Skizofrenia [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Nama : Adzria Izzati Zulfa Nim



: 19011156



PENYAKIT AKIBAT KERJA “ SKIZOFRENIA”



A. PENDAHULUAN Perilaku abnormal adalah bagian dari kenyataan yang kita hadapi dalam kehidupan ini. Baik disadari atau tidak, perilaku abnormal banyak terjadi di sekitar kita. Ia dapat berbentuk perilaku-perilaku yang jarang dilakukan, tidak sesuai dengan norma. Menyebabkan stress pribadi, tidak diharapkan dan disfungsi perilaku (Davison, Neale, dan Kring, 2004). Sayangnya, tidak  banyak orang yang mau dengan sungguh-sungguh memahami perilaku-perilaku abnormal tersebut. Sehingga perilaku-perilaku abnormal yang ada, sering dipahami secara keliru satu dengan lainnya Salah satu perilaku abnormal yang sering salah dipahami dan sulit untuk dimengerti adalah gangguan skizofrenia. Dari kata-kata yang menyusunnya, yaitu “schizein” yang berarti terpisah dan “phrenia” yang berarti jiwa, skizofrenia dapat diartikan sebagai jiwa yang terpisah (Fausiah, 2005). Karena pengertian tersebut, skizofrenia sering dianggap sama dengan gangguan kepribadian majemuk atau gangguan disosiasi identitas (Alloy, Accocella, dan Bootzin, 1996). Padahal, kedua macam gangguan tersebut  berbeda dengan gangguan skizofrenia. Keterpisahan jiwa yang dialami oleh  penderita gangguan skizofrenia bukanlah terbelahnya kepribadian menjadi dua atau lebih, bentuk kepribadian yang lain. Melainkan, terbelahnya kesatuan kepribadian dalam bentuk hilangnya keterkaitan antara emosi,  pikiran, dan persepsi penderita. Hal ini Nampak dari perilaku penderita gangguan skizofrenia yang sering tidak sesuai dengan keadaan perasaan dan  pikirannya (Long, 2005). Penderita dapat mengatakan bahwa perasaannya sangat sedih, namun kenyataannya ia terlihat sedang tertawa-tawa. Skizofrenia bukanlah penyakit jiwa yang tidak dapat disembuhkan. Peningkatan angka relapse pada pasien Skizofrenia pasca perawatan dapatmencapai 25% - 50% yang pada akhirnya dapat menyebabkan keberfungsiansosialnya menjadi terganggu. Skizofrenia bisa terjadi pada siapa saja. Seringkali pasien Skizofreniadigambarkan sebagai individu yang bodoh, aneh, dan berbahaya (Irmansyah,2006).



1



Sebagai konsekuensi kepercayaan tersebut, banyak pasien Skizofrenia tidak dibawa berobat ke dokter (psikiater) melainkan disembunyikan, kalaupun akan dibawa berobat, mereka tidak dibawa ke dokter melainkan dibawa ke “orang pintar” (Hawari, 2007). Sebagai mahasiswa keperawatan kita ditutut untuk mampu bersikap humanis, karena ranah kebermanfaatan seorang keperawatan adalah hubungannya dengan manusia, bagaimana membantu untuk meningkatkan motivasi belajar, meningkatkan kualitas dan produktifitas seseorang, mengelola dan membantu menyelesaikan permasalahan kejiwaan seseorang. Maka dari itu, sangat penting bagi kita sebagai calon perawat untuk memahami lebih banyak tentang apa itu skizofrenia dan gangguan kejiwaan lainnya agar mampu mengambil sikap yang lebih bijak dalam memahami setiap gejala yang dialami oleh seorang individu. Mengambil sikap lebih  bijak maksudnya adalah bagaimana menghadapi klien dengan baik, serta melakukan pencegahan dan pengobatan



