Laporan Kasus PKL 2 Uretrografi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN KASUS TEKNIK PEMERIKSAAN RADIOLOGI URETROGRAFI DENGAN INDIKASI SRIKTUR URETRA DI INSTALASI RADIOLOGI RSUD SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktek Kerja Lapangan II



Disusun Oleh : MARCELLA ZAHWA PUTRI SUHEBAT P1337430120092 PROGRAM STUDI RADIOLOGI SEMARANG PROGRAM DIPLOMA III JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG 2021/2022



i



HALAMAN PENGESAHAN Laporan ini telah diperiksa dan disetujui untuk memenuhi mata kuliah dan tugas laporan Praktek Kerja Lapangan II (PKL 2) Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Semarang. Judul Laporan



:



TEKNIK



PEMERIKSAAN



RADIOLOGI



URETROGRAFI DENGAN INDIKASI SRIKTUR URETRA DI INSTALASI RADIOLOGI RSUD SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI Nama



: Marcella Zahwa Putri Suhebat



NIM



: P1337430120092



Semarang,



Juni 2022



Clinical Instruktur Rsud Soediran Mangun Sumarso Wonogiri



Pamungkas Ari Setyono, Amd. Rad NIP.198301112010011022



ii



KATA PENGANTAR Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Teknik Pemeriksaan Radiologi Uretrografi Dengan Indikasi Sriktur Uretra di Instalasi Radiologi Rsud Soediran Mangun Sumarso Wonogiri” tepat pada waktunya. Laporan ini dibuat guna menyelesaikan tugas Praktek Kerja Lapangan II di Instalasi Radiologi



RSUD SOEDIRAN MANGUN



SUMARSO WONOGIRI, penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada: 1. Orang tua penulis 2. Ibu Fatimah, S.ST., M.Kes. selaku Ketua Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi. 3. Ibu Darmini, S.Si, M.Kes. selaku Ketua Program Studi Radiologi Semarang Program Diploma III. 4. ..............................., selaku Supervisor dalam pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan di Instalasi Radiologi RSUD SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI. 5. Bapak



Pamungkas



Ari



Setyono,



Amd.Rad,



selaku



Clinical



Instructure (CI) yang telah menerima, membimbing, memberikan banyak ilmu dan motivasi kepada penulis selama melaksanakan



iii



Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Instalasi Radiologi RSUD SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI. 6. Seluruh senior radiografer dan staff di Instalasi Radiologi RSUD SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI yang telah banyak membantu dan membimbing penulis dalam melaksanakan PKL 2 ini di Instalasi Radiologi RSUD SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI. 7. Serta semua pihak yang terlibat dalam penyusunan laporan ini terkhususnya keluarga, teman-teman, terimakasih atas dukungan, doa, dan semangat yang selalu diberikan kepada penulis. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan laporan kasus ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mohon saran dan masukan dari semua pihak. Penulis berharap laporan kasus ini dapat bermanfaat dan dijadikan studi bersama. Semarang,



Juni 2022 Penulis



Marcella Zahwa Putri Suhebat NIM. P1337430120092



iv



DAFTAR ISI



HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN.........................................................................ii KATA PENGANTAR...................................................................................iii DAFTAR ISI ................................................................................................v BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah...........................................................................4 1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................4 1.4 Sistematika Penulisan ....................................................................5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1



Anatomi Fisiologi Traktus Urinarius................................................7 A. Ginjal (Ren, Kidney) .................................................................7 B. Ureter .....................................................................................18 C. Kandung kemih (vesica urinaria) ...........................................18 D. Uretra .....................................................................................18



2.2



Patologi Striktur Uretra..................................................................19 A. Pengertian Striktur Uretra.......................................................19 B. Etiologi Striktur Uretra.............................................................21 C. Gejala Klinik Striktur Uretra.....................................................30 D. Penatalaksanaan Striktur Uretra.............................................32



2.3



Media Kontras...............................................................................40



v



2.4



Teknik Radiografi Uretrografi........................................................40



2.5



Proteksi Radiasi.............................................................................48



BAB III PROFIL KASUS DAN PEMBAHASAN 3.1 Identitas Pasien.............................................................................50 3.2 Riwayat Penyakit...........................................................................50 3.3 Proses Pemeriksaan.....................................................................51 3.4 Hasil Pembacaan Radiograf..........................................................56 3.5 Pembahasan Kasus......................................................................57 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan......................................................................................59 B. Saran...............................................................................................59 DAFTAR PUSTAKA..................................................................................60 LAMPIRAN.................................................................................................60



vi



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemeriksaan radiologi semakin berkembang dari waktu ke waktu, salah satunya adalah dengan penggunaan media kontras dalam organ tertentu. Media kontras merupakan suatu unsur yang ketika dimasukkan ke dalam tubuh, maka dapat meningkatkan nilai kontras organ/bagian (baik anatomi maupun fisiologi). Terdapat begitu banyak pemeriksaan menggunakan media kontras, salah satunya pada pemeriksaan di sistem urinaria (traktur urinarius). Traktus urinarius merupakan saluran untuk urine yang diekskresikan oleh ginjal. Setelah diproduksi di parenkim ginjal, urine dikumpulkan di pelvis renalis dan melewati ureter menuju ke vesica urinaria, dimana urine disimpan pada tekanan rendah sampai proses berkemih terjadi. Berbagai jenis penyakit dapat menyerang traktus urinarius tubuh manusia dan salah satunya adalah striktur urethra. Striktur urethra adalah penyempitan lumen urethra akibat adanya jaringan parut dan kontraksi (C. Smeltzer, Suzanne; 2002).  Prevalensi striktur uretra di seluruh dunia mencapai 229–627 kasus per 100.000 pria. Menurut data epidemiologi, striktur uretra lebih sering terjadi pada pria daripada wanita. Striktur terutama sering ditemukan pada pasien yang berusia tua. Di Amerika Serikat,



1



prevalensi striktur uretra diperkirakan berjumlah 200 per 100.000 pria usia muda dan >600 per 100.000 pria usia >65 tahun. Di Inggris, prevalensi striktur uretra diperkirakan berjumlah 10 per 100.000 pria usia muda dan 100 per 100.000 pria usia >65 tahun. Dalam praktek kerja lapangan II kali ini penulis mendapat kesempatan untuk menerapkan pembelajaraan yang telah diperoleh selama waktu perkuliahan yakni dalam bidang radiodiagnostik yang bertempat di Instalasi Radiologi RSUD Soediran Mangun Sumarso Wonogiri. Salah satu pemeriksaan yang dilakukan penulis selama praktek yaitu mengenai pemeriksaan uretrografi dengan indikasi striktur uretra. Oleh karena itu penulis membuat laporan kasus ini dengan judul “Teknik Pemeriksaan Radiologi Uretrografi Dengan Indikasi Sriktur Uretra di Instalasi Radiologi Rsud Soediran Mangun Sumarso Wonogiri”.



