Laporan Kerja Praktek Fix [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN KERJA PRAKTEK EVALUASI PENERAPAN SISTEM MANAGEMEN LINGKUNGAN ISO 14001 DI BADAN OPERASI BERSAMA PT. BUMI SIAK PUSAKO – PERTAMINA HULU CAMP ZAMRUD AREA



DISUSUN OLEH : ALEKSUS MANURUNG



(1407114657)



BRILLYAN RAHMAN



( 1407122188 )



DICKY MAULANA



(1407120457)



DINO SATRIA ANDESKI



(1407121334)



DONNY HENDRA LESMANA



(1407121193)



PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU 2018



Laporan Kerja Praktek Evaluasi Penerapan Sistem Managemen Lingkungan ISO 14001 di BOB PT. BSP – PERTAMINA HULU



BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam tiga dasawarsa terakhir telah terjadi perubahan cara pandang dunia dalam melihat masalah lingkungan. Pada tahun enam puluhan masalah lingkungan hanya dipandang sebagai masalah lokal, pencemaran udara diperkotaan, masalah limbah industri, dan sebagainya. Pada tahun tujuh puluhan masalah lingkungan dipandang sebagai masalah global seperti hujan asam, kerusakan lapisan ozon, pemanasan global dan perubahan iklim. Pada tahun delapan puluhan timbul kesadaran bahwa masalah lingkungan global dapat mengancam kelangsungan pembangunan ekonomi. Hal ini telah mendorong lahirnya Konsep Pembangunan Berkelanjutan, yang kemudian diterima oleh hampir seluruh dunia. Melihat upaya yang makin gencar untuk perlindungan lingkungan, semua negara sepakat mengenai kewajiban melindungi dan memelihara kelestarian lingkungan hidup. Kenyataan ini telah menempatkan aspek lingkungan menjadi faktor yang berpengaruh dalam pola perdagangan barang dan jasa. Beberapa instrumen yang banyak dianut di berbagai negara sebagai standar pengelolaan lingkungan hidup antara lain adalah Sistem Pengelolaan Lingkungan Environmental Audit (EA), Ekolabel (Environmental Labelling, EL), Analisis Daur Hidup (Environmental Life Cycle Analysis, ELCA), dan Evaluasi Kinerja Lingkungan (Environmental Performance Evaluation, EPE). Instrumen



pengelolaan



yang



dijadikan



standar



dalam



pengelolaan



lingkungan hidup tersebut berawal dari negara-negara maju dan berlangsung secara voluntary, artinya pemerintah mendorong kalangan bisnis untuk mengadopsi instrumen pengelolaan tanpa melalui peraturan perundang-undangan yang bersifat mandatory. Pada saat yang sama, organisasi-organisasi bisnis internasional dan nasional di negara-negara maju ikut mempromosikan standar pengelolaan lingkungan.



1



Laporan Kerja Praktek Evaluasi Penerapan Sistem Managemen Lingkungan ISO 14001 di BOB PT. BSP – PERTAMINA HULU



International Standard Organization (ISO) telah merumuskan suatu standar untuk pengelolaan lingkungan hidup yang dikenal sebagai seri ISO 14000 yang kini banyak dianut di berbagai negara sebagai suatu standar pengelolaan lingkungan hidup yang meliputi, “the organizational structure, responsibilities, practices, procedures, processes, and resources for implementing environmental management”. Salah satu modifikasi ISO 14000 untuk standar pengelolaan lingkungan



adalah



ISO



14001,



yaitu



pembahasan



Sistem



Pengelolaan



Lingkungan. Aplikasi berbagai teknologi lingkungan, terutama ISO 14001 memerlukan pembelajaran secara langsung dan spesifik yang tidak didapatkan melalui proses perkuliahan atau akademis kampus. Hal ini mendorong pihak akademis untuk bekerja sama dengan dunia industri dalam menyediakan sarana pembelajaran ISO 14001. Pelaksanaan program Kerja Praktek mahasisiwa Program Studi Teknik Lingkungan Universitas Riau pada BOB PT. BUMI SIAK PUSAKO Pertamina – Hulu, Riau sebagai salah satu industri tambang minyak terbesar di Indonesia merupakan salah satu upaya perwujudannya.



1.2. Dasar Pelaksanaan Kerja Praktek Dasar dari kegiatan Kerja Praktek ini adalah: 1. Tri Dharma Perguruan Tinggi.  Pendidikan  Penelitian  Pengabdian masyarakat 2. Kurikulum Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Riau. 3. Mata kuliah kerja praktek yang harus diambil oleh mahasiswa.



2



Laporan Kerja Praktek Evaluasi Penerapan Sistem Managemen Lingkungan ISO 14001 di BOB PT. BSP – PERTAMINA HULU



1.3. Tujuan Kerja Praktek Tujuan dari kerja praktek ini adalah : 1. Mengembangkan pengetahuan, sikap, keterampilan, dan kemampuan profesi melalui penerapan ilmu, latihan dan pengamatan secara langsung di lapangan. 2. Membuka wawasan mahasiswa tentang dunia industri. 3. Melakukan analisis terhadap aplikasi konsep sistem manajemen lingkungan (ISO 14001) di BOB PT. Bumi Siak Pusako – Pertamina Hulu, Riau. 4. Sebagai suatu wahana pengaplikasian ilmu pengetahuan lingkungan khususnya mengenai Sistem Manajemen Lingkungan (SML) ISO 14001 di di BOB PT. Bumi Siak Pusako – Pertamina Hulu, Riau.



1.4 Kegunaan Kerja Praktek Kegunaan kegiatan Kerja Praktek adalah sebagai berikut: 1. Merupakan salah satu mata kuliah dan syarat mengikuti ujian akhir atau Tugas Akhir (TA) di Program Studi Teknik Lingkungan. 2. Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai Sistem Manajemen Lingkungan (ISO 14001) yang diterapkan oleh di BOB PT. Bumi Siak Pusako – Pertamina Hulu, Riau. 3. Sebagai sarana pengenalan dunia kerja yang sesuai dengan bidang keahlian dan keilmuan mahasiswa. 4. Merupakan



kesempatan



bagi



mahasiswa



untuk



mengembangkan



kemampuan dan keahlian yang telah dipelajari. 5. Perusahaan memperoleh rekomendasi yang bisa dipertimbangkan dalam melakukan perbaikan Sistem Manajemen Lingkungan yang ada.



3



Laporan Kerja Praktek Evaluasi Penerapan Sistem Managemen Lingkungan ISO 14001 di BOB PT. BSP – PERTAMINA HULU



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.1 Pengertian Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 ISO 14000 adalah standar internasional mengenai manajemen lingkungan yang dikeluarkan oleh International Organization for Standardisation (ISO) dan penerapannya bersifat sukarela. Aspek dari pengelolaan lingkungan harus dimasukkan dalam upaya memperoleh sertifikasi. Menurut Sunu (2001) ISO 14001 merupakan standar internasional yang merincikan persyaratan bagi sebuah sistem manajemen lingkungan (SML), untuk memungkinkan sebuah perusahaan merumuskan kebijakan dan sasaran dengan mengindahkan persyaratan legislatif dan informasi tentang dampak lingkungan yang penting. Ia berlaku bagi aspek lingkungan yang dapat dikendalikan oleh perusahaan, yang diharapkan mempunyai pengaruh terhadapnya. Ia pada dirinya tidak menyatakan kriteria kinerja lingkungan yang spesifik. Semua persyaratan dalam ISO 14001 dimaksudkan untuk dipadukan dalam SML manapun. ISO 14001 merupakan standar internasional yang berlaku bagi perusahaan manapun yang ingin: a.



Menerapkan, memelihara dan meningkatkan suatu SML



b.



Meyakinkan dirinya tentang kesesuaiannya dengan kebijakan lingkungan yang dinyatakannya



c.



Memperagakan kesesuaiannya kepada pihak lain



d.



Mengusahakan



sertifikasi



atau



registrasi



dari



sistem



manajemen



lingkungannya oleh sebuah organisasi eksternal e.



Membuat ketetapan sendiri dan pernyataan sendiri tentang kesesuaiannya dengan ISO 14001 Sistem Manajemen Lingkungan (Sistem pengelolaan kualitas lingkungan)



menurut Undang-Undang Lingkungan Hidup No. 32 Tahun 2009, diartikan sebagai upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijakan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan dan pengendalian lingkungan hidup. 4



Laporan Kerja Praktek Evaluasi Penerapan Sistem Managemen Lingkungan ISO 14001 di BOB PT. BSP – PERTAMINA HULU



2.2. Sejarah Perkembangan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 Sejalan dengan peningkatan jumlah standar manajemen lingkungan yang telah diimplementasikan di seluruh dunia dan kesuksesan ISO 9000, muncullah ide untuk mengembangkan suatu perangkat standar Sistem Manajamen Lingkungan pada awal tahun 1990. Hal ini mendorong International Organization for Standardization (ISO) untuk memulai investigasi kelayakan terhadap perangkat terpisah standar manajemen lingkungan pada tahun 1991. Pada tahun 1992, komite teknis yang terdiri dari 43 anggota aktif dan 15 observer dibentuk, dan upaya pengembangan ISO 14000 pun dilaksanakan. Pada bulan Oktober 1996, standar ISO 14000 series yang pertama beserta komponennya diterbitkan. Di tingkat internasional dengan dorongan dari kalangan dunia usaha, International



Organization for



Standardization



(ISO) dan



International



Electrotechnical Commision (IEC) membentuk Strategic Advisory Group on the Environment (SAGE) pada bulan Agustus 1991. SAGE merekomendasikan pada ISO mengenai perlunya suatu Technical Commitee (TC) yang khusus bertugas untuk mengembangkan suatu seri standard manajemen lingkungan yang berlaku secara internasional. Komite teknis yang mengerjakan pengembangan ISO 14000 adalah TC 207 dan sekretariatnya dipegang oleh Dewan Standar Kanada atau Standard Council of Canada (SCA). Sejumlah sub komite dari berbagai belahan dunia beroperasi di bawah komite utama ini, masing-masing bertanggung jawab untuk fungsi-fungsi yang berlainan dalam standar tersebut, masing-masing memiliki sebuah sub standar dengan nomor sendiri dalam seri ISO 14000. ISO atau TC yang menangani manajemen lingkungan memiliki enam SC (Sub Commite) yaitu: SC 1: Sistem Manajemen Lingkungan (Environmental Management System); ISO 14001 SC 2 : Audit lingkungan (Environmental Auditing); ISO 14010-14015. Audit lingkungan adalah alat teknis manajemen yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan atau organisasi terhadap beberapa baku mutu lingkungan dari taraf internal perusahaan sampai internasional (Kuhre, 1995).