B. PENYAKIT AKIBAT KERJA a. Definisi Skizofrenia merupakan penyakit otak yang timbul akibat ketidakseimbangan pada dopamin, yaitu salah satu sel kimia dalam otak. Skizofrenia adalah gangguan ji wa psikotik paling lazim dengan ciri hilangnya perasaan afektif atau respons emosional dan menarik diri dari hubungan antar pribadi normal. Sering kali diikuti dengan delusi dan halusinasi (presepsi tanpa ada rangsangan pancaindra) Fugen (2012) dalam Masriadi (2016). Skizof renia adalah suatu gangguan jiwa berat yang ditandai dengan pe nurunan atau ketidakmampuan berkomunikasi, gangguan realitas (hal usinasi atau waham), afek tidak wajar atau tumpul, gangguan kognitif (tidak mampu berfikir abstrak) serta mengalami kesukaran melakukan aktivitas sehari-hari (Keliat, dkk 2011). b. Penyebab Luana (2007) dalamPrabowo(2014)menjelaskan penyebab dari skizofrenia, yakni:



2



1. Faktor Biologis a. Komplikasi kelahiran Bayi laki-laki yang memiliki komplikasi saat dilahirkan sering mengalami skizofrenia. b. Infeksi c. Perubahan anatomi pada susunan sy araf pusat akibat infeki virus pernah dilaporkan pada orang dengan skizofrena. d. Hipotesis dopamine Dopamine merupakan neurotransmiter pertama yang berkontribusiterhadap gejala skizofrenia. e. Hipotesis Serotonin Gaddum, Wooley, dan Show tahun 1954 mengobservasi efek lysergic acid diethlamide (LSD ) yaitu suatu zat yang bersifat campuran agonis/antagonis reseptor 5-HT. Ternyata zat tersebut menyebabkan keadaan psikosis beratp ada orang normal. f. Struktur Otak Daerah otak yang mendapatkan 2. Faktor Genetik Para ilmuwan sudah lama mengetahui 1% populasi umum tetapi 10% pada hubungan derajat pertama seperti ora ng perempuan dengan skizofrenia.



bahwa skizofrenia diturunkan, masyarakat yang mempunyai tua, kakak laki-laki ataupun



c. Ciri – Ciri Dan Gejala Pekerja Yang Menderita Penyakit Menurut Keliat, dkk (2011). Gejala – gejala skizofrenia adalah sebagai berikut : 1. Gejala positif a. Waham: Keyakinan yang salah, tidak sesuai dengan kenyataan, dipertahankan dan disampaikan be rulang – ulang (waham kejar, waham curiga, waham besar)



3



b. Halusinasi: Gangguan penerimaan pancaindra tanpa ada stimulus eksternal (halusinasi pendengara n, penglihatan, pengecapan, penciuman dan perabaan) c. Perubahan arus pikir 1) Arus pikir terputus: dalam pemb icaraan tiba-tiba tidak dapat melanjutkan isi pembicaraan 2) Inkoheren: berbicara tidak selaras dengan lawan bicara (bicara kacau) 3) Neologisme: menggunakan kata-kata yang hanya dimengerti oleh diri sendiri, tetapi tidak dimengerti oleh orang lain. d. Perubahan perilaku 1) Hiperaktif: perilaku motorik yang berlebihan 2) Agitasi: perilaku yang menunjukan kegelisahan 3) Iritabilatasi: mudah tersinggung 2. Gejala negatif a. Sikap masa bodo (apatis) b. Pembicaraan tehenti tiba-tiba (blocking) c. Menarik diri dari pergaulan sosial (isolasi sosial) d. Menurunnya kinerja atau ativitas sosial sehari-hari d. Mekanisme Terjadinya Penyakit Proses terjadinya halusinasi menurut Yosep, (2011) dalam Ismail, (2014) diawali dengan seseorang yang menderita halusinasi akan menganggap sumber dari halusinasinya berasal dari lingkungannya atau stimulus ekstrenal. Padahal sumber itu berasal dari stimulus dari luar. Stimulus internal itu merupakan suatu bentuk perlindungan diri dari psikologi yang mengalami trauma sehubungan dengan penolakan, stress, kehilangan, kesepian, serta tuntunan ekonomi yang dapat meningkatkan kecemasan. Pada fase awal masalah itu menimbul peningkatan kecemasan yang terus menerus dan system pendukung yang kurang akan membuat persepsi untuk membedabedakan apa yang dipikiran dengan perasaan sendiri menurun, klien sulit tidur sehingga terbiasa mengkhayal dan klien terbiasa menganggap lamunan itu sebagai pemecah masalah. Meningkatkan pada fase comforting, klien mengalami emosi yang berkel anjutan seperti adanya cemas, kesepian, perasaan berdosa dan sensor inya dapat diatur, pada fase ini 4