1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana prosedur pemeriksaan uretrografi dengan indikasi striktur uretra di instalasi radiologi RS RSUD SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI ? 2. Apakah



pemeriksaan



uretrografi



dengan



proyeksi



Antero-



Posterior (AP) Supine dan Oblique sudah dapat menegakkan diagnosa tersebut?



2



1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan uretrografi Ossa Cruris dengan indikasi striktur uretra di instalasi radiologi RS RSUD SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI 2. Untuk mengetahui apakah pemeriksaan uretrografi dengan proyeksi Antero-Posterior (AP) Supine dan Oblique sudah dapat menegakkan diagnosa tersebut.



1.4 Sistematika Penulisan Dalam penulisan Laporan Kasus ini guna mempermudah pemahaman maka sistematika penulisannya terdiri atas: 1. Bagian Awal Berisi halaman judul, halaman pengesahan, kata pengantar, dan daftar isi yang terdapat pada laporan kasus. 1. Bab I Pendahuluan Berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, dan sistematika penulisan laporan kasus. 3. Bab II Tinjauan Pustaka Berisi tentang anatomi fisiologi traktus urinarius, patologi, dan teknik pemeriksaan uretrografi serta proteksi radiasi yang dijadikan sebagai dasar teori dalam penulisan laporan kasus ini. 4. Bab III Profil Kasus dan Pembahasan



3



Bab ini berisi tentang profil kasus dari pasien, prosedur pemeriksaan, hasil pembacaan radiograf serta pembahasan. 5. Bab IV Penutup Pada bab ini dikemukakan kesimpulan dari bab-bab sebelumnya serta saran dari penulis. 6. DAFTAR PUSTAKA 7. LAMPIRAN



4



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.1 Anatomi dan Fisiologi Traktus Urinarius Traktus urinarius adalah sistem perkemihan yang meliputi Ginjal (ren, kidney), Ureter yang membawa darah dari ginjal, urinary bladder (vesica urinaria), dan urethra. Sistem ini berguna untuk menghasilkan urine yang akan dibuang melalui urethra. A. Ginjal (Ren, Kidney) Ginjal terletak pada spatium retroperineal, di dinding posterior abdomen, setinggi Th 12 – L3. Ginjal kanan letaknya lebih rendah dari ginjal kiri, karena ada hepar. Ukuran: panjang 10 cm, lebar 5 cm dan tebal 2,5 cm. Bagian lateral dari ginjal berbentuk convex dan bagian medialnya konkaf. Ginjal terdiri dari subunit yang disebut uriniferous tubule. Uriniferous tubule dibagi dua yaitu nephron dan collecting tubule (Moore et al., 2014). Masing-masing ginjal memiliki 2 surface (permukaan), yaitu anterior dan posterior, 2 margin yaitu medial and lateral, serta 2 poles yaitu superior and inferior poles. Lateral margin konveks, sedangkan medial margin konkaf (cekung) tempat renal sinus dan renal pelvis, sehingga ginjal berbentuk seperti kacang polong.



5



Gambar Struktur Ginjal



Ginjal memiliki renal hilum, tempat masuknya renal sinus, yang sebagian besar diisi oleh lemak di mana terdapat renal pelvis, calices, pembuluh darah, dan saraf Pada hilum, renal vein ada di sebelah anterior renal artery, dan anterior renal pelvis. Ginjal terdiri dari nephron yang merupakan unit fungsional terkecil dari ginjal. Nephron terdiri dari: glomerulus, tubulus proximalis, tubulus Henle (loop in Henle), tubulus distalis, dan tubulus colligentes. Ginjal terbagi menjadi 5 segmen yaitu segmen superior, anterosuperior, anteroinferior, inferior, serta posterior,



yang



masing-masing



tersendiri.



6



mempunyai



vascularisasi



Gambar Anatomi Ginjal dan Nefron (Berawi, 2009)



Ginjal memerankan berbagai fungsi tubuh yang sangat penting bagi kehidupan, yakni menyaring (filtrasi) sisa hasil metabolisme dan toksin dari darah serta mempertahankan homeostatis cairan dan elektrolit yang kemudian dibuang melalui urine. Pembentukan urin adalah fungsi ginjal yang paling esensial dalam mempertahankan homeostatis tubuh. Pada orang dewasa sehat, kurang lebih 1200 ml darah, atau 25% cardiac output, mengalir ke kedua ginjal. Pada keadaan tertentu, aliran darah ke ginjal dapat meningkat hingga 30% (pada saat latihan fisik) dan menurun hingga 12% dari cardiac output. Tiga



proses



pembentukan



urin



utama



akan



yaitu



filtrasi,



terjadi



di



reabsorbsi



nefron dan



dalam sekresi.



Pembentukan urin dimulai dengan filtrasi sejumlah besar cairan



7



yang hampir bebas protein oleh kapiler glomerulus di kapsula bowman. Kebanyakan zat dalam plasma, kecuali protein, di filtrasi secara bebas sehingga konsentrasinya pada filtrat glomerulus dalam kapsula bowman hampir 8 sama dengan plasma. Awalnya zat akan difiltrasi secara bebas oleh kapiler glomerulus kemudian di reabsorbsi parsial, reabsorbsi lengkap dan kemudian akan diekskresi (Sherwood, 2001). Ginjal merupakan alat tubuh yang strukturnya amat rumit, berperan penting dalam pengelolaan berbagai faal utama tubuh. Beberapa fungsi ginjal: a. Regulasi volume dan osmolalitas cairan tubuh b. Regulasi keseimbangan elektrolit c. Regulasi keseimbangan asam basa d. Ekskresi produk metabolit dan substansi asing e. Sintesa glukosa f.



Fungsi endokrin i.



Partisipasi dalam eritropoiesis



ii.