5



Laporan Kerja Praktek Evaluasi Penerapan Sistem Managemen Lingkungan ISO 14001 di BOB PT. BSP – PERTAMINA HULU



SC 3 : Pelabelan Lingkungan atau Ekolabel (Environmental Labelling); ISO 14020-14024. Rekomendasi pemberian label akan mencakup tiga jenis label mulai dari yang umum sampai yang spesifik, jenis yang pertama akan menunjukkan bahwa produk tersebut bersahabat dengan lingkungan, jenis kedua berkaitan dengan pernyataan spesifik produsen seperti dapat didaur ulang, yang terakhir berkaitan dengan dampak lingkungan dari produk (Kuhre, 1995). SC 4 : Evaluasi Kinerja Lingkungan (Environmental Performance Evaluation); ISO 14031. Yang dimaksud dengan evaluasi kinerja lingkungan adalah proses untuk mengukur, menganalisa, mengkaji, melaporkan dan mengkomunikasikan kinerja lingkungan suatu organisasi berdasarkan kriteria yang disetujui oleh pihak manajemen (Kuhre, 1995). SC 5 : Analisis Daur Hidup (Life Cycle Analysis); ISO 14040-14043. Daur hidup adalah tahap-tahap dalam sistem produk atau jasa yang berkesinambungan dan saling terkait, dari pengambilan sumber daya alam sebagai bahan baku sampai pembuangan akhir (Kuhre, 1995). SC 6 : Istilah dan Definisi (Term and Definition); ISO 14050 Subkomite ini bertugas untuk mengkoordinasikan penggunaan istilahistilah standar dan komprehensif di antara subkomite-subkomite yang ada (Kuhre, 1995). Tabel 2.1. Seri ISO 14000 DOCUMENT DOCUMENT TITLE NUMBER ISO 14000



EMS–General Guidelines on Principles, Systems and Supporting Techniques



ISO 14001



EMS-Spesification with Guidance for Use



ISO 14010



EA-General Principles of Environmental Auditing



ISO 14011



EA-Audit Procedues-Part 1 : Auditing of EMS



ISO 14012



EA-Qualification Criteria for Environmental Auditors



ISO 14020



EL-Basic Principles of all Environmental Labelling



6



Laporan Kerja Praktek Evaluasi Penerapan Sistem Managemen Lingkungan ISO 14001 di BOB PT. BSP – PERTAMINA HULU



Tabel 2.1. Seri ISO 14000 (lanjutan) DOCUMENT NUMBER ISO 14021



DOCUMENT TITLE EL-Self



Declaration-Environmental



Claims-Term



and



Definitions ISO 14022



EL-Symbols



ISO 14023



EL-Testing and Verification Methodologies



ISO 14024



EL-Practioner Programmes-Guiding Principles, Practices and Sertification Procedures of Multiple Criteria (Type 1) Programmes



ISO 14031



Environmental Performance Evaluation



ISO 14040



LCA-General Principles and Practices



ISO 14041



LCA-Goal and Definitions/Scope and Inventory Assessment



ISO 14042



LCA-Impact Assessment



ISO 14043



LCA-Improvement Assessment



ISO 14050



Terms and Definitions



ISO 14060



Guide for the Inclusion of Environmental Aspects in Product Standards



Sumber : Kuhre, 1995



2.3. Peranan ISO 14001 dalam ISO Seri 14000 Secara garis besar seri ISO 14000 terdiri dari sistem manajemen, evaluasi/audit atas sistem manajemen dan evaluasi atas kinerja lingkungan dari suatu produk. Dari sekian banyak standar dalam seri ISO 14000, sekurangkurangnya 6 standar yang telah resmi menjadi standar yang berlaku secara internasional yaitu ISO 14001, ISO 14004, ISO 14010, ISO 14011, ISO 14012 yang diterbitkan pada September 1996 dan ISO 14041 diterbitkan pada 1998. Dari sekian banyak standar di dalam standar seri ISO 14000, hanya ISO 14001 digunakan sebagai acuan dalam penerapan sistem manajemen lingkungan suatu perusahaan. Artinya, baik-buruknya sistem manajemen lingkungan suatu



7



Laporan Kerja Praktek Evaluasi Penerapan Sistem Managemen Lingkungan ISO 14001 di BOB PT. BSP – PERTAMINA HULU



perusahaan dapat dinilai berdasarkan standar ISO 14001.Sistem manajemen lingkungan yang diterapkan di suatu perusahaan harus melibatkan seluruh proses mulai dari penerimaan bahan baku, hingga produk akhir termasuk limbah-limbah yang dihasilkan. Menurut Hadiwiardjo (1997), hal-hal yang dicakup dalam ISO seri 14000 dapat dibagi dalam dua bidang yang terpisah. Yang pertama berkaitan dengan manajemen organisasi dan sistem evaluasi; yang kedua, alat lingkungan untuk evaluasi produk. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.1. ISO SERI 14000 SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN



EVALUASI ORGANISASI



EVALUASI PRODUK



Sistem Manajemen Lingkungan (ISO 14001 & ISO 14004)



Aspek Lingkungan pada Standar Produk (ISO 14060)



Audit Lingkungan (ISO 14010, ISO 14011, ISO 14012)



Label Lingkungan (ISO 14020, ISO 14041, ISO 14022, ISO 14023)



Evaluasi Kinerja Lingkungan ISO 14031



Asesmen Daur Hidup (ISO 14040, ISO 14021 ISO 14042, ISO 14043)



Gambar 2.1. Unsur-unsur dalam Standar ISO Seri 14000



Standar manajemen lingkungan internasional ISO seri 14000 dimaksudkan untuk memberi perusahaan unsur-unsur sistem manajemen lingkungan yang dapat dipadukan dengan persyaratan manajemen lainnya, untuk membantu perusahaan mencapai tujuan lingkungan dan ekonomi. 2.4. Unsur – Unsur Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 Hadiwiardjo (1997) menjelaskan bahwa unsur-unsur SML digambarkan sebagai balok-balok yang membentuk kerucut dimana unsur utamanya adalah komitmen dan kebijakan lingkungan yang merupakan dasar dari semua unsur SML. Lapis kedua kerucut adalah tujuan dan sasaran lingkungan yang meliputi 8



Laporan Kerja Praktek Evaluasi Penerapan Sistem Managemen Lingkungan ISO 14001 di BOB PT. BSP – PERTAMINA HULU



proses, praktek, prosedur dan garis tanggung jawab. Untuk penerapan SML diperlukan satu atau lebih program manajemen lingkungan untuk dapat mencapai tujuan dan sasaran lingkungan yang telah ditentukan perusahaan. Kesesuaian dan keefektifan SML dinilai oleh manajemen dengan mengkaji kemajuan yang dicapai melalui program manajemen lingkungan. Kemajuan ini akan dipantau oleh subsistem evaluasi kinerja yang memberikan keluarannya langsung ke proses pengkajian manajemen. Masukan penting lainnya berasal dari hasil audit SML yang merupakan lapis keempat kerucut SML. Tujuan audit ini adalah untuk memberikan keyakinan bahwa SML tetap dipelihara dan dijalankan seperti yang seharusnya dijalankan. Audit ini juga digunakan untuk menilai kesesuaian dan menjadi masukan dalam proses pengkajian manajemen itu sendiri. Pengkajian manajemen merupakan lapis kelima dan didesain untuk menentukan kecukupan, kesesuaian dan keefektifan SML berdasarkan semua masukan yang diterima oleh manajemen. Lapis terakhir merupakan tujuan puncak yaitu untuk mencapai penyempurnaan berkelanjutan SML untuk memberikan keyakinan bahwa perusahaan secara konsisten dan dapat dipercaya memenuhi kewajiban lingkungan dan melindungi lingkungan. Penyempurnaan berkelanjutan Pengkajian manajemen



Audit dan tindakan koreksi



Program manajemen lingkungan Tujuan dan sasaran lingkungan



Komitmen dan kebijakan lingkungan



Gambar 2.2 Kerucut Sistem Manajemen Lingkungan (Sumber : Hadiwiardjo, 1997)



2.5. Model Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 Sistem Manajemen Lingkungan sesuai dengan standar SNI 19-14001-2005 berdasarkan pada metodologi yang dikenal sebagai: Rencanakan – Lakukan – Periksa – Tindaki (Plan – Do – Check – Act atau PDCA). PDCA dapat dijelaskan secara singkat sebagai berikut:



9



Laporan Kerja Praktek Evaluasi Penerapan Sistem Managemen Lingkungan ISO 14001 di BOB PT. BSP – PERTAMINA HULU



1.



Rencanakan (Plan) : menetapkan tujuan dan proses yang diperlukan untuk memberikan hasil yang sesuai dengan kebijakan lingkungan organisasi.



2.



Lakukan (Do)



: menerapkan proses tersebut.



3.



Periksa (Check)



: memantau dan mengukur proses terhadap kebijakan lingkungan, tujuan, sasaran, persyaratan peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang diikuti organisasi, serta melaporkan hasilnya.



4.



Tindaki (Act)



: melaksanakan tindakan untuk meningkatkan kinerja sistem manajemen lingkungan secara berkelanjutan.



Oleh karena itu, SML dapat dianggap sebagai kerangka kerja yang harus dipantau terus menerus dan dikaji secara periodik untuk memberikan arahan yang efektif bagi kegiatan lingkungan organisasi dalam upaya perubahan faktor internal dan eksternal. Setiap orang dalam organisasi harus menerima tanggung jawab peningkatan lingkungan. Berikut ini model Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 :



Gambar 2.3 Model Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 (Sumber: SNI 19-14001-2005)



10



Laporan Kerja Praktek Evaluasi Penerapan Sistem Managemen Lingkungan ISO 14001 di BOB PT. BSP – PERTAMINA HULU



2.6. Prinsip Dasar Sistem Manajemen Lingkungan ISO Seri 14001 Menurut



Sunu



(2001),



prinsip



kunci



dalam



menerapkan



atau



meningkatkan Sistem Manajemen Lingkungan mencakup hal-hal sebagai berikut: 1.



Mengetahui bahwa manajemen lingkungan ada diantara prioritas perusahaan yang tertinggi



2.



Membentuk dan memelihara komunitas dengan pihak terkait internal dan eksternal



3.



Menentukan persyaratan perundang-undangan dan aspek lingkungan yang berkaitan dengan kegiatan, produk atau jasa perusahaan



4.



Mengembangkan komitmen dari manajemen dan karyawan untuk melindungi lingkungan, dengan penunjukkan pertanggung jawaban dan tanggung jawab yang jelas



5.



Mendorong perencanaan lingkungan untuk keseluruhan daur hidup produk atau proses



6.



Membentuk proses untuk mencapai tingkat kinerja yang menjadi target



7.



Menyediakan sumber daya yang tepat dan mencukupi, termasuk pelatihan untuk mencapai tingkat kinerja yang menjadi target dengan dasar yang sekarang sudah ada



8.



Mengevaluasi kinerja lingkungan dibandingkan dengan kebijakan, sasaran dan target lingkungan serta mengusahakan peningkatan jika sesuai



9.



Membentuk suatu proses manajemen untuk mengaudit dan mengkaji SML dan mengidentifikasi peluang untuk peningkatan sistem dan kinerja lingkungan yang dihasilkan



10. Mendorong kontaktor dan pemasok untuk menerapkan SML. Tetapi dalam penerapan dan peningkatannya tidak hanya terbatas pada prinsip-prinsip yang telah disebutkan diatas.



11



Laporan Kerja Praktek Evaluasi Penerapan Sistem Managemen Lingkungan ISO 14001 di BOB PT. BSP – PERTAMINA HULU



2.7. Ruang Lingkup Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 Standar ISO 14001 (SNI 19-14001-2005) menetapkan persyaratan Sistem Manajemen Lingkungan untuk memungkinkan organisasi mengembangkan dan menerapkan kebijakan dan tujuan yang memperhitungkan persyaratan peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang diikuti organisasi dan informasi mengenai aspek lingkungan penting. Standar ini berlaku untuk aspek lingkungan yang diidentifikasi oleh organisasi sebagai aspek yang dapat dikendalikan dan aspek yang dapat dipengaruhi. Standar ini tidak menetapkan kriteria kinerja lingkungan tertentu. Standar ini berlaku untuk organisasi apapun yang bermaksud untuk : 1. menetapkan, menerapkan, memelihara dan meningkatkan Sistem Manajemen Lingkungan 2. memastikan kesesuaian organisasi dengan kebijakan lingkungan nya 3. menunjukkan kesesuaian dengan standar ini melalui: a. melakukan penetapan sendiri (self determination) dan swa-deklarasi (self declaration); atau b. memperoleh konfirmasi kesesuaian dari pihak-pihak yang berkepentingan terhadap organisasi tersebut, seperti pelanggan; atau c. memperoleh konfirmasi terhadap swa-deklarasi dari pihak eksternal; atau d. memperoleh



sertifikasi



/



registrasi



untuk



Sistem



Manajemen



Lingkungannya dari organisasi lain 2.8. Tujuan Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 Menurut Sunu (2001), tujuan secara menyeluruh dari penerapan sistem manajemen lingkungan (SML) ISO 14001 sebagai standar internasional yaitu untuk mendukung perlindungan lingkungan dan pencegahan pencemaran yang seimbang dengan kebutuhan sosial ekonomi. Manajemen lingkungan mencakup suatu rentang isu yang lengkap meliputi hal-hal yang berkaitan dengan strategi dan kompetisi. Peragaan penerapan yang berhasil dari ISO 14001 dapat digunakan perusahaan untuk menjamin pihak yang berkepentingan bahwa SML yang sesuai tersedia.



