Laporan Kasus Otitis Eksterna Difus Fix [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Rey
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAGIAN ILMU KESEHATAN THT-KL



LAPORAN KASUS



FAKULTAS KEDOKTERAN



FEBRUARI 2019



UNIVERSITAS PATTIMURA



OTITIS EKSTERNA DIFUS AURIKULA DEXTRA



Reylando Davila Saimima NIM. 2018-84-042



Pembimbing: dr. Julu Manalu, Sp.THT-KL



DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN THT-KL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PATTIMURA RSUD dr. M. HAULUSSY AMBON 2019



KATA PENGANTAR



Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas kasih dan anugerahanya penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan kasus dengan judul “Otitis Eksterna Difus Aurikula Dextra”. Penulisan laporan kasus ini merupakan salah satu syarat kelulusan pada kepaniteraan klinik bagian ilmu Telinga Hidung dan Tenggorokan di RSUD Dr. M. Haulussy Ambon. Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Julu Manalu Sp.THT-KL selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan selama penyusunan laporan kasus ini, serta semua pihak yang telah membantu hingga selesainya laporan kasus ini. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan kasus ini disebabkan keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan di masa yang akan datang. Semoga laporan kasus ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.



Ambon, 19 Februari 2019



Penulis



ii



DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL



i



KATA PENGANTAR



ii



DAFTAR ISI



iii



BAB I. PENDAHULUAN



1



BAB II. TINJAUAN PUSTAKA



3



2.1 Anatomi Telinga



3



2.2 Fisiologi Telinga



5



2.3 Otitis Eksterna



6



Definisi



6



Epidemiologi



6



Etiologi



7



Patofisiologi



8



Klasifikasi



8



BAB III. LAPORAN KASUS



15



BAB IV. DISKUSI KASUS



20



BAB V. PENUTUP



21



DAFTAR PUSTAKA



22



iii



BAB I PENDAHULUAN Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis yang disebabkan disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur dan virus. Faktor yang mempermudah radang telinga luar ialah pH di liang telinga yang biasanya normal atau asam. Bila pH menjadi basa, proteksi terhadap infeksi menurun. Pada keadaan udara yang hangat dan lembab, kuman dan jamur mudah tumbuh.1 Faktor lain penyebab otitis eksterna adalah trauma lokal dan alergi. Faktor ini menyebabkan berkurangnya lapisan protektif yang menyebabkan edema dari epitel skuamosa. Keadaan ini menimbulkan trauma lokal yang mengakibatkan bakteri masuk melalui kulit, inflasi dan menimbulkan eksudat. Bakteri patogen pada otitis eksterna akut adalah pseudomonas (41%), strepokokus (22%), stafilokokus aureus (15%) dan bakteroides (11%).2 Istilah otitis eksterna akut meliputi adanya kondisi inflasi kulit dari liang telinga bagian luar. 3,4 Otitis eksterna ini merupakan suatu infeksi liang telinga bagian luar yang dapat menyebar ke pinna, periaurikular, atau ke tulang temporal. Biasanya seluruh liang telinga terlibat, tetapi pada furunkel liang telinga luar dapat dianggap pembentukan lokal otitis eksterna. Otitis eksterna difusa merupakan tipe infeksi bakteri patogen yang paling umum disebabkan oleh pseudomonas, stafilokokus dan proteus, atau jamur.5 Penyakit ini sering diumpai pada daerah-daerah yang panas dan lembab dan jarang pada iklim-iklim sejuk dan kering. Patogenesis dari otitis eksterna sangat komplek dan sejak tahun 1844 banyak peneliti mengemukakan faktor pencetus dari penyakit ini seperti Branca (1953) mengatakan bahwa berenang merupakan penyebab dan menimbulkan kekambuhan. Senturia dkk (1984) menganggap bahwa keadaan panas, lembab dan trauma terhadap epitel dari liang telinga luar merupakan faktor penting untuk terjadinya otitis eksterna. Howke dkk (1984) mengemukakan pemaparan terhadap air dan penggunaan lidi kapas dapat menyebabkan terjadi otitis eksterna baik yang akut maupun kronik.3,4



1



Umumnya penderita datang ke Rumah Sakit dengan keluhan rasa sakit pada telinga, terutama bila daun telinga disentuh dan waktu mengunyah. Bila peradangan ini tidak diobati secara adekuat, maka keluhan-keluhan seperti rasa sakit, gatal dan mungkin sekret yang berbau akan menetap.3 Pembersihan yg terbaik adalah dengan sunction dan menggunakan otoskop. Alternative lain untuk membersihkan telinga adalah dgn menggunakan kapas untuk mengeluarkan secara perlahan-lahan secret tebal dari saluran telinga luar. Jika secret tipis, keras atau lengket maka pemberian antibiotik atau hydrogen peroksida dapat menolong untuk melembutkan secret tsb agar mudah dikeluarkan. Dapat juga diberikan alcohol sesudahnya untuk membersihkan saluran, tetapi hal ini mungkin menyebabkan iritasi jika saluran telah mengalami peradangan. Pasien harus dievaluasi kembali apabila sekret susah untuk dikeluarkan akibat adanya pembengkakan atau nyeri.1-4



