Laporan Kunjugan Benteng Vredeburg Yogyakarta [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN KEGIATAN KUNJUNGAN MUSEUM BENTENG VREDEBURG YOGYAKARTA



Oleh : Malva Avilla Pertiwi No. Absen : 019



SEKOLAH MENENGAH PERTAMA TAMAN DEWASA IBU PAWIYATAN YOGYAKARTA Maret, 2017



KATA PENGANTAR Salam dan bahagia, Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah yang dilimpahkan sehingga laporan kegiatan kunjungan ke museum Benteng Vredeburg Yogyakarta yang ditugaskan dapat diselesaikan.



Laporan kegiatan kunjungan ke museum Benteng Vredeburg ini adalah tugas wajib yang harus dilaksanakan untuk kelas VIII SMP Taman Dewasa Ibu Pawiyatan Yogyakarta.



Dalam laporan ini penyusun menyadari masih terdapat kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan. Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun dan menjadikan laporan lebih baik sangat harapkan. Mudah-mudahan laporan kegiatan ini dapat bermanfaat untuk para pembaca pada umumnya dan khususnya pada penyusun.



DAFTAR ISI



HALAMAN JUDUL……………………………………………………………………………



i



KATA PENGANTAR................................................................................................................... ii DAFTAR ISI................................................................................................................................. iii



BAB I. PENDAHULUAN...........................................................................................................



1



Latar Belakang................................................................................................................... 1



BAB II. PEMBAHASAN............................................................................................................. 2 A. Sejarah berdirinya museum benterng Vredeburg ......................................................... 2 B. Diorama 1....................................................................................................................... 3 C. Diorama 2....................................................................................................................... 4 D. Diorama 3........................................................................................................................ 5 E. Diorama 4....................................................................................................................... 6



BAB. III. PENUTUP...................................................................................................................



7



Kesimpulan.......................................................................................................................... 7



.



BAB I. PENDAHULUAN



Latar Belakang



Kegiatan kunjungan ke Benteng Vredeburg adalah kegiatan wajib yang harus dilaksanakan oleh siswa kelas VIII SMP Taman Dewasa Ibu Pawiyatan Yogyakarta. Tujuannya adalah agar siwa menghargai perjuangan para pahlawan Indonesia yang telah berjuang merebut kemerdekaan dari tangan penjajah Belanda. Para pahlawan yang dengan gagah berani melawan tentara Belanda demi mempertahankan Negara Indonesia yang kita cintai ini.



Dalam Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta dilengkapi dengan diorama-diorama dan minirama-minirama yang menggambarkan adegan sejarah perjuangan para pejuang bangsa ketika melawan penjajah Belanda dahulu.



BAB II PEMBAHASAN



Museum Benteng Vredeburg terdiri dari beberapa bangunan yang terpisah. Beberapa fasilitas yang tersedia di museum antara lain adalah ruangan atau bioskop mini untuk menonton film dokumentasi sejarah perjuangan bangsa Indonesia melawan Belanda. Selain itu juga terdapat bangunan-bangunan yang berisi diorama-diorama yang didalamnya menggambarkan kejadian ketika para pejuang dengan gigihnya melawan penjajahan yang dilakukan oleh Belanda. Setiap diorama dilengkapi dengan dokumen didalam kaca sebagai penjelasan setiap kejadian tersebut. Dan didalam bangunan bangunan tersebut juga terdapat pula lukisan, foto-foto dan patung para pahlawan serta benda-benda bersejarah lainnya.