12



Laporan Kerja Praktek Evaluasi Penerapan Sistem Managemen Lingkungan ISO 14001 di BOB PT. BSP – PERTAMINA HULU



Sistem Manajemen Lingkungan adalah suatu prosedur organisasi bisnis dan lainnya agar melakukan suatu pendekatan untuk menganalisa dampak dari kegiatan mereka terhadap lingkungan, dan membangun suatu tujuan untuk menghasilkan tujuan dalam suatu siklus peningkatan yang terus menerus. Sistem Manajemen Lingkungan merupakan bagian integral dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan yang terdiri dari satu set pengaturan-pengaturan secara sistematis yang meliputi struktur organisasi, tanggung jawab, prosedur, proses, serta sumber daya dalam upaya mewujudkan kebijakan lingkungan yang telah digariskan oleh perusahaan. Sistem Manajemen Lingkungan tersebut juga dapat digunakan untuk mengantisipasi perkembangan tuntutan dan peningkatan performasi lingkungan dari konsumen, serta untuk memenuhi persyaratan peraturan lingkungan hidup dari pemerintah. 2.9. Manfaat Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 Manfaat sertifikasi ISO 14001 amat penting, tidak hanya perusahaan itu sendiri tetapi juga lingkungan di sekitarnya. Penerapan ISO 14001 dapat menurunkan potensi dampak terhadap lingkungan seperti mengurangi tumpahan bahan kimia, menghemat penggunaan bahan baku dan sumber daya alam, mendorong efisiensi proses-proses bisnis perusahaan, meningkatkan daya saing perusahaan dan membangun citra positif perusahaan di mata pemerintah, pengusaha dan masyarakat. (Sunu, 2001) Pelaksanaan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 mendatangkan banyak manfaat bagi perusahaan, pegawai, maupun stakeholder lainnya. Menurut Kuhre (1995) manfaat tersebut adalah: 1.



Perlindungan terhadap lingkungan Tujuan utama dari sertifikasi ISO 14001 adalah untuk menjaga kelangsungan hidup tumbuhan dan binatang dalam kondisi terbaik yang paling memungkinkan. Dampak positif terbesar terhadap lingkuangan adalah pengurangan limbah berbahaya. Sertifikasi ISO 14001 mensyaratkan program-program yang akan menurunkan penggunaaan bahan-bahan kimia brerbahaya dan limbah berbahaya. 13



Laporan Kerja Praktek Evaluasi Penerapan Sistem Managemen Lingkungan ISO 14001 di BOB PT. BSP – PERTAMINA HULU



Minimasi limbah yang tidak berbahaya juga akan mempunyai dampak positif yang penting dan harus menjadi komponen utama. Hal ini akan berdampak pada reduce dan recycle yang akan memaksimalkan penggunaan sumber daya alami. 2.



Dasar persamaan kompetitif Sampai saat ini belum ada keseragaman dalam jumlah waktu dan uang yang diugunakan oleh organisasi untuk melindungi dan menjaga lingkungan. Sangat tidak mungkin menyamaratakan biaya pengawasan lingkungan, namun demikian sertifikasi ISO 14001 paling tidak akan mengurangi perbedaan yang besar antara para pesaing dan karenanya memberikan kesempatan yang lebih besar pada organisasi yang sadar lingkungan.



3.



Menunjukkan kesesuaian dengan peraturan Sebagian besar organisasi yang telah berdiri selama beberapa tahun, kemungkinan dapat menyesuaikan diri dengan peraturan-peraturan yang diterapkan. Bila tidak, maka saat ini mereka pasti telah keluar dari kegiatan bisnis karena tuntutan hukum, publisitas yang negatif, pemberian denda, dan lain-lain. Dengan demikian sertifikat ISO 14001 untuk pengelolaan lingkungan besar kesempatannya untuk memperoleh dokumen tertulis yang diperlukan untuk menunjukkan bahwa organisasi tersebut telah bertindak sesuai dengan peraturan yang berlaku.



4.



Pembentukan sistem pengelolaan yang efektif Pengelolaan yang efektif adalah bisnis yang baik, demikian juga dengan perencanaan, dokumentasi, dan pelaksanaan dari sistem pengelolaan lingkungan. ISO 1001 menerapkan teknik pengelolaan dengan baik. Pengelolaan personil



lingkungan, akuntansi, pengawasan penunjang,



pengawasan dokumen, dan sistem lainnya adalah sistem pengelolaan umum dengan suatu arahan ke bidang lingkungan. 5.



Penurunan biaya Sertifikasi akan memberikan penghematan biaya dalam jangka panjang terutama dalam hal pembersihan dan pengawasan lingkungan. Biaya yang



14



Laporan Kerja Praktek Evaluasi Penerapan Sistem Managemen Lingkungan ISO 14001 di BOB PT. BSP – PERTAMINA HULU



dikeluarkan akan ditutupi oleh peningkatan kepuasan pelanggan, kepercayaan pada organisasi, dan meningkatnya moral organisasi.



6.



Penurunan kecelakaan kerja Pencegahan kecelakaan akan berpengaruh pada penurunan tingkat kecelakaan kerja. Karena pengelolaan lingkungan dan kesehatan serta keselamatan pekerja sangat berkaitan, maka ketika yang satu memperoleh manfaat dari perubahan yang ada, hal lainnya juga akan memperoleh manfaat yang sama. Pada dasarnya, pekerja adalah bagian dari lingkungan secara keseluruhan. Penurunan tingkat kecelakaan dan penyakit yang diakibatkan oleh pekerja akan dapat terjadi jika organisasi memasukkan unsur kesehatan dan keselamatan kerja dalam rangkaian usaha untuk memperoleh sertifikasi ISO 14001 sebagai pelengkap dari usaha pengelolaan lingkungan.



7.



Peningkatan hubungan masyarakat Sebagian besar masyarakat peduli terhadap lingkungan saat ini. Ada beberapa kegiatan yang berkaitan dengan lingkungan yang dapat dilakukan oleh organisasi untuk mempertahankan atau meningkatkan kredibilitas dan hubungan dengan masyarakat. Salah satu hal yang dapat dilakukan perusahaan adalah dengan tidak membuang limbah dalam jumlah besar, minimalisasi limbah yang dihasilkan, dan kegiatan yang bersifat proaktif di bidang lingkungan.



8.



Peningkatan kepercayaan dan kepuasan konsumen Dengan melihat bahwa perusahaan memiliki sertifikat ISO 14001, konsumen akan merasa bahwa lingkungan mereka telah terlindungi. Hal ini menunjukkan pihak produsen benar-benar peduli pada lingkungan. Dengan ISO 14001, suatu organisasi dapat meyakinkan konsumen mereka dan masyarakat luas bahwa mereka benar-benar melakukan kegiatan perlindungan terhadap lingkungan dan mempunyai dokumen-dokumen yang cukup untuk mendukung pernyataan tersebut.



15



Laporan Kerja Praktek Evaluasi Penerapan Sistem Managemen Lingkungan ISO 14001 di BOB PT. BSP – PERTAMINA HULU



9.



Peningkatan perhatian menejemen puncak Seluruh proses yang dilakukan untuk mendapatkan sertifikasi ISO 14001 akan berdampak pada meningkatnya penghargaan positif yang diberikan oleh masyarakat terhadap pihak menejemen puncak di hampir seluruh seluruh organisasi (Wortham, 1993). Dengan ISO 14001 maka bidang lingkungan dalam organisasi akan lebih dihargai sebagai bagian positif dan penting dalam kegiatan organisasi.



16



Laporan Kerja Praktek Evaluasi Penerapan Sistem Managemen Lingkungan ISO 14001 di BOB PT. BSP – PERTAMINA HULU



BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1 Tujuan Operasional Adapun tujuan dari pelaksanaan kerja praktek ditinjau secara operasional secara garis besar adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui pelaksanaan Sistem Manajemen Lingkungan yang dilakukan BOB PT. Bumi Siak Pusako – Pertamina Hulu, Riau 2. Melakukan analisis dan evaluasi terhadap penerapan Sistem Manajemen Lingkungan yang ada pada BOB PT. Bumi Siak Pusako – Pertamina Hulu, Riau



3.2 Tempat Dan Waktu Pelaksanaan Pelaksanaan kerja praktek dilaksanakan di BOB PT. Bumi Siak Pusako Pertamina Hulu, Riau yang beralamat di Camp Zamrud, Dayun, Kabupaten Siak, Riau Indonesia. Sesuai dengan kurikulum Program Studi Teknik Lingkungan Universitas Riau, kegiatan kerja praktek mempunyai bobot 2 SKS dan merupakan syarat untuk menempuh ujian akhir/Tugas Akhir.



Pelaksanaan



kerja praktek



direncanakan selama 30 hari kerja yaitu dimulai pada 16 maret 2018 atau sesuai dengan persetujuan dan kebijaksanaan BOB PT. Bumi Siak Pusako - Pertamina Hulu, Riau. Berikut jadwal rencana kerja praktek yang direncanakan.



17



Laporan Kerja Praktek Evaluasi Penerapan Sistem Managemen Lingkungan ISO 14001 di BOB PT. BSP – PERTAMINA HULU



Tabel 3.1 Rencana Kegiatan Kerja Praktek Rencana Kerja Praktek



Minggu 1



2



3



4



Orientasi/Pengenalan Perusahaan Study Literature Study Lapngan/ Pengambilan data Pembuatan Laporan



3.3. Metode Penelitian Kerja Praktek dilakukan dalam 3 tahap yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap penyusunan laporan. 3.3.1 Tahap Persiapan Pada tahap persiapan dilakukan proses administrasi sehingga diperoleh persetujuan pelaksanaan kegiatan pada tempat yang dipilih, yaitu di BOB PT. Bumi Siak Pusako – Pertamina Hulu, Riau. Pada tahap ini juga sudah mulai dilakukan studi literatur yang akan terus dilaksanakan hingga tahap penyusunan laporan. 3.3.2 Tahap Pelaksanaan Dalam tahap pelaksanaan, hal-hal yang dilakukan pada tahap ini adalah mengamati penerapan Sistem Manajemen Lingkungan perusahaan, serta melakukan pengumpulan data-data yang dibutuhkan baik data primer maupun data sekunder. Adapun rincian kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap pelaksanaan kerja praktik selama satu bulan adalah sebagai berikut :



18



Laporan Kerja Praktek Evaluasi Penerapan Sistem Managemen Lingkungan ISO 14001 di BOB PT. BSP – PERTAMINA HULU



Tabel 3.2 Detail Tahapan Pelaksanaan Kegiatan No



Waktu



Rincian Kegiatan



1



Minggu Pertama



Mengumpulkan dan mempelajari data sekunder dari perusahaan mengenai : 1. Gambaran umum perusahaan 2. Dokumen AMDAL & RKL-RPL 3. Dokumen Manual Lingkungan Perusahaan 4. Dokumen Prosedur Lingkungan Perusahaan 5. Dokumen Instruksi Kerja Lingkungan 6. Dokumen Program Manajemen Lingkungan Perusahaan 7. Rekaman kegiatan sesuai klausul ISO 14001



2



Minggu Kedua



1. Melanjutkan kegiatan minggu pertama 2. Melakukan pemantauan langsung ke unit eksplorasi, unit produksi, unit pengelolaan, dan kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan lingkungan perusahaan.



3



Minggu Ketiga



Melakukan analisis dan evaluasi terhadap penerapan SML perusahaan yang disesuaikan dengan komitmen perusahaan dan standar ISO 14001



4



Minggu Keempat



Pembuatan dan pemaparan laporan hasil evaluasi penerapan SML perusahaan serta rekomendasi untuk perusahaan.



