Laporan Kegiatan Study Tour [PDF]

  • Author / Uploaded
  • snmb
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB 1 PENDAHULUAN



1.1. Latar Belakang Pelaksanaan study tour atau kunjungan tempat-tempat bersejarah yang ada di Makassar - Gowa merupakan kegiatan wajib sekolah bagi kelas XI. Karya Wisata atau study tour adalah kegiatan wisata yang dilakukan dengan tujuan untuk menambah pengetahuan siswa serta menambah pengalaman. Setelah karya wisata kami laksanakan, siswa diwajibkan untuk membuat karya tulis. Karya tulis adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dilaksanakan. Laporan karya tulis ini merupakan tugas bagi kelas XI Mipa 4 SMAN 15 Makassar. Dalam penyusunan karya tulis ini, siswa diharapkan dapat melaporkan segala pengetahuan dan pengalamannya yang diperoleh selama menjalankan study tour ini. Adapun objek wisata yang penulis tuju adalah Kompleks Makam Sultan Hasanuddin, Museum Balla Lompoa, Benteng Sompa Opu, dan Benteng Fort Rotterdam merupakan salah satu objek wisata yang cocok sekali untuk di jadikan study pengamatan, karena tempat ini memiliki sejarah di MakassarGowa yang tepat bagi pelajar untuk diamati. Tempat ini banyak sekali peninggalan-peninggalan zaman Kerajaan Gowa- Tallo



yang sangat



bermanfaat untuk dipelajari. Keindahan pemandangan alam yang ada di Kompleks Makam Sultan Hasanuddin dan Benteng Sompa opu serta



1



peninggalan-peninggalan bersejarah di Museum Balla Lompoa dan Benteng For Rotterdam sangat memikat para wisatawan untuk mengunjunginya dan banyak nilai manfaat yang positif. Penulis mengharapkan dari adanya penulisan karya tulis ini pembaca terdorong untuk bisa lebih mencintai bangsa Indonesia tercinta setelah mengetahui lebih banyak cerita dari sejarah Kerajaan Gowa- Tallo.



1.2. Rumusan Masalah 1. Sejarah apa yang ada di Kompleks Makam Sultan Hasanuddin? 2. Sejarah dan peninggalan apa saja yang dimiliki Museum Balla Lompoa? 3. Bagaimana sejarah terbentuknya Benteng Somba Opu? 4. Sejarah pembangunan Fort Rotterdam sejak awal didirikannya? 1.3. Tujuan Kegiatan 1. Memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Sejarah Indonesia. 2. Menambah wawasan dan pengetahuan siswa khususnya di dalam bidang sejarah yang ada di Makassar-Gowa. 3. Menambah pengalaman dan wawasan bagi para siswa 4.



Menumpukkan rasa cinta terhadap tanah air dan bangsa



1.4. Waktu Kegiatan Kegiatan ini dilaksanakan pada : Sabtu, 7 april, 2018.



2



1.5. Tempat Kegiatan study tour 1. Kompleks Makam Sultan Hasanuddin 2. Museum Balla Lompoa. 3. Benteng Somba Opu. 4. Benteng Fort Rotterdam.



1.6. Peserta Study Tour Kegiatan study tour ini diikuti oleh siswa dari kelas XI MIPA 4 dan kelas XI MIPA 5.



3



BAB 2 PEMBAHASAN 2.1. Sejarah yang Ada di Kompleks Makam Raja-Raja Gowa



1. Asal-usul Kerajaan Gowa Kompleks Makam Raja-Raja Gowa merupakan tempat yang paling bersejarah di Kerajaan Gowa. Kerajaan Gowa awalnya bermula dari tempat ini. Berdasarkan hasil penelitian sejarah, dapat diketahui bahwa munculnya nama Gowa dimulai pada tahun 1320 yakni pada masa pemerintahan Raja Gowa pertama yaitu seorang Putri yang cantik jelita bernama Tumanurunga. Sebelum datangnya Tumanurung di Butta Gowa yakni pada masa Gowa Purba, dapat diketahui bahwa ada empat Raja yang pernah mengendalikan Gowa yakni:



4



1. Batara Guru 2. Saudara Batara Guru yang dibunuh oleh Tatali (tak diketahui nama aslinya) 3. Ratu Supu atau Marancai 4. Karaeng Katangka yang nama aslinya juga tidak diketahui Saat itu Gowa masih terdiri dari sembilan negeri kecil yang kini lebih dikenal dengan istilah Kasuwiang Salapanga. Kesembilan negeri tersebut mengikatkan diri dalam bentuk persekutuan atau pemerintahan federasi dibawa pengawasan Paccallaya (Ketua Dewan Pemisah). Walaupun mereka bersatu, tetapi ke sembilan negeri tersebut sering dilanda perang saudara antara Gowa di bagian utara dan Gowa di bagian selatan. Paccallaya sebagai ketua federasi tak sanggup mengatasi peperangan tersebut. Untuk mengatasi perang saudara tersebut, diperlukan seorang pemimpin yang kharismatik dan dapat diterima oleh kesembilan kelompok tersebut. Terdengarlah berita orang Paccallaya, bahwa ada seorang Putri yang turun di atas bukit Tamalate tepatnya di Taka’bassia. Saat penantian, orang-orang yang berada di Bonto Biraeng melihat seberkas cahaya dari utara bergerak perlahan-lahan turun menuju Taka’bassia atau batu hitam. Paccallaya bersama ke sembilan Kasuwiang bergegas ke Taka’bassia



dan



mereka



duduk



mengelilingi



taka’bassia



sambil



bertafakkur. Ketika cahaya itu turun di Taka’bassia kemudian menjelma



5



menjadi seorang Putri cantik. Karena tidak diketahui asal-usulnya, beliau dipercaya datang dari Negeri Kahyangan turun di tempat ini. Baik Paccallaya maupun Kasuwiang tak mengetahui nama putri tersebut, sehingga mereka sepakat memberi nama Tumanurung Bainea atau Tumanurung, artinya orang (wanita) yang tidak diketahui asal usulnya. Karena Putri Ratu tersebut memiliki keajaiban, Paccallaya dan Kasuwiang Salapang sepakat untuk mengangkat Tumanurung sebagai rajanya. Paccallaya kemudian mendekati Tumanurunga seraya bersembah “Sombangku!” (Tuanku), kami datang semua ke hadapan sombangku, kiranya sombangku sudi menetap di negeri kami dan menjadi raja di negeri kami. Permohonan Paccallaya tersebut dikabulkan, dan berseru “Sombai Karaengnu tu Gowa (Sombalah rajamu hai orang Gowa). Baik Kasuwiang maupun warga yang ada di sekitar itu berseru “Sombangku”. Setelah Tumanurunga resmi menjadi Raja Gowa pertama pada tahun 1320 negeri Gowa kembali menjadi aman. Diriwayatkan, bahwa Raja Tumanurunga kemudian kawin dengan Karaeng Bayo, seorang pendatang yang tidak diketahui asal muasal dan negerinya. Dari perkawinan tersebut lahirlah Tumassalangga Baraya yang menjadi Raja Gowa kedua (1345-1370) setelah pemerintahan ibunya. Diriwayatkan bahwa sejak raja Gowa pertama hingga raja Gowa VIII Pakere’-Tau Tunijallo dipusatkan di Tamalate ialah tempatnya dibangun istana Raja Gowa Pertama dan



6



merupakan ibu kota pertama kerajaan Gowa sebelum berpindah ke Somba Opu. 2. Batu Pelantikan Raja (Batu Pallantikang) Batu petantikan raja (batu pallantikang) terletak di sebelah tenggara Kompleks Makam Tamalate. Dahulu, setiap penguasa baru Gowa-Tallo di sumpah di atas batu ini. Batu pallantikang sesungguhnya merupakan batu alami tanpa pembentukan, terdiri dari satu batu andesit yang diapit 2 batu kapur. Batu andesit merupakan pusat pemujaan yang tetap disakralkan masyarakat sampai sekarang. Pemujaan penduduk terhadap ditandai dengan banyaknya sajian di atas batu ini. Mereka meyakini bahwa batu tersebut adalah batu dewa dari kayangan yang bertuah.



Batu Pelantikan Raja (Batu Pallantikang) Di Tenggara Kompleks Makam Tamalate, Katangka



7



3. Makam Raja-Raja Gowa Pintu untuk memasuki kompleks pemakaman terletak di sebelah kiri dan terlihat sebuah meriam tembaga dari abad ke-16 dan ditemukan bersamaan dengan penemuan makam sultan hasanuddin ini. Makam dari raja-raja gowa di buat seperti celah kecil agar saat menziarahi makam tersebut kita harus jongkok sebagai tanda penghormatan kepada raja-raja Gowa karena masyarakat terdahulu percaya bahwa Para Raja-Raja Gowa tidak Meninggal melainkan Hanya Tertidur itulah ada Raja yang di gelari Karaeng Pattinroang.