2



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.1



ANATOMI TELINGA Telinga dibagi atas telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam. Telinga



luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran timpani; telinga tengah terdiri dari membrane timpani, tulang-tulang pendengaran (maleus, inkus, dan stapes), dan tuba eustachius; sedangkan telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) dan kanalis semisirkularis. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar berikut:1



Gambar 1. Anatomi Telinga Sumber : Oghalai, J.S. 2003. Otitis Eksterna. Di unduh dari: http://www.bcm. tme.edu/oto/grand/101295.htm.



3



2.1.1 Telinga Luar Daun telinga terletak di kedua sisi kepala, merupakan lipatan kulit dengan dasarnya terdiri dari tulang rawan yang juga ikut membentuk liang telinga bagian luar. Hanya cuping telinga atau lobulus yang tidak mempunyai tulang rawan, tetapi terdiri dari jaringan lemak dan jaringan fibros. Bentuk dari kulit, tulang rawan dan otot pada suatu keadaan tertentu dapat menentukan bentuk dan ukuran dari orifisium liang telinga bagian luar, serta menentukan sampai sejauh mana serumen akan tertahan dalam liang telinga, disamping itu mencegah air masuk kedalam liang telinga. 6 Liang telinga mempunyai bagian tulang (di dua pertiga bagian dalam) dan tulang rawan (di sepertiga bagian luar). Membran timpani memisahkan telinga luar dan telinga tengah. Telinga luar berfungsi mengumpulkan dan menghantar gelombang bunyi ke struktur-struktur telinga tengah. Liang telinga luar yang sering disebut meatus, panjang kira-kira 2,5 cm, membentang dari konka telinga sampai membran timpani. Bagian tulang rawan liang telinga luar sedikit mengarah keatas dan kebelakang dan bagian sedikit kebawah dan kedepan sehingga berbentuk huruf “S“, sehingga penarikan daun telinga kearah belakang atas luar, akan membuat liang telinga cenderung lurus dan memungkinkan terlihatnya membran timpani pada kebanyakan liang telinga.1,6 2.1.2 Telinga tengah Telinga tengah terdiri dari suatu ruang yang terletak di antara membran timpani dan kapsul telinga dalam, tulang-tulang, dan otot yang terdapat di dalamnya serta penunjangnya, tuba eustachius dan sistem sel-sel udara mastoid. Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga. Bagian atas disebut pars flaksida (membran Shrapnell), sedangkan bagian bawah pars tensa (membran propria). Tulang-tulang pendengaran terdiri dari suatu sistem pengungkit dan batang yang meneruskan energi mekanis getar ke cairan periotik. Sistem tersebut terdiri dari maleus, inkus, dan stapes. Maleus dan inkus bekerja sebaga suatu unit, memberikan respon rotasi terhadap gerakan timpani melalui suatu aksis yang merupakan garis ligamentum maleus anterior dan ligamen inkus pada ujung prosesus brevis. Stapes memiliki bentuk seperti 4



sanggurdi, terdiri dari kepala, leher, krus anterior dan posterior serta basis atau lempeng kaki 2,4 2.1.3 Telinga dalam Di telinga dalam dapat dijumpai labirin otik yang merupakan suatu rangkaian antara tuba dan rongga telinga dalam yang dilapisi epitel, yang berisi cairan otik atau endolimfe. Labirin otik terdiri dari tiga bagian yang saling berhubungan dengan fungsi yang terpisah, yakni pars superior labirin vestibuler, pars inferior atau koklea dan duktus serta sakus endolimfatik, Cairan telinga dalam terdiri dari perilimfe yang ada dalam skala vestibuli dan timpani yang berfungsi sebagai dalam pendengaran sedangkan cairan endolimfe dalam skala media yang berfungsi sebagai keseimbangan.1,6 2.2



FISIOLOGI TELINGA Proses pendengaran diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun



telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang koklea. Getaran tersebut menggetarkan membran timpani diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengamplikasikan melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas membran timpani dan daya tingkap lonjong. Energi getar yang diamplikasi ini akan diteruskan ke stapes yang akan menggetarkan tingkap lonjong sehigga perilimfa pada skala vestibuli bergerak. Getaran ini diteruskan melalui membrane Reissner yang mendorong edolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara membran basilaris dan membran tektoria. Proses ini proses ini merupakan rangsang mekanik yang akan menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan lisrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga neurotransmitter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nucleus auditoris sampai ke korteks pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis.1,2



5



Gambar 2. Fisiologi pendengaran Sumber : Kotton, C. 2004. Otitis Eksterna. Di unduh dari: http://www.sav-ondrugs. com/shop/templates/encyclopedia/ENCY/article/000622.asp.



