LAPORAN KASUS Skizofrenia [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAGIAN PSIKIATRI



LAPORAN KASUS



FAKULTAS KEDOKTERAN



MEI 2015



UNIVERSITAS PATTIMURA



SKIZOFRENIA PARANOID



Disusun oleh: Aisyah Amelia Z R Wattimena NIM. 2009-83-043 Pembimbing: Dr. David Santoso, Sp.KJ, MARS



DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK PADA BAGIAN PSIKIATRI RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH MALUKU FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PATTIMURA AMBON 2015



LAPORAN KASUS



I.



IDENTITAS PASIEN Nama Nomor RM TTL Umur Jenis Kelamin Alamat Status Perkawinan Ruangan Tanggal masuk



: : : : : : : : :



Tn. AAN 010790 Tehoru, 12 – 02 – 1992 23 tahun Laki-laki Desa Haya Belum menikah Bangsal Akut Pria 12-04-2015



II. RIWAYAT PSIKIATRI Diperoleh dari:  Autoanamnesis pada tanggal 12-04-2015 &16-04-2015  Alloanamnesis, dengan Kakak kandung, Tn. HN, 26 tahun, pendidikan sarjana, selama tanggal 12-04-2015, dan 24-04-2015 A. Keluhan utama Gelisah, bicara sendiri karena mendengar suara yang para lelaki yang tidak dikenalnya, mondar-mandir, ingin keluyuran,mengamuk dan memaki. B. Riwayat Gangguan Sekarang Pasien diantar oleh kakak kandungnya ke Rumah Sakit Khusus Daerah Ambon pada tanggal 12 April 2015 dengan keluhan utama terlihatgelisah, tidak dapat tidur, bicara sendiri karena mendengar suara para lelaki yang tidak dikenalnya, mondar-mandir, ingin keluyuran,mengamuk dan memaki sudah dialami sejak 1 minggu yang lalu. Awalnya 3 bulan yang lalu ayah pasien meninggal dan membuat pasien sangat sedih dan memutuskan untuk putus obat. Walaupun pasien sedih dengan kepergian ayahnya, pasien mencurigai ayahnya selingkuh karena ayahnya adalah seorang yang kaya raya, hal ini disangkal oleh kakak kandungnya yang



mengaku bahwa setiap ayahnya keluar rumah akan ditemani olehnya. 1 minggu sebelum pasien mengalami keluhan tersebut, pasien bersama pemuda kampung Desa Haya melakukan acara begadang dalam rangka gotong royong untuk hajatan pernikahan salah satu pemuda di desa Haya, setelah itu pasien mulai tidak dapat tidur, mondar-mandir dan mulai berbicara sendiri karena mendengar suara para lelaki yang menghinanya tidak dapat memiliki gadis seperti teman-teman lainnya. Bisikan dari suara tersebut juga menyuruhnya untuk pergi keluyuran. Pasien kemudian keluyuran jauh di desa tetangga tanpa sepengetahuan keluarga, namun



pasien



membawa



handphone yang membuatnya dapat menghubungi keluarga ketika pasien merasa lapar dan tak punya uang untuk kembali. Pasien juga mulai mengamuk, memaki dan menendang ibunya yang lagi sholat ketika keinginannya untuk dibelikan rokok tidak terpenuhi, begitupun juga ketika ada orang-orang disekitarnya memanggilnya gila, maka pasien tidak segan-segan untuk memaki dan mengancam memukul orang tersebut. Pasien juga menganggap dirinya adalah tentara karena menurutnya dia memiliki fisik yang bagus dan wawasan yang luas. C. Riwayat Gangguan Dahulu Menurut pasien dan keluarganya keluhan ini sudah dialami sejak pasien berumur 16 tahun, saat itu pasien baru memasuki SMA kelas 1. Pasien sangat bercitacita untuk menjadi tentara dan hal tersebut membuatnya untuk terus belajar. Pasien kemudian menghabiskan waktunya untuk belajar dan mulai menarik diri dari temantemannya. Sebulan kemudian pasien mulai bertingkah aneh seperti masuk kerumahrumah disekitarnya untuk mengumpulkan foto-foto tentara dan menanyakan



