-laki.
4 dari 5 laki-laki prepubertal (lebih muda dari 10 tahun).
Sebagian besar kasus berhubungan dengan epididimitis (epidiymoorchitis), dan terjadi pada laki-laki yang aktif secara seksual lebih tua dari 15 tahun atau pada pria lebih tua dari 50 tahun dengan hipertrofi prostat jinak (BPH).
Faktor resiko Instrumentasi dan pemasangan kateter merupakan factor resiko yang umum untuk epididimis akut. Urethritis atau prostatitis juga bisa menjadi factor resiko. Refluks urin terinfeksi dari urethra prostatic ke epidiymis melalui saluran sperma dan vas deferens bisa dipicu melalui valsava atau pendesakan kuat. Uretritis gonore (gonnorheae) merupakan penyakit hubungan seksual yang disebabkan oleh kuman neiserria gonorrheae yang menyerang uretra pada laki-laki dan endocervix pada wanita. Patofisiologi Peradangan pada testis bisa disebabkan oleh berbagai virus ataupun bakteri. Hal ini akan menimbulkan proses inflamasi pada testis yang meliputi kalor, rubor, dolor, tumor, dan function laesa. Orchitis paling umum disebabkan oleh infeksi bakteri. Virus maupun trauma. Infeksi virus (mumps) bisa menginfeksi secara hematogen, sedangkan infeksi bakteri biasanya melalui infeksi saluran kencing atau melalui penyakit menular seksual. Manifestasi klinis Tanda dan gejala Orchitis dapat berupa demam, semen mengandung darah, keluar nanah dari penis, pembengkakan skrotum, testis yang terkena terasa berat, membengkak, dan teraba lunak, serta nyeri ketika berkemih, buang air besar(mengedan), melakukan hubungan seksual. Selanglangan klien juga dapat membengkak pada sisi testis yang terkena (Mycyk,2004). Sedangkan menurut Lemone (2004 : 1533) manifestasi Orchitis termasuk demam tinggi, peningkatan WBCs, kemerahan skrotum secara unilateral atau bilateral, pembengkakan, dan nyeri.
11
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan urin kultur
Urethral smear (tes penyaringan untuk klamidia dan gonorhoe)
Pemeriksaan darah CBC (complete blood count)
Dopller ultrasound, untuk mengetahui kondisi testis, menentukan diagnosa dan mendeteksi adanya abses pada skrotum
Testicular scan
Analisa air kemih
Pemeriksaan kimia darah
Diagnosis
Anamnesis Sebagian besar pasien dengan orchitis datang dengan keluhan nyeri dan bengkak pada testis. Keluhan biasanya disertai dengan demam. Keluhan tambahan berupa nyeri dan panas saat berkemih. Kadang disertai pembesaran getah bening.
Pemeriksaan fisik Pada inspeksi ditemukan tanda-tanda radang pada testis yaitu: testis berwarna kemerahan, suhu raba terasa hangat, bengkak dan nyeri saat dipalpasi.
Laboratorium Pada orchitis yang disebebabkan oleh bakteri dan virus terjadi peningkatan leukosit.
Ultrasonografi
Differensial Diagnosis 1. Torsio Testis Torsio testis adalah terpuntirnya funikulus spermatikus, sehingga terjadi hambatan aliran darah ke testis, sehingga apabila 5-6 jam (golden period) tidak mendapatkan terapi akan terjadi atrofi testis. Karena perfusi oleh vasa spermatika interna menurun. Torsio paling sering terjadi pada usia pubertas. Torsi dimulai dari kontraksi testis sebelah kiri, dimana testis kiri berputar berlawanan dari arah jarum jam sehingga terjadi oedem testis dan funikulus spermatikus akibatnya terjadi iskemia.