2.3



OTITIS EKSTERNA Otitis eksterna adalah suatu inflamasi, iritasi, atau infeksi kulit dari



liang/saluran telinga luar (meatus akustikus eksterna) yang disebabkan oleh kuman maupun jamur (otomikosis) dengan tanda-tanda khas yaitu rasa tidak enak di liang telinga, deskuamasi, sekret di liang telinga dan kecenderungan untuk kambuhan. Infeksi ini bisa menyerang seluruh saluran (otitis eksterna generalisata) atau hanya pada daerah tertentu sebagai bisul (furunkel) atau jerawat. 1,6 2.3.1 Epidemiologi Menurut American Academy of Otolaryngology–Head and Neck Surgery Foundation, angka kejadiannya pada tahun 2006 termasuk dalam jenis infeksi yang paling umum dihadapi oleh para dokter dan didapati kejadian tahunan otitis eksterna akut adalah sekitar 1:100 dan 1: 250 dari populasi umum di Amerika Serikat. Di Indonesia juga telah diadakan penelitian mengenai penyakit otitis



6



eksterna contohnya Prevalensi dari penderita otitis eksterna yang paling sering berdasarkan rentang umur menurut penelitian Ibaim, dkk. tahun 2013 penderita otitis eksterna yang paling sering dijumpai pada rentang umur 23-32 tahun (23,6%), penelitian tentang pada prevalensi penderita otitis eksterna berdasarkan jenis otitis eksterna yang diderita lebih sering ditemukan otitis eksterna difus yaitu 374 pasien (84%) pada penelitian Suwu, dkk. tahun 2013 di Poliklinik THT-KL RSU Prof. Dr. R.D. Kandou Manado.9 2.3.2 Etiologi Otitis



eksterna



terutama



disebabkan



oleh



infeksi



bakteri,



yaitu



staphylococcus aureus, staphylococcus albus, dan escherichia coli. Penyakit ini dapat juga disebabkan oleh jamur (10% otitis eksterna disebabkan oleh jamur terutama jamur pityrosporum dan aspergilosis), alergi, dan virus (misalnya: virus varisela zoster). Otitis eksterna dapat juga disebabkan oleh penyebaran luas dari proses dermatologis yang bersifat non infeksi.1,7



Gambar 3. Infeksi jamur



Gambar 4. Infeksi virus (herpes zoster)



Sumber : Oghalai, J.S. 2003. Otitis Eksterna. Di unduh dari: http://www.bcm. tme.edu/oto/grand/101295.htm.



7



2.3.2 Patofisiologi Secara alami, sel-sel kulit yang mati, termasuk serumen, akan dibersihkan dan dikeluarkan dari gendang telinga melalui liang telinga. Cotton bud (pembersih kapas telinga) dapat mengganggu mekanisme pembersihan tersebut sehingga selsel kulit mati dan serumen akan menumpuk di sekitar gendang telinga. Masalah ini juga diperberat oleh adanya susunan anatomis berupa lekukan pada liang telinga. Keadaan diatas dapat menimbulkan timbunan air yang masuk ke dalam liang telinga ketika mandi atau berenang. Kulit yang basah, lembab, hangat, dan gelap pada liang telinga merupakan tempat yang baik bagi pertumbuhan bakteri dan jamur.1,7,8 Adanya faktor predisposisi otitis eksterna dapat menyebabkan berkurangnya lapisan protektif yang menimbulkan edema epitel skuamosa. Keadaan ini menimbulkan trauma lokal yang memudahkan bakteri masuk melalui kulit, terjadi inflamasi dan cairan eksudat. Rasa gatal memicu terjadinya iritasi, berikutnya infeksi lalu terjadi pembengkakan dan akhirnya menimbulkan rasa nyeri. Proses infeksi menyebabkan peningkatan suhu lalu menimbulkan perubahan rasa nyaman dalam telinga. Selain itu, proses infeksi akan mengeluarkan cairan/nanah yang bisa menumpuk dalam liang telinga (meatus akustikus eksterna) sehingga hantaran suara akan terhalang dan terjadilah penurunan pendengaran. Infeksi pada liang telinga luar dapat menyebar ke pinna, periaurikuler dan tulang temporal.4



2.3.4 Klasifikasi Otitis Eksterna Otitis eksterna diklasifikasikan atas :1,7 a.



b.



Otitis eksterna akut : a.



Otitis eksterna sirkumskripta (furunkel/bisul)



b.