Pengatur tekanan arteri



B. Ureter Ureter terdiri dari mukosa, muscular coat, dan fibrous outer coat. Ureter mengirimkan urine dari ginjal ke urinary bladder. Ureter melewati pelvic brim pada bifurcasio common iliac



8



arteries. Ureter berjalan di dinding lateral pelvis dan memasuki urinary bladder. Ureter mempunyai panjang sekitar 25-30 cm yang menghubungkan ginjal dengan vesica urinaria. Ureter terbagi menjadi dua bagian yaitu: pars abdominalis dan pars pelvis. Pars abdominalis ureter dalam kavum abdomen ureter terletak di belakang peritoneum sebelah media anterior m. psoas



mayor



dan



ditutupi



oleh



fasia



subserosa.



Vasa



spermatika/ovarika interna menyilang ureter secara oblique, selanjutnya ureter akan mencapai kavum pelvis dan menyilang arteri iliaka eksterna. Pars pelvis ureter berjalan pada bagian dinding lateral pada kavum pelvis sepanjang tepi anterior dari insura iskhiadikamayor dan tertutup olehperitoneum. Ureter dapt ditemukan di depan arteri hipogastrikabagian dalam nervus obturatoris arteri vasialia anterior dan arteri hemoroidalis media. Pada bagian bawah insura iskhiadika mayor, ureter agak miring ke bagian medial untuk mencapai sudut lateral dari vesika urinaria.



9



Gambar Ureter dan letaknya



Ureter merupakan saluran yang sempit dan memiliki tiga penyempitan, yaitu: pada saat keluar dari pelvis renalis (uteropelvical junction), pada saat ureter masuk ke dalam pelvis inlet, dan pada saat masuk ke dalam urinary bladder. Tempat penyempitan ini adalah kemungkinan lokasi batu ureter. 



Ureter pada pria Terdapat di dalam visura seminalis atas dan disilang oleh



duktus



deferens



dan



dikelilingi



oleh



pleksus



vesikalis.



Selanjutnya ureter berjalan oblique sepanjang 2 cm di dalam dinding vesika urinaria pada sudut lateral dari trigonum vesika. Sewaktu menembus vesika urinaria, dinding atas dan dinding bawah ureter akan tertutup dan pada waktu vesika urinaria penuh



akan



membentuk



katup



(valvula)



pengambilan urine dari vesika urinaria. 10



dan



mencegah







Ureter pada wanita Terdapat di belakang fossa ovarika urinaria dan berjalan ke



bagian medial dan ke depan bagian lateralis serviks uteri bagian atas, vagina untuk mencapai fundus vesika urinaria. Dalam perjalanannya, ureter didampingi oleh arteri uterina sepanjang 2,5 cm dan selanjutnya arteri ini menyilang ureter dan menuju ke atas di antara lapisan ligamentum. Ureter mempunyai 2 cm dari sisi serviks uteri. Ada tiga tempat yang penting dari ureter yang mudah terjadi penyumbatan yaitu pada sambungan ureter pelvis diameter 2 mm, penyilangan vosa iliaka diameter 4 mm dan pada saat masuk ke vesika urinaria yang berdiameter 1-5 cm. Fungsi ureter adalah meneruskan urin yang diproduksi oleh ginjal ke dalam kandung kemih. Bila ada batu disaluran ini akan menggesek lapisan mukosa dan merangsang reseptor saraf sensoris sehingga akan timbul rasa nyeri yang amat sangat dan menyebabkan penderita batu ureter akan berguling-gulung, keadaan ini dikenal sebagai kolik ureter.



C. Kandung kemih (vesica urinaria) Vesica urinaria adalah organ yang penting untuk menyimpan urine sampai siap untuk dikeluarkan. Vesica urinaria letaknya subperitoneal. Dindingnya terdiri dari mucosa, dilapisi oleh transitional epithelium yang tipis saat vesica urinaria penuh



11



namun menebal saat kontraksi. Vesica urinaria memiliki dinding muscular yang kuat. Urine dikeluarkan dari vesica urinaria melalui urethra. Pada saat kosong, vesica urinaria berada pada lesser pelvis dan pada saat penuh dapat setinggi umbilicus.



Gambar Bagian-bagian vesica urinaria Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet, terletak di belakang simfisis pubis di dalam ronga panggul. Bentuk kandung kemih seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan ligamentum vesika umbikalis medius. Bagian vesika urinaria terdiri dari : i.



Fundus, yaitu bagian yang mengahadap kearah belakang dan bawah, bagian ini terpisah dari rektum oleh spatium rectosivikale yang terisi oleh jaringan ikat duktus deferent, vesika seminalis dan prostate.



ii.



Korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus.



12



iii.



Verteks, bagian yang maju kearah muka dan berhubungan dengan ligamentum vesika umbilikalis.



iv.



Dinding kandung kemih terdiri dari beberapa lapisan yaitu, peritonium (lapisan sebelah luar), tunika muskularis, tunika submukosa, dan lapisan mukosa (lapisan bagian dalam). Fungsi kandung kemih atau vesica urinaria adalah untuk menampung



dan menyimpan urine yang berasal dari ginjal



melalui ureter dan mendorong urine keluar dari tubuh melalui uretra dengan mekanisme relaksasi sphincter



D. Uretra Uretra ialah sebuah saluran yang berjalan dari leher kandung kencing ke lubang luar; dilapisi membran mukosa yang bersambung dengan membran yang melapisi kandung kencing. Meatus



urinarius terdiri



atas serabut



otot lingkar, yang



membentuk sfingter uretra. Urethra laki-laki dan wanita memiliki struktur yang berbeda.



13



Gambar uretra pada pria



Pada pria, urethra memiliki panjang 18-20cm, dibagi menjadi: (a) Pars Prostatika, yaitu bagian uretra mulai dari muara uretra pada kandung kemih hingga bagian yang menembus kelenjar prostat. Pada bagian ini bermuara 2 saluran yaitu duktus ejakulatorius dan saluran keluar kelenjar prostat. (b). Pars membranasea yaitu bagian yang berjalan dari puncak prostat di antara otot rangka pelvis menembus membran perineal dan berakhir pada bulbus korpus kavernosus uretra. (c) Pars kavernosa atau spongiosa yaitu bagian uretra yang menembus korpus kavernosum dan bermuara pada glands penis.



14



Gambar potongan sagital pelvis wanita



Uretra pada wanita terletak di belakang simfisis pubis berjalan miring sedikit ke arah atas, panjangnya ± 3-4 cm. lapisan uretra wanita terdiri dari tunika muskularis (sebelah luar), lapiosan spongeosa merupakan pleksus dari vena-vena, dan lapisan mukosa (lapisan sebelah dalam). Muara uretra pada wanita terletak di sebelah atas vagina (antara klitoris dan vagina) dan uretra di sini hanya sebagai salura ekskresi. Apabila tidak berdilatasi diameternya 6 cm. uretra ini menembus fasia diagfragma urogenitalis dan orifisium eksterna langsung di depan permukaan vagina, 2,5 cm di belakang glans klitoris. Glandula uretra bermuara ke uretra, yang terbesar diantaranya adalah glandula pars uretralis (skene) yang bermuara kedalam orifisium uretra yang hanya berfungsi sebagai saluran ekskresi.