keluarganya dimana ijasah SMA pasien, seolah-olah pasien harus tes tentara saat itu, sedangkan pasien sendiri masih berstatus siswa SMA kelas 1. pasien juga mulai mengamuk dan memotong motor orang, serta memecahkan kaca tanpa alasan. Pasien oleh keluarganya dibawa ke paranormal atau dukun di desanya untuk berobat, namun tidak membuahkan hasil. Pasien akhirnya putus sekolah. Pasien kemudian dipasung dirumah. Setahun kemudian pada tahun 2007 berkat saran salah satu kerabat dekatnya, pasien dibawa ke RSKD Provinsi Maluku. Pasien dirawat selama 7 bulan dan keluar dengan baik. Setelah kembali dirumahnya di desa Haya, pasien mulai kembali bergaul dengan teman-temanya, sayangnya mereka selalu mengajak pasien untuk merokok dan menonton film porno bersama-sama. Pasien yang melihat sebagian besar teman-temannya yang menikah di usia muda, meminta ibunya untuk menikahkannya, namun ibunya mengatakan pasien tidak mungkin menikah karena tidak mungkin ada gadis yang ingin menikahinya dengan kondisinya tersebut. Awalnya pasien minum obat teratur, namun karena ibunya melihat pasien baik-baik saja, jadi pasien dilarang ibunya untuk minum obat. Pasien kemudian berperilaku aneh kembali, mulai mendengar suara para lelaki yang menghinanya setiap pagi, siang dan malam. Suara tersebut mengatakan pasien tidak mungkin mendapatkan gadis. Pasien juga sempat bertelanjang didalam kampung dan sering menggoda para gadis didesanya. Pasien kemudian keluar masuk lagi di RSKD, pada tahun 2008, 2009, 2011 dan di tahun 2012 dokter ahli jiwa mengatakan kepada keluarga pasien untuk membawanya ke paranormal atau mencari alternatif lain sambil tetap mengkonsumsi obat yang diberikan dokter antara lain risperidone, triheksifenidil dan



bamgitol. Diakui usaha keluarga pasien dibawa kesebuah gunung di pulau seram yang terdapat kampung para animisme yang salah satunya diyakini orang dikampungnya dapat menyembuhkan hal-hal mistis atau aneh. Sekembalinya dari gunung, keluarga mengaku pasien mulai normal kembali hingga akhirnya pasien masuk lagi di tahun 2015 ini. D. Riwayat Kehidupan Pribadi 1. Riwayat Prenatal dan Perinatal Pasien merupakan anak kedua dari 4 bersaudara dan merupakan anak yang diharapkan. Menurut kakaknya, yang diketahui dari ibunya tidak meminum obat-obatan ataupun usaha menggugurkan kandungannya. Selama hamil ibunyapun tidak meminum alkohol, tidak pernah sakit berat, depresi ataupun bersedih atas kehamilannya. Ia juga tidak pernah mengalami trauma apapun yang membahayakan kehamilannya. 2. Riwayat Masa Bayi Menurut ibu pasien, pasien mendapatkan ASI hingga usia 2 tahun, Menurut ibu pasien juga, perkembangan pasien sama seperti anak-anak lainnya lainnya. 3. Riwayat Masa Kanak-kanak Pasien dibesarkan dengan kakak dan kedua adiknya (2 laki-laki, 1 perempuan). Kakak pertama hanya berselisih 3 tahunn sedangkan kedua adik pasien yang ketiga berselisih 7 tahun dan keempat berselisih 9 tahun dari pasien sendiri. Menurut kakaknya, pasien anak yang baik, penurut dan menyanyangi kedua adiknya. Pasien juga merupakan anak yang sangat dimanjakan oleh kedua orang tuanya dibandingkan kakak dan



