Laporan Kasus PKL 1 Indah [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TEKNIK PEMERIKSAAN RADIOGRAFI OS FEMUR DENGAN KASUS OS FRAKTUR 1/3 PROKSIMAL DI INSTALASI RADIOLOGI RSUD ARIFIN AHMAD PEKANBARU



Laporan Kasus Disusun untuk memenuhi tugas Praktek Kerja Lapangan I



Disusun Oleh : Putri Erindah 19002044



PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK RADIOLOGI SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AWAL BROS PEKANBARU 2021



HALAMAN PENGESAHAN Telah diperiksa dan disetujui untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Praktek Kerja Lapangan pada Program Studi Diploma III Radiologi : Nama



: Putri Erindah



NIM



: 19002044



Judul Laporan Kasus



: Teknik pemeriksaan os femur dengan kasus os fraktur 1/3 proksimal di instalasi radiologi RSUD Arifin Ahmad



i



KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul “Teknik pemeriksaan os femur dengan kasus os fraktur 1/3 proksimal di instalasi radiologi RSUD Arifin Ahmad”. Laporan Kasus ini disusun untuk memenuhi tugas Praktek Kerja Lapangan Semester IV Prodi D-III Radiologi STIKes Awal Bros Pekanbaru yang bertempat di Instalasi Radiologi RSUD Arifin Ahmad. Dalam penyusunan laporan kasus ini tidak akan lepas dari segala bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Dra. Wiwik Suryandartiwi A, MM sebagai Ketua STIKes Awal Bros Pekanbaru. 2. dr. H. Nuzelly Husnedi, MARS sebagai Direktur RSUD Arifin Ahmad 3. dr. Yenni Oktavia, SpRad. Rad sebagai Kepala Instalasi Radiologi RSUD Arifin Ahmad 4. Rosmauli Siregar, AMR sebagai Kepala Ruangan Instalasi Radiologi RSUD Arifin Ahmad 5. Roikhan Ardhi, AMR Clinical Instructure RSUD Arifin Ahmad 6. Para pembimbing Radiologi di RSUD Arifin Ahmad 7. Supervisor Institusi di RSUD Arifin Ahmad Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam penyusunan laporan kasus ini. Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran yang membangun dari pembaca, guna memperbaiki laporan kasus selanjutnya. Penulis juga berharap laporan kasus ini bermanfaat bagi penulis maupun para pembaca.



Pekanbaru, 18 Agustus 2021



Penulis



ii



DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................i KATA PENGANTAR...........................................................................................ii DAFTAR ISI.........................................................................................................iii DAFTAR GAMBAR...........................................................................................iv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...........................................................................................1 B. Rumusan Masalah......................................................................................2 C. Tujuan Penulisan.......................................................................................3 D. Manfaat Penulisan.....................................................................................3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anatomi Femur........................................................................................4 B. Patologi.....................................................................................................6 C. Prosedur Pemeriksaan..............................................................................7 BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Laporan Kasus...........................................................15 B. Persiapan Pasien.......................................................................................18 C. Prosedur Pemeriksaan..............................................................................18 D. Pembahasan..............................................................................................21 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan...............................................................................................22 B. Saran.........................................................................................................22 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN



iii



DAFTAR GAMBAR



Gambar 2.1. Caput Femur..................................................................................4 Gambar 2.2. Anatomi Os. Femur........................................................................11 Gambar 2.3. Posisi Pasien AP............................................................................11 Gambar 2.4. Hasil Radiograf Proyeksi AP.........................................................12 Gambar 2.5. Posisi Pasien Lateral......................................................................13 Gambar 2.6. Posisi Pasien Lateral Trauma.........................................................14 Gambar 2.7. Hasil Radiograf Femur Lateral.......................................................16 Gambar 3.1. Gambar Pesawat Sinar-x................................................................16 Gambar 3.2. Gambar Kontrol Panel....................................................................16 Gambar 3.3. Gambar Image Reader.....................................................................17 Gambar 3.4. Gambar Laser Printer......................................................................17 Gambar 3.5. Gambar Komputer..........................................................................18 Gambar 3.6. Gambar Kaset.................................................................................19 Gambar 3.7. Hasil Radiograf Proyeksi AP..........................................................19 Gambar 3.8. Hasil Radiograf Proyeksi Lateral...................................................20