15



2.2 Patologi Striktur Uretra A. Pengertian Striktur Uretra Striktur urethra adalah penyempitan atau konstriksi dari lumen urethra akibat adanya obstruksi. Striktur urethra adalah penyempitan akibat dari adanya pembentukan jaringan fibrotik (jaringan parut) pada urethra atau daerah urethra. Penyakit striktur uretra lebih banyak terjadi pada pria daripada wanita karena adanya perbedaan panjang uretra. Uretra pria dewasa berkisar antara 23-25 cm, sedangkan uretra wanita sekitar 3-5 cm.1 Karena itulah uretra pria lebih rentan terserang infeksi



atau



terkena trauma dibanding wanita.



Beberapa faktor resiko lain yang diketahui berperan dalam insiden penyakit ini, diantaranya adalah pernah terpapar penyakit menular seksual, ras orang Afrika, berusia diatas 55 tahun, dan tinggal di daerah perkotaan. 4 Striktur dapat terjadi pada semua bagian uretra, namun kejadian yang paling sering pada orang dewasa



adalah



di



bagian



pars



bulbosa-membranasea,



sementara pada pars prostatika lebih sering mengenai anakanak.



16



Gambar Derajat Penyempitan Uretra (Purnomo, 2003)



Sesuai dengan derajat penyempitan lumennya, striktur urethra dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu derajat: 1. Ringan : jika oklusi yang terjadi kurang dari 1/3 diameter lumen urethra. 2. Sedang: jika terdapat oklusi 1/3 sampai dengan ½ diameter lumen uretra. 3. Berat : jika terdapat oklusi lebih besar dari ½ diameter lumen uretra. Pada penyempitan derajat berat kadang kala teraba jaringan keras di korpus spongiosum yang dikenal dengan spongiofibrosis.



B. Etiologi Striktur Uretra Berdasarkan penyebab/etiologinya striktur dibagi menjadi 3 jenis: a. Striktur urethra kongenital



17



Striktur ini bisanya sering terjadi di fossa navikularis dan pars membranase, sifat striktur ini adalah stationer dan biasanya timbul terpisah atau bersamaan dengan anomalia sakuran kemih yang lain. b. Striktur urethra traumatik Trauma ini akibat trauma sekunder seperti kecelakaan, atau karena instrumen, infeksi, spasmus otot, atau tekanan dari luar, atau tekanan oleh struktur sambungan atau oleh pertumbuhan tumor dari luar serta biasanya terjadi pada daerah kemaluan dapat menimbulkan ruftur urethra, timbul striktur traumatik dalam waktu 1 bulan. Striktur akibat trauma lebih progresif daripada striktur akibat infeksi. Pada ruftur ini ditemukan adanya hematuria gross. c. Striktur akibat infeksi Striktur ini biasanya sissebabkan oleh infeksi veneral. Timbulnya lebih lambat daripada striktur traumatik



C. Gejala klinik Striktur Uretra Keluhan berupa kesukaran dalam kencing, Pancaran air kencing kecil, lemah, bercabang serat menetes dan sering di sertai dengan mengejan, biasanya karena ada retensio urin timbul gejala-gejala sistitis, gejala – gejala ini timbul perlahanperlan selama beberapa bulan atau bertahun-tahun apabila



18



sehari keadaannya normal kemudian satu hari timbul tiba-tiba pancaran kecil dan lemah tidak dipikirkan striktur urethra tapi dipikirkan kearah batu buli-buli yang turun ke uretra. Dapat terjadinya



pembengkakan



dan



getah/nanah



daridaerah



perineum,scrotom dan kadang-kadang dapat juga didapat adanya bercak-bercak darah dicalana dalam, dicurigai adanya infeksi sistemik.



D. Komplikasi Striktur Uretra Striktur uretra menyebabkan retensi urin di dalam kantung kemih. Penumpukan urin dalam kantung kemih beresiko tinggi untuk terjadinya infeksi, yang dapat menyebab ke kantung kemih, prostat, dan ginjal. Abses di atas lokasi striktur juga dapat terjadi, sehingga menyebabkan kerusakan uretra dan jaringan di bawahnya.18 Selain itu, resiko terjadinya batu kandung kemih juga



meningkat,



timbul



gejala



sulit



ejakulasi,



fistula



uretrokutaneus (hubungan abnormal antara uretra dengan kulit), dan gagal ginjal (jarang).



E. Penatalaksanaan Striktur Uretra Pengobatan terhadap striktur uretra tergantung pada lokasi striktur, panjang/ pendeknya striktur, dan kedaruratannya. Striktur uretra dapat diobati dengan melakukan dilatasi uretra



19



secara periodik. Dilatasi dilakukan dengan halus & hati-hati setiap



2-3



bulan.



Namun



teknik



seperti



ini



cenderung



menimbulkan striktur uretra kembali. Komplikasi striktur uretra yang ringan sangat rendah, sehingga pilihan terapi yang dapat diberikan ialah dengan dilatasi uretra atau uretrotomi interna yang dilihat langsung. Pada psien tertentu dengan striktura pendek, maka uretrotomi interna yang



dilakukan



dengan



peralatan



pemotong



kecil,



telah



memberikan hasil yang memuaskan. Bila diperlukan dilatasi secara sering, bila ada striktura panjang atau majemuk, bila dilatasi terlalu sulit atau bila striktura terdapat pada anak, maka intervensi bedah terbuka dapat menjadi indikasi.17-19 Beberapa pilihan terapi yang dapat dilakukan antara lain: 1. Dilatasi, balon kateter atau dialtor (plastik atau metal) dimasukkan ke dalam uretra untuk membuka daerah yang menyempit. 2. Obturation,



benda



yang



kecil,



elastis,



pipa



plastik



dimasukkan dan diposisikan pada daerah striktur. 3. Uretrotomi (Endoscopic internal urethrotomy or incision), teknik bedah dengan derajat invasif yang minim, dimana dilakukan tindakan insisi pada jaringan radang untuk membuka



striktur.



Tindakan



ini



dikerjakan



dengan



menggunakan kamera fiberoptik dibawah pengaruh anastesi.