kedua adiknya. Pasien juga merupakan anak yang cukup baik dalam bidang agama sehingga selalu melakukan shalat lima waktu dan mengaji. 4. Riwayat Masa Remaja Pasien pada awalnya adalah anak yang baik dan pemalu menurut kakaknya, pasien sangat penurut dan tidak pernah berkata kasar pada ibu ataupun ayahnya. Perilaku pasien mulai berubah ketika pasien mulai berita-cita menjadi tentara yang membuat pasien hanya memikirkan pelajaran dan menarik diri dari teman-temannya hingga sampai membuat pasien masuk kerumah-rumah disekitarnya untuk memeriksa dan mengumpulkan foto-foto tentara. pasien juga terpengaruh dengan kehidupan pemuda desa disekitarnya, seperti merokok dan menonton film porno bersama-sama, pasien juga sering merayu dan menggoda setiap gadis didesanya yang dijumpai hingga membuat mereka takut kepadanya. 5. Riwayat Dewasa a. Riwayat pekerjaan : Pasien tidak memiliki riwayat pekerjaan. b. Aktivitas Sosial : Pasien memiliki banyak teman dan mampu bersosialisasi, namun ketika muncul gejala, pasien mulai tampak agresif sehingga dijauhi teman-temannya c. Kehidupan seksual masa dewasa :  Pasien mengaku tidak pernah melakukan hubungan seksual.  Riwayat perkawinan : pasien belum menikah E. Riwayat Pendidikan Pada usia 6 tahun, pasien mulai bersekolah di Sekolah Dasar Negeri 1 Haya. Di sekolah, pasien tetap bermain dengan teman-temannya. Pada usia 12 tahun, pasien masuk Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Haya dan usia 15



tahun pasien melanjutkan sekolah di SMA Negeri 2 Tehoru tapi karena kondisinya yang labil pasien putus sekolah. Pasien sendiri merupakan anak yang cerdas. F. Riwayat Keluarga Pasien tinggal bersama kedua orang tua pasien dan ketiga saudara kandung pasien. Kakak pertama laki-laki berusia 26 tahun, adik ketiga lakilaki berusia 16tahun dan adik keempat pasien perempuan berusia 14 tahun. Ayah pasien bekerja sebagai pegawai negeri di kantor agama yang dapat mencukupi kebutuhan keluarganya. Sikap ayahnya kepada anak-anaknya menyanyangi,



jarang



melakukan



kekerasan



terhadap



anak-anaknya.



Sayangnya ayah pasien telah meninggal 3 bulan lalu yang sempat membuat pasien merasa sangat sedih dan terpukul hingga akhirnya memutuskan untuk putus obat. Ibu pasien sendiri adalah ibu rumah tangga. Pasien selalu dimanjakan oleh kedua orangtuanya dibandingkan saudara-saudaranya yang lain.



III.



EVALUASI KELUARGA 1. Susunan Keluarga



Laki2 26 thn



Laki2 16 thn



Perempua n14 thn



2. Riwayat Perkawinan Ayah dan ibu pasien menikah di usia sekitar 25 dan 30 tahun, kemudian dikaruniakan 4 anak. Anak kedua yaitu pasien merupakan anak yang sangat mereka manjakan. Kehidupan ibunya dan ayahnya selama pernikahan baikbaik saja dan akur hingga lahirnya adik pasien yang ketiga dan seterusnya.



IV.



PEMERIKSAAN STATUS MENTAL(diperiksa tanggal 12-04-2015) A. Desripsi Umum 1. Penampilan Seorang laki-laki, bertubuh besar, kulit hitam manis, rambut lurus hitam, memakai baju berwarna hijau dengan celana jeans biru panjang dan sedikit rapi. 2. Perilaku dan aktivitas psikomotor



Saat di UGD, pasien tampak gelisah, duduk kemdian beberapa saat pasien berdiri dan kemudian berjalan mondar mandir. Pasien tampak aktif dan banyak bicara. 3. Kesadaran : Berubah 4. Sikap terhadap pemeriksa Koperatif dan merayu. 5. Pembicaraan Spontan, lancar, menjawab pertanyaan dengan bahasa yang dapat dimengerti Volume sedang, intonasi tinggi. B. Mood dan Afect a. Mood



: Senang



b. Afek



: Inapopriate, meningkat.



c. Keserasian



: Serasi.