Sumber : Penulis, 2015



19



Laporan Kerja Praktek Evaluasi Penerapan Sistem Managemen Lingkungan ISO 14001 di BOB PT. BSP – PERTAMINA HULU



3.3.3 Tahap Penyusunan Laporan Dalam tahap ini dilakukan analisis dan pembahasan terhadap penerapan Sistem Manajemen Lingkungan di BOB PT. Bumi Siak Pusako - Pertamina Hulu, Riau dengan membandingkan teori pada kajian pustaka dan standar ISO 14001 dengan penerapan di lapangan.Serta memberikan kesimpulan dan rekomendasi bagi perusahaan. 3.4. Teknik Pengumpulan Data Dalam penyusunan laporan kerja praktek ini, diperlukan suatu data dan informasi yang mendukung serta mempunyai nilai kebenaraan yang tinggi. Oleh karena itu, data dan informasi yang ada harus akurat. Metode yang dipakai dalam pengumpulan data dibagi menjadi dua, yaitu :



3.4.1 Metode Pengumpulan Data Primer Data-data primer yang didapatkan dari tiap-tiap unit pekerjaan, yang kemudian digunakan untuk diolah dan dievaluasi secara deskriptif dan dianalisa untuk mendapatkan data-data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan di dalam lokasi dengan melakukan pengamatan langsung (observasi) maupun dengan cara interview di BOB PT. Bumi Siak Pusako Pertamina Hulu, Riau. 3.4.2 Metode Pengumpulan Data Sekunder Data sekunder merupakan data eksisting yang berupa dokumen, referensi, dan laporan rutin harian yang dikumpulkan bagian administrasi. Data yang diperoleh digunakan sebagai penunjang untuk melengkapi data primer yang telah didapatkan. Kemudian informasi tersebut dipergunakan untuk pedoman sebagai pengetahuan awal sebelum studi lapangan, selama pengamatan di lapangan dan pada saat pembahasan serta analisis dalam tahap penyusunan laporan.



20



Laporan Kerja Praktek Evaluasi Penerapan Sistem Managemen Lingkungan ISO 14001 di BOB PT. BSP – PERTAMINA HULU



3.5. Teknik Analisis Data 3.5.1. Metode Deskriptif Data-data yang didapatkan dari tiap unit pekerjaan diolah dan dievaluasi secara deskriptif melalui uraian kalimat, penjelasan, serta keterangan berdasarkan pada teori dan literature. 3.5.2. Metode Komparatif Melakukan analisis terhadap implementasi ISO 14001 di BOB PT. Bumi Siak Pusako - Pertamina Hulu, Riau yang dibandingkan dengan ISO 14001 dan referensi-referensi yang ada.



21



Laporan Kerja Praktek Evaluasi Penerapan Sistem Managemen Lingkungan ISO 14001 di BOB PT. BSP – PERTAMINA HULU



BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 4.1. Profil Perusahaan 4.1.1. Sejarah BOB PT. Bumi Siak Pusako – Pertamina Hulu, Riau PT. Bumi Siak Pusako – Pertamina Hulu adalah suatu badan operasi bersama antara perusahaan Pertamina milik negara serta PT. Bumi Siak Pusako sebagai perusahaan pemerintah daerah. Perusahaan ini mengeksplorasi dan memproduksi beberapa sumur minyak di derah Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Pada awalnya sumur minyak ini ditemukan dan dikelola oleh investor perusahaan asing PT. Caltex Pacific Indonesia (CPI). Setelah kontrak mereka habis pada tahun 2002, Badan operasi bersama PT. Bumi Siak Pusako dengan Pertamina Hulu mengambil alih untuk mengelola sumur minyak yang ada hingga saat ini. . Struktur modal yang disepakati adalah 50% PT. Bumi Siak Pusako dan 50% Pertamina Hulu. Perusahaan merupakan konsorsium antara PT. Bumi Siak Pusako (PT. BSP) dan Pertamina Hulu (BOB PT. BSP – Pertamina Hulu) dibawah pengawasan BP. MIGAS. Hasil produksi minyak tiap-tiap sumur yang dikelola oleh perusahaan ini sepenuhnya disalurkan menuju Pertamina Dumai untuk diproses pengilangan lebih lanjut dan sebagian diekspor ke luar negeri. Daerah operasional Coastal Plain Pekanbaru (CPP) Block diresmikan pada tanggal 9 Agustus 2002 oleh Bupati Siak Sri Indrapura, Arwin As. Kewenangan pengelolaan blok ini diserahkan kepada Badan Operasi Bersama (BOB) dari pemerintah dalam pengawasan usaha minyak dan gas (MIGAS) di Indonesia melalui BP MIGAS, selaku badan resmi pemerintah dalam pengawasan usaha MIGAS di Indonesia pada tanggal 6 Agustus 2002 setelah ditandatanganinya perjanjian Product Sharing Contract for Oil (PSC). BOB CPP memiliki luas area 9.996 km2 dan tersebar di 8 distrik, namun lebih 80% berada di Kabupaten Siak. CPP Block mempunyai total sumur minyak 621 buah yang terdiri dari 417 sumur produksi, 92 sumur injeksi, dan 112 sumur untuk kepentingan lain yang tersebar di 25 lapangan yang administrasinya dibagi atas 2 FMT (Field Management Team) yaitu 1). Zamrud FMT yang meliputi



22



Laporan Kerja Praktek Evaluasi Penerapan Sistem Managemen Lingkungan ISO 14001 di BOB PT. BSP – PERTAMINA HULU



Zamrud Area dan West Area, 2). Pedada FMT yang meliputi Pedada Area dan Pusaka Area. BOB ini senantiasa melaksanakan semua pekerjaan operasional secara aman dan efisien sesuai standar prinsip-prinsip pelestarian dan pengelolaan internasional. 4.1.2. Lokasi Perusahaan dan Lapangan Kantor BOB PT. Bumi Siak Pusako – Pertamina Hulu, Riau berlokasi di JL. Prof. Dr. Satrio Kav. E – 4/6 Menara Bank Danamon Lt 20, Kuningan Timur, Setia Budi, Jakarta Selatan.Wilayah kerja operasional BOB PT. Bumi Siak Pusako- Pertamina Hulu terletak di Zamrud, Kecamatan Dayun, Kabupaten Siak, Provinsi Riau. 4.1.3. Identitas Perusahaan : Badan Operasi Bersama PT. Bumi Siak Pusako –



1.



Nama Perusahaan Pertamina Hulu



2.



Jenis Badan Hukum : Badan Operasi Bersama (Joint Operating Body)



3.



Alamat Perusahaan Provinsi Riau



: Zamrud, Kecamatan Dayun, Kabupaten Siak,



4.



Nomor Telepon



: 0764 321177



5.



Nomor Fax



: 0764 321188



6.



Status Permodalan



: BUMD dan BUMN



7.



Bidang Usaha



: Eksplorasi dan Eksploitasi Minyak Bumi



8.



Penanggung Jawab



: Susanto Budi Nugroho



9.



Jabatan



: General Manager



10. SK AMDAL



:



1. Revisi RKL & RPL Pengembangan Lapangan Minyak Zamrud Provinsi Riau, 1999. 2. Revisi RKL & RPL Kegiatan Eksploitasi Minyak dan Gas Bumi di wilayah Minas – Siak Provinsi Riau, 1997. 23



Laporan Kerja Praktek Evaluasi Penerapan Sistem Managemen Lingkungan ISO 14001 di BOB PT. BSP – PERTAMINA HULU



3. Revisi RKL & RPL Tambahan Pengembangan Sumur Minyak di Blok CPP, Cekungan Sumatera Tengah Kabupaten Siak, Bengkalis dan Kampar Provinsi Riau, Indonesia 2006. 4.1.4. Visi, Misi, Komitmen, Kebijakan, dan Nilai – Nilai Perusahaan A. Visi BOB PT. Bumi Siak Pusako – Pertamina Hulu, Riau Menjadi perusahaan minyak dan gas bumi terpandang di Indonesia, dilandasi profesionalisme, kejujuran, tanggung jawab, dan saling menghargai. B. Misi BOB PT. Bumi Siak Pusako – Pertamina Hulu, Riau Menahan laju penurunan produksi, meningkatkan produksi melalui tahap secondary recovery dan menemukan cadangan baru dari kegiatan eksplorasi untuk menghasilkan nilai tambah bagi stake holder. C. Komitmen BOB PT. Bumi Siak Pusako – Pertamina Hulu, Riau a. BOB PT. Bumi Siak Pusako – Pertamina Hulu memiliki komitmen untuk senantiasa memahami, mencegah kecelakaan, kebakaran, pencemaran lingkungan, cidera, penyakit akibat kerja, serta memelihara hubungan yang harmonis dengan masyarakat setempat. b. BOB PT. Bumi Siak Pusako – Pertamina Hulu meyakini bahwa seluruh pekerja BOB PT. Bumi Siak Pusako – Pertamina Hulu, pihak yang berkepentingan dan semua mitra kerjanya, bersama-sama memainkan peranan penting dalam menerapkan kebijakan perusahaan di bidang HSE. Manajemen BOB PT. Bumi Siak Pusako – Pertamina Hulu berkomitmen untuk menetapkan, mendokumentasikan, menerapkan, memelihara, dan meningkatkan secara berkesinambungan HSEMS, serta menyediakan sumber daya yang diperlukan.



24



Laporan Kerja Praktek Evaluasi Penerapan Sistem Managemen Lingkungan ISO 14001 di BOB PT. BSP – PERTAMINA HULU



D. Kebijakan BOB PT. Bumi Siak Pusako – Pertamina Hulu, Riau Kebijakan HSE a. Memberikan prioritas utama terhadap aspek HSE baik dalam perencanaan, pengembangan,



dan



setiap



kegiatan



operasi



perusahaan



secara



berkelanjutan. b. Menerapkan aspek HSE dalam menyusun Perencanaan Bisnis (Business Plan) untuk memastikan bahwa pengelolaan masalah HSE selalu menjadi bagian yang integral dari kegiatan Operasi Perusahaan dengan menaati seluruh ketentuan dan perundang-undangan serta standar industri yang berlaku. c. Menunjukkan



komitmen



manajemen



dan



kepemimpinan



serta



memperlihatkan keteladanan di dalam perencanaan dan pelaksanaan HSE. d. Berperan aktif dan turut berpartisipasi bersama-sama instansi dan institusi lainnya dalam merumuskan dan mengembangkan peraturan dan standard HSE Migas. e. Menerapkan kebijakan dan mempertahankan HSEMS terprogram, serta terus menerus menyempurnakan dan meninjaunya secara berkelanjutan untuk menunjang operasi perusahaan yang aman, sehat, dan berwawasan lingkungan. f. Memberikan latihan kepada seluruh pekerja BOB, mitra kerja dan kontraktor mengenai HSE. g. Menetapkan tujuan, sasaran, dan mengukur kinerja HSEMS serta dilakukan tinjauan ulang secara berkala untuk peningkatan berkelanjutan. h. Menerapkan HSE Excellence untuk mendukung keberhasilan perusahaan dan pencapaian operational excellence. i. Mengembangkan dan menerapkan sistem tanggap darurat untuk menghadapi keadaan darurat secara efektif. j. Mencegah kecelakaan, kebakaran, pencemaran lingkungan, cidera, penyakit akibat kerja, mengembangkan dan menerapkan sistem tanggap



25



Laporan Kerja Praktek Evaluasi Penerapan Sistem Managemen Lingkungan ISO 14001 di BOB PT. BSP – PERTAMINA HULU



darurat untuk menghadapi keadaan darurat secara efektif, serta memelihara hubungan yang harmonis dengan masyarakat setempat. k. Mengembangkan dan meningkatkan effisiensi pemakaian sumber daya (konservasi energi), menerapkan 5-R (Re-Think, Reduce, Reuse, Recycle, Recovery), injeksi limbah cair (produced water) untuk pencegahan pencemaran sesuai peraturan perundangan dan standard industri yang berlaku. l. Berperan aktif dalam memelihara dan melestarikan kawasan konservasi alam setempat. m. Memelihara hubungan yang harmonis antara karyawan, mitra kerja, instansi pemerintah, dan masyarakat setempat di sekitar wilayah operasi perusahaan agar tercipta perusahaan yang aman, sehat, dan berwawasan lingkungan. n. Mewajibkan kepada para mitra kerja agar menerapkan standard pengelolaan HSE sesuai dengan Contractor Safety Management System (CSMS) BOB PT. Bumi Siak Pusako – Pertamina Hulu. o. Kebijakan ini disebar luaskan kepada seluruh pekerja BOB PT. Bumi Siak Pusako – Pertamina Hulu dan mitra kerjanya serta terbuka bagi masyarakat yang memerlukan. E. Nilai – Nilai Perusahaan Integritas, kerja sama, saling percaya, bertanggung jawab, mengakui perbedaan sebagai rahmat, dinamis, berakhlak mulia, karyawan diakui sebagai mitra dan ramah terhadap lingkungan hidup.



