LAPORAN KASUS PRE-Eklampsia  [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN KASUS



PREEKLAMPSIA



Pembimbing : dr.Hayu Lestari Haryono,M.Ked(OG),SpOG (K)



Disusun Oleh : Muhammad Ade Indrawan



150100019



Kinanti Triandani



150100074



Dinta Nisainda



150100122



Sryita C P Sembiring



150100128



Agung Hamonangan



150100158



Elanaa Susanthanaa



110100389



PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2020



KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan kasus berjudul ”Preeklampsia”. Laporan kasus ini disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Program Pendidikan Profesi Dokter (P3D) di Departemen Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit H Adam Malik Medan. Dalam proses penyusunan laporan kasus ini, penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada dr.Hayu Lestari Haryono,M.Ked(OG),SpOG (K) selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dan membantu penulis selama proses penyusunan laporan kasus. Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan penulisan laporan kasus di kemudian hari. Akhir kata, semoga laporan kasus ini dapat memberikan manfaat dan dapat menjadi bahan rujukan bagi penulisan ilmiah di masa mendatang.



Medan, Desember 2020



Penulis



i



DAFTAR ISI Kata Pengantar ................................................................................................ i Daftar Isi



................................................................................................... ii



BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1 1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1 1.2 Tujuan Penulisan ....................................................................................... 2 1.3 Manfaat Penulisan ..................................................................................... 2 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi



................................................................................................... 3



2.2 Faktor Risiko ............................................................................................. 3 2.3 Etiopatogenesis .......................................................................................... 4 2.4 Gejala Klinis............................................................................................... 6 2.5 Diagnosis ................................................................................................... 7 2.6 Tatalaksana................................................................................................. 9 2.7 Komplikasi ................................................................................................. 10 2.8 Prognosis ................................................................................................... 11 BAB III. STATUS PASIEN .......................................................................... 12 BAB IV KESIMPULAN ................................................................................ 17 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 18



ii



BAB I PENDAHULUAN



1.1



LATAR BELAKANG Preeklampsia merupakan adanya hipertensi spesifik yang disebabkan



kehamilan disertai dengan gangguan sistem organ lainnya pada usia kehamilan diatas 20 minggu yang terdiri dari trias: hipertensi, proteinuri, dan atau edema, yang kadang-kadang disertai konvulsi sampai koma (POGI, 2016). Preeklampsia merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas perinatal di Indonesia. Sampai sekarang penyakit preeklampsia masih merupakan masalah kebidanan yang belum dapat terpecahkan secara tuntas. Preeklampsia merupakan penyakit yang angka kejadiannya di setiap negara berbeda-beda. Angka kejadian lebih banyak terjadi di negara berkembang dibanding pada negara maju. Hal ini disebabkan oleh karena di negara maju perawatan prenatalnya lebih baik. Kejadian preeklampsia dipengaruhi oleh paritas, ras, faktor genetik dan lingkungan (Gafur, 2012) Menurut Robson dan Jason terdapat sekitar 10% ibu yang mengalami hipertensi akibat kehamilan diantaranya 3-4% mengalami preeklampsia, 5% hipertensi dan 1-2% hipertensi kronik (Robson et al.,2012). Menurut World Health Organization (WHO), hipertensi dalam kehamilan masih merupakan salah satu dari lima penyebab utama kematian ibu di dunia, yaitu berkisar 12%. Prevalensi hipertensi dalam kehamilan bervariasi di berbagai tempat, yakni berkisar 2,6-7,3% dari seluruh kehamilan (Tigor et al., 2016) Terdapat lebih dari 4 juta wanita hamil mengalami preeklampsia setiap tahun. Dan setiap tahun, diperkirakan sebanyak 50.000 sampai 70.000 wanita meninggal karena preeklampsia serta 500.000 bayi meninggal. Preeklampsia merupakan penyebab 15– 20% kematian wanita hamil di seluruh dunia serta penyebab utama mortalitas dan morbiditas pada janin. (Raghupathy, 2013). Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2007 angka kematian ibu adalah 228/100.000 kelahiran hidup, yang



1



2



disebabkan oleh perdarahan 28%, preeklampsia/eklampsia 24% dan infeksi 11%. Di Sumatera Utara di laporkan bahwa kasus preeklampsia terdapat 30 kasus khususnya di RSUP. H. Adam Malik Medan, di tahun 2005-2006 (Rossa, 2006).