C. Fungsi Intektual a. Taraf Pendidikan : Tingkat pendidikan formal pasien dan pendidikan yang didapatkan sendiri cukup. b. Daya konsentrasi : Terganggu c. Orientasi







Waktu : Pasien mengetahui tanggal, bulan dan tahun pasien masuk rumah sakit, mengetahui tanggal lahir pasien maupun adik-adik pasien.







Tempat : Pasien mengetahui dimana pasien berada







Perorangan : Pasien mengetahui siapa yang memeriksa pasien.



D. Daya Ingat a. Daya ingat jangka panjang : Pasien mampu mengingat kejadian-kejadian di masa lalu pasien, masa mengetahui masa kanak-kanak dan mengetahui tempat tanggal lahir dirinya maupun adik-adik pasien b. Daya ingat jangka pendek : Saat dianamnesis pasien mampu mengingat kembali pembicaraan yang sudah dilewatkan c. Daya ingat segera : dapat mengucapkan 6 kata secara berurutan yang diucapkan oleh pemeriksa d. Pasien mampu merawat diri pasien



E. Persepsi Terdapat gangguan persepsi berupa halusinasi audotorik seperti pasien sering mendengar suara yang menghinanya dan menyuruhnya untuk keluyuran sehingga sering berbicara sendiri. Halusinasi ini muncul pagi, siang maupun malam hari.



F. Pikiran a. Proses Pikir



: Relevan, Asosiasi Longgar, produktivitas membanjir.



b. Isi Pikir



: Waham kebesaran, waham curiga







Waham kebesaran



: menganggap dirinya adalah tentara karena



memiliki fisik yang bagus dan wawasan yang luas. 



Waham curiga : pasien mencurigai ayahnya selingkuh dengan wanita yang tidak dikenalnya karena menurutnya ayahnya adalah seorang yang kaya.



G. Tilikan Tilikan : Derajat empat, menyadari bahwa penyakitnya disebabkan oleh sesuatu yang tidak diketahui dalam dirinya.



V. IKHTISAR TEMUAN BERMAKNA Seorang laki-laki, usia 23 tahun, agama Islam, pendidikan terakhir SMP, alamat di Desa Haya. Pasien datang dengan diantar oleh kakak kandungnya di Rumah Sakit Khusus Daerah Ambon pada tanggal 12 April 2015 dengan keluhan gelisah kira-kira 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Menurut keterangan ayah dan ibunya setelah mengehentikan obat jiwa 3 bulan yang lalu, pasien awalnya belum bertingkah aneh, hingga 2 minggu sebelumnya saat pasien mengikuti acara begadang di kampong selama seminggu yang membuat pasien tidak dapat tidur dan mulai bertingkah aneh. Pasien berjalan mondar-mandir,