12
Gambaran klinis torsio testis, biasanya pasien mengeluh nyeri hebat di daerah skrotum, yang sifatnya mendadak dan diikuti pembengkakan pada testis. Nyeri dapat menjalar ke daerah inguinal. Pada pemeriksaan fisik tampak testis membengkak, letaknya lebih tinggi dan lebih horizontal daripada testis kontralateral. Kadang-kadang pada torsio yang baru aja terjadi. Dapat diraba adanya lilitan atau penebalan funikulus spermatikus. Keadaan ini biasanya tidak disertai dengan demam. Pemeriksaan sedimen urine tidak menunjukkan adanya leukosit dalam urine dan pemeriksaan darah tidak menunjukkan tanda inflamasi. Pada torsio testis tidak didapatkan adanya aliran darah ke testis sedangkan pada keradangan akut testis lainnya terjadi peningkatan aliran darah ke testis. Terapi torsi testis: (1) detorsi manual, yaitu dengan mengembalikan posisi testis ke asalnya dengan memutar testis kea rah berlawanan dengan arah torsio, dengan local anastesi (lidokain 1%) pada funikulus spermatikus di annulus 10-20 ccbila gagal dilakukan operasi. (2) operasi, tujuannya adalah untuk mengembalikan testis kea rah yang benar. Bila testis viabeldilakukan orkidopeksi pada tunica dartos, dilanjutkan orkidopeksi sisi kontralateral pada 3 tempat. Bila testis nekrosisdilakukan orkidektomi disusul orkidopeksi sisi kontralateral.
2. Epididimitis Epididimitis adalah reaksi inflamasi yang terjadi pada epididimis. Reaksi inflamasi ini dapat terjadi secara akut atau kronis. Diduga reaksi inflamasi ini berasal dari bakteri yang berada di dalam buli-buli, prostat atau uretra yang secara ascending menjalar ke epididimis. Dapat pula terjadi refluks urine melalui duktus ejakulatorius atau penyebaran bakteri secara hematogen atau langsung ke epididimis. Mikroba penyebab infeksi pada pria dewasa muda ( 35 tahun dengan orchitis. Dewasa 960 mg q12h untuk 14 hari. Anak 15-20 mg / kg / hari, berdasarkan TMP, PO tid / qid selama 14 hari
5. Ciprofloxacin Fluorokuinolon dengan aktivitas terhadap pseudomonas, streptococci, MRSA, S epidermidis, dan gram negatif sebagian besar organisme, namun tidak ada aktivitas terhadap anaerob. Menghambat sintesis DNA bakteri dan akibatnya pertumbuhan bakteri terhambat. Dewasa tab 500 mg PO selama 14 hari. Anak tidak dianjurkan Komplikasi Sampai dengan 60% dari testis yang terkena menunjukkan beberapa derajat atrofi testis. Gangguan kesuburan dilaporkan 7-13%. Kemandulan jarang dalam kasus-kasus orchitis unilateral. Hidrokel communican atau pyocele mungkin memerlukan drainase bedah untuk mengurangi tekanan dari tunika. Abscess scrotalis Infark testis Rekurensi Epididymitis kronis Impotensi tidak umum setelah epididymitis akut, walaupun kejadian sebenarnya yang didokumentsikan tidak diketahui. Gangguan dalam kualitas sperma biasanya hanya sementara. Yang lebih penting adalah azoospermia yang jauh lebih tidak umum, yang disebabkan oleh gangguan saluran epididymal yang diamati pada laki-laki penderita epididymitis yang tidak diobati dan yang diobati tidak tepat. Kejadian kondisi ini masih belum diketahui.
16
Prognosis Sebagian besar kasus orchitis karena mumps menghilang secara spontan dalam 3-10 hari. Dengan pemberian antibiotik yang sesuai, sebagian besar kasus orchitis bakteri dapat sembuh tanpa komplikasi. Kesimpulan Orchitis merupakan reaksi inflamasi akut dari testis terhadap infeksi, penyebab orchitis adalah virus (mumps) dan bakteri (e.coli, N.gonorrea, chlamidia,klebseilla, pseudomona dll). Gejala yang ditimbulkan adalah bengkak dan nyeri pada testis dan kadang disertai demam. Penatalaksanaan orchitis adalah dengan terapi suportif yaitu bed rest dan elevasi skrotum. Terapi spesifik yaitu dengan pemberian antibiotic.
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Guilermo Hugo , Boronat Mauro , Ojeda Antonio , dkk.2010. Mumps Orchitis in the Post-Vaccine Era (1967-2009) A Single-Center Series of 67 Patients and Review of Clinical Outcome and Trends : Volume 89, 2. Tania, Marisa Stephanie. 2009. Orkitis pada Infeksi Parotitis Epidemika. FK UI : Jakarta. 3. Trojian TH, Lishnak TS, Heiman D. Epididymitis and orchitis: an overview. Am Fam Physician. 2009 Apr 1. 79(7):583-7. 4. Wim de, Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, Alih bahasa R. Sjamsuhidayat Penerbit Kedokteran, EGC, Jakarta, 1997 5. Prince, Sylvia A. 2006. Patofisiologi Volume 2 Edisi 6. Jakarta : EGC. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit.Jakarta : Media Aesculapius
18