F. Struktur Kepemilikan Badan Usaha Sarana pembangunan Siak (BUMD) mendirikan suatu badan usaha yang khusus bergerak di bidang migas yaitu PT. Bumi Siak Pusako (BSP). Untuk mengelola migas ini PT. BSP melakukan kerja sama dengan pihak Pertamina yang tentunya sudah cukup berpengalaman dalam hal ini. Dengan Konsorsium-



26



Laporan Kerja Praktek Evaluasi Penerapan Sistem Managemen Lingkungan ISO 14001 di BOB PT. BSP – PERTAMINA HULU



Production Sharing Contract 50 % PT. BSP dan 50 % Pertamina-Hulu. Di bawah ini dapat dilihat struktur kepemilikan badan usaha BOB.



100%



PEMERINTAH DAERAH SIAK



PEMERINTAH



PD. SARANA PEMBANGUNAN SIAK (BUMD)



100%



PERTAMINA (BUMN)



Konsorsium - PSC PT. BUMI SIAK PUSAKO



50%



50%



PARTISIPASI INTEREST



Gambar 4.1 Struktur Kepemilikan Badan Usaha Sumber : Data Perusahaan BOB PT. Bumi Siak Pusako – Pertamina Hulu



4.1.5. Struktur organisasi BOB PT. Bumi Siak Pusako – Pertamina Hulu, Riau Organisasi Badan Operasi Bersama adalah bersifat fungsional, dimana perusahaan membentuk beberapa departemen sebagai fungsi yang berbeda dan semuanya terpisah satu sama lainnya. Struktur organisasi ini dapat dilihat dari gambar 4.1 Struktur Organisasi BOB PT. Bumi Siak Pusako – Pertamina Hulu.



27



Laporan Kerja Praktek Evaluasi Penerapan Sistem Managemen Lingkungan ISO 14001 di BOB PT. BSP – PERTAMINA HULU



Gambar 4.2 Struktur Organisasi BOB PT. Bumi Siak Pusako – Pertamina Hulu G. Operation Departement Kegiatan operasi BOB PT. Bumi Siak Pusako – Pertamina Hulu meliputi 3 tahap kegiatan, antara lain: 1. Kegiatan Eksplorasi, yaitu suatu kegiatan untuk menemukan indikasi adanya minyak di dalam perut bumi hingga dilakukan pengeboran. 2. Kegiatan Eksploitasi, yaitu suatu kegiatan untuk mengambil minyak didalam perut bumi. 3. Kegiatan Produksi, yaitu pengolahan minyak dari well head hingga gathering station dan menuju Minas.



H. Exploration Department Merencanakan, mengarahkan, mengendalikan, dan mengevaluasi kegiatan eksplorasi untuk memastikan pencapaian target eksplorasi dan pengembangan blok yang telah ditetapkan sehingga mendukung pencapaian target produksi perusahaan.



28



Laporan Kerja Praktek Evaluasi Penerapan Sistem Managemen Lingkungan ISO 14001 di BOB PT. BSP – PERTAMINA HULU



Kegiatan eksplorasi BOB PT. Bumi Siak Pusako – Pertamina Hulu mencakup 3 area dengan luas area keseluruhan adalah 9.135,06 km2terletak di propinsi Riau-Sumatera yang tercakup dalam Kabupaten Siak, Bengkalis, Kampar dan Rokan Hulu. I. Health Safety an Environmental Department (HSE) BOB PT. Bumi Siak Pusako - Pertamina Hulu menyadari bahwa dalam melaksanakan kegiatan mencari dan mengembangkan sumber daya minyak dan gas bumi berpotensi untuk menimbulkan dampak terhadap keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan sekitarnya. Adalah kewajiban dan tanggung jawab BOB PT. Bumi Siak Pusako - Pertamina Hulu dalam menjalankan usaha dan kegiatan operasinya tersebut selalu mengutamakan keselamatan dan kesehatan kerja bagi pekerja dan mitra kerjanya, melindungi lingkungan dari dampak yang ditimbulkan serta memelihara hubungan yang harmonis dengan masyarakat tempatan. Untuk memenuhi komitmen tersebut, BOB PT. Bumi Siak PusakoPertamina Hulu menetapkan kebijakan sebagai berikut: 1. Memberikan prioritas utama terhadap aspek Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lindungan Lingkungan (K3LL) baik dalam perencanaan, pengembangan dan setiap kegiatan operasi perusahaan. 2. Mematuhi seluruh ketentuan dan peraturan perundang-undangan serta Standar Industri yang berlaku di bidang K3LL. 3. Menunjukan



komitmen



management



dan



kepemimpinan



serta



memperlihatkan keteladanan dalam pengelolaan dan pelaksanaan K3LL. 4. Berperan aktif dan turut berpartisipasi bersama-sama instansi pemerintah dan institusi lainnya dalam merumuskan dan mengembangkan peraturan dan standar K3LL. 5. Memberikan informasi kebijakan K3LL secara baik dan memberikan pelatihan kepada seluruh pekerja BOB, Mitra Kerja dan Kontraktor mengenai keselamatan, keselamatan kerja dan lindungan lingkungan (K3LL).



29



Laporan Kerja Praktek Evaluasi Penerapan Sistem Managemen Lingkungan ISO 14001 di BOB PT. BSP – PERTAMINA HULU



6. Mengembangkan



dan



menerapkan sistem



tanggap darurat



untuk



menghadapi keadaan darurat secara efektif. 7. Memelihara hubungan yang harmonis antara pekerja, mitra kerja, instansi pemerintah



dan



masyarakat



tempatan



disekitar



wilayah



operasi



perusahaan. Target utama kebijakan HSE BOB PT. Bumi Siak Pusako – Pertamina Hulu adalah tidak ada kecelakaan (zero accident), tidak merusak lingkungan (no oil spill & zero discharge), tidak ada kerusakan peralatan (no property/facility damage). Sementara itu, prinsip-prinsip pengelolaan lingkungan BOB PT. Bumi Siak Pusako – Pertamina Hulu adalah 3R (Reduce, Reuse, Recycle), minimalisasi pembukaan lahan untuk sumur pemboran explorasi dan pengembangan, Zero Water Discharge, Rehabilitasi lahan (reboisasi, regreening dll). Berikut adalah struktur dari departemen HSE pada gambar 4.



Gambar 4.3 Struktur Departement HSE BOB PT. Bumi Siak Pusako – Pertamina Hulu 1. Occupational Health Menjaga kesehatan dan kenyamanan pekerja selama berada di lingkungan kerja hingga di luar lingkungan kerja nanti, yang sifatnya jangka panjang. Menghindarkan pekerja dari penyakit yang sumbernya dapat berasal dari lingkungan kerja.



30



Laporan Kerja Praktek Evaluasi Penerapan Sistem Managemen Lingkungan ISO 14001 di BOB PT. BSP – PERTAMINA HULU



2. Quality Inspection Mengawasi kualitas dari peralatan di perusahaan, dan kualitas dari hasilhasil pengolahan yang berhubungan dengan lingkungan. Pest control juga termasuk dalam divisi ini. 3. Environmental Protection Berhubungan langsung dengan kegiatan produksi, menjaga agar tidak terjadinya pelanggaran terhadap peraturan yang mengatur akan lingkungan hidup selama kegiatan operasi produksi berlangsung. Membawahi pengolahan limbah-limbah yang dihasilkan selama kegiatan operasi produksi hingga dilaksanakan atau seperti yang tertera di baku mutu atau peraturan yang berlaku. 4. Safety & Fire Menjaga keselamatan dan kesehatan pekerja dalam jangka pendek, seperti SOP lapangan, kebijakan K3L, alat pelindung diri dsb. Divisi ini juga menangani kejadian tanggap kebakaran. J. Drilling & Work Over Department (DWO) Merupakan departemen yang bertugas menangani segala kegiatan yang berhubungan dengan sumur. Kegiatan tersebut meliputi usaha agar sumur siap berproduksi (initial completion) maupun usaha perbaikan sumur saat berproduksi (work over). Semua kegiatan yang dilakukan oleh team ini



bertujuan untuk



meningkatkan dan mempertahankan produksipada well. Departemen DWO BOB PT. Bumi Siak Pusako – Pertamina Hulu terdiri dari 3 sub departemen:  Drilling  Work Over and Well Service  DWO Support



31



Laporan Kerja Praktek Evaluasi Penerapan Sistem Managemen Lingkungan ISO 14001 di BOB PT. BSP – PERTAMINA HULU



K. Facilities & Maintenance Department Merupakan suatu departemen yang berfungsi untuk menunjang aspek produksi, terbagi menjadi 5 sub departemen, yakni maintenance support, transport equipment, power transmition and distribution, engineering and budgeting, civil construction and topografhy. Maintenance Support merupakan suatu departemen yang berfungsi untuk menunjang aspek produksi, terbagi menjadi 3 bagian kerja, yakni bagian instrument dan elektric, bagian mekanik dan bagian pipe line. Civil Construksi and Tophografi (CC&T), merupakan departemen yang bergerak pada bagian insfruktur sipil, Road Location Water Ways (RLWW), Planning dan Topografi, Residance kontrak dan Drafting. Power Transmitionand Distribution (PT&D), merupakan departemen yang bergerak di bidang transmisi dan distribusi arus listrik pada BOB PT. Bumi Siak Pusako - Pertamina Hulu yang dibagi menjadi 2 pembagian kerja yakni power line dan subtation. BOB PT. Bumi Siak Pusako - Pertamina Hulu belum memiliki pembangkit listrik sendiri dan sedang dilakukan pembangunannya di sekitar Pusaka GS. Oleh karena itu, tegangan listrik di BOB PT. Bumi Siak Pusako - Pertamina Hulu diambil dari tegangan listrik dari PT. CPI (Chevron Pasifik Indonesia) yang diambil dari daerah Lukut dengan tegangan 115 KV dan dialirkan sampai ke Beruk substation. Beruk subtation memiliki OCB yang berfungsi sebagai pengaman agar tidak terjadi short pada trafo dan kemudian listrik dialirkan ke filder. Seluruh tegangan listrik pada Pedada area dan Zamrud area dapat dimonitor pada ruangan yang dinamakan SKADA.