20



4. Uretroplasti atau rekonstruksi uretra terbuka, ada dua jenis uretroplasti yaitu uretroplasti anastomosis (daerah yang menyempit



dibedah



lalu



uretra



diperbaiki



dengan



mencangkok jaringan atau flap dari jaringan di sekitarnya) & uretroplasti subsitusi (mencangkok jaringan striktur yang dibedah dengan jaringan mukosa bibir/ Buccal Mucosa Graft, jaringan kelamin, atau jaringan preputium/ Vascularized preputial or genital skin flaps). 5. Prosedur rekonstruksi multipel (perineal urethrostomy), tindakan bedah dengan membuat saluran uretra di perineum (ruang antara anus dan skrotum). Penggunaan antibiotik diindikasikan pada pasien yang memiliki infeksi saluran kemih. Antibiotik yang diberikan disesuaikan dengan hasil tes kepekaan. Jika hasil tes kepekaan steril, maka antibiotik dapat diindikasikan atas profilaksis seperti ampisilin atau sefalosporin generasi ke I atau aminoglikosida (gentamisin, ibramisin).



2.3 Media Kontras Media kontras menurut Bontrager (2018) adalah bahan yang dapat digunakan untuk menampakkan struktur gambar suatu organ tubuh (baik anatomi maupun fisiologi) dalam pemeriksaan radiologi, 25 dimana dengan foto polos biasa organ tersebut kurang dapat



21



dibedakan dengan jaringan sekitarnya karena mempunyai densitas yang relatif sama. Sedangkan definisi media kontras menurut Sumarsono (2007) adalah senyawa-senyawa yang digunakan untuk meningkatkan visualisasi (visibility) struktur-struktur internal pada sebuah pencitraan diagnostik medik. Kontras media digunakan untuk membedakan jaringan-jaringan yang tidak dapat terlihat dalam radiografi. Selain itu kontras media juga untuk memperlihatkan bentuk anatomi dari organ atau bagian tubuh yang diperiksa serta untuk memperlihatkan fungsi organ yang diperiksa. Secara terperinci fungsi dari kontras media adalah: i.



Visualisasi sistem urinarius (ginjal, ureter, vesika dan urethra).



ii.



Visualisasi vaskularisasi (anggota badan, otak, jantung, ginjal).



iii.



Visualisasi sistem billiaris (gallbladder dan ductus duktusnya).



iv.



Visualisasi sistem digestivus (oesophagus, maag, small intestine dan colon). Kontras media dalam bidang radiologi dibagi menjadi dua, kontras negatif yang menghasilkan gambaran radiolusen, sedangkan kontras positif menghasilkan gambaran radiopaque. Kontras negatif memiliki nomor atom rendah contohnya udara, sedangkan kontras positif memiliki nomor atom yang tinggi seperti Barium dan iodin. A. Media Kontras Non – Iodinated/tidak mengandung yodium (Barium sulfat).



22



Bahan kontras barium sulfat, berbentuk bubuk putih yang tidak larut. Bubuk ini dicampur dengan air dan 26 beberapa komponen tambahan lainnya untuk membuat campuran bahan kontras. Bahan ini umumnya hanya digunakan pada saluran pencernaan, biasanya ditelan atau diberikan sebagai enema. Setelah pemeriksaan, bahan ini akan keluar dari tubuh bersama dengan feces. Adapun ciri-cirinya: 1) Contoh (BaSO4) garam tidak larut air 2) Menggunakan stabilizer untuk mencegah penguraian,



-



Ditambahkan



zat



perasa



(oral)



3)



Dapat



dimasukkan secara oral atau rectal (enema) 4) Ekskresi via feses.



B. Media Kontras Iodinated (mengandung yodium) Bahan kontras iodium bisa terikat pada senyawa organik (non-ionik) atau melalui satu senyawa ionik. Bahan ionik adalah bahan media kontras yang pertama kali dibuat dan masih banyak digunakan



dengan



tergantung



pada



pemeriksaan



yang



dimaksudkan. Bahan-bahan ionik memiliki profil efek samping yang lebih buruk. Senyawasenyawa organik memiliki efek samping yang lebih sedikit karena tidak berdisosiasi dengan molekul-molekul komponen. Terdapat banyak efek samping yang diakibatkan oleh larutan hyperosmolar yang diinjeksikan, yaitu zat-zat ini membawa lebih banyak atom iodine per molekul.



23



Semakin banyak iodine, maka daya atenuasi sinar-X bertambah. Ada banyak molekul yang berbeda. Media kontras yang berbasis iodium dapat larut dalam air dan tidak berbahaya bagi tubuh. Bahan-bahan kontras ini banyak dijual



sebagai



larutan



cair



jernih



yang



tidak



berwarna.



Konsentrasinya biasanya dinyatakan dalam mg I/ml. Bahan kontras teriodinasi modern bias digunakan hampir di semua bagian tubuh. Kebanyakan diantaranya digunakan secara intravena, tapi untuk berbagai tujuan juga bisa digunakan secara intraarteri, intrathecal (tulang belakang) dan intraabdominally hampir pada seluruh rongga tubuh atau ruang yang potensial.m (Pusat Kajian Radiografi dan Imejing, 2015). Jalur pemberian media kontras 1. Pemberian Media Kontras per oral (barium meal) Yakni pemberian media kontras per oral atau melalui mulut pasien dengan cara meminum atau menelen media kontras, umumnya media kontras barium sulfat. 2. Pemberian Media Kontras per anal (barium enema untuk usus besar & usus halus) Yakni pemberian media kontras melalui dubur atau anus dalam bentuk media kontras dimasukan melalui dubur layaknya enema dengan bantuan rectal kateter.



24



3. Pemberian Media Kontras intravascular (umumnya media kontras iodium) Yakni pemberian media kontras melalui injeksi intra vascular (i.v), biasanya bahan kontras yang berbasis iodium. 4. Pemberian Media Kontras intra arterial, intrathecal (tulang belakang) dan intraabdominally (hampir pada seluruh rongga tubuh atau ruang yang potensial) Pemberian media kontras melalui injeksi intra arteri (i.a) dan lain sebagainya disesuaikan dengan objek yang akan diperiksa atau ruang yang potensial untuk memasukan media kontras.



2.4 Teknik Radiografi Uretrografi 1. Persiapan Pasien Tidak ada persiapan khusus sebelum pemeriksaan. Namun, sebelum melakukan pemeriksaan, pasien dipersilahkan untuk berkemih dahulu agar vesica urinaria kosong dan tidak menggangu gambaran radiograf.