iv



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Radiologi merupakan cabang dari ilmu pengetahuan medis yang berhubungan dengan diagnostik dan terapi dengan memanfaatkan energi radiasi. Peranan bidang radiologi pada kedokteran cukup penting terutama didalam menegakkan hasil pemeriksaan atau diagnosa. Pemeriksaan radiologi menggunakan sinar-X sebagai sumber radiasinya (Trikasjono,dkk,2015). Sinar-X merupakan bagian dari spektrum elektromagnetik, dipancarkan akibat pengeboman anoda wolfram oleh elektron-elektron bebas dari suatu katoda. Film polos dihasilkan oleh pergerakan oleh elektron-elektron tersebut melintasi pasien dan menampilkan film radiografik (Patel, 2015). Sinar-X pada dunia kedokteran dimanfaatkan sebagai fasilitas penunjang medis yang berperan dalam membantu menegakkan diagnosa suatu penyakit dan mendiagnosa adanya kelainan pada tubuh. Karena hasil gambaran radiografi dapat menggambarkan seluruh struktur tubuh manusia dan juga termasuk teknologi pencitraan medis yang ditemukan pertama kali oleh fisikawan bernama Wilhelm Rontgen. Ia juga membuat gambar radiografi pertama anatomi manusia (Ehrlich & MBA, 2008). Tulang femur adalah bagian tubuh terbesar dan tulang terkuat pada tubuh manusia. Ia menghubungkan tubuh bagian pinggul dan lutut. Femur terdiri dari bagian kepala dan leher pada bagian proksimal dan dua condylus pada bagian distal. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, yang biasanya disertai dengan luka sekitar jaringan lunak, kerusakan otot, ruptur tendon, kerusakan pembuluh darah, dan luka organ-organ tubuh dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, terjadinya fraktur jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang besar dari yang dapat diabsorbsinya (smeltzer, 2001). Fraktur femur adalah diskontinuitas atau hilangnya struktur dari tulang femur (mansjoer, 2000). Sedangkan menurut sjamsuhidajat & jong (2005) fraktur femur adalah fraktur pada tulang femur yang disebabkan oleh benturan atau trauma langsung maupun tidak langsung. fraktur femur juga didefinisikan sebagai hilangnya kontinuitas tulang paha, kondisi fraktur femur secara klinis bisa berupa fraktur femur terbuka yang 1



disertai adanya kerusakan jaringan lunak (otot, kulit, jaringan saraf dan pembuluh darah) dan fraktur femur tertutup yang dapat disebabkan oleh trauma langsung pada paha. Dari beberapa penjelasan tentang fraktur femur di atas, dapat disimpulkan bahwa fraktur femur merupakan suatu keadaan dimana terjadinya kehilangan kontinuitas tulang femur yang dapat disebabkan oleh trauma langsung maupun trauma tidak langsung disertai dengan adanya kerusakan jaringan lunak. B. Rumusan Masalah Untuk mempermudah pembahasan dalam penulisan laporan kasus ini, penulis perlu membatasi masalah-masalah yang akan dibahas, penulis akan menyajikan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana teknik pemeriksaan femur dengan kasus fraktur 1/3 proksimal di Instalasi Radiologi Arifin Ahmad ? 2. Apakah radiograf yang dihasilkan telah cukup memberikan informasi yang diharapkan?