A. Sejarah berdirinya Museum Benteng Vredeburg Museum Benteng Vredeburg adalah salah satu museum perjuangan yang ada di Yogyakarta. Terletak didepan Gedung Agung dimana bangunan tersebut pernah menjadi tempat Presiden Pertama Ir. Soekarno memerintah ketika ibukota Indonesia dipindah ke Yogyakarta. Benteng Vredeburg dibangun oleh Sri Sultan Hamengkubuwana I atas permintaan pihak Belanda yang pada waktu itu dipimpin oleh Nicholaas Harting yang menjabat sebagai Gubernur Direktur Pantai Utara Jawa pada tahun 1760. Pihak Belanda meminta Benteng ini dibangun untuk menjaga keamanan keraton, tetapi sebenarnya tujuan utamanya yaitu untuk memudahkan pengawasan pihak Belanda sendiri terhadap segala kegiatan yang dilakukan pihak keraton Yogyakarta. Pertama dibangun benteng tersebut masih sangat sederhana temboknya pun hanya terbuat dari tanah, tiang-tiangnya terbuat dari kayu pohon kelapa dan aren, dan atapnya pun hanya terbuat dari ilalang. Bangunan tersebut dibangun dengan bentuk bujur sangkar yang di keempat ujungnya dibangun seleka atau bastion. Oleh Sri Sultan HB IV, keempat sudut itu diberi nama Jaya Wisesa (sudut barat laut),Jaya Purusa (sudut timur laut), Jaya Prakosaningprang (sudut barat daya), dan Jaya Prayitna(sudut tenggara). Pada tahun 1767 atas perintah gubernur Belanda yang bernama W.H Ossenberg benteng Vredeburg dibangun lebih permanen dengan alasan supaya keamanan keraton lebih terjamin. Proses pembangunan tersebut cukup lama yaitu memakan waktu 20 tahun, selesai pada tahun 1787 dibawah pengawasan arsitek Belanda bernama Ir. Frans Haak. Nama benteng Vredeburg kemudian



diganti dengan nama Rustenburg yang artinya “peristirahatan”. Akan tetapi benteng itu runtuh pada tahun 1867 ketika terjadi gempa yang hebat di Yogyakarta. Kemudian setelah runtuh dibangun kembali dan berganti nama menjadi “Vredeburg” yang artinya perdamaian. Pembangunan tersebut dianggap sebagai simbol perdamaian antara Belanda dengan Keraton Yogyakarta. Secara historis, sejak awal pembangunan hingga saat ini, terjadi beberapa kali perubahan status kepemilikan dan fungsi benteng. Namun sejak tahun 1992 sampai sekarang, berdasarkam SK Mendikbud RI Prof. Dr. Fuad Hasan No. 0475/0/1992 tanggal 23 November 1992, secara resmi Museum Bneteng Vredeburg menjadi Museum Khusus Perjuangan Nasional dengan nama Museum Benteng Vredeburg Yoyakarta. Kemudian tanggal 5 September 1997, dalam rangka peningkatan fungsionalisasi museum, Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta mendapat limpahan untuk mengelola museum Perjuangan Yogyakarta di Brontokusuman Yogyakarta berdasarkan SK Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor: KM. 48/OT. 001/MKP/2003 tanggal 5 Desember 2003.



B. Diorama 1 Didalam diorama 1 Terdapat beberapa minirama yang menceritakan sejarah tentang perjuangan Pangeran Diponegoro melawan penjajah, lahirnya Budi Utomo, lahirnya Sumpah pemuda, Kongres Perempuan Indonesia I, Kongres Jong Java di Yogyakarta. Berdirinya Tamansiswa, penobatan Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan masuknya tentara Jepang ke Yogyakarta. 1. Minirama perjuangan Pangeran Diponegoro melawan Belanda 2. Minirama kongres Boedi Oetomo I 3. Minirama kedatangan Jepang ke Indonesia 4. Minirama Penobatan Sri Sultan Hamengku Buwono IX 5. Minirama Kongres Jong Java di Yogyakarta 6. Minirama Kongres Perempuan Indonesia Pertama 7. Minirama sejarah berdirinya Taman Siswa Ki Hajar Dewantara dilahirkan di Yogyakarta 2 Mei 1898 dengan nama Soewardi Soerjadiningrat. Lahir dari pasangan Kanjeng Pangeran Arya (KPA) Soerjadiningrat dengan RA. Sandiah. Kedua orang tuanya adalah bangsawan pura Pakualaman Yogyakarta. Secara garis



