Rangkuman Skizofrenia [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SKIZOFRENIA 1. Definisi Skizofrenia merupakan penyakit gangguan mental yang parah dan kronis sehingga dapat mempengaruhi cara seseorang dalam berpikir, bertingkah laku, maupun berperasaan (merasakan terhadap suatu hal). Pasien yang menderita skizofrenia mengalami kehilangan kontak dengan kenyataan yang ada dan gejalanya dapat sampai membuat pasien mengalami kelumpuhan (The National Institute of Mental Health Information Resource Center, 2016). 2. Anatomi Fisiologi Pada kondisi normal, kondisi otak dapat dilihat pada gambar berikut:



Terdapat 4 jalur Dopamine pada Otak 1. Jalur nigrostriatal : dari substantia nigra ke basal ganglia. Mempunyai fungsi dalam gerak motorik. 2. Jalur mesolimbik : dari tegmental area menuju ke sistem limbik. Mempunyai fungsi dalam memori, sikap, kesadaran, proses stimulus 3. Jalur mesocortical : dari tegmental area menuju ke frontal cortex. Mempunyai fungsi dalam kognisi, fungsi sosial, komunikasi, respons terhadap stress 4. Jalur tuberoinfendibular : dari hipotalamus ke kelenjar pituitari. Mempunyai fungsi dalam pelepasan prolactin (Baehr, 2005).



Pada pasien penderita skizofrenia, terdapat perubahan struktur otak seperti pada gambar berikut:



(DeLisi, et al, 2006). Penderita mengalami: pengurangan volume seluruh otak (materi abu - abu dan materi putih); penurunan volume lobus frontal dan temporal kanan kiri; peningkatan volume ventrikel lateral (Medscape, 2019).



3. Patofisiologi Pada penderita schizophrenia beberapa kondisi anomali pada anatomi tubuhnya, seperti ventrikel agak lebih besar dari normal; penurunan volume otak di daerah temporal medial; dan ada perubahan pada daerah hipokampus. Terdapat pula kelainan anatomi dalam jaringan neokortikal dan daerah limbik serta saluran substansi putih, dimana 2 jaringan saluran substansi putih pada penderita schizophrenia berkurang. Penderita juga mengalami penurunan volume lobus prefrontal dan temporal kiri dan kanan (Medscape, 2019). Penderita juga mengalami anomali pada sistem neurotransmitter, lalu mengakibatkan terjadinya beberapa gejala dan dampak, diantaranya: 1. Gejala positif



Akibat dari gangguan fungsi neurotransmiter, utamanya pada produksi dopamin yang berlebih atau terhambatnya proses reuptake dopamin (aktivitas hiperdopaminergik). Dopamin berperan dalam kognitif, mood, perhatian dan proses belajar. Sehingga dapat menyebabkan gangguan pada pola pikir, pergerakan, delusi, halusinasi dan paranoid (American Psychiatric Association, 2000). 2. Gejala Negatif Dapat terjadi karena kurangnya aktivitas dopamin (hipodopaminergik). Tetapi juga dapat disebabkan oleh gangguan neurotransmitter gamma aminobutyric acid (GABA), serotonin dan asetilkolin. Dimana GABA adalah inhibitor neurotransmitter utama pada sistem saraf dan berperan dalam produksi endorfin. Pada kondisi normal GABA memberikan efek relaksasi, tetapi dalam keadaan abnormal pada produksi atau distribusinya dapat menyebabkan gejala negatif yaitu berkurangnya fungsi emosi, berkurangnya kemampuan berbicara, hilangnya minat / ketertarikan (American Psychiatric Association, 2000). 3. Glutamatergik dsyfunction “glutamate excito-toxicity” dimana kadar glutamat berlebihan dapat menyebabkan degenerasi dan disfungsi neuronal (Anurogo et al, 2014). Selain itu, defisiensi glutamat juga dapat memproduksi gejala yang mirip dengan hiperaktifitas dopaminergic (Dipiro et al, 2015). 4. Serotonin Abnormalities Penurunan aktivitas serotonin berkaitan dengan peningkatan aktivitas dopamin. Kekurangan serotonin akan menyebabkan berbagai gejala perilaku.Pasien skizofrenia yang mempunyai scan otak abnormal, mempunyai konsentrasi 5-HT yang tinggi pada darah yang menyebabkan meningkatnya ukuran pembuluh darah (Dipiro et al, 2015). Pendedrita skizofrenia juga akan mengalami penurunan kekebalan tubuh. Pasien skizofrenia mengalami peningkatan kadar sitokin proinflamasi yang mengaktifkan jalur kynurenine, dimana tryptophan dimetabolisme menjadi asam kynurenic dan quinolinic; asam-asam ini mengatur aktivitas reseptor NMDA dan mungkin juga terlibat dalam regulasi dopamin. Resistensi insulin dan gangguan metabolisme, yang umum terjadi pada pasien skizofrenia, berkaitan dengan peradangan. Dengan demikian, peradangan



berkaitan dengan psikopatologi skizofrenia dan gangguan metabolisme yang terlihat pada pasien dengan skizofrenia (Medscape, 2019). 4. Gejala Terdapat beberapa jenis gejala pada penderita skizofrenia, diataranya: 1. Gejala Episodik Akut 