C. Tujuan Adapun tujuan dari penulisan laporan kasus ini sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui teknik pemeriksaan radiografi femur pada kasus fraktur 1/3 proksimal. 2. Untuk mengetahui informasi anatomi dan patologi kasus fraktur 1/3 Proksimal. D. Manfaat Adapun manfaat penulisan laporan kasus ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis diharapkan laporan ini dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan bagi pembaca dan dapat digunakan sebagai referensi bahan ajar dan keperluan pendidikan khususnya di bidang radiologi. 2. Manfaat Klinis Secara klinis diharapkan laporan ini dapat bermanfaat untuk menjadi



acuan



sekaligus memperdalam pengetahuan penulis juga pembaca mengenai prosedur 2



pemeriksaan os femur pada kasus fraktur 1/3 proksimal.



BAB II PEMBAHASAN



A. Anatomi OS Femur Tulang femur merupakan tulang terbesar dari tubuh manusia dan membentuk sistem muskuloskeletal dari daerah paha.(Netter,2006),(Carolla,1990) Regio femur terletak diantara pinggul (hip) dan lutut (knee). Daerah ini merupakan struktur yang penting karena merupakan struktur utama penyangga tubuh serta berperanan penting dalam pergerakan melalui sendi pinggul (hip joint ) dan sendi lutut (knee joint ). Tulang femur dapat menahan beban tekanan sebesar 3500 kg/cm. Tekanan sebesar ini mampu menahan tekanan yang didapatkan pada saat berjalan, berlari, atau melompat. Tulang femur merupakan tulang yang terkuat, terberat, dan terpanjang dari tulang manusia. Tinggi badan manusia biasanya sekitar empat kali dari panjang tulang femur. Daerah femur mempunyai dua persendian yang utama, yaitu hip joint di proximal dan knee joint di distal.



Gambar 2.1 caput femoris(Netter, Frank H., Netter’s Orthopaedic) Caput femoris berbentuk hampir lebih dari setengah lingkaran, berartikulasi dengan asetabulum pada tulang panggul. Pada bagian tengah caput femoris terdapat cekungan kecil yang disebut sebagai fovea capitis. Pada bagian ini terdapat ligamen dan pembuluh darah yang berhubungan dengan caput femoris. Apabila pembuluh darah 3



pada caput femoris ruptur oleh karena trauma maka dapat terjadi kerusakan yang berat dari caput femoris. Leher dari tulang femur, atau yang biasa disebut sebagai collum femoris, menghubungkan antara caput femoris dengan corpus femoris. Pada daerah ini sering didapatkan fraktur femur, terutama pada penderita usia lanjut. Lateral dari collum femoris terdapat trochanter mayor, sedangkan medial dari collum femoris terdapat trochanter minor. Struktur ini penting karena merupakan tempat melekatnya beberapa otot utama pada paha dan pantat.(Carolla,1990) Corpus femoris mempunyai struktur yang lembut kecuali pada garis longitudinal yang kasar pada bagian posterior yang disebut sebagai linea aspera. Struktur ini juga merupakan tempat melekatnya beberapa otot. Pada bagian distal dari tulang femur, di atas dari lutut terdapat condylus lateralis dan condylus medialis. Condylus berartikulasi dengan tulang tibia. Proximal dari condylus terdapat epicondylus lateralis dan epicondylus medialis.(Carolla,1990) Epicondylus merupakan tempat melekatnya beberapa otot, sedangkan condylus berperan dalam pergerakan dari persendian. Condylus medialis mempunyai ukuran yang lebih besar daripada condylus lateralis. Struktur ini bermanfaat pada saat lutut atau patella bergerak saat berjalan, maka tulang femur melakukanrotasi ke medial sehingga “mengunci” sendi lutut.