Otitis eksterna difus



Otitis ekterna kronis.



8



Gambar 6. Otitis eksterna kronis



Gambar 5. Otitis eksterna akut



Sumber: Oghalai, J.S. 2003. Otitis Eksterna. Di unduh dari: http://www.bcm. tme.edu/oto/grand/101295.htm.



2.3.5 Otitis Eksterna Akut (OEA) 2.3.5.1 Otitis Eksterna Sirkumskripta (Furunkel = Bisul) Otitis eksterna sirkumskripta adalah infeksi oleh kuman pada kulit disepertiga luar liang telinga yang mengandung adneksa kulit, seperti folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar serumen sehingga membentuk furunkel. Sering timbul pada seseorang yang menderita diabetes. Kuman penyebabnya biasanya Staphylococcus aureus atau Staphylococcus albus.1,7 Gejalanya ialah rasa nyeri yang hebat, tidak sesuai dengan besar bisul. Hal ini disebabkan karena kulit liang telinga tidak mengandung jaringan longgar dibawahnya, sehingga rasa nyeri timbul pada penekanan perikondrium. Rasa nyeri dapat juga timbul spontan pada waktu membuka mulut (sendi temporomandibula). Selain itu terdapat juga gangguan pendengaran bila furunkel besar dan menyumbat liang telinga. Rasa sakit bila daun telinga ketarik atau ditekan. Terdapat tanda infiltrat atau abses pada sepertiga luar liang telinga.1,7 Beberapa furunkel mungkin bersatu membentuk karbunkel jika infeksi berlanjut tidak diterapi, akan timbul selulitis dan mungkin limfadenitis regional. Furunkulosis sering bersama-sama dengan Otitis Eksterna Difusa (OED). Pada kasus berat, edema dapat menyebar ke sulkus post aurikular menyebabkan daun



9



telinga terdorong ke depan. Kesulitan mendiagnosa timbul apabila liang telinga bengkak keseluruhan yang menghalangi pemeriksaan membrana timpani. Keadaan ini harus dibedakan dari mastoiditis akuta, pembengkakan dan tenderness dapat menyebar ke daerah post aurikula.4,7 Terapinya tergantung pada keadaan furunkel. Bila sudah menjadi abses, diaspirasi secara steril untuk mengeluarkan nanahnya. Lokal diberikan antibiotic dalam bentuk salep, seperti polymyxin B atau bacitracin, atau antiseptik (asam asetat 2-5% dalam alkohol. Kalau dinding furunkelnya tebal, dilakukan insisi, kemudian dipasang salir (drain) untuk mengalirkan nanahnya. Biasanya tidak diperlukan pemberian antibiotik secara sistemik, hanya diberikan obat simtomatik seperti analgetik dan obat penenang.1 2.3.5.2 Otitis Eksterna Difus (OED) Otitis eksterna difusa biasanya mengenai kulit liang telinga dua pertiga bagian dalam. OED dikenal juga sebagai telinga cuaca panas (hot weather ear), telinga perenang (swimmer ear), karena merupakan suatu problema umum dibagian otologi yang didapat pada 5–20 % penderita yang berobat ke dokter di daerah-daerah tropis dan subtropis pada musim panas terutama disebabkan oleh kelompok Pseudomonas, Stafilokokus, Proteus dan kadang-kadang juga S. albus, E. coli, dan Enterobacter aerogenesis. Danau, laut dan kolam renang merupakan sumber potensial untuk infeksi ini. Otitis eksterna difusa merupakan komplek gejala peradangan yang terjadi sewaktu cuaca panas dan lembab dan dapat dijumpai dalam bentuk ringan, sedang, berat dan menahun.7 Diduga bahwa suhu yang tinggi, kelembaban yang tinggi dan kontaminasi kulit (kolonisasi) dengan basil gram negatif merupakan tiga faktor terpenting yang menunjang didalam hal patogenesis otitis eksterna difusa. Berdasarkan kepustakaan bahwa peningkatan yang cepat dari insiden otitis eksterna terjadi apabila suhu menaik pada lingkungan yang kelembaban relatif tinggi. 1,4,7



10



Beberapa faktor yang mempermudah terjadinya otitis eksterna, yaitu : 



Derajat keasaman (pH) Ph pada liang telinga biasanya normal atau asam, pH asam berfungsi sebagai protektor terhadap kuman. Bila terjadi perubahan pH menjadi basa maka akan mempermudah terjadinya otitis eksterna yang disebabkan oleh karena proteksi terhadap infeksi menurun.







Udara Udara yang hangat dan lembab lebih memudahkan kuman dan jamur mudah tumbuh.







Trauma Trauma ringan misalnya setelah mengorek telinga merupakan factor predisposisi terjadinya otitis eksterna.