L. Suport Department Merupakan departemen pendukung perusahaan yang terdiri dari 5 subdepartemen:



32



Laporan Kerja Praktek Evaluasi Penerapan Sistem Managemen Lingkungan ISO 14001 di BOB PT. BSP – PERTAMINA HULU



1. Information and Technology 2. Human Recources Management 3. External Affair 4. Supply Chain Management 5. Financial and Commercial 4.1.6. Wilayah Kerja BOB PT. Bumi Siak Pusako – Pertamina Hulu, Riau Luas daerah operasi BOB tidak dapat dipastikan, hal ini disebabkan karena lokasi produksinya yang terpisah –pisah. Namun diperkirakan luas lokasinya ±9.996 km2. Wilayah kerja BOB PT. Bumi Siak Pusako – Pertamina Hulu dapat dilihat pada gambar 4.5



33



Laporan Kerja Praktek Evaluasi Penerapan Sistem Managemen Lingkungan ISO 14001 di BOB PT. BSP – PERTAMINA HULU



Gambar 4.4 Wilayah Kerja BOB Coastal Plain & Pekanbaru Sumber : Data Perusahaan BOB PT. Bumi Siak Pusako – Pertamina Hulu



Beberapa lokasi yang telah memproduksi minyak yaitu : 1. Zamrud Field Luas daerah yang diolah ±5.656 Ha dengan luas tanah bangunan ±1.076 Ha. Wlayah kerja BOB PT. Bumi Siak Pusako – Petamina Hulu pada lapangan Zamrud terdapat 178 well on dan 9 well off. 2. Pedada dan Pusaka Field



34



Laporan Kerja Praktek Evaluasi Penerapan Sistem Managemen Lingkungan ISO 14001 di BOB PT. BSP – PERTAMINA HULU



Luas daerah Pedada dan Pusaka yang diolah adalah ±568 Ha dengan luas bangunan untuk wilayah Pedada ±8 Ha dan luas bangunan untuk Pusaka ±20 Ha dengan jumlah sumur minyak yang masih berproduksi 210 well on dan 37 well off. 3. West Area Field Sumur produksi yang berada di West Area sebanyak 39 well on dan 8 well off. Lokasi-lokasi tersebut adalah lapangan kerja dimana dilakukan eksploitasi dari sumur-sumur minyak yang ada. Melalui gambar di atas terlihat wilayah kerja BOB PT. Bumi Siak Pusako – Pertamina Hulu, Riau dari area di atas terbagi menjadi 2 bagian yaitu East Area dan West Area. Dimana East Area tediri dari Zamrud Field, Pedada Field, dan Pusaka Field, sedangkan West Area memiliki satu lapangan operasi. Berikut adalah peta dari East Area dan West Area yang ditunjukan melalui gambar 4.5



Gambar 4.5 Pembagian Wilayah Kerja Coastal Plain & Pekanbaru Sumber : BOB PT. Bumi Siak Pusako – Pertamina Hulu



35



Laporan Kerja Praktek Evaluasi Penerapan Sistem Managemen Lingkungan ISO 14001 di BOB PT. BSP – PERTAMINA HULU



4.1.7. Kegiatan Operasi BOB PT. Bumi Siak Pusako – Pertamina Hulu, Riau Kegiatan operasi yang dilakukan oleh BOB PT. Bumi Siak Pusako – Pertamina Hulu di wilayah Zamrud dan Pedada FMT pada saat ini adalah operasi produksi minyak dengan cara primary recovery dan secondary recovery. 1. Primary Recovery Adalah eksploitasi minyak dengan cara hanya mengandalkan sumur produksi yang memompa minyak dari dalam reservoir. Cara ini dilakukan sejak awal ditemukannya lapangan minyak di wilayah Zamrud dan Pedada – Pusaka. 2. Secondary Recovery Merupakan perolehan minyak lanjutan (EOR) Enhanched Oil Recovery. Pada proses ini, perolehan minyak tidak hanya mengandalkan kepada kemampuan sumur produksi saja, tetapi juga memanfaatkan tenaga tambahan yang diberikan melalui injeksi air untuk menjaga ketersediaan tekanan dalam reservoir. Cara ini dikenal juga sebagai injeksi air (waterflood). 4.1.8. Bahan baku dan produk BOB PT. Bumi Siak Pusako – Pertamina Hulu, Riau BOB PT. Bumi Siak Pusako – Pertamina Hulu memiliki 2 Gathering station (GS) utama, yaitu GS Pusaka dan GS Zamrud. GS Pusaka digunakan untuk memproses fluida yang berasal dari well pedada dan GS Zamrud digunakan untuk memproses fluida yang berasal dari well Zamrud. Crude oil yang dihasilkan di GS Pusaka dan GS Zamrud memiliki perbedaan karakteristik, seperti yang terlihat pada Tabel 4.1



Tabel 4.1 Karakteristik crude oil BOB PT. Bumi Siak Pusako – Pertamina Hulu 36



Laporan Kerja Praktek Evaluasi Penerapan Sistem Managemen Lingkungan ISO 14001 di BOB PT. BSP – PERTAMINA HULU



Sumber : Data Perusahaan BOB PT. Bumi Siak Pusako – Pertamina Hulu Result Determination



Unit



Method



1633/09



1634/09



GS ZAMRUD



GS PUSAKA



-



0.8349



0.8454



Density



-



0.8345



0.8450



API Gravity



-



37.98



35.87



Pour Point



°C



42



33



Wax Content



%wt



21.19



12.98



%vol



0



0



ASTM D. 96



Congealing Point °F



137



137



ASTM D. 938



Paraffin Content



73.40



67.45



ASTM D. 6730



21.47



24.25



18.77



9.608



8.657



7.300



3.474



3.325



Metana



0.00



0.00



Etana



0.00



0.00



Propana



0.02



0.01



0.12



0.11



i-Butana



0.06



0.06



Pentana



0.49



0.60



i-Pentana



0.50



0.06



Specific Gravity at 60/60°F



Base Sediment & water



%wt



ASTM D. 1298



ASTM D. 97 IFP



Alkohol-



Eter



Viscosity Kinematic 100°F 122°F 140°F



cSt



210°F



ASTM D. 445



Light End



Butana



%wt



ASTM D. 2887



37



Laporan Kerja Praktek Evaluasi Penerapan Sistem Managemen Lingkungan ISO 14001 di BOB PT. BSP – PERTAMINA HULU



4.1.9. Exploitasi Minyak Bumi di BOB PT BSP - Pertamina Hulu Eksploitasi adalah suatu kegiatan mengambil minyak didalam perut bumi. Kegiatan eksplotasi dapat dilakukan di darat maupun lepas pantai. Dalam melaksanakan kegiatan ekploitasi minyak bumi biasanya dilakukan oleh engineer yang terdiri dari beberapa tim atau yang sering disebut dengan Tim Manager (TM). Tim manager dibagi menjadi beberapa bagaian, yaitu: 1. TM Reservoir, terdiri dari reservoir engineer, geologies dan geofisies. 2. TM Zamrud area, Pedada area dan West area yang masing-masing terdiri geologies, geofisies, field production engineer dan production engineer. 3. TM EOR



Field Production Engineer merupakan salah satu bagian dari tim eksploitasi yang bertugas untuk menangani, mengontrol dan membuat program sumur serta mengontrol produksi setiap hari. Kegiatannya meliputi usaha agar sumur siap berproduksi maupun usaha perbaikan sumur saat berproduksi. Semua kegiatan yang dilakukan oleh tim ini bertujuan untuk meningkatkan dan mempertahankan produksi pada well. Tim ini bekerja dengan membuat program yang akan dilaksanakan dilapangan yang berkaitan dengan operasi work over dan well service. 4.1.10. Proses Produksi Minyak Minyak dari sumur produksi dialirkan menuju gathering station melalui pipa produksi. Gathering station (GS) atau stasiun pengumpul, merupakan suatu tempat yang berfungsi untuk menampung fluida dari sumur-sumur minyak dan memisahkan fluida menjadi gas, minyak, dan air. Selain itu Gathering Station (GS) juga merupakan tempat pusat pendataan produksi minyak dan pencatatan segala kondisi dan pekerjaan lapangan.



38



Laporan Kerja Praktek Evaluasi Penerapan Sistem Managemen Lingkungan ISO 14001 di BOB PT. BSP – PERTAMINA HULU



Fasilitas utama dan pendukung produksi yang ada di CPP Block : 1. 6 Gathering Station (GS) yaitu Zamrud, Pusaka, Pedada, Kasikan, Osam, dan Terantam. 2. 3 Enhanced Oil Recovery Plants (3 Water Cleaning Plant) 3. 621 sumur yaitu terdiri dari 417 sumur produksi, 92 sumur injeksi dan 112 sumur untuk kepentingan lain.



Tabel 4.2 Kapasitas Produksi dan Injeksi Lapangan Minyak Zamrud FMT, Pedada FMT, dan West Area Kapasitas No



Data Fasilitas Produksi



Produksi



Produksi Minyak Mentah PerA



B



C



Hari Zamrud FMT



± 6.500 BOPD



Pedada FMT



± 7.500 BOPD



West Area



± 1.000 BOPD



Total Produksi CPP Block



± 15.000 BOPD



Kapasitas Gathering Station : Zamrud



100.000 BOPD



Pedada



14.000 BOPD



West Area



1.000 BOPD



Pusaka



40.000 BOPD



Kapasitas Water Cleaning Plant Zamrud



480.000 BFPD



Pedada



40.000 BFPD



West Area



-



39



Laporan Kerja Praktek Evaluasi Penerapan Sistem Managemen Lingkungan ISO 14001 di BOB PT. BSP – PERTAMINA HULU



Kapasitas No



D



E



Data Fasilitas Produksi



Produksi



Pusaka



140.000 BFPD



Kapasitas Injeksi Air Zamrud



185.000 BWPD



Pedada & Pusaka



120.000 BWPD



Luas Lapangan Zamrud



2682 Ha



Pedada – Pusaka



6038,12 Ha



West Area



1275,88 Ha



Luas Wilayah CPP Block



9.996 km2



Sumber : BOB PT. Bumi Siak Pusako – Pertamina Hulu



4.1.11. Unit-unit proses produksi 1. Gathering Station Gathering Station (GS) atau Stasiun Pengumpul, merupakan suatu tempat yang berfungsi untuk menampung fluida dari sumur-sumur minyak dan memisahkan fluida menjadi gas, minyak, dan air. Fluida yang berasal dari sumur dialirkan ke flow line kemudian ke production line menuju GS Zamrud ini adalah statiun pengumpul utama BOB, sehingga minyak – minyak hasil produksi di Area lainnya pun akan di kirim ke GS Zamrud terlebih dahulu, untuk selanjutnya dikirim ke Minas untuk di jual. GS juga berfungsi sebagai tempat pusat pendataan produksi minyak dan pencatatan segala kondisi dan pekerjaan di lapangan. a. Gas Boot Merupakan kolom gas separator tempat awal masuknya fluida dari sumur produksi. GS Zamrud memiliki 2 unit Gas Boot, masing – masing memiliki ukuran diameter 8 ft dan tinggi 70 ft. Gas Boot merupakan unit pertama yang dilalui minyak yang bersal dari sumur produksi minyak. Unit ini terdiri dari tabung yang dilengkapi dengan baffle horizontal untuk mempercepat terjadinya pemisahan fluida dan



40



Laporan Kerja Praktek Evaluasi Penerapan Sistem Managemen Lingkungan ISO 14001 di BOB PT. BSP – PERTAMINA HULU



gas. Gas yang telah terlepas masuk kedalam pipa melalui bagian atas tabung menuju flare stack. Bila kandungan gas kecil, maka akan dikeluarkan begitu saja, namun bila kandungannya besar akan di bakar. Fasa cair yang ada akan mengalir melalui pipa lain yang berada di bawah gas boot menuju wash tank. Minyak dan air (fluida) dialirkan ke wash tank melalui bagian samping dasar kolom. Gas boot dilengkapi dengan control valve yang berguna pada start up. Valve ini menjaga ketinggian permukaan cairan dalam gas boot. Control valve lain juga bisa digunakan untuk menjaga tekanan di dalam gas boot selama operasi.