mengamuk, memaki, berbicara sendiri dan mulai keluyuran jauh ke desa tetangga, hal inilah yang menyebabkan pasien dibawa keluarganya. Menurut kakaknya, pasien mulai mengalami perubahan perilaku sejak pasien menjelang masuk SMA kelas 1 yaitu pada tahun 2006. Perubahan ini, setelah pasien mulai merasa dirinya adalah seorang tentara dan terus rajin belajar sehingga pasien akhirnya menarik diri dari teman-temannya. Sebelumnya, pasien merupakan anak yang baik, rajin beribadah. Pada tahun 2008 pasien yang telah membaik diajak teman-temannya untuk merokok dn menonton film porno, hal ini yang membuat pasien bersikap merayu dan menggoda para gadis di desanya hingga membuat mereka ketakutan.Pasien dibawa lagi ke RSKD pada tahun 2008, 2009, 2010 dan di tahun 2012 dokter ahli jiwa menyarankan pasien untuk mencari alternative lain sambil tetap mengkonsumsi obat yang diberikan dokter antara lain risperidon, triheksifenidil dan bamgitol, keluarga mengakui pasien di bawa ke salah satu paranormal di atas gunung pulau seram, dan upaya mereka membuahkan hasil. Namun pada tahun 2015 kejadian ini muncul kembali akibat pasien yang memutuskan untuk tidak minum obat lagi setelah sedih dan kecewa dengan kematian ayahnya. Dari pemeriksaan fisik dan neurologis tidak ditemukan tanda-tanda kelainan yang bermakna, sedangkan dari pemeriksaan status mental didapatkan kesadaran yang berubah, sikap yang koperatif dan merayu, pembicaraan spontan, lancar dengan intonasi yang tinggi, mood senang, afek meningkat dan serasi, terdapat gangguan persepsi seperti halusinasi auditorik, proses piker relevan,asosiasi



longgar dengan produktivitas membanjir, isi pikir terdapat waham kebesaran dan waham curiga. Dan tilikan adalah derajat 4.



VI.



FORMULASI DIAGNOSTIK Berdasarkan riwayat penyakit pasien ditemukan adanya pola perilaku aneh (suka berbica sendiri), gelisah, mengamuk, memaki dan suka keluyuran secara klinis bermakna khas berkaitan dengan suatu gejala yang menimbulkan penderitaan (distress) maupun hendaya (disability) pada berbagai fungsi psikososial, pendidikan dan keluarga. Pada pasien ini penyakitnya sudah berjalan cukup lama yaitu sejak tahun 2006 hal ini dapat dimasukan ke dalam gangguan jiwa. Pada pasien ini didapatkan adanya perilaku aneh, bicara kacau, halusinasi dan waham sehingga dapat dikelompokan sebagai penderita gangguan psikotik. Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan adanya kelainan dapat digolongkan ke dalam gangguan jiwa psikotik non organik Dari alloanamnesis, autoanamnesis dan pemeriksaan status mental didapatkan adanya halusinasi audotoria, waham kebesaran, waham curiga, perilaku kacau, dan produktivitas membanjir. Kejadiannya berlangsung sudah sekitar 1 minggu dengan riwayat keluhan yang sama atau berkelanjutan dari tahun 2006 sehingga berdasarkan pedoman penggolongan diagnosis gangguan jiwa (PPDGJ III) diagnosis pasien diarahkan pada Skizofrenia Paranoid (F.20.0)



Dalam hal pengetahuan, pasien termasuk cukup tangkap dalam pelajaran sehingga pasien mampu menyelesaikan sekolah SMP dan termasuk siswa yang berprestasi. Namun pasien berhenti sekolah oleh karena pasien dan keluarganya yang menginginkannya karena mengetahui kondisi pasien yang tidak stabil dimana akhirnya pasien sempat dipasung beberapa bulan sebelu akhirnya dibawa ke RSKD Provinsi Maluku. Dan saat anamnesis pasien mampu menjawab pertanyaan mengenai kehidupan dahulu sampai saat ini. Pasien mampu bersosialisasi, namun ketika muncul gejala pasien mulai tampak agresif sehingga dijauhi teman-temannya. Sehingga dapat disimpulkan pasien tidak ada gambaran Retradasi mental dan merupakan ciri kepribadian tidak khas pada aksis II Pada aksis III tidak terdapat didiagnosis klinis karena tidak ditemukan manifestasi klinis yang bermakna untuk mengarah pada gangguan organik. Pada aksis IV tidak ditemukan adanya stressor psikososial. Pada aksis V, GAF HLPY atau Global Assesment of Functioning yang tertinggi dalam 1 tahun terakhir yaitu 80-71, gejala tidak ada, berfungsi maksimal, tidak ada masalah yang tak tertanggunglangi. Sedangkan GAF Current sebesar 50-41 gejala berat (serious), disabilitas berat. VII.