Berenang Terutama jika berenang pada air yang tercemar. Perubahan warna kulit liang telinga dapat terjadi setelah terkena air.2,7 Tidak adanya serumen didalam liang telinga luar bisa merupakan suatu



keadaan predisposisi untuk terjadinya infeksi telinga. Telah dikemukakan bahwa serumen dari telinga penyebab terjadinya lapisan asam yang bersifat anti bakteri yang dianggap berguna untuk mempertahankan telinga yang sehat.4 Patofisiologi Saluran telinga bisa membersihkan dirinya sendiri dengan cara membuang sel-sel kulit yang mati dari gendang telinga melalui saluran telinga. Otitis eksterna difus akut disebabkan oleh terangkatnya lapisan lipid protektif dari liang telinga sehingga bakteri dapat masuk. Biasanya diawali dengan rasa gatal di kanalis akustikus eksternus, kemudian terjadi maserasi pada kulit dan trauma lokal akibat penggunaan kapas telinga (cotton bud), kuku jari tangan dan alat-alat lainnya.6 Penimbunan sel-sel kulit yang mati dan serumen akan menyebabkan penimbunan air yang masuk ke dalam saluran ketika mandi atau berenang. Kulit yang basah dan lembut pada saluran telinga lebih mudah terinfeksi oleh bakteri atau jamur.8



11



Manifestasi Klinis Gejalanya sama dengan gejala otitis eksterna sirkumskripta. Kadang-kadang kita temukan sekret yang berbau namun tidak bercampur lendir (musin). Lendir merupakan sekret yang berasal dari kavum timpani dan kita temukan pada kasus otitis media. Rasa sakit didalam telinga bisa bervariasi dari yang hanya berupa rasa tidak enak sedikit, perasaan penuh didalam telinga, Meskipun rasa sakit sering merupakan gejala yang dominan, keluhan ini juga sering merupakan gejala sering mengelirukan. Kehebatan rasa sakit bisa agaknya tidak sebanding dengan derajat peradangan yang ada. Ini diterangkan dengan kenyataan bahwa kulit dari liang



telinga



luar



langsung



berhubungan



dengan



periosteum



dan



perikondrium,sehingga edema dermis menekan serabut saraf yang mengakibatkan rasa sakit yang hebat.8 Rasa penuh pada telinga merupakan keluhan yang umum pada tahap awal dari otitis eksterna difusa dan sering mendahului terjadinya rasa sakit dan nyeri tekan daun telinga1. Lagi pula, kulit dan tulang rawan sepertiga luar liang telinga bersambung dengan kulit dan tulang rawan daun telinga sehingga gerakan yang sedikit saja dari daun telinga akan dihantarkan kekulit dan tulang rawan dari liang telinga luar dan mengkibatkan rasa sakit yang hebat dirasakan oleh penderita otitis eksterna.1 Rasa penuh pada telinga merupakan keluhan yang umum pada tahap awal dari otitis eksterna difusa dan sering mendahului terjadinya rasa sakit dan nyeri tekan daun telinga. Gatal merupakan gejala klinik yang sangat sering dan merupakan pendahulu rasa sakit yang berkaitan dengan otitis eksterna akut. Rasa gatal yang hebat 9%, sedang 23%, ringan 35%, tidak didapat rasa gatal 33%. Pada kebanyakan penderita rasa gatal disertai rasa penuh dan rasa tidak enak merupakan tanda permulaan peradangan suatu etitis eksterna akuta. Pada otitis eksterna kronik merupakan keluhan utama.8 Kurang pendengaran mungkin terjadi pada akut dan kronik dari otitis eksterna akut. Edema kulit liang telinga, sekret yang serousa atau purulen, penebalan kulit yang progresif pada otitis eksterna yang lama, sering menyumbat lumen kanalis dan menyebabkan timbulnya tuli konduktif.