Out of Touch (Tidak berhubungan dengan dunia luar)







Halusinasi







Delusi (Memegang keyakinan yang salah)







Tindakan dipengaruhi pengaruh luar







Proses berpikir terputus







Ambivalensi (Pikiran kontradiktif)







Autisme (pemikiran yang ditarik dan diarahkan ke dalam)







Tidak kooperatif







Sulit merawat diri sendiri







Tidur dan nafsu makan terganggu. (Dipiro et al, 2015).



2. Gejala positif 



Delusi atau waham (suatu keyakinan yang salah karena bertentangan dengan kenyataan)







Halusinasi







Muncul kebiasaan aneh







Gaduh, gelisah, tidak dapat diam







Merasa dirinya hebat dan serba bisa







Selalu merasa curiga







Menyimpan rasa permusuhan (Dipiro et al, 2015).



3. Gejala negatif 



Alam perasaan yang datar (wajah tidak berekspresi)







Menarik diri, sukar diajak bicara, pendiam, pasif dan apatis







Kehilangan dorongan kehendak dan tidak ada inisiatif







Berpikiran stereotip (berpikiran berdasarkan persepsi)







Alogia (menurunnya kefasihan berpikir dan berbicara)







Avolition (hilangnya motivasi)







Anhedonia (menurunnya kemampuan untuk merasakan kesenangan)







Menurunnya kemampuan untuk fokus terhadap sesuatu (Dipiro et al, 2015).



5. Terapi Farmakologi Algoritma Farmakoterapi skezofrenia dapat dilihat pada bagan berikut: (Dipiro et al, 2017).



(Dipiro et al, 2015). Penatalaksanaan penyakit skizofrenia antara lain: 1. Terapi Awal Tujuan terapi selama 7 hari pertama untuk menurunkan agitasi, rasa curiga, kecemasan, dan agresi serta mengembalikan pola makan dan tidur. Setelah 1 minggu diberi dosis yang stabil, dan dapat ditingkatkan. Jika tidak ada perbaikan terapi selama 3-4 minggu maka dapat dipertimbangkan untuk pindah tahap 2. Terapi Stabilisasi Tujuan terapi selama minggu ke 2-3 adalah untuk meningkatkan sosialisasi, kebiasaan untuk merawat diri sendiri dan kestabilan suasana hati. Perbaikan dalam hal gangguan pemikiran formal memerlukan waktu tambahan 6 hingga 8 minggu. 3. Terapi Penjagaan Pengobatan tetap dilanjutkan setidaknya untuk 12 bulan setelah membaiknya episode pertama psikotik. .Antipsikotik harus dikurangi secara pelan-pelan sebelum dihentikan



(Dipiro et al, 2015). Secara umum obat skizofrenia terbagi menjadi dua jenis, yaitu: (1) Antipsikotik Generasi Pertama (AGP/Tipikal) dan (2) Antipsikotik Generasi Kedua (AGK/Atipikal). Pada pengobatan zaman sekarang lebih banyak digunakan generasi kedua karena mempunyai efek samping yang lebih sedikit. Hal ini terjadi karena pada AGP memblokade hampir semua jalur dopamine, sehingga efek samping yang dihasilkan lebih banyak.



6. Terapi Non-Farmakologi Terdapat beberapa upaya non-farmakologi yang dapat dilakukan untuk membantu pasien skizofrenia menghadapi penyakitnya, antara lain: 



Social skills training : Terapi yang fokus untuk meningkatkan komunikasi dan interaksi sosial







Rehabilitation: Untuk peningkatan fungsi adaptif pasien dan memberikan dukungan emosional kepada pasien







Family education: Penelitian menunjukkan bahwa pasien yang mendapatkan dukungan kuat dapat melakukan lebih baik daripada yang tidak mendapatkan dukungan dari keluarga dan teman.







Coordinated specialty care (CSC): Untuk penderita yang baru pertama kali mengalami episode psikosis. Pada terapi ini dibuat tim yang menggabungkan pengobatan dan terapi psikologis, mencakup layanan sosial dan ketenagakerjaan dan peran serta keluarga.







Assertive community treatment (ACT): Bantuan personal untuk membantu penderita skizofrenia menghadapi tantangan hidup sehari-hari, seperti minum obat. Para profesional ACT juga membantu mereka menangani masalah secara proaktif dan bekerja untuk menghindari krisis.