1.2



TUJUAN Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah: 1. Untuk memahami tinjauan ilmu teoritis tentang Preeklampsia 2. Untuk mengintegrasikan ilmu kedokteran yang telah didapat terhadap kasus Preeklampsia serta melakukan penatalaksanaan yang tepat, cepat, dan akurat sehingga mendapatkan prognosis yang baik



1.3



MANFAAT Manfaat yang didapat dari penulisan laporan kasus ini adalah: 1. Untuk lebih memahami dan memperdalam secara teoritis tentang Preeklampsia. 2. Sebagai bahan informasi dan pengetahuan bagi pembaca tentang Preeklampsia.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1



Definisi Preeklampsia adalah adanya hipertensi spesifik yang disebabkan kehamilan



disertai dengan gangguan sistem organ lainnya pada usia kehamilan diatas 20 minggu (POGI, 2016). Secara klinis preeklampsia didefinisikan sebagai hipertensi dan proteinuria, dengan atau tanpa edema patologis (Lim, 2019). Preeklampsia merupakan sindroma spesifik pada kehamilan yang mempengaruhi seluruh sistem organ dalam tubuh penderitanya (Cunningham et al., 2018). 2.2



Faktor Risiko Faktor risiko terjadinya preeklampsia dibagi atas faktor risiko tinggi atau



mayor dan faktor risiko tambahan atau minor (POGI, 2016). a. Risiko tinggi • Riwayat preeklampsia • Kehamilan multipel • Hipertensi kronis • Diabetes mellitus tipe 1 atau 2 • Penyakit ginjal • Penyakit autoimun (contoh: SLE, APS) b. Risiko rendah • Nullipara • Obesitas (IMT >30kg/m2) • Riwayat preeklampsia dalam keluarga • Usia ≥35 tahun • Interval kehamilan >10 tahun Faktor risiko lain yang ditemukan adalah kehamilan dengan teknologi reproduksi dengan bantuan (assisted reproductive technology), adanya riwayat abrupsio plasenta, serta ras kulit hitam (Cunningham et al., 2018; Lim, 2019).



3



4



2.3



Etiopatogenesis Setiap



teori



tentang



etiologi



dan



patogenesis



preeklamsia



harus



memperhitungkan pengamatan bahwa gangguan hipertensi gestasional lebih mungkin berkembang pada wanita dengan karakteristik berikut (Cunningham FG et al, 2018): • Terkena vili korionik untuk pertama kalinya • Terekspos pada vili korionik yang melimpah, seperti pada kehamilan kembar atau mola hidatidosa • Memiliki kondisi aktivasi atau peradangan sel endotel yang sudah ada sebelumnya seperti diabetes atau penyakit ginjal atau kardiovaskular • Secara genetik cenderung mengalami hipertensi selama kehamilan. Janin bukanlah syarat untuk berkembangnya preeklamsia. Meskipun vili korionik penting, mereka tidak perlu intrauterin. Terlepas dari penyebab pencetusnya, rangkaian kejadian yang mengarah ke sindrom preeklamsia ditandai oleh



kelainan



yang



mengakibatkan



kerusakan



endotel



vaskular



yang



mengakibatkan vasospasme, transudasi plasma, dan gejala sisa iskemik dan trombotik (Cunningham FG et al, 2018). Sejumlah mekanisme yang telah diajukan untuk menjelaskan penyebabnya yang saat ini dianggap penting meliputi (Cunningham FG et al, 2018): 1. Implantasi plasenta dengan invasi trofoblas abnormal pada pembuluh darah uterus 2. Toleransi maladaptif imunologis antara jaringan ibu, ayah (plasenta), dan janin 3. Maladaptasi ibu terhadap perubahan kardiovaskular atau inflamasi pada kehamilan normal 4. Faktor genetik termasuk gen predisposisi yang diturunkan dan pengaruh epigenetik.