Gambar 2.2 Anatomi OS Femur ( Netter,frank H.) 4



B. Patologi 1. Deskripsi Fraktur Angulasi dan oposisi tulang adalah dua istilah yang sering dipakai untuk menjelaskan fraktur tulang panjang. Derajat dan arah angulasi dari posisi normal suatu tulang panjang dapat menunjukan derajat keparahan fraktur dan tipe penatalaksanaan yang harus diberikan. Deskripsi fraktur ada dua, yaitu: a. Fraktur tertutup Fraktur tertutup adalah fraktur dimana kulit tidak ditembus oleh fragmen tulang, sehingga tempat fraktur tidak tercemar oleh lingkungan. b. Fraktur terbuka Fraktur terbuka adalah fraktur dimana kulit dari ekstremitas yang terlibat telah ditembus. Konsep penting yang perlu diperhatikan adalah apakah terjadi kontaminasi oleh lingkungan pada tempat terjadinya fraktur tersebut. Fragmen fraktur dapat menembus kulit pada saat terjadinya cedera, terkontaminasi, kemudian kembali hampir pada posisinya semula. Pada keadaan semacam ini maka operasi untuk irigasi, debridement, dan pemberian antibiotika secara intra vena mungkin diperlukan untuk mencegah terjadinya osteomielitis. Pada umumnya operasi irigasi dan debridement pada fraktur terbuka harus dilakukan dalam waktu 6 jam setelah terjadinya cedera untuk mengurangi kemungkinan infeksi. (Potter, Patricia A and (Perry, Anne Griffin. (2005). 2. Jenis-jenis Fraktur Fraktur adalah terjadinya diskontinuitas jaringan tulang. Berdasarkan penyebab fraktur dibedakan menjadi : a. Fraktur yang disebabkan trauma berat Fraktur ini disebabkan oleh trauma / retak paksa yang terjadi tiba- tiba dan sangat berat. Kerusakan yang dihasilkan sangat bervariasi tergantung dari besar dan kuatnya trauma, trauma langsung atau tidak langsung, umur penderita dan lokasi fraktur. b. Fraktur Patologi Fraktur patologi adalah yang terjadi pada tulang yang sebelumnya telah mengalami proses patologi seperti tumor tulang primer atau sekunder, myeloma 5



multiple, cista tulang, osteomilitis dan sebagainya. Trauma ringan saja sudah dapat menimbulkan fraktur. c. Fraktur Stress Disebabkan oleh trauma ringan tapi terus menerus misalnya fraktur march pada metatarsal, fraktur fibula pada pelari jarak jauh dan sebagainya. d. Beberapa tipe fraktur / dilihat dari segi sudut patahnya : 1) Fraktur Transversal Fraktur transversal adalah yang garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu panjang tulang. Pada fraktur semacam ini, segmen-segmen tulang yang patah direposisi atau direduksi kembali ke tempatnya semula, maka segmen-segmen itu akan stabil, dan biasanya mudah dikontrol dengan bidai gips. 2) Fraktur Oblik Adalah fraktur yang garis patahnya membentuk sudut terhadap tulang. 3. Tanda dan gejala fraktur, antara lain : a. Adanya deformitas. b. Adanya krepitasi. c. Nyeri tekan. d. Nyeri ketuk. e. Fungsio laesa (Potter, Patricia A and Perry, Anne Griffin. (2005) C. Prosedur Pemeriksaan 1. Indikasi Pemeriksaan : a. Kondrosarkoma b. Sarkoma Ewing c. Efusi sendi d. Osteoklastoma atau sel tumor besar e. Sarkoma osteogenik f. Osteoma osteoid g. Penyakit paget h. Lesi i. Fraktur (Bontrager, 2010) 2. Persiapan Pemeriksaan a. Persiapan Pasien 6



Pada dasarnya pemeriksaan femur tidak membutuhkan persiapan khusus, hanya pasien dianjurkan memakai baju pasien sehingga memudahkan dalam pengaturan posisi dan melepaskan benda-benda yang dapat menimbulkan bayangan artefak pada radiograf, selain itu sebelum pemeriksaan petugas memberitahu prosedur pemeriksaan sehingga tidak terjadi kesalah pahaman pasien dan tidak terjadi pengulangan foto. (Frank, 2007) b. Persiapan Alat & Bahan (Bontrager, 2010) Alat dan bahan yang digunakan untuk pemeriksaan OS femur adalah: 1) Unit pesawat rontgen 2) Kaset dan film ukuran 35 x 43 cm 3) Marker R atau L 4) Grid ukuran 35 cm x 43 cm 5) Baju pasien 6) Alat fiksasi (sand bag) 7) Alat proteksi (apron, gonad shield, ovarium shield) 3. Teknik Pemeriksaan Radiografi Femur Teknik pemeriksaan radiografi femur menurut Bontrager (2010) yaitu sebagai berikut: a. proyeksi antero posterior (AP ) 1) Posisi Pasien Pasien supine diatas meja pemeriksaan, femur tepat di tengah meja pemeriksaan, berikan bantal untuk kepala sebagai fiksasi. 2) Posisi Objek a) Posisikan femur sejajar dengan central ray tepat di tengah meja pemeriksaan atau image receptor. b) Rotasikan kaki kedalam (internal) sekitar 50 supaya true AP. (Untuk proksimal femur, internal rotasi pada kaki 150 sampai 200 jika dibutuhkan untuk AP Hip. c) Pastikan knee joint mencakup pada IR