Gambar 4.6 Gas Boot Sumber : Data Perusahaan BOB PT. Bumi Siak Pusako Pertamina Hulu



Berikut adalah peralatan pendukung gas boot : 



8” Safety relief valve = 160 Psi yang otomatis terbuka bila tekanan yang ada dalam gas boot telah mencapai nilai batas 160 Psi







Deflector plate : plat ini terdapat di depan nozzle (inlet gas boot), dimana fluida yang masuk akan membentur plat ini, dan terjadi pemisahan antara gas & liquid



41



Laporan Kerja Praktek Evaluasi Penerapan Sistem Managemen Lingkungan ISO 14001 di BOB PT. BSP – PERTAMINA HULU







Mist pad/extractor : menyerap kabut air yang terikat bersama gas







Coalescing plate : memisahkan liquid dan gas







4” drain valve : berfungsi membuang endapan pasir dan padatan lainnya yang terbawa dari sumur produksi



b. Wash Tank Merupakan tempat penampungan cairan (minyak dan air) yang berasal dari Gas Boot masuk pada bagian bawah wash tank. Wash Tank juga berfungsi sebagai tempat untuk memisahkan cairan ke dalam bentuk minyak dan air. Pada Wash Tank cairan yang terdiri dari minyak dan air dipisahkan dengan menggunakan sistem retention time, gravity, selain itu juga dipengaruhi oleh temperature, agitasi (pengadukan), serta bantuan chemical (Demulsifier dan Reverse Demulsifier). Di dalam wash tank terjadi pemisahan antara minyak dan air yang disebabkan adanya perbedaan densitas antara minyak dan air. Waktu yang diperlukan untuk pemisahan alamiah antara minyak dan air ini disebut retention time, yang biasanya memerlukan waktu yang cukup lama sehingga perlu ditambahkan bahan kimia agar proses pemisahannya berlangsung dengan cepat. Bahan – bahan kimia ini biasanya dicampurkan melalui flow line atau production line Minyak yang keluar dari bagian samping atas wash tank sebagai overflow yang selanjutnya akan dialirkan ke shipping tank. Air yang keluar dari bagian bawah wash tank dialirkan ke skimming tank. Tinggi permukaan minyak dalam wash tank diatur oleh water leg didasrkan pada prinsip kapilaritas. Gas yang masih terbawa di wash tank dialirkan ke flare stack . Di Gathering Station Zamrud terdapat 2 wash tank, dengan kapasitas masing –masing 20.000 BBL, diameter 70 ft, tinggi 30 ft. Pada awal operasi, untuk meningkatkan pemisahan air dan minyak, tangki ini dilengkapi dengan elemen pemanas. Hal ini berkaitan dengan suhu fluida yang berkisar antara 161 – 170 0F. Suhu tersebut



42



Laporan Kerja Praktek Evaluasi Penerapan Sistem Managemen Lingkungan ISO 14001 di BOB PT. BSP – PERTAMINA HULU



berdekatan dengan titik beku minyak. Oleh karena itu, untuk meningkatkan pemisahan diperlukan elemen pemanas. Namun seiring dengan waktu, dimana jumlah minyak yan dihasilkan semakin rendah dan air yang terproduksi semakin besar, maka suhu fluida yang masuk ke wash tank meningkat yaitu berkisar antara 190 – 2000F. Dengan suhu tersebut elemen panas sudah tidak diperlukan lagi, dikarenakan suhu yang dihasilkan fluida telah mencukupi untuk melakukan pemisahan minyak dan air dengan cepat. Untuk mengecek apakah minyak dan air telah terpisah, digunakan peralatan pendukung yang disebut sample cock, yang berupa keran bukaan yang ditempatkan pada tiap ketinggian 1-28 ft, untuk mengetahui kandungan fluida pada ketinggian tersebut. Wash tank di drain untuk membuang endapan, jika endapan pada sample cock sudah mencapai 4 ft.



Gambar 4.7 Wash Tank Sumber : Data Perusahaan BOB PT. Bumi Siak Pusako – Pertamina Hulu



Peralatan yang terdapat pada wash tank adalah sebagai berikut:  Inlet wash tank Sebagai tempat masuknya fluida dari gas boot ke wash tank. Pada ujung inlet yang berada di dalam wash tank terdapat "spreader" yang akan menyebarkan fluida ke seluruh ruangan wash tank dan juga memecahkan emulsi.



43



Laporan Kerja Praktek Evaluasi Penerapan Sistem Managemen Lingkungan ISO 14001 di BOB PT. BSP – PERTAMINA HULU







Water leg Alat ini berfungsi sebagai outlet untuk keluarnya air yang sudah terpisah dari minyak. Di samping itu, water leg juga berfungsi mengatur ketinggian permukaan air di dalam wash tank. Mengatur ketinggian air (water level) bisa dilakukan dengan cara menambah atau mengurangi O-ring (ring spacer) di ujung atas pipa tempat keluarnya air. Ketinggian permukaan ini diperlukan agar proses pemisahan air dan minyak menjadi semakin baik, yang pada akhirnya akan mendapatkan water cut yang baik.



Gambar 4.8 Water Leg Sumber : Data Perusahaan BOB PT. Bumi Siak Pusako – Pertamina Hulu



 Breather valve Terdapat di atap tangki dan berfungsi membuang sisa-sisa gas yang masih terbawa oleh fluida ke dalam tangki apabila tekanan di dalam tangki melebihi tekanan atmosfir. Sedangkan apabila tekanan di dalam tangki lebih rendah dari tekanan atmosfir, breather velve menjadi tempat masuknya udara luar ke dalam tangki. Dengan demikian breather velve bisa mencegah kerusakan tangki yang disebabkan oleh perbedaan tekanan di dalam dan di luar tangki.



44



Laporan Kerja Praktek Evaluasi Penerapan Sistem Managemen Lingkungan ISO 14001 di BOB PT. BSP – PERTAMINA HULU







Gauge hatch Gauge hatch terdapat pada bagian atas tangki (atap) yang berfungsi sebagai tempat mengambil sampel atau mengukur level. Di samping itu juga berfungi untuk mendeteksi endapan pasir yang ada di dalam tangki dengan cara menurunkan tank gauge sampai menyentuh permukaan pasir.







Sample cock Berfungsi sebagai tempat untuk melihat sample minyak dan air serta untuk melihat level batas antara minyak dan air yang ada di wash tank.



Gambar 4.9 Sample Cook Sumber : Data Perusahaan BOB PT. Bumi Siak Pusako – Pertamina Hulu



c. Shipping Tank Merupakan tempat penampungan minyak yang berasal dari Wash Tank yang sudah bebas dari gas dan air. Minyak didapat dari overflow yang terjadi di wash tank. Minyak yang tersimpan di dalam Shipping Tank memiliki kandungan air (water cut) tidak lebih dari 0.05%. minyak yang terkumpul akan dialirkan melalui 6 unit shipping charge pump yang masing-masingnya berkapasitas 1200GPM menuju LACT



45



Laporan Kerja Praktek Evaluasi Penerapan Sistem Managemen Lingkungan ISO 14001 di BOB PT. BSP – PERTAMINA HULU



unit untuk mengukur debit dan mengkonversi satuan tersebut kedalam standar API. Pada lapangan Zamrud terdapat 2 shipping tank, dengan kapasitas masing – masing 4.000 BBL, diameter 35 ft dan tinggi 24 ft.



Gambar 4.10 Shipping tank Sumber : Data Perusahaan BOB PT. Bumi Siak Pusako – Pertamina Hulu



Shipping tank dilengkapi dengan circulating pump yang akan memompakan minyak di bagian bawah tank. Jika air yang terikut melebihi 0,1%, maka minyak akan dikembalikan ke wash tank untuk diproses kembali. Shipping tank juga dilengkapi dengan level switch, yang berfungsi untuk mengatur hidup matinya pompa. Pada shipping tank juga terdapat breath velve yang berfungsi untuk mengontrol tekanan gas pada shipping tank. Breath velve akan terbuka pada tekanan tertentu, sehingga dapat menormalkan tekanan pada shipping tank.



46



Laporan Kerja Praktek Evaluasi Penerapan Sistem Managemen Lingkungan ISO 14001 di BOB PT. BSP – PERTAMINA HULU



d. Charge Pump Adalah pompa yang berfungsi untuk mengalirkan/memompakan minyak dari Shipping Tank ke Lack Unit (Meter Reading). Proses ini bisa dilakukan secara otomatis berdasarkan level minyak di Shipping Tank, dan juga dapat dilakukan secara manual seperti pada saat menutup produksi.



Gambar 4.11 Charge Pump Sumber : Data Perusahaan BOB PT. Bumi Siak Pusako – Pertamina Hulu



e. LACT Unit (Meter Reading) Lease Acquisition Custody Transfer merupakan suatu unit yang berfungsi untuk mengkonversikan jumlah minyak mentah yang dihasilkan ke dalam standar API. Salah satu fungsi alat ini adalah sebagai alat ukur volume minyak yang akan dikirimkan ke stasiun berikutnya (NBS : North Buster Station) Minas melalui Shipping Line.



47



Laporan Kerja Praktek Evaluasi Penerapan Sistem Managemen Lingkungan ISO 14001 di BOB PT. BSP – PERTAMINA HULU



Gambar 4.12 Lact Unit (Metering Unit) Sumber : Data Perusahaan BOB PT. Bumi Siak Pusako – Pertamina Hulu



Di unit ini digunakan 7 shipping pump dengan kapasitas masing – masing 342 GPM. LACT unit terdiri dari : 



BS & W (Base Water Sediment Indicator), merupakan suatu indicator untuk mengetahui kadar air (water cut) pada minyak mentah.







Strainer, berfungsi sebagai filter







Deareator, berfungsi untuk memisahkan air yang masih terbawa pada minyak mentah







Meter flowing







ATG (Automatic Temperatur and Gravity)/ ATA (Automatic Temperature Average), berfungsi untuk mengkonversikan fluida dalam satuan API, yaitu pada 600F.







Counter & ticket Printer, merupakan alat untuk mengetahui jumlah produksi Brutto dan Netto setiap hari.







Time Cut Sampler, berfungsi sebagai tempar pengambilan sampel untuk penentuan kadar air (water cut) dri minyak yang dihasilkan.







Pressure Indicator Incoming & Outgoing







Temperature Indicator Incoming & Outgoing



f. Shipping Pump



48



Laporan Kerja Praktek Evaluasi Penerapan Sistem Managemen Lingkungan ISO 14001 di BOB PT. BSP – PERTAMINA HULU



Berfungsi untuk memompakan minyak dari Meter Reading ke stasiun berikutnya (NBS : North Buster Station) Minas g. Flare Stack adalah suatu unit sebagai tempat pembakaran gas yang diproduksi. Tujuannya adalah untuk mencegah terjadinya kerusakan lingkungan.



Gambar 4.13 Flare Stack Sumber : Data Perusahaan BOB PT. Bumi Siak Pusako – Pertamina Hulu



2. Water Cleaning Plant Merupakan unit yang berfungsi mengolah air dari Gathering Station sehingga bisa memenuhi standar yang ditetapkan agar tidak terjadi pencemaran lingkungan, serta sebagai penolahan air terprouksi kualitasnya dapat sesuai dengan resrvoir EOR yang digunakan, serta tidak berpotensi merusak pada unit – unit pengolahan lain ataupun pipa – pipa yang digunakan. Air bersih yang telah diolah tersebut kemudian diinjeksikan kembali ke sumur injeksi (water injection well) dan sumur disposal (disposal well). Untuk area Zamrud, air terproduksi ini akan dialirkan ke Water Injection Plant untuk meningkatkan tekanan injeksi. Unit



49



Laporan Kerja Praktek Evaluasi Penerapan Sistem Managemen Lingkungan ISO 14001 di BOB PT. BSP – PERTAMINA HULU



– unit yang ada di WCP dikendalikan secara otomatis melalui ruang operator menggunakan PLC (Programmable Logic Control). a. Skimming Tank Merupakan tempat penampungan air dari Wash Tank yang berdiameter 40 ft, tinggi 12 ft dan kapasitas 2500BBL. Kemudian bagian atas yang berupa minyak dialirkan menuju recycle tank, sedangkan airnya di pompa ke filter dengan bantuan 6 unit filter charge pump dengan kapasitas 1800GPM an bertekanan 60Psi, sebelum air dari GS masuk ke skimming tank, air terlebih dahulu di injeksikan dengan bahan – bahan kimia berupa biocide, scale inhibitor dan corrotion inhibitor, dengam maksud menjaga kualitas pipa – pipa dan unit – unit pengolahan WCP agar tidak terjadi kerak dan korosi.