klien cenderung merasa nyaman dengan halusinasinya. Halusinasi menjadi sering datang, klien tidak mampu lagi mengontrol dan berupaya menjaga jarak dengan objek lain yang dipersepsikan. Pada fase condeming, klien mulai menarik diri dari orang lain. Pada fase controlling dimulai klien mencoba mela wan suara-suara atau bunyi yang datang dan klien dapat merasa kesepian jika halusinasinya berhenti, maka dari sinilah dimulai fase gangguan psycotik. Pada fase conquering panic level of anxiety, klien lama – kelamaan pengalaman sensorinya terganggu, klien merasa terancam dengan halusinasinnya terutama bila tidak menuruti peri ntah yang dari halusinasinya. e. Tempat Kerja / Tempat Kerja Beresiko jenis pekerjaan yang rentan dengan skizofrenia, seperti: 1. Pengasuh atau Perawat Nyatanya, merawat orang sakit atau anak sangat rentan terhadap gangguan mental atau depresi. Melakukan pekerjaan ini nyatanya menuntut emosi yang selalu stabil dan sabar.  2. Pekerja Bidang Kuliner Pekerja kuliner sangat rentan terhadap gangguan kecemasan. Biasanya, pekerja kuliner dituntut untuk memuaskan pelanggan dengan makanan yang disajikan. Tidak hanya itu, kebersihan dan tingkat kesehatan dari makanan yang disajikan akan menjadi penilaian tersendiri. 3. Pekerja Kreatif Kondisi yang selalu dituntut berpikir kreatif dengan ide yang spektakuler tidak bersamaan dengan kondisi pendapatan yang diterima oleh pekerja kreatif. Depresi menjadi gangguan mental yang cukup banyak dialami oleh pekerja kreatif. 4. Pekerja Bagian Keuangan Seseorang yang bekerja pada bagian keuangan nyatanya juga sangat rentan terhadap kondisi gangguan mental. Bertanggung jawab atas keuangan yang bukan miliknya menjadi pekerjaan yang dapat menguras emosi seseorang. Tidak hanya itu, pekerja pada bidang ini dituntut dengan jam kerja yang cukup panjang dan kekhawatiran akan kesalahan dalam menghitung uang.



5. Jurnalis 5



Biasanya, seorang jurnalis rentan dengan kondisi depresi atau gangguan kecemasan. Seorang jurnalis bertanggung jawab dengan berita atau fakta yang dikabarkan kepada khalayak ramai. Kesalahan yang dibuat akan berdampak fatal pada sosial. Tidak hanya itu, jam kerja yang tidak menentu juga terkadang membuat seorang jurnalis mengalami gangguan tidur hingga stres. f. Jenis – Jenis Skizofrenia Menurut Laura (2010) dalam Masr iadi (2016) ada empat jenis skizofrenia: 1. Skizofrenia Disorganized Seorang individu mengalami delusi dan halusinasi yang memiliki makna yang sedikit atau tidak bermakna sama sekali seperti arti kata “disorganized”. Seorang individu dengan sk izofrenia disorganised mungkin akan menarik diri da ri kontak dengan manusia dan mungkin mundur untuk menunjukkan perilaku dan gerak tubuh yang konyol seperti anak-anak. 2. Skizofrenia Katatonik Perilaku yang aneh tidak bergerak sama dalam keadaan ini, sepenuhnya sadar



yang terkadan g muncul dalam bentuk keadaan sekali seperti orang yang pinsan, ketika berada individu dengan skizofrenia katatonik sebenarnya akan apa yang terjadi di sekitarnya.