7



Gambar 2.3. Posisi Pasien AP (Bontrager, 2010) 3) Central Ray Arah sinar tegak lurus terhadap femur dan IR, dan FFD 100 cm. 4) Kolimasi Kolimasi mencakup keseluruhan femur 5) Faktor ekspOSi Menggunakan tegangan tabung 65 kV dan arus tabung 12 mAs, dengan ukuran kaset 35 cm x 43 cm. 6) Kriteria Radiograf: a) Tampak knee joint, space knee joint tidak terlalu terlihat terbuka b) Tidak ada rotasi, femorotibial condylus tampak simetris. c) Head fibula tampak superposisi dengan tibia. d) Femur tepat berada di tengah lapangan kolimasi dan sejajar dengan IR, mencakup minimal 1 inchi dari space knee joint di bagian distal IR.



8



Gambar 2.4. Hasil Radiograf Proyeksi AP (Bontrager, 2010). b. Proyeksi Lateral 1) Posisi Pasien Posisikan pasien lateral recumbent, atau supine pada pasien trauma. 2) Posisi Objek a) Lateral Recumbent - Posisi ini tidak dianjurkan bagi pasien dengan kondisi trauma. - Fleksikan knee sekitar 450 pada objek yang akan diperiksa, dan femur lurus ditengah meja pemeriksaan atau IR.



- Tempatkan femur yang tidak diperiksa dibelakang untukmenghindari over rotasi. - Atur IR mencakup knee joint (bagian bawah IR setidaknya mencakup sekitar 2 inch dibawah knee joint). IR yang kedua mencakup proksimal femur dan hip joint.



Gambar 2.5. Posisi Pasien lateral ( Bontrager, 2010) b) Lateromedial pada trauma - Berikan pengganjal dibawah kaki yang akan diperiksa supaya ankle pada pOSisi true AP.



9



- Tempatkan kaset di aspek tepi terhadap femur dan mencakup knee, dengan arah sinar horizontal dari sisi lateral.



Gambar 2.8. posisi Pasien Lateral trauma (Bontrager, 2010) 3) Central Ray (CR) Arah sinar horizontal tegak lurus dengan femur dan IR, dengan FFD 100 cm. 4) Kolimasi Kolimasi mencakup keseluruhan femur dan bagian tepi pada IR 5) Faktor eksposi Menggunakan tegangan tabung 75 kV dan arus tabung 7 mAs, dengan ukuran kaset 35 cm x 43 cm, menggunakan grid (jika diperlukan). 6) Kriteria Radiograf: a) Tampak bagian distal dari femur termasuk knee joint b) True lateral ditandai dengan margin anterior dan posterior dari medial dan lateral condylus tampak superposisi dan lurus dengan femoropatellar joint space terbuka.



10



c) Femur tampak tepat ditengah lapangan kolimasi dengan space knee joint terlihat minimal 1 inch di bagian distal IR.