1. Makam Sultan Hasanuddin yang diatasnya terdapat patung ayam jago (Jantan) yang melambangkan bahwa Sultan Hasanuddin sebagai Raja yang Pantang Menyerah dalam Menghadapi musuhmusuhnya. Di pintu masuk tertulis nama Sultan Hasanuddin Bergelar



8



Mallombasi Daeng Mattawang Karaeng Bontomangape Mohammad Bakir Tumenanga Riballa Pangkana. 2. Sementara Disebelah barat terdapat makam sang Ayahanda Raja Gowa Ke-15 yaitu Muhammad Said : gelar Manuntungi Daeng Matolla Karaeng Ujung Karaeng Lakiyung Sultan Malikussaid. 3. Di sebelah Kiri Ke bagian selatannya ada makam Raja Gowa ke-11 yang Bergelar : Taji Barani Daeng Marompa.



9



2.2. Sisa Peninggalan yang dimiliki Museum Balla Lompoa Museum ini berfungsi sebagai tempat menyimpan koleksi benda-benda Kerajaan Gowa. Benda-benda bersejarah tersebut dipajang berdasarkan fungsi umum setiap ruangan pada bangunan museum. Benda-benda bersejarah yang dimiliki Museum ini yaitu ada Baju Bodo dan Naskah Lontar



1. Baju Bodo



Warna tentu mempunyai arti dari setiap karakteristiknya, demikian pula dengan warna baju bodo. Baju bodo merupakan nama jenis kostum atau pakaian adat yang terdapat di Sulawesi selatan, pakaian ini juga digunakan di dalam pelaksanaan tari tradisional yang hampir menyebar ke setiap suku di wilayah Sulawesi selatan.



10



1. Umur 25-40 tahun : Memakai Waju Tokko warna hitam. Adanya perbedaan dalam starata kebangsawanan menjadikan adanya aturan pemakaian baju tokko tersebut. 2. Baju bodo berwarna putih : Digunakan oleh para inang/pengasuh raja atau para dukun atau bissu. Para bissu memiliki titisan darah berwarna putih. 3. Baju bodo berwarna Hijau: Hanya boleh dipakai oleh Para bangsawan dan keturunannya yang dalam bahasa Bugis disebut maddara takku (berdarah bangsawan), dan hanya boleh dipakai oleh para putri-putri raja. 4. Baju bodo berwarna Ungu (Kemummu) : Dipakai oleh para janda, menilik pada arti ganda dari kata kemummu itu sendiri.



11



2. Naskah Lontar



Menurut sejarah, aksara lontara pertama kali dibuat oleh Daeng Pammate pada abad 14 silam. Seorang putra Gowa kelahiran Lakiung yang hidup pada masa pemerintahan Karaeng Tumapa’risi Kallonna. Ia terkenal dengan kepandaiannya, sehingga ia diberi amanah oleh Karaeng Tumapa’risi Kallonna untuk menjabat sebagai syahbandar dan Tumailalang (Urusan Dalam Negeri) kerajaan Gowa. Aksara yang dibuat oleh Daeng Pammate tersebut pada mulanya bernama Lontara Toa atau Lontara Jangang-Jangang, karena bentuknya yang menyerupai burung (jangang-jangang). Tapi lama kelamaan, karena terpengaruh dengan budaya Islam yang mulai dianut oleh 12



kalangan istana pada abad ke 19, maka aksara tersebut mengalami perbaikan dan penyempurnaan menjadi Lontara Bilang-Bilang seperti yang ada hingga sekarang ini.



2.3. Sejarah Terbentuknya Benteng Somba Opu



Benteng Somba Opu adalah benteng utama Kerajaan Gowa. Didirikan atas perintah raja Gowa IX , Karaeng Tumapa’risi’ Kallonna. Untuk membentengi kota Somba Opu dengan dinding tanah liat. Pembangunan itu dilanjutkan oleh Sultan Hasanuddin dan raja-raja sesudahnya. Sehingga Benteng Somba Opu menjadi sebuah benteng yang sangat kuat. Benteng somba opu berbentuk segi empat, tiap sisinya berukuran kurang lebih 2 kilo meter dengan tinggi 7-8 meter, tebalnya rata-rata 12 kaki. Terdapat 4 buah selokoh berbentuk setengah lingkaran untuk menempatkan senjata-senjata berat, seperti meriam. Sebuah selokoh paling besar terdapat pada sudut barat laut yang diberi nama Baluwara Agung. Di Baluwara Agung



13



inilah di tempatkan meriam besar yang dimiliki oleh Kerajaan Gowa yang dikenal dengan nama Meriam Anak Makassar. 2.4. Sejarah Pembangunan Fort Rotterdam



Bangunan yang juga disebut Benteng Ujung Pandang atau Benteng Panyyua itu dibangun pada tahun 1545 oleh Raja Gowa ke-9, I Manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tumapa 'risi' Kallonna. Semula, Kerajaan Gowa Tallo memiliki 17 buah benteng dan Benteng Ujung Pandang lah yang paling megah.