2. Foto Polos Pelvis Tampak Penis a. Posisi Pasien Memposisikan



pasien



tidur supine



diatas meja



pemeriksaan, memastikan MSP tubuh pasien tepat berada



25



di pertengahan meja pemeriksaan kaset, dan grid, tangan diatur di samping tubuh. b. Posisi Obyek 1) Kolimasi diatur seluas objek dengan batas atas kaset pada crista illiaca dan batas bawah pada 2 inchi dibawah sympisis pubis. 2) Memastikan tidak ada rotasi pada pelvis agar posisi dapat true AP, dan menempatkan marker di lapangan kolimasi yang tidak mengganggu gambaran objek. a) Central point



: pada MSP, symphisis pubis di



atur sehingga berada di pertengahan kaset b) Central ray: 5-10 derajat caudad pada kaset membujur c) FFD



: 100 cm



d) Faktor eksposi



: 70 kVp, 16 mAs, grid



e) Eksposi



: ekspirasi dan tahan nafas



Gambar Posisi Foto Polos Pelvis Tampak Penis



26



c. Kriteria Radiograf



Gambar Foto Polos Pelvis Tampak Penis 1) Tampak seluruh bagian dari vesica urinaria, uretra dan gambaran dari tulang pelvis. 2) Tidak ada rotasi dan posisi true AP, ditunjukan dengan symphisis pubis berada di pertengahan kaset, dan kedua jarak pelvis dextra-sinistra seimbang. 3) Bagian batas atas kaset pada crista illiaca dan batas bawah pada 2 inchi dibawah sympisis pubis. 4) Tampak marker pada radiograf, letaknya tidak menutupi object dan tampak jelas.



3. Pemasukan Media Kontras 27



a. Sebelum memasukan media kontras, orifisium urethra externa diolesi dengan gliserin. b. Media kontras dimasukan secara retrograde melalui catheter ke dalam orifisium urethra externa sebanyak 30 ml sampai media kontras refluks.



4. Proyeksi AP a. Posisi Pasien Memposisikan



pasien



tidur supine



diatas meja



pemeriksaan, memastikan MSP tubuh pasien tepat berada di pertengahan meja pemeriksaan kaset, dan grid, tangan diatur di samping tubuh.



b. Posisi Obyek 1) Daerah pelvis pasien diatur di pertengahan kaset dan kedua kaki pasien diregangkan. 2) Kolimasi diatur seluas objek dengan batas atas kaset pada crista illiaca dan batas bawah pada 2 inchi dibawah sympisis pubis. 3) Memastikan tidak ada rotasi pada pelvis agar posisi dapat true AP, dan menempatkan marker di lapangan kolimasi yang tidak mengganggu gambaran objek.



28



a)



Central point



: pada MSP, setinggi symphisis



pubis di atur sehingga berada di pertengahan kaset. b)



Central ray: 5-10 derajat caudad pada kaset membujur



c)



FFD



: 100 cm



d)



Faktor eksposi



: 70 kVp, 16 mAs, grid



e)



Eksposi



: ekspirasi dan tahan nafas



Gambar Posisi Pemeriksaan Urethrografi Proyeksi AP



c. Kriteria Radiograf



29



Gambar Anatomi Radiografi Urethragrafi Proyeksi AP



1) Tampak tulang dan kavum pelvis, ilium, ischium, sacrum dan symphisis pubis. 2) Tampak uretra yang terisi media kontras dan tidak superposisi dengan symphisis pubis. 3) Tidak ada rotasi dan posisi true AP, ditunjukan dengan symphisis pubis berada di pertengahan kaset, dan kedua jarak pelvis dextra-sinistra seimbang. 4) Bagian batas atas kaset pada crista illiaca dan batas bawah pada 2 inchi dibawah sympisis pubis. 5) Tampak marker pada radiograf, letaknya tidak menutupi object dan tampak jelas.



30



5. Proyeksi Oblique - Right Posterior Oblique (RPO) dan Left Posterior Oblique (LPO) a. Posisi Pasien Memposisikan pasien tidur miring 30 derajat terhadap meja pemeriksaan sehingga urethra tidak superposisi dengan soft tissue dan otot paha.



b. Posisi Obyek 1) Kolimasi diatur seluas objek dengan batas atas kaset pada crista illiaca dan batas bawah pada 2 inchi dibawah sympisis pubis. 2) Menempatkan marker di lapangan kolimasi yang tidak mengganggu gambaran objek. a) Central point



: symphisis pubis di atur sehingga



berada di pertengahan kaset. b) Central ray :



vertical



tegak



lurus



pada



membujur. c) FFD



: 100 cm



d) Faktor eksposi



: 70 kVp, 16 mAs, grid



e) Eksposi



: ekspirasi dan tahan nafas



31



kaset



Gambar Posisi Pemeriksaan Urethragrafi Proyeksi RPO



c. Kriteria Radiograf



Gambar Anatomi Radiografi Urethrografi Proyeksi RPO



1) Tampak jelas proximal femur, urethra dan vesica urinaria tidak overlap dengan symphisis pubis. 2) Tampak media kontras mengisi uretra (pars cavernosa, pars membranacea dan pars prostatika) 3) Tampak marker pada radiograf, letaknya tidak menutupi object dan tampak jelas



32



2.5 Proteksi Radiasi A. Proteksi bagi pasien 1. Pemeriksaan  dengan  sinar x  hanya  dilakukan  atas  permintaan dokter. 2. Mengatur luas lapangan kolimasi tube sinar x sesuai dengan kebutuhan. 3. Menggunakan 



faktor 



eksposi 



yang 



tepat



untuk 



menghindari pengulangan foto. 4. Tidak terjadi pengulangan foto karena kesalahan. 5. Waktu penyinaran sesingkat mungkin. 6. Pasien



hamil



pada



triwulan



pertama



harus



ditunda



pemeriksaannya.



A. Proteksi bagi petugas 1. Tidak menggunakan berkas sinar x yang mengarah ke petugas. 2. Berlindung dibalik tabir saat melakukan eksposi. 3. Menggunakan  alat  monitoring  radiasi  secara  continue  selama bertugas.



A. Proteksi bagi masyarakat umum 1. Pintu ruang pemeriksaan tertutup rapat. 2. Tidak mengarahkan sinar sumber sinar x ke ruangan umum.



33



3. Bagi  yang  tidak  berkepentingan  dilarang  masuk  ke  ruang pemeriksaan.



Apabila 



diperlukan 



orang 



lain 



untuk 



membantu  jalannya pemeriksaan, orang tersebut harus menggunakan apron.