keturunan KPA Soerjadiningrat ayah dari Ki Hajar Dewantara adalah putra dari Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ariya (KGPAA) Paku Alam III. Pendidikan Ki Hadjar Dewantara diawali dnegan mengikuti sekolah dasar ELS (Sekolah dasar Belanda) kemudian sekolah di STOVIA (sekolah dokter Bumiputera) akan tetapi ia tidak menamatkannya. Nama Ki Hadjar Dewantara adalah nama julukan yang diberikan oleh R.M Soetatmo Soerjokoesoemo karena ia melihat kehebatan dari Soewardi Soerjadiningrat. Baru kemudian pada tanggal 23 Februari 1928 secara resmi Soewardi Soerjadiningrat mengganti namanya menajdi Ki Hadjar Dewantara dan istrinya Soetartinah pun juga berganti nama menjadi Nyi Hadjar Dewantara. Ki Hadjar Dewantara mengajukan gagasannya pada tanggal 3 Juli 1922 supaya didirikan Nasional Onderwijs Instituut Taman Siswa. Hal tersebut mengilhami Ki Hadjar Dewantara mendirikan Nasional Onder Wijs Instituut yang berdiri tanggal 3 Juli 1922. Taman Siswa terkenal dengan sistem among praja yang mendasarkan pada dua landasan pokok yaitu kemerdekaan sebagai syarat untuk menghidupkan dan menggerakkan kekuatan lahir batin serta kodrat alam sebagai syarat untuk menghidupkan dan mencapai kemajuan secepat-cepatnya dan sebaik-baiknya.



C. Diorama 2 Terdiri dari beberapa minirama yang menggambarkan peristiwa sejarah Proklamasi Kemerdekaan sampai dengan Agresi Militer Belanda II di Indonesia. Dalam ruang pameran ini menyajikan adegan peristiwa – peristiwa yang terjadi di Yogyakarta pada masa awal kemerdekaan sampai dengan terjadinya Agresi Militer Belanda II. Peristiwa yang disajikan dalam diorama ini terjadi pada periode saat ibukota negara dipindahkan dari Jakarta Ke Yogyakarta. Diorama – diorama tersebut antara lain : 1. Minirama Sri Sultan HB IX memimpin rapat dalam rangka mendukung proklamasi kemerdekaan 2. Minirama Pelantikan Jendral Sudirman menjadi Panglima besar TNI 3. Minirama Penurunan bendera Hinomaru 4. Minirama Pelucutan Senjata Jepang 5. Minirama Hari berdirinya Gadjah Mada 6. Minirama Kongres Pemuda di Yogyakarta D. Diorama 3



Didalam ruangan diorama 3 terdapat beberapa minirama yang menggambarkan peristiwa sejak adanya Perjanjian Renville 1948 sampai pengakuan kedaulatan Republik Indonesia Serikat tanggal 27 Desember 1949. Selain minirama juga terdapat benda-benda bersejarah yang di pajang didalam kaca. Benda-beda bersejarah diantaranya adalah : 



Peralatan makan yang pernah dipakai para pejuang ketika terjadi agresi Belanda II di rumah Bapak Soemardjon. Rumah tersebut berlokasi di Krenen, Banaran, Playen, Gunung Kidul, Yogyakarta.







Alat komunikasi AURI yang disimpan di salah satu rumah warga yang bernama Pawirosetomo di Bleberan, Banaran, Playen, Gunung Kidul, Yogyakarta. Dirumah itu alat komunikasi tersebut disimpan didalam dapur. Sedangkan mesin pembangkit listrik disimpan di tungku tanah dan ditutupi dengankayu bakar(ada juga yang bilang disimpang dilubang tanah dan ditutupi lesung atau tempat menumbuk padi). Antena hanya dipasang pada malam hari saja direntangkan diantara dua batang pohon kelapa saat dilakukannya siaran supaya tidak ketahuan Belanda. Salah satu berita yang berhasil disiarkan adalah keberhasilan dari serangan umum 1 Maret 1949 ke seluruh dunia. Siaran tersebut dilakukan pukul dua dini hari tanggal 2 Maret 1949 dan beritanya bisa sampai keseluruh jaringan radio AURI dan bahkan sampai ke PBB.