Gambar 2.7 Hasil Radiograf Femur Lateral (Bontrager, 2010)



BAB III PROFIL KASUS DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Laporan Kasus 1. Identitas Pasien Nama



: Ny, LS



Jenis Kelamin



: Perempuan 11



Umur



: 52 Tahun



Alamat



: Marpoyan Damai



No. RM



: 01051500



No. Foto



:-



Dr. Pengirim



: Fadlie Pradinata, dr



Tanggal Pemeriksaan



: 14 Agustus 2021



Permintaan Pemeriksaan : Femur sinistra AP & lateral Diagnosa



: Fraktur femur 1/3 proksimal



2. Paparan Kasus Pada tanggal 14 Agustus 2021, pasien mendatangi RSUD Arifin Ahmad bersama keluarga dan perawat dengan membawa lembar permintaan foto. untuk melakukan pemeriksaan foto AP & lateral femur sinistra dengan klinis fraktur di 1/3 proksimal. 3. Persiapan Alat a. Pesawat Sinar-x : Computed Radiography. Merk



: Shimadzu



Tipe



: Rad Speed MC



No. Seri



: 1301905405



Gambar 3.1 Pesawat Sinar-x b. Kontrol Panel



12



Gambar 3.2 Kontrol Panel c. Image Reader



Gambar 3.3 Image Reader d. Laser Printer



Gambar 3.4 Laser Printer



13



e. Komputer



Gambar 3.5 Komputer f. Kaset



Gambar 3.6 Kaset B. Persiapan Pasien Pada dasarnya pemeriksaan Femur tidak membutuhkan persiapan khusus, hanya saja pasien dianjurkan melepaskan benda-benda asing yang berada di sekitar daerah paha agar tidak menimbulkan bayangan radio opaq pada radiograf. Dalam hal ini diantaranya yakni ikat pinggang, resleting, kancing celana dan uang logam pada saku maupun benda– benda logam lainnya. Selain itu juga sebelum pemeriksaan petugas harus memberitahu prosedur pemeriksaan kepada pasien agar tidak terjadi kesalah 14



pahamaan dari pasien tersebut. C. Prosedur Pemeriksaan 1. Proyeksi Anterior Posterior a. Posisi Pasien Pasien tidur supine dengan kedua tungkai lurus di atas brangkar. b. Posisi Objek Femur yang diperiksa diatur di tengah kaset dengan batas atas kaset hip joint dan batas bawah kaset knee joint. c. Pengaturan sinar dan eksposi : 1) Central Ray (CR) : Vertikal tegak lurus terhadap kaset 2) Central Point



: Pertengahan OS Femur



3) FFD



: 100 cm



4) Faktor EkspOSi : 56 kVp, 16 mAs 5) Hasil Radiograf



:



Gambar 3.7 Hasil Radiograf Proyeksi AP 6) Kriteria Radiograf: a) Tampak OS. Femur dalam posisi true AP b) Tampak OS. Femur 1/3 distal fraktur c) Tampak knee joint sedikit terpotong 2. Proyeksi Lateral a. Posisi Pasien Pasien tidur supine dengan kedua tungkai lurus 15



b. Posisi Objek Femur yang diperiksa diatur di tengah kaset dengan batas atas kaset hip joint dan batas bawah kaset knee joint. Kaset berada di samping objek dengan arah sinar horizontal. c. Pengaturan sinar: 1) Central Ray (CR) : Horizontal tegak lurus terhadap kaset 2) Central Point



: Pertengahan OS Femur



3) FFD



: 100 cm



4) Faktor EkspOSi



: 60 kVp, 16 mAs



5) Hasil Radiograf



:



Gambar 3.8 Hasil Radiograf Proyeksi Lateral 6) Kriteria Radiograf



:



a) Tampak OS. Femur dextra fraktur di 1/3 froksimal b) Tampak knee joint D. Pembahasan Berikut ini akan penulis uraikan tentang pembahasan pelaksanaan Teknik Pemeriksaan Radiografi OS. Femur dengan kasus fraktur 1/3 proksimal yang dilakukan di RSUD Arifin Ahmad : 1. Teknik Pemeriksaan Radiografi fraktur OS. Femur di teori ialah fraktur harus memperlihatkan kedua sendi, pada kasus fraktur di instalasi radiologi RSUD Arifin Ahmad dapat memperlihatkan kedua sendi. Mengingat kondisi pasien fraktur femur biasanya sering non kooperatif, sehingga pembuatan radiografnya bisa dilakukan 16