34



BAB III PROFIL KASUS DAN PEMBAHASAN 3.1. Identitas pasien Nama



: Tn. SYM



Usia



: 72 tahun



Jenis kelamin



: Laki-laki



Alamat



: Jenggotan, Pagutan Manyaran



Nomor RM



: 47-62-34



Nomor Foto



: 11326



Dokter pengirim



: dr. Andri Kusuma Harmaya, Sp. U



Dokter radiologi



: Liyanto, Dr. Sp. Rad



Tanggal pemeriksaan



: 13 Mei 2022



Keterangan klinis



: Striktur Uretra



Permintaan pemeriksaan



: Pemeriksaan Uretrografi



3.2. Riwayat penyakit Pada tanggal 13 Mei 2022, pasien mendatangi instalasi radiologi RSUD. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri. Pasien memiliki keluhan sulit berkemih, dan juga memiliki riwayat CKD



35



(Chronic



Kidney



Disease)



serta



Diabetes



Melitus,



setelah



sebelumnya pasien diperiksa oleh dokter spesialis urologi. Oleh dokter, pasien didiagnosa menderita striktur uretra.



3.3. Prosedur pemeriksaan C. Persiapan alat 1) Pesawat sinar –x siap pakai 2) Kaset radiografi 3) Computer radiography 4) Spuit 20 cc 5) Abbocath 6) Media kontras water soluble (iohexiol) dan air. Media kontras dicampur dengan air (perbandingan 1 : 1,5) hingga menjadi larutan 30 cc 7) Jelly 8) Handscoon 9) Bengkok/mangkok 10) Baju pasien



D. Persiapan pasien



36



Pada dasarnya pemeriksaan uretrografi ini tidak memerlukan persiapan khusus. Namun, apabila memungkinkan pasien dipersilakan untuk berkemih terlebih dahulu supaya vesica urinari kosong dan tidak mengganggu gambaran. Sebelum pemeriksaan dimulai, pasien diharuskan untuk melepaskan benda



asing



bersifat



logam



supaya



tidak



memunculkan



gambaran radiopaq pada film.



E. Teknik pemeriksaan a. Memanggil nama pasien berdasar surat permintaan foto b. Mengecek kembali identitas pasien dengan yang ada pasa data permintaan meliputi nama lengkap, tanggal lahir, dan alamat pasien. c. Memperkenalkan diri dan melakukan anamnese singkat kepada pasien. d. Menjelaskan prosedur singkat mengenai pemeriksaan yang akan dilakukan dan setelah itu pasien dipersilakan untuk mengisi informed consent sebagai tanda persetujuan akan dilakukannya pemeriksaan dengan memasukkan media kontras. e. Mempersilakan pasien untuk melepas aksesori/benda asing bersifat logam dan mengganti baju dengan baju pemeriksaan yang tersedia.



37



f.



Mempersilakan orang yang tidak berkepintngan untuk keluar dari ruang pemeriksaan supaya tidak terdampar efek radiasi.



Proyeksi Pemeriksaan 1. Foto polos pelvis proyeksi AP (tampak penis) a) Posisi Pasien i.



Pasien supine di atas meja pemeriksaan dengan kedua tangan berada di samping tubuh.



ii.



Memastikan



MSP



tubuh



pasien



berada



pada



pertengahan meja pemeriksaan b) Posisi Objek iii.



Daerah pelvis dan uretra/penis ditempatkan persis sejajar dengan kaset



iv.



Kedua kaki direnggangkan



v.



Memberi arahan kepada pasien dalam keadaan rileks untuk menghindari pergerakan atau rotasi



c) Pengaturan Sinar vi.



Arah sinar/Central Ray (CR)



: tegak lurus pada



kaset vii.



Titik bidik/Central Point (CP)



:



pada



simphysis



pubis viii. ix.



Focus Film Distance (FFD)



: 100 cm



Luas kolimasi



:



38



kolimasi



diatur



seluas obyek yang akan ditampilkan x.



Faktor eksposi



: 68 kV, 22 mAs



2. Foto AP (kontras) Pemasukan media kontras xi.



Sebelum memasukkan media kontras, abbocath dan orifisium uretra diolesi dengan jelly



xii.



Media kontras dimasukkan dalam spuit, dan diinjeksikan pada uretra sebanyak 15 cc melalui abbocath



a) Posisi Pasien -



Pasien supine di atas meja pemeriksaan dengan kedua tangan berada di samping tubuh.



-



Memastikan



MSP



tubuh



pasien



berada



pada



pertengahan meja pemeriksaan b) Posisi Objek -



Daerah pelvis dan uretra/penis ditempatkan persis sejajar dengan kaset.



-



Kedua kaki direnggangkan, penis dimiringkan ke kanan supaya tidak superposisi dengan anatomi yang lain.



-



Memberi arahan kepada pasien dalam keadaan rileks untuk menghindari pergerakan atau rotasi



c) Pengaturan Sinar



39



-



Arah sinar/Central Ray (CR)



: tegak lurus pada



kaset -



Titik bidik/Central Point (CP)



:



pada



simphysis



pubis -



Focus Film Distance (FFD)



: 100 cm



-



Luas kolimasi



:



kolimasi



diatur



seluas obyek yang akan ditampilkan -



Faktor eksposi



: 68 kV, 20 mAs



3. Foto RPO (kontras) Pemasukan media kontras xiii.



Sebelum memasukkan media kontras, abbocath dan orifisium uretra diolesi dengan jelly



xiv.



Media kontras dimasukkan dalam spuit, dan diinjeksikan pada uretra sebanyak 15 cc melalui abbocath



a) Posisi Pasien xv.



Pasien tidur miring 30 derajat terhadap meja pemeriksaan



sehingga



uretra



tidak



superposisi



dengan soft tissue dari otot paha b) Posisi Objek -



Daerah pelvis dan uretra/penis ditempatkan persis di atas kaset.



-



Penis dimiringkan ke kanan supaya tidak superposisi



40



dengan anatomi yang lain. -



Memberi arahan kepada pasien dalam keadaan rileks untuk menghindari pergerakan atau rotasi



c) Pengaturan Sinar -



Arah sinar/Central Ray (CR)



: vertikal tegak lurus



pada kaset -



Titik bidik/Central Point (CP)



:



pada



simphysis



pubis -



Focus Film Distance (FFD)



: 100 cm



-



Luas kolimasi



:



kolimasi



diatur



seluas obyek yang akan ditampilkan -



Faktor eksposi



: 70 kV, 22 mAs



F. Tindakan pasca pemeriksaan 1. Melihat gambaran radiograf yang telah difoto, apakah sudah mencakupi anatomi yang ingin diperlihatkan. 2. Apabila hasil gambar sudah baik, maka pasien dipersilakan untuk mengganti bajunya kembali dan dipersilakan keluar ruangan. 3. Merapikan dan membersihkan kembali alat dan bahan yang digunakan selama pemeriksaan.