3. Skizofrenia Paranoid Delusi biasanya muncul dala terelaborasi didasarkan pada kejadian tertentu.



m bentuk sebuah sistem yang pemaknaan yang salah terhadap



4.Skizofrenia tidak bergolong Prilaku yang tidak teratur, halu sinasi, delusi, dan inkoherensi dignosis ini digunakan ketika gejala individu tidak memenuhi kriteria untuk satu dari tiga jenis skizofrenia lain atau memenuhi kriteria untuk lebih dari satu jenis. Maramis, 2009 membagi skizofrenia me njadi beberapa jenis. Penderita digolongkan ke dalam salah satu jenis menurut gejala utama yang terdapat padanya. Akan tetapi batasbatas golo ngan-golongan ini tidak jelas, gejala-gejala dapat berganti-ganti atau mungkin seorang penderita tidak dapat digolongkan ke dalam satu jenis. Pembagiannya adalah sebagai berikut: 1. Skizofrenia paranoid.



6



Jenis skizofrenia ini sering mulai sesudah mulai 30 tahun. Permulaanya mungkin subakut, tetapi mungkin juga akut. Kepribadian penderita sebelum sakit sering dapat digolongkan schizoid. Mereka mudah ters inggung, suka menyendiri, agak congkak dan kurang percaya pada orang lain. 2. Skizofrenia hebefrenik. Permulaanya perlahan-lahan atau subakut dan sering timbul pada masa remaja atau antara 15 – 25 tahun. Gejala yang mencolok adalah gangguan proses berpikir, gangguan kemauan dan adanya depersonalisasi atau double personality. 3. Skizofrenia katatonik. imbulnya pertama kali antara usia 15 sampai 30 tahun, dan biasanya akut serta sering didahul ui oleh stres emosional. Mungkin terjadi gaduh gelisah katatonik atau stupor katatonik. Gejala yang penting adalah gejala psikomotor seperti: 1)



Mutisme, kadang-kadang dengan mata tertutup, muka tanpa mimik, seperti topeng, stupor pe nderita tidak bergerak sama sekali untuk waktu yang sangat lama, beberapa hari, bahkan kadang-kadang beberapa bulan.



2)



Bila diganti posisinya penderita menentang.



3)



Makanan ditolak, air ludah tidak ditelan sehingga terkumpul di dalam mulut dan meleleh keluar, air seni dan feses ditahan.



4)



Terdapat grimas dan katalepsi.



4. Skizofrenia simplex. Sering timbul pertama kali pada masa pubertas. Gejala utama pada jenis simplex adalah kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Gangguan proses berpikir biasa nya sukar ditemukan. Waham dan halusinasi jarang sekali ditemukan. 5. Skizofrenia residual. Jenis ini adalah keadaan kronis dari skizofrenia dengan riwayat sedikitnya satu episode psikot ik yang jelas dan gejala-gejala berkembang kearah gejala negative yang lebih menonjol.



7



g. Fase – Fase Halusinasi Fase halusinasi Depkes, (2000) dalam Rusdi, (2013). 1. Fase comforting. Fase dimana memberikan rasa nyaman atau menyenangkan, tingkat ansietas sedang secara umum halusinasi merupakan suatu kesenangan karekteristik: mengalami ansietas kesepian, rasa bersalah dan ketakutan, fokusu pada pikira n yang dapat mengatasi ansietas, pikiran dan pengalaman sensor i masalah ada dalam control kesadaran non psikotik. Perilaku yang muncul tertawa atau senyum yang tidak sesuai, gerakan bibir tanpa suara, respon verbal lambat.



2. Fase condemning. Klien merasa halusinasi menjadi menjijikan, tingkat kecemasan berat secara umum halusinasi menyebabkan rasa antipasti. Karakteristik mulai merasa kehilangan contol me narik diri dari orang lain. Prilaku ansietas terjadi peningkatan ta nda-tanda vital, kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dengan realita. 3. Fase controlling. Tingkat kecemasan klien menjadi berat, halusinasi tidak dapat ditolak lagi. Karakteristik klien menyerah dan menerima pengalaman sendiri, kesepian bila pe ngalaman sensori berakhir psycotik. Prilaku: perintah halusinasi ditaati sulit berhubungan dengan orang lain.



C. DIAGNOSIS PENYAKIT Untuk mendiagnosis skizofrenia, dokter akan menjalankan beberapa tahap pemeriksaan, yaitu tanya jawab, pemeriksaan fisik, pemeriksaan kejiwaan, dan pemeriksaan penunjang.