EVALUASI MULTIAKSIAL



Aksis I



: Skizofrenia Paranoid (F.20.0) Diagnosis banding: -



Skizoafektif tipe manik (F25.0)



-



Paranoia (F22)



Aksis II



: Ciri kepribadian tidak khas.



Aksis III



: Tidak ada.



Aksis IV



: Masalah psikososial tidak ditemukan.



Aksis V



: GAF HLPY : 80-71 GAF Current : 50-41



VIII. DAFTAR MASALAH a. Organobiologik Diduga karena adanya gangguan neurotransmiter b. Psikologi Tidak ditemukan penyebab psikologis c. Sosial Ajakan teman-temannya untuk menonton film porno membuatnya menjadi aneh ketika melihat perempuan dan senang untuk merayu dan menggoda.



IX.



PROGNOSIS Ad vitam



: Bonam



Ad functionam



: Dubia ad malam



Ad sanasionam



: Dubia ad malam



Hal-hal yang meringankan :



a. Pasien



menggunakan



jaminan



kesehatan



dari



pemerintah



sehingga



memudahkan pasien mendapatkan obat secara gratis Hal-hal yang memberatkan : a. Perjalanan penyakit yang sudah lama b. Riwayat putus obat c. Keluarga sudah menyerah dengan kondisi pasien



X. PENATALAKSANAAN a. Psikoterapi 1. Terhadap pasien 



Psikoterapi suportif



2. Terhadap keluarga 



Jelaskan kepada keluarga tentang kondisi pasien







Psikoedukasi terhadap anggota keluarga pasien untuk memperhatikan jadwal minum obat pasien secara teratur







Memberitahu efek samping obat (misalnya kaku pada bagian tubuh), namun obat harus diminum karena sudak diberikan bersama obat untuk menghilangkan gejala efek samping tersebut.



b. Psikofarmaka 1. Haloperidol 5mg 3 x 1 tablet 2. Trihexyphenidil 2mg 2 x 1 tablet



3. Chlorpromazine 100mg 1-0-1 tablet 4. Carbamazepine 3 x 1 tablet



XI.



DISKUSI Berdasarkan PPDGJ III untuk mendiagnosis skizofrenia (F.20). Jika memenuhi criteria berikut : 



Harus ada sedikitnya 1 gejala berikut ini yang amat jelas : a. - thought echo - thought insertion - thought broad casting. b. - delusion of control, - delusion of influence, - delusion of passiving, - delusion of perception.



c. Halusinasi auditorik -



Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien, atau



-



Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri, atau



-



Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bgian tubuh



d. Waham – waham yang menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan mahluk asing dari dunia lain) 



Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas : a. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai baik oleh waham yang mengambang maupun yang stengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai ole hide – ide berlebihan (over – valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus; b. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme; c. Perilaku katatonik, seperti keadaan galuh gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativism, mutisme, dan stupor; d. Gejala-gejela “negative”, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan social dan menurunnya



kinerja social; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika; 



Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal);







Harus ada sesuatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan dari beberapa aspek prilaku pribadi (personal behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed attitude), dan penarikan diri secara social. Diagnosis Skizofrenia Paranoid karena memenuhi kriteria diagnosis skizofrenia. Sebagai tambahan : 



Halusinasi dan/atai waham harus menonjol : o Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau halusinasi audotorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit (whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa (laughing) o Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lain-lain perasaan tubuh, halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang.



o Waham dapatberupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi (delusion of influence), atau “passivity” (delusion of passivity), dan kenyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang paling khas 



Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik secara relatif tidak nyata dan tidak menonjol.