3.4. Hasil pembacaan radiograf



41



Gambar Foto Polos Pelvis AP



Gambar Pelvis AP (kontras)



42



Gambar Pelvis RPO (kontras) Hasil pembacaan radiograf oleh dokter spesialis radiologi : i.



Tampak kontras mengisi seluruh uretra sampai ke VU (vesica urinaria)



ii.



Tampak cut off di uretra pars prostatika Kesan : Stricture partial uretra pars prostatika Hipertrofi prostat



3.5. Pembahasan kasus



43



Pemeriksaan uretrografi adalah pemeriksaan radiologi untuk uretra dengan menggunakan media kontras positif yang diinjeksikan ke uretra proksimal secara retrograde, dengan tujuan untuk melihat anatomi, fungsi dan kelainan pada uretra. Pemeriksaan



uretrografi



di



instalasi



radiologi



RSUD



Soediran Mangun Sumarso Wonogiri dengan diagnosa striktur uretra dilakukan dengan foto polos pelvis proyeksi AP (Antero Posterior), lalu foto pelvis proyeksi AP (Antero Posterior) kontras, dan foto pelvis proyeksi



RPO



(Right



Posterior



Oblique)



kontras.



Sebelum



pemasukan media kontras, dilakukan foto polos pendahuluan proyeksi AP tujuannya adalah untuk  mengetahui persiapan pasien, mengetahui struktur keseluruhan organ sebelum  dimasukkan media kontras, mengetahui ketepatan posisi, mengetahui apakah ada batu atau tidak pada saluran kencing, dan untuk menentukan faktor eksposi selanjutnya. Setelah dilakukan foto pendahuluan (polos) , langkah selanjutnya yang dilakukan adalah pemasukan media kontras yaitu dengan cara media kontras dimasukkan dengan menggunakan spuit 20 cc yang sudah terpasang abbocath. Pengambilan radiograf dilakukan pada saat bersamaan media kontras dimasukkan ke uretra. Proyeksi yang digunakan saat memasukkan media kontras adalah AP (Antero Posterior), dan RPO (Right Posterior Oblique). Proyeksi AP dilakukan untuk melihat struktur anatomi dan letak



44



striktur urethra jika terjadi penyempitan setelah dimasukan media kontras melalui abbocath secara retrograde ke orifisium urethra externa. Kemudian proyeksi Right Posterior Oblique (RPO) dilakukan untuk melihat keadaan anatomi urethra dan vesica urinaria agar tidak superpoisisi dengan symphisis pubis serta sepanjang berapa media kontras mengisi pars cavernosa, pars membranacea dan pars prostatika. Pemeriksaan uretrografi di instalasi RSUD Soediran Mangun Sumarso Wonogiri dengan menggunakan dua proyeksi yaitu Proyeksi AP (Antro Posterior) dan proyeksi RPO (Right Posterior Oblique) sudah dapat menegakkan diagnosa, dapat dilihat gambaran media kontras yang sudah mengisi sampai vesica urinaria. Dalam gambaran, tampak pula media kontras mengalami penyempitan di uretra pars prostatika dan terjadi hidrouretra karena terdapat tekanan dari media kontras sehingga uretra membesar. Dokter radiologi menympulkan dari hasil gambaran bahwa pasien menderita stricture partial uretra pars prostatika dan hipertrofi prostat.



45



BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Pemeriksaan uretrografi dengan indikasi striktur uretra di instalasi radiologi RSUD Soediran Mangun Sumarso Wonogiri dilakukan hanya dengan dua proyeksi yaitu AP (Antero Posterior) dan RPO (Right Posterior Oblique). Proyeksi AP (Antero Posterior) dan RPO (Right Posterior Oblique) tersebut sudah dapat memvisualisasikan dengan jelas



46



kelainan striktur uretra dan sudah dapat untuk menegakkan diagnosa.



4.2 Saran a. Sebelum melakukan pemeriksaan, pasien diberikan penjelasan yang dapat dipahami sehingga pasien dapat bekerja sama selama pemeriksaan berlangsung. b. Usahakan tindakan agar tidak terjadi pengulangan ekspose



47



DAFTAR PUSTAKA https://eprints.umm.ac.id/41014/3/BAB%20II.pdf https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/ 46d75388f5eb24f5006b105d372c47d2.pdf https://www.makalah.my.id/2018/01/sistem-urinaria.html doc sistem perkemihan https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26369/1/ ERWANDA%20DESIRE%20BUDIMAN-FKIK.pdf



https://d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net/58732798/MM_32-with-coverpage-v2.pdf? Expires=1653825998&Signature=BeQtz8LyprHMNpB81We3qYQ8fZhF TlKb0icdRkbT9tJyeiPIEXFFXGmLyzlBw1pq8Avro9U6SIpGbhKbHd4S K23h6UvsL~8t3aX37TKsm83gNpzkS14wbE1yGv8JMlCUsTjzYklnbAG x9-ohpFZGdv4CP0MZFlms8nzqV8qX3cSDX0IqrTZa5XAKO1~uson6C47CSCZUlLnaKe5Mm7GLRUMZlVJoTUIIOi2ijbNYZ1O~SOJHijokNz93EzhpH6EiITKOfX8KqsxQ0 4y3Bg7oGz4pitdmlsk6tP911twVdZoyT0sJE3nPg~aB3m7Nc8VlvNqZk s~mtdVLtygGw~w__&Key-Pair-Id=APKAJLOHF5GGSLRBV4ZA



48



https://repository.stikesawalbrospekanbaru.ac.id/jspui/bitstream/ 123456789/52/1/18002033_SHAFIRA_MUFTY_FORTUNA_BR_HRP.pdf HRP, S. M. F. B. (2021). PROSEDUR PEMERIKSAAN BIPOLAR VOIDING STRIKTUR



URETHROCYSTOGRAPHY URETRA



DI



INSTALASI



ACHMAD PROVINSI RIAU.



49



(BVUC)



DENGAN



RADIOLOGI



RSUD



INDIKASI ARIFIN



LAMPIRAN



50



51