dengan memanipulasi proyeksi. Pada proyeksi AP yang dilakukan di Instalasi Radiologi RSUD Arifin Ahmad sesuai dengan teori sedangkan untuk proyeksi Lateral tidak sesuai dengan teori. Pada proyeksi lateral dengan klinis fraktur femur pada Instalasi Radiologi RSUD Arifin Ahmad dilakukan dengan cara posisi pasien supine, arah sinarnya horizontal dan kaset berdiri. Cara ini dilakukan untuk mendapatkan hasil radiograf yang true lateral, yang disebabkan karena kondisi pasien yang tidak memungkinkan untuk dilakukan pOSisi lateral karena dapat memperburuk kondisi patologi pasien tersebut. 2. Penggunakan proyeksi AP dan Lateral pada pemeriksaan fraktur femur di Instalasi Radiologi RSUD Arifin Ahmad sudah dapat mendukung dalam memberikan informasi yang optimal dari fraktur femur tersebut. Pada proyeksi AP ( Antero Posterior ) bertujuan untuk memperlihatkan anatomi normal dari OS femur dan untuk menampakkan fraktur yang ada dari arah depan atau pada posisi AP. Sedangkan proyeksi Lateral bertujuan untuk memperlihatkan Os. femur dari arah samping serta memperlihatkan fraktur yang ada pada posisi lateral sehingga dapat melengkapi diagnosa fraktur yang ada dari posisi AP. Informasi diagnostik yang diperoleh pada penggunaan proyeksi AP dan Lateral sudah optimal dalam mendukung pada penegakkan diagnosa fraktur femur pada pasien tersebut, yang dapat terlihat dari sudut pandang seorang radiografer yaitu hasil radiograf dan anatomi gambar femur tersebut.



BAB IV PENUTUP



A. Kesimpulan Setelah membahas uraian-uraian di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan: 1. Teknik radiografi OS. Femur dengan kasus fraktur 1/3 proksimal di Instalasi Radiologi RSUD Arifin Ahmad, dilakukan dengan proyeksi AP dan Lateral. Dimana proyeksi lateral yang dilakukan dengan posisi pasien supine dan arah sinar horizontal dengan kaset berdiri. 17



2. Penggunaan proyeksi AP dan Lateral pada pemeriksaan radiografi fraktur femur di Instalasi Radiologi RSUD Arifin Ahmad sudah dapat memberikan informasi diagnostik yang optimal dalam mendukung penegakkan diagnosa dari fraktur femur. Selain menghasilkan gambaran radiograf yang optimal dan memberikan informasi yang maksimal, disamping itu juga pasien nyaman ketika diposisikan. B. Saran Dalam melakukan posisioning dengan kasus fraktur femur 1/3 distal harus hati-hati agar tidak memperburuk kondisi fraktur femur pasien itu sendiri.



DAFTAR PUSTAKA



Bontrager, Kenneth L. 2018. Textbox of Radiographic POSition and Related anatomi seventh edition, MOSby: United State of America. Ballinger, Philip W. 2003. Merrill’s Atlas Of Radiographic POSition & Radiologic PrOSedures. USA: MOSby. Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi Untuk Para Pemula. Jakarta : Penerbit EGC



18



Potter, Patricia A and Perry, Anne Griffin. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan (edisi ke-4). Jakarta: EGC Majdawati, Ana. 2009. Peran Pemeriksaan Barium Enema pada Penderita Hirschsprung. Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, mutiara medika, diakses tanggal 10 Februari 2017 Utami, asih puji.,dkk. 2018.radiobiologi dasar 1. Magelang : Inti medika pustaka. Appley, A.G and Louis Solomon.(1995).Terjemahan Ortopedi dan Fraktur Sistem Appley (edisi ke7).Widya Medika



LAMPIRAN



19



20