Social recovery therapy: Perawatan ini membantu penderita menetapkan dan mencapai tujuan serta membangun rasa optimisme dan keyakinan positif tentang diri mereka sendiri dan orang lain. (WebMD, 2019)



7. Monitoring dan Evaluasi Monitoring yang dapat dilakukan terhadap pasien antara lain: 1.Pemberian obat antipsikotik atau obat untuk mengobati gejala-gejala depresi dan kecemasan 2.Dilakukannya konseling Keluarga pasien untuk mengerti tentang penyakit pada pasien 3.Dapat dirawat dirumah dengan keluarga dan diberikan perhatian khusus ke pasien 4.Jika pasien sudah mulai meresahkan atau membahayakan, dapat di rawat inap di rumah sakit jiwa 5.Diberikan terapi individu agar pasien dapat mengendalikan skizofrenia 6.Diajarkan kembali cara untuk bersosialisasi dengan masyarakat 7.Monitoring kondisi tubuh: BMI, glukosa plasma, lemak, dan peningkatan prolaktin atau disfungsi seksual dan cardiac monitoring (Gaebel et al., 2012) *Monitoring berat badan setiap bulan selama 3 bulan, monitoring indeks massa tubuh (BMI), lingkar pinggang, tekanan darah, glukosa plasma puasa, dan profil lipid puasa pada akhir 3 bulan dan setiap tahun ( Dipiro, 2015) Evaluasi pengobatan pasien skizofrenia antara lain: 1. Medication Event Monitoring System (MEMS®) Standar utama yang digunakan untuk mengevaluasi efek obat yang digunakan pasien skizofrenia (Misdahri et al, 2018). 2. Medication Adherence Rating Scale (MARS) Kuisioner berisikan pertanyaan “Ya” atau “Tidak” sebanyak 10 poin yang menunjukkan kebiasaan, kepatuhan, serta dampak negatif dari obat yang digunakan oleh pasien (Saba et al, 2019). 8. Fitoterapi Terdapat beberapa tanaman herbal yang dapat digunakan sebagai alternatif pengobatan skizofrenia, diantaranya adalah: 1. Ginko Biloba 2. Ginseng



3. Daun Ashwaganda 4. Akar Kava (WebMD, 2019).



DAFTAR PUSTAKA Adnyana, I. K., Andrajati, R., Setiadi, A. P., Sigit, J. I., Sukandar, E. Y. 2008. ISO Farmakoterapi. Jakarta : PT. ISFI Penerbitan American Psychiatric Association. 2000. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV-TR). 4th ed. Washington, DC: American Psychiatric Press. DeLisi, L.E., Szulc, K.U., Bertisch, H.C., Magda, M., and Kyle, B. 2006. Understanding Structural Brain Changes in Schizophrenia. Dialogues Clin Neurosci. Vol. 8 (1) : 71 - 78. Dipiro, J.T., Wells, B.G., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Posey, L.M., 2015,Pharmacotherapy, 6th Edition, Appleton ang Lange, New York.1-13. DiPiro,J.T., Robert L.T., Gary C.Y.e, Gary R.M., Barbara G.W., L. Michael P. 2012. Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach. 8th Edition. New York : McGraw-Hill DiPiro,J.T., Robert L.T., Gary C.Y.e, Gary R.M., Barbara G.W., L. Michael P. 2017. Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach. 10th Edition. New York : McGraw-Hill DrugBank.



2019.



Risperidone.



Available



at:



https://www.drugbank.ca/drugs/DB00734



[Accessed 21 May 2019]. DrugBank. 2019. Ziprasidone. Available at: https://www.drugbank.ca/drugs/DB00246 [Diakses pada 21 Mei 2019] Food and Drug Association (FDA). 2019. ABILIFY (Aripiprazole). Available at: https://www.accessdata.fda.gov/drugsatfda_docs/label/2005/021713s004,021436s007lbl.pd f [Accessed 21 May 2019]. Gaebel, W., Becker, T., Janssen, B., Munk-Jogersen, P., Musalek, M., Rossler, W., et al., 2012. EPA Guidance on The Quality of Mental Health Services, European Psychiatry 27: 87113. Medscape. 2019. Schizophrenia. Available at: https://emedicine.medscape.com/article/288259overview#a3. [Accessed 19 Mei 2019]. Pusat



Informasi



Obat



Nasional



(PIONas).



2015.



Aripiprazol.



http://pionas.pom.go.id/monografi/aripiprazol [Diakses pada 21 Mei 2019].



Tersedia



di:



Pusat



Informasi



Obat



Nasional



(PIONas).



2015.



Risperidon.



Tersedia



di:



Tersedia



di:



http://pionas.pom.go.id/monografi/risperidon [Diakses pada 21 Mei 2019]. Pusat



Informasi



Obat



Nasional



(PIONas).



2015.



Ziprasidon.



http://pionas.pom.go.id/monografi/ziprasidon [Diakses pada 21 Mei 2019] Thompson K, Kulkarni J, Sergejew AA. Reliability and validity of a new Medication Adherence Rating Scale (MARS) for the psychoses. Schizophr Res 2000;42:241–7. The National Institute of Mental Health Information Resource Center. 2016. Schizophrenia. Available at https://www.nimh.nih.gov/health/topics/schizophrenia/index.shtml. [Accessed 20 May 2019].