Gambar 4.14 Skimming Tank Sumber : Data Perusahaan BOB PT. Bumi Siak Pusako – Pertamina Hulu



Level dan tekanan merupakan hal yang harus dikendalikan pada skimming tank. Jika level fluida dalam tangki berada pada elevasi di bawah 98% sampai 70%, maka aliran keluar akan menuju ke charge pump. Velve pada pipa keluaran fiter unit yang menuju balance tank akan tertutup dan aliran akan berputar di sekitar skimming tank, charge pump dan fiter unit sampai level fluida mencapai >98%. 50



Laporan Kerja Praktek Evaluasi Penerapan Sistem Managemen Lingkungan ISO 14001 di BOB PT. BSP – PERTAMINA HULU



Namun jika level skimming tank berada pada elevasi >98%, maka velve pada pipa yang menuju balance tank akan terbuka setelah air melewati unit filter. Pada keadaan ini akan ada dua aliran keluar, yaitu air menuju charge pump yang nantinya akan di kirim ke unit filter dan balance tank serta minyak yang menuju recycle tank. Aliran yang menuju recycle tank mengalir secara over flow. Karena minyak dan air akan berpisah berdasarkan berat jenisnya di dalam skimming tank. Minyak yang berat jenisnya lebih rendah dari air akan berada di bagian atas tank dan akan keluar jika level mencapai skimking tank mencapai >98%. Skema aliran air pada proses skimming dapat dilihat pada Gambar 6.2.



51



Laporan Kerja Praktek Evaluasi Penerapan Sistem Managemen Lingkungan ISO 14001 di BOB PT. BSP – PERTAMINA HULU



Oil to recovery tank



Skimming Tank



Charge Pump



Water to balance Tank



Filter Unit



(A) Valve Ditutup Valve Dibuka



Oil to recovery tank



Skimming Tank



Charge Pump



Water to balance Tank



Filter Unit



(B)



Gambar 4.15 (a) Level di Skimming Tank 98% Selain itu pada unit skimming tank juga di pasang pressure safety velve guna menjaga tekanan di dalam tank tersebut. Apabila tekanan di dalam skimming tank terlalu tinggi yang diakibatkan dari pressure fluida yang mengalir di dalamnya, maka pressure safety velve akan terbuka guna me-release tekanan berlebih. Hal ini bertujuan untuk menjaga agar tidak terjadi tekanan berlebih pada skimming tank.



52



Laporan Kerja Praktek Evaluasi Penerapan Sistem Managemen Lingkungan ISO 14001 di BOB PT. BSP – PERTAMINA HULU



b. Recycle Tank Recycle tank merupakan tank yang berkapasitas 250BBL dengan diameter 14ft 9inch dan tinggi 8ft berfungsi sebagai tempat untuk menampung minyak dari overflow Skiming Tank. Sedangkan sisa air akan dialirkan ke control box. Dari skimming tank air dialirkan ke filter dan kemudian ke balance tank sebelum digunakan sebagai air injeksi. Minyak dipompakan menuju GS dengan menggunakan bantuan recycle pump yang berjumlah 2 unit dengan kapasitas 720 GPM dan 600 GPM.



Gambar 4.16 Recycle Tank Sumber : Data Perusahaan BOB PT. Bumi Siak Pusako – Pertamina Hulu



c. Charge Pump Charge pump berfungsi untuk mengalirkan atau memompakan air dari skimming tank ke filter unit, dimana air tersebut akan dibersihkan. Charge pump terdiri dari 6 unit pompa dengan kapasitas masingmasing 1300 gpm. Pressure indicator digunakan untuk mengetahui tekanan pada charge pump. Tekanan keluar dari charge pump menuju filter unit



53



Laporan Kerja Praktek Evaluasi Penerapan Sistem Managemen Lingkungan ISO 14001 di BOB PT. BSP – PERTAMINA HULU



harus tinggi yaitu 42 psi. Untuk mengontrol tekanan digunakan shut down velve. Jika tekanan lebih dari 42 psi maka terjadi dapat merusak penahan packed dan merusak pompa karena pompa mengalami over load yang mengurangi ketahanan pompa. Untuk mencegah tekanan berlebih digunakan pressure switch high (PSH). Pressure indicator membaca informasi tekanan yang berlebih. Setelah itu PSH memberi tahu bahwa terjadi tekanan berlebih. Untuk mengatasi hal tersebut operator akan mematikan pompa untuk mencegah kerusakan pompa karena terjadinya over load dari aliran air. Dalam mematikan pompa dilakukan secara manual di field (hand switch). Setelah itu shut down velve menuju filter unit dibuka agar aliran tidak tertahan dan tekanan tidak naik kembali.



Gambar 4.17 Charge Pump Sumber : Data Perusahaan BOB PT. Bumi Siak Pusako – Pertamina Hulu



d. Filter Unit Nutshell filter unit merupakan alat penyaring air yang berfungsi untuk mendapatkan kualitas air yang dibutuhkan untuk injeksi. Nutshell filter unit merupakan proses treatment terakhir dimana pada tanki ini terjadi proses pemisahan zat padat yang terdapat di dalam air. Pemisahan antara padatan/koloid dengan dilakukan dengan bantuan



54



Laporan Kerja Praktek Evaluasi Penerapan Sistem Managemen Lingkungan ISO 14001 di BOB PT. BSP – PERTAMINA HULU



sebuah media penyaring yaitu cangkang buah kemiri (pecan shell) dan cangkang buah kenari (walnut shell) yang telah diperkecil. Media yang digunakan ini merupakan medium berpori untuk menghilangkan sebanyak mungkin zat padat halus yang tersuspensi dan koloid. Selain sebagai media adsorpsi (penyerapan yang terjadi hanya pada permukaan saja), nutshell filter unit juga berfungsi mengikat minyak yang masih terkandung di dalam air. Alat ini di pilih karena ukuran suspended solid yang terdapat dalam air terproduksi adalah 0,5-10 µm. Unit filter ini akan mengurangi suspended solid dan hidrokarbon dari air sebesar 98%, sehingga air yang terproduksi dapat digunakan untuk injeksi. Alat ini mempunyai medium filter dengan jenis walnut dan pecan dengan komposisi 1 : 4 persen berat. Pecan shelll yang digunakan sebanyak 246 sak (1 sak = 23 Kg) dan walnut shell yang digunakan sebanyak 64 sak. Pecan shell keluaran pabrik berbentuk persegi empat dan walnut shell berbentuk bulat. Kedia media filter ini di gunakan karena mempertimbangkan faktor celah antar media pada saat proses filtrasi berlangsung. Apabila hanya di gunakan media jenis pecan shell yang berbentuk segi empat saja, maka media tersebut akan tersususn rapi yang mengakibatkan celah antar media yang terbentuk sangat kecil bahkan tidak terbentuk celah. Apabila celah antar media kecil atau bahkan tidak ada maka proses filtrasi tidak akan berlangsung dengan maksimal karena air kotor yang akan di saring tidak dapat melewati media filter. Untuk itu digunakan media filter walnut shell yang berbentuk bulat untuk memberi celah antar media filter. Media pecan shell yang berbentuk segi empat dan walnut shell yang berbentuk bulat apabila di gunakan secara bersama akan membentuk celah yang lebih besar sehingga air kotor dapat melaluinya sehingga proses filtrasi berjalan lebih maksimal. Kelebihan lain yang dimiliki oleh nutshell filter unit yang menggunakan media pecan shell dan walnut shell adalah :



55



Laporan Kerja Praktek Evaluasi Penerapan Sistem Managemen Lingkungan ISO 14001 di BOB PT. BSP – PERTAMINA HULU







Pecan shell dan walnut shell lebih ringan daripada pasir



kuarsa, jadi lebih cepat mengapung sehingga akan lebih mudah terjadi proses pemisahan. 



Bersifat water based, artinya berperan sebagai media yang



memisahkan partikel-partikel minyak dari air. 



Lebih mudah dibersihkan dengan air.







Efisiensi penyaringan lebih tinggi



Gambar 4.18 Nutshell Filter Unit Sumber : Data Perusahaan BOB PT. Bumi Siak Pusako – Pertamina Hulu



Pecan shell merupakan media filter di dalam nutshell filter unit yang berasal dari cangkang buah kemiri yang di hancurkan dengan ukuran 12 – 20 mesh. Pecan shell berfungsi sebagai pengikat suspended solid yang terdapat dalam air. Suspended solid ini akan berpengaruh terhadap nilai turbiditas air keluaran filter unit. Semakin banyak suspended solid yang terdapat dalam air maka turbiditas akan semakin tinggi dan nilai NTU akan semakin tinggi. Hal ini tidak dikehendaki karena jika turbiditas air tinggi akan menyumbat lubang perforasi atau bahkan mengakibatkan pori batuan yang mengandung minyak akan tertutupi oleh suspended solid dalam air. Karena air yang di injeksikan akan bergerak menggiring minyak yang terjebak pada batuan mengarah ke sumur minyak. Pecan shell berwarna redish



56



Laporan Kerja Praktek Evaluasi Penerapan Sistem Managemen Lingkungan ISO 14001 di BOB PT. BSP – PERTAMINA HULU



brown dengan moisture content 3-8%. Pecan shell memiliki komposisi sebagai berikut : 



Nitrogen



: 0,1% wt







Cellulose



: 46-56% wt







Lignin



: 20-30% wt







Meloxyl



: 0,5% wt







Chlorine



: 0,1% wt







Ash



: 1,5% wt







Cutin



: 1% wt



Gambar 4.19 Pecan shell Sumber : Data Perusahaan BOB PT. Bumi Siak Pusako – Pertamina Hulu



Walnut shell merupakan media filter di dalam nutshell filter unit yang berasal dari semacam buah kenari yang di hancurkan dengan ukuran 12 – 20 mesh. Walnut shell berfungsi sebagai pengikat minyak yang masih terdapat dalam air. Kandungan minyak yang terdapat dalam air juga akan mempengaruhi nilai turbiditas dari air yang akan di injeksikan. Walnut shell berwarna light brown dengan moisture content 10%. Walnut shell memiliki komposisi sebagai berikut : 



Nitrogen



: 0,26% wt







Cellulose



: 22,7% wt







Lignin



: 42,6% wt



57



Laporan Kerja Praktek Evaluasi Penerapan Sistem Managemen Lingkungan ISO 14001 di BOB PT. BSP – PERTAMINA HULU







Ash



: 0,35% wt







Cutin



: 0,3% wt



Gambar 4.20 Walnut shell Sumber : Data Perusahaan BOB PT. Bumi Siak Pusako – Pertamina Hulu



Nutshell filter unit terdiri dari 6 unit yang di pasang paralel dengan kapasitas masing – masing filter 1600 gpm. Air yang masih kotor mengalir melalui katup inlet dan masuk dalam bejana pada bagian atas, air tersebut dipaksa mengalir turun melalui media penyaring, sehingga kandungan suspended solid dan sisa minyak akan tersaring. Pressure air yang masuk ke dalam filter unit sebesar 42 psi. Pressure ini berasal dari charge pump yang memompakan air dari skimming tank ke filter unit. Air yang keluar dari masing-masing filter diharapakan telah bersih sesuai dengan standar yang ditentukan, yakni kecil dari 3 NTU. Sedangkan untuk NTU keseluruhan air yang telah di proses di water cleaning plant (WCP) untuk siap di injeksikan ke sumur injeksi adalah 10 NTU. 10 NTU di dapat dari hasil rata-rata nilai turbiditas air yang telah di proses pada water cleaning plant (WCP) sebesar lebih kurang