12



Diagnosis otitis eksterna difusa ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis didapatkan keluhan telinga terasa nyeri, terasa penuh, pendengaran berkurang, dan gatal. Pada pemeriksaan fisik didapatkan kulit liang telinga hiperemis, dan edema dengan batas yang tidak jelas, adanya sekret yang berbau dan tidak mengandung musin.6 Pada pemeriksaaan histopatologi otitis eksterna difusa akut tampak adanya gambaran hiperkeratosis epidermis, parakeratosis, akanthosis, erosi, spingiosis, hiperplasia stratum korneum dan stratum germinativum, edema, hiperemis, infiltrasi leukosit, nekrosis, nekrosis fokal diikuti penyembuhan fibroblastik pada dermis dan aparatus kelenjar berkurang, aktifitas sekretoris kelenjar berkurang.8 Penatalaksanaan Langkah pertama yang terpenting untuk terapi otitis eksterna difusa berupa pembersihan secara cermat semua debris dan nanah di dalam liang telinga, yang mudah dilakukan dengan menggunakan ujung penghisap yang kecil. Kemudian liang telinga dimasukkan tampon yang mengandung antibiotik. Kadang-kadang diperlukan antibiotik sistemik.1 Ingat bahwa antibiotik harus berkontak seluruhnya dengan kulit liang telinga secara efektif. Bila terdapat saluran yang baik dengan membrana timpani, pasien disuruh berbaring pada satu sisi tubuhnya, kemudian diteteskan antibiotika dan dipasang sumbat kapas dalam telinga. Harus diberikan 4 atau 5 tetes ke dalam telinga setiap 4 jam untuk 48 jam pertama, setelah itu liang diperiksa kembali. Biasanya terjadi perbaikan dramatis. Kemudian tetesan antibiotika harus diberikan 3 kali sehari selama 1 minggu. Suatu antibiotika yang mengandung neomisin bersama polimiksin B sulfat (cortisporin) atau kolistin (colymiysin) akan efektif untuk sekitar 99 % pasien. Bila infeksi disebabkan oleh jamur, salep Nystatin (mycostatin) dapat dioleskan semuanya ke kulit liang telinga dan dapat digunakan tetesan m-kresil asetat (creysylate) atau mertiolat dalam air (1:1000). Harus dihindarkan masuknya air selama 2 minggu setelah infeksi teratasi untuk mencegah rekurensi.8



13



Biasanya terapi yang tepat menyebabkan penurunan dramatis bagi nyeri dalam 34-48 jam. Untuk nyeri hebat yang biasanya menyertai otitis ekterna difusa dapat diberikan kodein atau aspirin. Kadang-kada ada individu yang sangat rentan terhadap otitis eksterna, pasien-pasien ini harus diinstruksikan untuk menghindari masuknya air, busa sabun dan smprotan rambut ke dalam telinga.8 Terapi topikal biasanya cukup efektif, tetapi bila dijumpai adenopathy dan gejala toksisitas, antibiotika sistemik dibutuhkan. Penggunaan kortikosteroid diharapkan dapat mengurangi proses inflamasi.7 2.3.5.3 Otitis Eksterna Kronik/Malignan Otitis eksterna kronik adalah otitis eksterna yang berlangsung lama dan ditandai oleh terbentuknya jaringan parut (sikatriks). Adanya sikatriks menyebabkan liang telinga menyempit.5 Otitis eksterna malignan adalah infeksi difus di liang telinga luar dan struktur lain disekitarnya. Biasanya terjadi pada orang tua dengan penyakit diabetes mellitus. Pada penderita diabetes mellitus PH serumennya lebih tinggi dibandingkan PH serumen non diabetes. Kondisi ini menyebabkan penderita diabetes lebih mudah mengalami otitis eksterna. Akibat adanya faktor immunocompromize dan mikroangiopati, otitis eksterna berlanjut menjadi otitis eksterna malignan.1 Pada otitis eksterna malignan peradangan meluas secara progresif kelapisan subkutis, tulang rawan dan tulang disekitarnya. Sehingga dapat timbul kondroitis, osteitis, dan osteomielitis yang menghancurkan tulang temporal.1



14



BAB III LAPORAN KASUS



A.



B.



IDENTITAS Nama



: Tn A.A



Umur



: 19 Tahun



Alamat



: Urimeseng



No.RM



: 14-02-89



Pekerjaan



:-



Agama



: Islam



Tempat Pemeriksaan



: Poliklinik THT RSUD dr. M. Haulussy Ambon



Waktu Pemeriksaan



: 14 Februari 2019



ANAMESIS Keluhan Utama : Nyeri pada telinga kiri Anamesis Terpimpin : Pasien datang ke Poliklinik THT RSUD dr. M. Haulussy Ambon dengan keluhan nyeri pada telinga kanan sejak 2 hari. Pasien mengeluhkan telinga sebelah kanan terasa penuh (+) dan berdengung (+). Tidak ada keluhan keluar cairan dari telinga, penurunan pendengaran (-), gatal (-), pilek (-), batuk (-), nyeri menelan (-), maupun panas (-). Pasien jarang untuk korek telinga (-). Menurut pasien keluhan yang dirasakan setelah pasien selesai berenang di laut. Riwayat Penyakit Dahulu



: Disangkal pasien



Riwayat Penyakit Keluarga



: -



Riwayat Kebiasaan



: Sering berenang (+), mengorek-ngorek



telinga (-) Riwayat Pengobatan



:



Pasien



pengobatan



15



belum



pernah



mendapatkan



C.



PEMERIKSAAN FISIK 1.



2.



Keadaan umum a.



Kesadaran



b.