5



Gambar 2.1 Skema implantasi plasenta normal dan pada preeklampsia (Cunningham FG et al, 2014).



Implantasi normal ditandai dengan renovasi ekstensif arteriol spiral di dalam desidua basalis seperti yang ditunjukkan secara skematis pada Gambar 2.1. Trofoblas endovaskular menggantikan lapisan endotel dan otot vaskular untuk memperbesar diameter pembuluh darah. Pembuluh darah diserang hanya secara dangkal. Dalam beberapa kasus preeklamsia, bagaimanapun, mungkin ada invasi trofoblas yang tidak lengkap. Dengan ini, pembuluh darah desidua, tetapi bukan pembuluh miometrium, menjadi dilapisi dengan trofoblas endovaskular. Arteriol miometrium yang lebih dalam tidak kehilangan lapisan endotel dan jaringan muskuloelastiknya, dan diameter luar rata-rata hanya setengah dari pembuluh darah yang sesuai di plasenta normal. Secara umum, besarnya invasi trofoblas yang rusak diduga berkorelasi dengan tingkat keparahan gangguan hipertensi (Cunningham FG et al, 2018). Menggunakan mikroskop elektron, De Wolf dan rekan kerja memeriksa arteri yang diambil dari lokasi implantasi. Mereka melaporkan bahwa perubahan preeklamsia dini termasuk kerusakan endotel, insudasi konstituen plasma ke dalam dinding pembuluh darah, proliferasi sel miointimal, dan nekrosis medial. Lipid terakumulasi pertama kali di sel miointimal dan kemudian di dalam makrofag. Perubahan sel sarat lipid ini disebut sebagai aterosis. Nelson dan rekan menyelesaikan pemeriksaan plasenta pada lebih dari 1200 wanita dengan



6



preeklamsia. Para peneliti ini melaporkan bahwa lesi vaskular termasuk penyempitan arteriol spiral, aterosis, dan infark lebih sering terjadi pada plasenta dari wanita yang didiagnosis dengan preeklamsia sebelum 34 minggu (Cunningham FG et al, 2018). Dengan demikian, lumen arteriol spiral yang abnormal dan sempit kemungkinan besar mengganggu aliran darah plasenta. McMahon dan rekan telah memberikan bukti bahwa penurunan faktor pertumbuhan antiangiogenik terlarut mungkin terlibat dalam remodeling endovaskular yang salah. Perfusi yang berkurang dan lingkungan hipoksia pada akhirnya menyebabkan pelepasan puingpuing plasenta atau mikropartikel yang memicu respons inflamasi sistemik. Fisher dan Roberts telah memberikan tinjauan elegan tentang mekanisme molekuler yang terlibat dalam interaksi ini (Cunningham FG et al, 2018). Defective placentation diduga menyebabkan wanita yang rentan (hamil) mengalami hipertensi gestasional, sindrom preeklamsia, persalinan prematur, janin dengan hambatan pertumbuhan, dan / atau solusio plasent. Selain itu, Staff and coworkers (2013) telah berhipotesis bahwa aterosis akut mengidentifikasi sekelompok wanita pada peningkatan risiko aterosklerosis dan penyakit kardiovaskular (Cunningham FG et al, 2018).



2.4



Gejala Klinis Preeklamsia merupakan kumpulan dari gejala-gejala kehamilan yang di tandai



dengan hipertensi dan odem (Kusnarman, 2014) . Gambaran klinik preeklampsia mulai dengan kenaikan berat badan diikuti edema kaki atau tangan, kenaikan tekanan darah, dan terakhir terjadi proteinuria (Saraswati, 2016 ). Tanda gelaja yang biasa di temukan pada preeklamsi biasanya yaitu sakit kepala hebat. Sakit di ulu hati karena regangan selaput hati oleh perdarahan atau edema atau sakit karena perubahan pada lambung dan gangguan penglihatan, seperti penglihatan menjadi kabur bahkan kadang-kadang pasien buta. Gangguan ini disebabkan penyempitan pembuluh darah dan edema (Wibowo et al., 2015).



