5 0 124 KB
STUDI KASUS INFEKSI SALURANNAPAS AKUT DI PUSKESMAS BINAMU KOTA
A.
Latar Belakang InfeksiSaluranPernapasanAkut(ISPA)
adalahsuatukelompokpenyakitpenyebabangkaabsensitertinggibiladibandingkande nganpenyakit lain. ISPA yang mengenaisaluranpernapasanbawah, misalnya bronchitis,
bilamenyerangkelompokumurtertentu,
anakakanmemberikangambaranklinik
yang
khususnyabayidananakberatdansering
kali
berakhirdengankematian. InfeksiSaluranPernapasanAkut (ISPA) merupakansatumasalahkesehatan yang masihmenjadiperhatian, baik di negaraberkembangmaupunnegaramaju. Hal inidisebabkankarenamasihtingginyaangkakesakitandanangkakematiankarena ISPA khususnyapneumoni, terutamapadabayidanbalita.
B.
Permasalahan Di Masyarakat Berdasarkan data “World Health Statistic 2009” angkakematianbalita yang
disebabkanolehpneumoniuntuk Negara-negara ASEAN yakni 50 per 1000 kelahiranhidup,
hanya
Myanmar,
Kamboja,
dan
Laos
yang
memilikiangkakematianbalita di atas 50 per 1000 kelahiranhidup. Sementara Indonesia
menempatiperingkat
ke-4
tertinggikematianbalitadalamkawasan
ASEAN. InfeksiSaluranPernapasanAkut
(ISPA)
terutamapneumonimerupakanpenyebabkematiantertinggikeduapadabayidanbalita di
Indonesia.MenuruthasilSurveiKesehatanNasional
(SURKESNAS),
AngkaKematianBayi (AKB) di Indonesia padatahun 2001 sebesar 50 per 1000 kelahiranhidup, danpadatahun 2002 sebesar 45 per 1000 kelahiranhidup. AngkaKematianBayimenuruthasilSurveiDemografiKesehatan Indonesia (SDKI) 2002-2003 terjadipenurunan yang cukupbesar, yaitumenjadi 35 per 1000 kelahiranhidup.Sementarahasil SDKI 2007 hasilnyamenurunlagimenjadi 34 per
1000 kelahiranhidup, angkainijauhdari yang diproyeksikanolehDepkes RI yaknisebesar
26,89
per
1000
kelahiranhidup.
SedangkanuntukAngkaKematianBalita (AKABA) padatahun 2001 sebesar 64 per kelahiranhidup.Padatahun 2007 AKABA menurunmenjadi 44 per kelahiranhidup. Di Sulawesi Selatan, AngkaKematianBayi (AKB) 2002-2003 sebesar 47 per kelahiranhidup. HasilSusenas 2006 menunjukkan AKB di SulSelpadatahun 2005 sebesar 36 per 1000 kelahiranhidup, danhasil SDKI 2007 menunjukkanangka 41 per 1000 kelahiranhidup. SedangkanAngkaKematianBalita (AKABA) padatahun 2003 sebesar 72 per kelahiranhidup, tahun 2004 sebesar 51 per kelahiranhidup, danpadatahun 2007 sebesar 53 per kelahiranhidup. InfeksiSaluranPernapasanAkut
(ISPA)
selainsebagaisalahsatupenyebabkematiantertingggipadabayidanbalita, jugamerupakanpenyebabpertamakunjunganpasienkesaranakesehatan.Menurutsum berDitjenYanmedikDepkes RI penderitarawatjalan di rumahsakit di Indonesia padatahun 2002 adalahpenyakit ISPA denganjumlahkasus 974.455 danpadatahun 2007 sebanyka 1.748.258 kasus. Di Propinsi Sulawesi Selatan padatahun 2008 tercatatkasuspneumonisebanyak 8.081.
C.
Pemilihan Intervensi Oleh karena permasalahan di atas, makadiadakankegiatanintervensiISPA
agar
dapatmencegahdanmengobatipenderita
datangberobat
di
kesulitanbernafas,
poliklinikPuskesmasBinamu
ISPA. Kota
Pasien-pasien
yang
dengankeluhanbatuk,
pilekdanmemilikiriwayatkeluargadengankeluhan
yang
samaakandiberikanpengobatandaneduaksisesuaiderajatpenyakitnya
D.
Pelaksanaan Kegiatan inidilakukan di Puskesmas Binamu Kota selama periode Juni 2017
- September 2017.Selama periode in iditemukan banyak kasus dengan suspek ISPA, akan tetapi dalam laporan ini hanya akan membahas salah satu pasien ISPA yang di-intervensi.
Pasien an. A, laki-laki, umur 13 tahun dating dengan keluhan batuk. Batuk ini sudah dirasakan selama kurang lebih 3 hari yang lalu. Batuk berdahak dengan warna dahak putih. Pasien juga merasakan pilek, demam, serta nyeri kepala yang juga sudah berlangsung kurang lebih 3 hari yang lalu. Mual dan muntah disangkal, sakit perut disangkal, buang air kecil dan buang air besar seperti biasa. Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama disangkal. Pada pemeriksaan fisik ditemukan suhu tubuh 38 C, pada hidung tampak rhinore, dan pada auskultasi thoraks didapatkan ronkhi, yang lain dalam batas normal. Dari hasil ananmesis dan pemeriksaan fisis, dapat ditegakkan diagnose ISPA. Setelah diagnosis ditegakkan, maka dilakukanlah intervensi terhadap pasien berupa pengobatan dan edukasi mengenai pola hidup sehat. Pengobatan yang diberikan berupa paracetamol syr, amoxicillin syr, ambroxol, efedrin, CTM, vit.C, dikonsumsi selama 3 hari. Edukasi yang diberikan berupa menjaga kebersihan dengan senantiasa membuang lendir di toilet, ketika batuk senantiasa menutup mulut, menghindari makanan dan minuman yang dapat memperparah penyakit seperti air es dan gorengan, makan makanan bergizi dan minum air putih minimal 8 gelas sehari untuk meningkatkan daya tahan tubuh, serta istirahat yang cukup.
E.
Evaluasi Setelah dilakukan rawat jalan pasien di rumah selama tiga hari, didapatkan
batuk pilek berkurang dan demam pada pasien mulai menurun. Edukasi tetap diberikan dengan menyarankan agar pasien tetap menjaga pola hidup bersih dan sehat, bukan hanya untuk pasien sendiri, tetapi juga untuk keluarganya.
Peserta
Pendamping
dr. Sri hardianti
dr. Imam Sofingi NIP. 19770828 200902 1 004
Allu, September