Pada pasien ini dengan gejala positif yang didapatkan maka diberikan obat antipsikotik yaitu 2 golongan tipikal yaitu obat Choropomazine dan Haloperidol. Obat-obat ini difungsikan dalam fungsi mental seperti gangguan asosiasi pikiran (inkoherensi), isi ikiran yang tidak wajar (waham), gangguan persepsi (halusinasi) dan gangguan perasaan (tidak sesuai dengan situasi). Dimana mekanisme antipskotik tipikal bekerja dengan cara memblokir dopamine pada reseptor pasca-sinaptik neuron di otak, khususnya sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal



(dopamine



D2 reseptor



antagonis).



Pasien juga



diberikan



trihekyphenidil oleh karena didapatkan ekstrapiramidal sindrom pada pasien. Selain itu pasien mendapatkan carbamazepine oleh karena afek yang meningkat atau terdapat sindrom mania dimana efek dari obat ini mengurangi “dopamine receptor supersensitivity”.



XII.



FOLLOW UP



Tanggal/ jam 13-04-2015



HASIL PEMERIKSAAN, ANALISA, DAN TINDAK LANJUT CATATAN PERKEMBANGAN Perjalanan Penyakit Penatalaksanaan Pasien masih tertidur R/ - Psikoterapi supportif - Risperidone 2 x 2 mg - THP 2 x 2 mg - Carbamazepine 3 x 200



14-04-2015



15-04-2015



Pasien gelisah



mg, R/



Berteriak



- Diazepam 1 amp/iv/hr



Kontak verbal baik



- Govotil 1 amp/iv/hr



Halusinasi (+)



- Risperidone 2 x 2 mg



Perilaku kacau (+)



- THP 2 x 2 mg



Sulit tidur



- Carbamazepine 3 x 200



Pasien cukup tenang



mg, R/



Cukup Kooperatif



- Diazepam 1 amp/iv/12 jam



Verbalisasi membanjir



- Govotil 1 amp/iv/12 jam



Halusinasi (+) 16-04-2015



Sulit tidur Pasien cukup tenang



R/



Cukup Kooperatif



- Diazepam 1 amp/iv/12 jam



Verbalisasi membanjir



- Govotil 1 amp/iv/12 jam



Halusinasi (+)



- Risperidone 2 x 2 mg



Sulit tidur



- THP 2 x 2 mg - Carbamazepine 3 x 200



mg,



17-04-2015



Pasien cukup tenang



R/



Cukup Kooperatif



- Psikoterapi supportif



Verbalisasi membanjir



- Risperidone 2 x 2 mg



Halusinasi (+)



- Haloperidol 2 x 1 mg



Sulit tidur



- THP 2 x 2 mg - Carbamazepine 3 x 200



18-04-2015



Pasien cukup tenang



mg, R/



Cukup Kooperatif



- Psikoterapi supportif



Verbalisasi membanjir



- Risperidone 2 x 2 mg



Halusinasi (+)



- Haloperidol 2 x 5 mg



Sulit tidur



- THP 2 x 2 mg - Carbamazepine 3 x 200



20-04-2015



Pasien tenang



mg R/



Cukup Kooperatif



- Psikoterapi supportif



Verbalisasi membanjir



- Risperidone 2 x 2 mg



Halusinasi (+)



- Haloperidol 2 x 5 mg - THP 2 x 2 mg - Carbamazepine 3 x 200



21-04-2015



Pasien cukup tenang



mg R/



Cukup Kooperatif



- Psikoterapi supportif



Verbalisasi membanjir



- Haloperidol 2 x 5 mg



Halusinasi (+)



- THP 2 x 2 mg - CPZ 100 mg, ½ -0- ½ - Carbamazepine 3 x 200



mg



22-04-2015



Pasien gelisah



R/



Halusinasi (+)



- Psikoterapi supportif



Perilaku kacau (+)



- Haloperidol 3 x 5 mg - THP 2 x 2 mg - CPZ 100 mg, 1-0-1 - Carbamazepine 3 x 200