Vital sign



: Komposmentis







Tekanan darah



: 110/70 mmHg







Nadi



: 72x/menit







Respirasi



: 22x/menit







Suhu



: 36,5°C



Pemeriksaan Sistemik 



Kepala



: Bentuk dan ukuran normal







Mata



: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)



Pemeriksaan Telinga a.



b.



Kanan



Kiri



Pro-Aurikula: DBN



Pro-Aurikula: DBN



Supra- Aurikula: DBN



Supra- Aurikula: DBN



Infra-Aurikula: DBN



Infra-Aurikula: DBN



Inspeksi/palpasi



Otoskopi - DT



NTT (-), NT (-)



- LT



Sempit, edema (+), krusta Lapang,



NTT (-), NT (-) edema



(-),



(-), sekret purulen (+), krusta (-), sekret (-), masa - MT



kekuningan



(-), masa



kekuningan



(-),



furunkel (-)



furunkel (-)



Sulit di evaluasi



Intak, RC (+), hiperemis (-), bulla (-)



c.



Pendengaran - Rinne



(+)



(+)



- Weber



Tidak ada lateralisasi



Tidak ada lateralisasi



- Swabach



Sama dengan pemeriksa



Sama dengan pemeriksa



Kesimpulan : Normal



16



Pemeriksaan Hidung



a.



Inspeksi



dan



Kanan



Kiri



Deformitas : (-)



Deformitas : (-)



Krepitasi : (-)



Krepitasi : (-)



Nyeri tekan SPN (-)



Nyeri tekan SPN (-)



palpasi



b.



Rhinoskopi Anterior - Cavum



Lapang, sekret (-)



- Concha



Normal,



merah



Lapang, sekret (-) muda Normal, merah muda



Hiperemis (-), edema (-), Hiperemis (-), edema



c.



hipertrofi (-)



(-), hipertrofi (-)



- Septum



deviasi (-)



deviasi (-)



Rhinoskopi



TDP



TDP



Posterior



Tenggorokan a.



Inspeksi - Tanda palatine



T1/T1, licin, hiperemis (-), edema (-), hipertrofi (-), kripta (-), detritus (-)



- Dinding posterior



Edema (-), hiperemis (-). Granul (-), PND(-)



- Uvula



Ditengah, deviasi (-)



Laringoskp indirek



TDP



a.



Nodul/massa



Tidak ditemukan



b.



Kel. Limfe



Tidak teraba



c.



Tiroid



Normal



b.



Leher



17



D.



FOTO PASIEN



E.



PEMERIKSAAN PENUNJANG: Dapat dilakukan pemeriksaan KOH, maupun Kultur jamur.



F.



DIAGNOSIS Otitis Eksterna Difus Aurikula Dextra



G.



DIAGNOSIS BANDING - Otomikosis - Otitis eksterna sirkumskripta - OMA Perforasi



H.



TERAPI  Tindakan: Aural toilet dengan H2O2 3% (suction)  Medikamentosa: - Antibiotik



:-



- Anti-inflamasi



:-



- Penunjang



:-



- Simtomatik



:-



- Rotaremsia



:-



18



 Topikal: Tetes telinga



: Otilon 3 dd 3 gtt AD (Polimiksin B sulfat (antibiotik



golongan



aminoglikosida),



dan



Fludrokortison sulfat (golongan kortikosteroid). - Tetes hidung



:-



- Salep



:-



- Obat kumur



:-



 Anjuran: - Usahakan untuk telinga tetap dalam keadaan kering, jangan dibiarkan basah. - Jangan berenang selama pengobatan, dan jika ingin berenang gunakan pelindung telinga. - Korek telinga dihentikan.



19



BAB IV DISKUSI KASUS



Pada hasil anamnesis, pasien mengeluhkan telinga kanan sakit ± 2 hari yang lalu, telinga terasa penuh dan berdengung. Tidak ada penurunan pendengaraan, berair, bunyi ngaung, dan gatal. tidak ada nyeri pada, tidak ada flu dan batuk, tidak ada nyeri telan dan demam, kebiasaan korek telinga tidak ada, tetapi pasien biasanya berenang. Pada pemeriksaan fisik didapatkan pada telinga kanan memiliki liang yang sempit dan ada sekret yang purulen, namun tidak terdapat nyeri tekan pada tragus, maupun nyeri tarik pada aurikula. Membran timpani pada telinga kanan sulit dinilai, sedangkan pada telinga kiri memiliki liang yang lapang, intak dan nada refelks cahaya. Hasil pemeriksaan tes pendengaran dalam batas normal, hasil pemeriksaan hidung dan sinus para nasal, mulut dan tenggorokan dalam batas normal. Diagnosis ini ditegakan berdasarkan anamnesis, dan pemeriksaan fisik. Anamnesis yang menunjang diagnosia tersebut yaitu adanya rasa sakit pada telinga kanan setelah berenang ± 2 hari yang lalu. Selain itu pada pemeriksaan fisik, ditemukan pada telinga kanan memiliki liang yang sempit, dan tampak adanya sekret yang purulen. Prinsip penanganan otitis eksterna difus, adalah membersihkan liang telinga, dan mencegah berulangnya OED. Kepada pasien dilakukan tindakan aural toilet dengan H2O2 3% (suction). Terapi antibiotik diberikan untuk sumber etiologinya, pemberian obat tetes telinga Otilon yang mengandung Polimiksin B sulfat (antibiotik golongan aminoglikosida), dan Fludrokortison sulfat (golongan kortikosteroid). Otitis eksterna difus dapat dicegah dengan menggunakan pelindung saat berenang, agar tidak ada kontak air dengan liang telinga, hindari korek telinga dan mengkondisikan agar liang dalam keadaan tetap kering selama pengobatan.