Pada sesi tanya jawab, dokter akan mencari tahu terkait beberapa hal berikut: 8



  



Riwayat kesehatan fisik dan mental pada pasien dan keluarganya Riwayat saat pasien masih berada dalam kandungan sampai pada masa kecilnya Riwayat pengobatan dan penyalahgunaan zat tertentu



Berdasarkan DSM–5 (The Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, 5 th Edition), seseorang dapat dikatakan menderita skizofrenia apabila memiliki sejumlah kriteria berikut ini: 1. Pasien mengalami minimal dua dari sejumlah gejala berikut:     



Delusi atau waham Halusinasi Bicara kacau Perilaku kacau Gejala negatif



Setidaknya, satu dari dua gejala yang harus ada adalah delusi, halusinasi, dan kekacauan dalam berbicara. 2. Gejala sampai mengganggu aktivitas sehari-hari, sekolah, pekerjaan, atau kehidupan sosial pasien. 3. Gejala di atas harus dialami pasien setidaknya selama 6 bulan. 4. Gejala di atas bukan disebabkan oleh kondisi gangguan mental lain, seperti gangguan bipolar atau penyalahgunaan NAPZA. Selain itu, diperlukan juga beberapa pemeriksaan penunjang untuk diagnosis skizofrenia dan menyingkirkan kemungkinan akibat penyakit lain, yaitu:      



Tes darah lengkap Pemeriksaan fungsi hati, tiroid, dan ginjal Tes kadar elektrolit, gula darah, vitamin B12, vitamin D, asam folat, dan kalsium Pemeriksaan kehamilan, jika pasien adalah wanita usia subur Uji sampel urine untuk mendeteksi penyalahgunaan NAPZA MRI atau CT scan otak, untuk mendeteksi gangguan otak seperti hematoma subdural, vaskulitis, abses, atau tumor otak



D. PENGENDALIAN, PENCEGAHAN, DAN PENGOBATAN 9



a. Pencegahan Saat ini tindakan pencegahan skizofrenia secara spesifik belum tersedia. Namun, pemeriksaan dini bisa membantu mengurangi tingkat keparahan gejalanya. Keharmonisan keluarga juga menjadi hal yang penting untuk dijaga, begitu pula dengan melakukan kegiatan positif dan rutin berolahraga.



b. Pengendalian Terapi, dalam jiwa buka hanya meli puti pengobatan dan farmakologi, tetapi juga pemberian psikoterapi, serta terapi modalitas yang sesuai dengan gejala atau penyakit klien yang akan mendukung penyembuhan klien akan merasa berguna dalam masyarakat dan tidak merasa di asingkan dengan penyakit yang di alaminya Kusmawati & Hartono, (2010) dalam Ida, (2014). 1. Psikofarmakologis Farmakoterapi pemberian terapi dengan menggunakan obat.obat yang digunakan untuk gangguan jiwa disebut dengan psikofarmaka atau psikotropi ka. Terapi gangguan jiwa dengan menggunakan obat-obatan disebut dengan psikofarmakoterapiatau medikasi psikotropika yaitu obat yang mempunyai efek terapeutik langsung pada proses mental penderita karena kerjanya pada otak/ sistem saraf pusat. Obat bisa berupa Haloperidol, Alprazolam, Cpoz, Trihexphendyl (Ida, 2014). 2. Terapi Somatis Terapi somatis adalah terapi yang diberikan ke pada klien dengan gangguan jiwa dengan tujuan mengubah perilaku yang ditujukan pada konsisi fisik klien. Walaupun ya ng diberi perilaku adalah fisik klien, tetapi target ad alah perilaku klien. Jenis somatic adalah meliputi peningkatan, terapi kejang listrik, isolasi, dan fototerapi (Ida, 2014). a. Peningkatan Peningkatan terapi menggunakan alat mekanik atau manual untuk membatas mobilitas fisik klien yang bertujuan untuk melindungi cidera fisik sendiri atau orang lain (Ida, 2014)



b. Terapi kejang listrik/ Elektro convulsive Therapy (ECT)