Kerajaan



Gowa



setelah



Benteng



Fort



Rotterdam ini jatuh ke tangan Belanda, semua itu akibat realisasi dari Perjanjian Bungayya. Sebelum diduduki Belanda, Benteng Fort Rotterdam ini didalamnya terdapat rumah khas tradisional Makassar. Pada tahun 1986 Benteng Ujung Pandang dibangun kembali dan ditata sesuai dengan arsitektur Belanda. Sejak saat itu, nama benteng pun berubah menjadi Fort Rotterdam yang tidak lain merupakan daerah



14



kelahiran Cornelis Speelman di Belanda. Pada masa ini, benteng dijadikan sebagai pusat pemerintahan dan penampungan rempah-rempah Belanda di Indonesia. Dari sinilah awal mula cengkraman Belanda setelah Perjanjian Bungayya dan Belanda menjadikan pusat aktivitas Pemerintahan, pusat perdagangan, dan tempat tahanan bagi orang-orang yang menentang kebijakan Belanda. Jadi, didalam Benteng ini juga ada banyak beberapa sudut itu terdapat ruang tahanan. Benteng ini adalah salah satu benteng pengawal untuk melindungi Benteng Sompa Opu sebagai Kota Raja dan hanya ini yang tersisa sejak penandatanganan Perjanjian Bungayya itu, kemudian Benteng yang lainnya dihancurkan. Inilah yang kemudian menjadi Kota setelah Somba Opu dihancurkan, maka Kota Makassar oleh Belanda dipindahkan ke Benteng ini.



15



BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan Dari data pengamatan yang telah kami lakukan bagaimana sejarah ataupun masa lampau dan ruang lingkup dari berbagai museum yang telah kami kunjungi.



1. Makam Kerajaan Gowa



Di dalamnya terdapat banyak makam bahkan hampir semua dari silsilah kerajaan gowa dan memiliki nilai sejarah yang dijunjung tinggi.



2. museum Balla Lompoa



Memiliki rumah kerajaan yang cukup besar dan terdapat banyak peninggalan sejarah raja Gowa di dalamnya.



3. Benteng Somba Opu



Kami melihat banyak hampir semua rumah adat Sulawesi selatan di dalamnya



4. Benteng Fort Rotterdam



Di dalam benteng Rotterdam terdapat juga penjara bawah tanah dimana di tahannya pangeran diponegoro selama kurang lebih 21 tahun 6 bulan dan terdapat benda-benda pusaka yang tersimpan di dalam museum La Galigo.



16



3.2. Saran Study tour ini sangat bermanfaat untuk menambah wawasan para siswa. Dan sebaik nya kegiatan study tour ini bisa di laksanakan tiap tahun agar lebih mendapatkan wawasan yang luas agar tidak hanya terpaku pada Internet.



17



DAFTAR PUSTAKA



Jamaluddin



Jufri. Asal Usul Lontara. http://jufridaengnigga80.blogspot.co.id/2013/03/asalusul-aksara-lontara.html (diakses pada 12 April 2018)



Mahmud Irfan. Sisa Peninggalan dan Kompleks Makam Kerajaan Gowa- Tallo Sulawesi Selatan. http://budaya-indonesia-sekarang.blogspot.co.id/2010/11/sisapeninggalan-dan-kompleks-makam.html (diakses pada 11 April 2018)



Wawan. Sejarah Makassar. http://wawansejarahmakassar.blogspot.co.id/2011/03/ (diakses pada 10 April 2018)



18



LAMPIRAN GAMBAR



a. Kompleks Makam Raja-Raja Gowa



Gambar 1.1 Patung Sultan Hasanuddin



19



Gambar 1.2. Batu Pelantikan (Batu Pallantikang)



Gambar 1.3. Makam Para Raja Gowa



20



Gambar 1.4. Meriam



b. Museum Balla Lompoa



Gambar 2.1. Silsilah Kerajaan Gowa- Tallo



21



Gambar 2.2. Foto Mahkota Kerajaan Gowa



Gambar 2.3. Sulampe



Gambar 2.4. Tombak



22



Benteng Somba Opu



Gambar 3.1. Meriam



Gambar 3.2. Peluru Meriam Tipe VOC



Gambar 3.3. Rumah Adat Toraja (Tongkonan)



23



Gambar 3.4. Uang Kertas



Gamabar 3.5. Alat Musik (Rabana) c.



Benteng Fort Rotterdam



24



Gambar 4.1. Ruang Tahanan



Gambar 4.2. Lukisan Petani Toraja



Gambar 4.3. Perahu Lambo



Gambar 4.4. Bendi



25



Gambar 4.5. Stempel-Stempel Kerajaan Bone



26