20



BAB V PENUTUP



Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis yang disebabkan disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur dan virus. Faktor yang mempermudah radang telianga luar ialah pH di liang telinga yang biasanya normal atau asam. Bila pH menjadi basa, proteksi terhadap infeksi menurun. Pada keadaan udara yang hangat dan lembab, kuman dan jamur mudah tumbuh. OE ini dibagi menjadi otitis eksterna akut (otitis eksterna sirkumskripta & otitis eksterna dufus) dan otitis eksterna kronis (otitis eksterna malignan). Faktor predisposisi OE adalah keadaan udara yang hangat dan lembab akan memudahkan pertumbuhan bakteri dan jamur, pemaparan terhadap air dan penggunaan lidi kapas juga dapat menyebabkan terjadi otitis eksterna baik yang akut maupun kronik. Gejala otitis eksterna adalah otalgia, gatal-gatal (pruritus), rasa penuh (fullness) di liang telinga, pendengaran berkurang atau hilang, deskuamasi, tinnitus, discharge dan otore, demam, nyeri tekan pada tragus dan nyeri saat membuka mulut, infiltrat dan abses (bisul), serta hiperemis dan udem (bengkak) pada liang telinga. Penatalaksanaan otitis eksterna bertujuan : membuang serumen, kotoran, dan sel-sel kulit mati dari liang telinga, mengeluarkan mikroorganisme, mengurangi rasa sakit, peradangan dan edema, menghilangkan rasa tidak enak, memulihkan pendengaran, menghilangkan gatal dan penggarukan yang berulang, terapi antifungal untuk menghindari infeksi jamur, dan erapi antialergi dan antiparasit.



21



DAFTAR PUSTAKA



1.



Sosialisman, Alfian F.Hafil, & Helmi. Kelainan Telinga Luar dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher. Ed. ke6. dr. H. Efiaty Arsyad Soepardi, Sp.THT, dkk (editor). Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2007. Hal : 58-59.



2.



Oghalai, J.S. 2003. Otitis Eksterna. Available from: http://www.bcm. tme.edu/oto/grand/101295.htm. Di Akses pada tanggal : 15 Februari 2019.



3.



Abdullah, F. 2003. Uji Banding Klinis Pemakaian Larutan Burruwi Saring dengan Salep Ichthyol (Ichthammol) pada Otitis Eksterna Akut. Available from: http://www.usudigitallibrary.com.



Di Akses pada tanggal : 17



Februari 2019. 4.



Kotton, C. 2004. Otitis Eksterna. Available from: http://www.sav-ondrugs. com/shop/templates/encyclopedia/ENCY/article/000622.asp. Di Akses pada tanggal : 17 Februari2019.



5.



Nussenbaum Brian, MD, FACS. External Ear, Malignant External Otitis. Available from http://emedicine.medscape.com/article/845525-overview. Di Akses pada tanggal : 16 Februari 2019.



6.



Suardana, W. dkk. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorok RSUP Denpasar. Lab/UPF Telinga Hidung dan Tenggorok FK Unud. Denpasar. 1992



7.



Adam GL, Boies LR, Higler PA; Wijaya C: alih bahasa; Effendi H, Santoso K: editor. Penyakit telinga luar dalam Buku Ajar Ilmu Panyakit THT. Edisi 6. Jakarta: EGC. 1997.78-84.



8.



Susana. 2009. Nyeri Telinga. Available from: http://www.ssmedika.com/ index.php?option=com_content&view=article&id=53:nyeritelinga&catid=3 8:telinga&Itemid=61. Di Akses pada tanggal : 19 Februari 2019.



9.



Ibiam FA, Godwin O, Ezeanolue B, Okoroafor IJ. Acute Otitis Externa as Seen at the University of Nigeria Teaching Hospital, Enugu [serial on the internet]. Otolaryngology online journal. 2013 [cited 2013 Nov 21 ].3(2).h.1-6. Available from : http://jorl.net/index.php/jorl



22