Kentongan pada saat itu kentongan menjadi sarana yang efektif digunakan sebagai penyiar situasi pada waktu Belanda berhasil menguasai Yogyakarta tahun 1948.







Komputer yang besar yang terpajang didinding yang bisa kita gunakan untuk bermain permainan yang masih berhubungan tentang perjuangan bangsa Indonesia.







Dapur Umum yang juga menjadi markas para gerilyawan pada tahun 1948-1949 di rumah bapak Kariyo Utomo di desa Banaran, Banjarharjo, Kulon Progo.







Ruangan khusus ketika kita akan meninggalkan diorama 3 yaitu ruangan yang sempit dan terdapat patung-patung yang beradegan penangkapan para pejuang bangsa Indonesia terhadap tentara Belanda. Di ruangan tersebut pengunjung seakan-akan seperti merasakan kejadian nyata yang terjadi pada waktu jaman perjuangan tersebut.







Minirama yang menggambarkan kejadian serangan umum 1 Maret 1949 terlihat pasukan gerilyawan TNI serta para pejuang lain mengadakan serangan terhadap Hotel Tugu. Serangan umum ini dilakukan pada waktu siang hari adalah bentuk reaksi atas pernyataan Belanda yang menyatakan bahwa RI dan TNI sudah hancur. Serangan ini atas inisiatif Sri



Sultan HB IX agar dunia internasional tahu bahwa TNI dan Negara Indonesia tetap utuh dan keberadaan tentara Belanda di Yogyakarta tidak sah. . E. Diorama 4 Terdiri dari 7 buah minirama yang menggambarkan peristiwa sejarah pada saat periode Negara Kesatuan Republik Indonesia sampai pada Masa Orde Baru. Di ruang ini tidak terlalu banyak diorama yang ditampilkan seperti di diorama lainnya. Salah satu minirama menggambarkan adegan Presiden Soekarno membuka Konferensi Tingkat Menteri pada tanggal 11 November 1959 dalam rangkaian Konferensi Rencana Colombo XI Yogyakarta di pilih menjadi tempat diselenggarakannya Konferensi tersebut. alasan memilih Yogyakarta dikarenakan Yogyakarta telah berhasil melaksanakan Konferensi Internasional sebanyak dua kali. Diantaranya Internasional Rubber Study Group Conference bulan Juli 1957 dan ECAFE Conference bulan Oktober 1957. Konferensi tersebut akan dilaksanakan pada tanggal 26 Oktober sampai dengan 14 November 1959.



BAB III



PENUTUP Kesimpulan Museum Benteng Vredeburg adalah salah satu museum perjuangan yang ada di Yogyakarta yang digunakan sebagai sarana pendidikan dan juga tempat tujuan wisata pendidikkan. Museum tersebut dibangun pada pemerintahan Belanda di Yogyakarta dengan tujuan sebenarnya adalah untuk mengawasi kegiatan Kraton Yogyakarta sendiri. Museum tersebut sudah beberapa kali mengalami renovasi dan hingga kini tetap dijaga kelestariannya karena memiliki peran penting bagi negara. Didalam museum tersebut terdapat fasilitas-fasilitas seperti ruang menonton film perjuangan dan juga diorama-diorama yang didalamnya terdapat minirama-minirama dalam kaca yang menggambarkan adegan bersejarah ketika jaman perjuangan melawan penjajah dulu. Selain itu terdapat pula benda-benda bersejarah yang dipajang di dalam kotak kaca seperti kentongan, bendabenda koleksi para pejuang serta foto-foto dan lukisan bersejarah lainnya. Dengan mengunjungi museum perjuangan Benteng Vredeburg ini diharapkan mampu menggambarkan rasa nasionalisme para pejuang jaman dulu dalam meraih kemerdekaan dan juga dapat menumbuhkan rasa nasionalisme bagi para penerus bangsa yang mengunjungi museum tersebut. Dengan tumbuhnya rasa nasionalisme yang tinggi diharapkan ada tindakan nyata generasi penerus bangsa bukan lagi untuk merebut kemerdekaan akan tetapi dalam hal memajukan bangsa Indonesia.