7



2.5



Diagnosis Diagnosis preeklampsia dapat ditegakkan dari gambaran klinik dan



pemeriksaan laboratorium. Dari hasil diagnosis, maka preeklampsia dapat diklasifikasikan menjadi dua golongan yaitu (ACOG), 2013) : 1.



Preeklampsia, bila disertai keadaan sebagai berikut: -



Tekanan darah ≥ 140/90 mmHg pada dua kali pemeriksaan setelah 20 minggu kehamilan dengan riwayat tekanan darah normal sebelumnya.



-



Proteinuria kuantitatif ≥ 300 mg pada pemeriksaan urin 24 jam atau pemeriksaan protein/ kreatinin ≥ 0,3 g dan pada pemeriksaan test dipstik 1+ Atau jika tidak dijumpai proteinuria, hipertensi onset baru yang disertai tanda berikut ini: - Trombositopenia: Platelet kurang dari 100.000 µl - Insufiensi ginjal : Konsentrasi serum kreatinin ≥ 1,1 mg/dl atau dua kali lipat dari konsentrasi kreatinin serum normal dengan tidak adanya penyakit ginjal lainnya. - Penurunan fungsi hati: Peningkatan konsentrasi transaminase dua kali lipat dari normal - Oedem paru - Adanya gangguan serebral atau gejala gangguan penglihatan



8



Gambar 2.2 : Kriteria Diagnostik Preeklampsia



2. Pre-eklampsia with severe feature yaitu pre-eklampsia ditambah salah satu dari keadaan berikut ini (Impey L,2017) (Ilmu Kebidanan,2015) : -



Tekanan darah ≥ 160/110 mmHg



-



Trombositopenia : platelet kurang dari 100.000 µl



-



Gangguan fungsi hati



-



Penurunan fungsi ginjal



-



Oedem paru



-



Dan gangguan serebral atau gangguan penglihatan



-



Proteinuria lebih 5 g/ 24 jam atau 4+ dalam pemeriksaan kualitatif



-



Oliguria, produksi urin kurang dari 500 cc/24 jam



-



Nyeri Epigastium



-



Pertumbuhan janin intrauterine yang terhambat



-



Sindrom HELLP



9



2.6



Tatalaksana



2.6.1



Farmakologi



a.



Antihipertensi Diberikan jika tekanan darah mencapai 150 / 100mmHg dan sangat dibutuhkan pada 160 / 110mmHg. Perawatan labetalol direkomendasikan. Nifedipine oral (10- 20 mg per oral, diulangi setelah 30 menit, dosis maksimum 120 mg dalam 24 jam ), digunakan untuk kontrol awal, labetalol intravena sebagai lini kedua dengan hipertensi berat. Tujuannya adalah mempertahan tekanan darah sekitar 140 / 90mmHg. Antihipertensi tidak mengubah preeklampsia, tetapi meningkatkan keselamatan bagi ibu. Tetap



dilakukan



pemantauan



yang



intens



dan



pre-eklampsia



memungkinkan kehamilan yang premature (Rustam, 2008) b.



Magnesium Sulfat (MgSO4) Magnesium sulfat digunakan untuk pencegahan terjadinya eklampsia. Loading dose intravena disetai dengan cairan infus. MgSO4 bukan merupakan anti konvulsan tetapi berfungsi untuk meningkatkan perfusi otak, dan mencegah terjadinya eklampsia.2Loading dose diberikan 4 mg MgSO4 (40% dalam 10 cc) selama 15 menit. Dan maintenance dose infus 6 gram dalam larutan ringer/6jam. Pada penggunaan magnesium sulfat dapat terjadi toksisitas maka diperlukan pemantauan yaitu : frekuensi pernafasan (> 16 kali/menit), reflex patella, diuresis yang cukup, dan tersedia anti dotum (Ca glukonas 10%) (Tigor et.al, 2016)



c.



Glukokortikoid (Kortikosteroid) Pemberian glukokortikoid untuk pematangan paru janin, diberikan pada kehamilan 32-34 minggu, dalam 2x24 jam (Tigor et.al, 2016).



2.6.2



Waktu persalinan pada preeklampsia



Wanita dengan pre-eklampsia harus dilakukan persalianan pada usia 36 minggu. Manajemen konservatif sebelum usia 34 minggu (jika