23-04-2015



Pasien gelisah



mg R/



Halusinasi (+)



- Psikoterapi supportif



Perilaku kacau (+)



- Haloperidol 3 x 5 mg - THP 2 x 2 mg - CPZ 100 mg, 1 -0- 1 - Carbamazepine 3 x 200



24-04-2015



Pasien cukup tenang



mg R/



Cukup Kooperatif



- Psikoterapi supportif



Halusinasi bekurang



- Haloperidol 3 x 5 mg



Perilaku kacau (-)



- THP 2 x 2 mg - CPZ 100 mg, 1 -0- 1 - Carbamazepine 3 x 200



25-04-2015



Pasien tenang



mg - Psikoterapi supportif



Halusinasi berkurang



- Haloperidol 3 x 5 mg



Kadang verbalisasi membanjir



- THP 2 x 2 mg - CPZ 100 mg, 1 -0-1 - Carbamazepine 3 x 200



mg



27-04-2015



Pasien tenang



- Psikoterapi supportif



Halusinasi berkurang



- Haloperidol 3 x 5 mg



Kadang verbalisasi membanjir



- THP 2 x 2 mg - CPZ 100 mg, 1 -0- 1 - Carbamazepine 3 x 200



28-04-2015



Pasien tenang



mg - Psikoterapi supportif



Halusinasi berkurang



- Haloperidol 3 x 5 mg



Kadang verbalisasi membanjir



- THP 2 x 2 mg - CPZ 100 mg, 1 -0- 1 - Carbamazepine 3 x 200



29-04-2015



Pasien tenang



mg - Psikoterapi supportif



Halusinasi berkurang



- Haloperidol 3 x 5 mg



Kadang verbalisasi membanjir



- THP 2 x 2 mg - CPZ 100 mg, 1 -0- 1 - Carbamazepine 3 x 200



30-04-2015



Pasien tenang



mg - Psikoterapi supportif



Halusinasi berkurang



- Haloperidol 3 x 5 mg



Kadang verbalisasi membanjir



- THP 2 x 2 mg - CPZ 100 mg, 1 -0- 1 - Carbamazepine 3 x 200



mg



DAFTAR PUSTAKA



1. MASLIM r. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan ringkas Dari PPDGJ-III. Jakarta: Bina Rupa Aksara; 2001. 2. Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Obat klinis Obat Psikotropik. Edisi 3. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma jaya; 2007. 3. Pedoman Penggolongan dan Diagnosa Gangguan Jiwa Di Indonesia, Edisi ke I, Cetakan ke III, Diterbitkan oleh Departemen Kesehatan RI; 1973. 4. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesi, Edisi II, PPDGJ II, Cetakan Pertama, Direktorat Kesehatan Jiwa, Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, Departemen Kesehatan RI, 1985. 5. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Ganggguan Jiwadi Indonesia, III, PPDGJ-III, Cetakan Pertama, Departemen Kesehatan RI, Direktoral Pelayanan Medik, 1993.



6. Diagnostic and Statistical Manual of mental Disorders, Fourth Edition, DSMIV, Published By The American Psychiatric Association, Washington DC, 1994. 7. Quick Reference To The Diagnostic Criteria From DSM – IV, Published By The American Psychiatric Association, Washington DC, 1994. 8. Pocket Guide To The ICD-10 Classification of Mental and Behavioral Disorders. With Glossary and Diagnostic Criteria for Research. ICD-10; DCR-10. World Health Organization, Geneva, Churchill LivingstoneLongman Group Limited; 1994. 9. Materi-materi Pelatihan Penggunaan PPDGJ-III, yang diselenggarakan oleh Direktorat Kesehatan Jiwa, Ditjen Pelayanan Medik, Departemen Kesehatan RI, Balpekes-Ciloto, 20-23 Nopember, 1995. 10. Lexicon of Psychiatric and Mental Health Terms, 2nd Edition, World Health Organization, Geneva, 1994.