10



bentuk terapi pada kl ien dengan menimbulkan kejang (grandma) dengan mengalirkan arus listrik keuatan rendah (2-8 joule) melalui elektroda yang di tempelkan beberapa detik pada pelipis kiri/ kana (lobus frontal) klien (Stuart, 2 007) dalam (Ida, 2014). 3. Terapi Modalitas Terapi Modalitas adalah terapi utama dalam keperawatan jiwa. Tetapi diberikan dalam upaya meng ubah perilaku klien dan perilaku yang maladaptif menjadi perilaku adaptif. Jenis terapi modalitas meliputi psikoanalisis, psikoterapi, terapi kelompok, terapi keluarga, terapi rehabilitas, terapi psikodrama, terapi lingkungan (Stuart, 2007) dalam (Ida, 2014) c. Pengobatan a. Intervensi Keperawatan 1) Tujuan a) Pasien mampu mengenali halusinasi yang dialaminya: isi, frekuensi, waktu terjadi, situasi pencetus, perasaan, respon. b) Pasien



mampu



mengontrol



halusinasi



dengan



cara



menghardik



c) Pasien mampu mengontrol halusinasi dengan cara menggunakan obat d) Pasien



mampu



mengontrol



halusinasi



dengan



cara



bercakap-cakap



e) Pasien mampu mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktivitas 2) Tindakan Keperawatan a) Mendiskusikan dengan pasien situasi pencetus, perasaan,



isi, frekuensi, waktu terjadi, respon terhadap halusinasi



b) Menjelaskan



cara



dan



melatih



mengontrol



halusinasi:



i.



Menghardik halusinasi Menjelaskan cara mengha rdik halusinasi, memperagakan cara menghardik, meminta pasien memperagakan ulang, mamant au penerapan cara ini, dan menguatkan perilaku pasien.



ii.



Menggunakan obat secra teratur Menjelaskan pentingnya pe nggunaan obat, jelaskan bila obat tidak digunakan sesuai program, jelaskan akibat bila putus obat, jelakan cara menggunakan obat 11



dengan prnsip 6 benar (benar jenis, guna, frekuensi, cara, kontinuitas, minum obat)



iii.



Bercakap-cakap dengan orang lain



iv.



Melakukam aktivitas yang terjadual Menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur, mendiskusikan aktivitas ya ng biasa dilakukan oleh pasien, melatih pasien melakukan aktivitas, menyusun jadual aktivitas sehari-hari sesuai dengan jadual yang telah dilatih, memantau jadual pelaksanaan kegiatan, memberikan reinforcement



b. Tindakan Keperawatan Halusinasi (keluarga) 1) Tujuan a) Keluarga rumah.



mampu



mengenal



masalah



b) Keluarga mampu menjelaskan jenis, tanda dan gejala halusinasi c) Keluarga



mampu



d) Keluarga e) Keluarga follow-up



merawat



halusinasi dan proses



pasien



mampu mampu



merawat



dengan



menciptakan



memanfaatkan pasien



fasilitas dengan



pasien



di



(pengertian, terjadinya). halusinasi lingkungan



kesehatan untuk halusinasi.



2) Tindakan keperawatan a) Diskusikan merawat b) Berikan halusinasi, halusinasi,



masalah



yang



harus



diahadapi



keluarga



penjelasan kesehatan meliputi: jenis halusinasi yang dialami, tanda proses terjadinya



c) Jelaskan dan latih cara mengalami halusinasi: bercakap-cakap, 12



me



dalam pasien



pengertian dan gejala halusinasi.



rawat anggota keluarga yang menghardik, minum obat, melakukan aktivitas.



d) Diskusikan mencegah



cara



menciptakan lingkungan terjadinya



e) Diskusikan



tanda



dan



f) Diskusikan terdekat



pemanfaatan



fasilitas



DAFTAR PUSTAKA



13



gejala pelayanan



yang



dapat halusinasi



kekambuhan kesehatan



https://www.scribd.com/doc/229979073/makalah-skizofrenia http://eprints.umpo.ac.id/5381/3/BAB%202.pdf https://www.alodokter.com/skizofrenia/diagnosis https://www.halodoc.com/artikel/5-pekerjaan-yang-tinggi-risikomendapatkan-gangguan-jiwa https://www.halodoc.com/kesehatan/skizofrenia



14