SEJARAH DUNIA-Oservasi Benteng Vredeburg Dan Taman Sari Yogyakarta [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BENTENG VREDEBURG DAN TAMAN SARI YOGYAKARTA (Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Dunia) Dosen Pengampu: KHOIRUNNISA, M.pd Disusun Oleh : Asep Firdaos



(13130061)



Deni Saputro



(13130063)



Nanang Edy Lugito (13130059) Anisah Novitatia P



(13130095)



JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 26 NOVEMBER 2014



DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1 A. Latar belakang ..................................................................................... 1 B. Rumusan masalah ............................................................................... 2 C. Tujuan dan manfaat ............................................................................. 2 D. Metode penelitian ................................................................................ 2 BAB II PEMBAHASAN ........................................................................... 4 A. Sejarah Benteng Vredeburg ................................................................ 4 B. Masa Jepang ............................................................................................ 8 C. Masa Kemerdekaan ................................................................................. 9 D. Koleksi Musium ....................................................................................... 13



E. Sejarah Taman Sari ............................................................................. 20 F. Istana Air Penuh Keindahan Dan Rahasia .......................................... 21 G. Masjid Bawah Tanah Tamansari ........................................................ 27 BAB III PENUTUP ................................................................................... 29 A. Kesimpulan ......................................................................................... 29 B. Saran ................................................................................................... 32 DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku/Internet Hasil Dialog Dokumenter



1



BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan taufiq serta hidayahNya. Sholawat serta salam semoga terjunjung kehadirat nabi Muhammad SAW yang telah membawa zaman kegelapan menuju zaman terang-benerang yakni agama Islam. Kami dari kelompok 6 telah menyelesaikan makalah yang berjudul BENTENG VREDEBURG DAN TAMAN SARI YOGYAKARTA yang di ajukan untuk memenuhi tugas Sejarah Dunia yang ditugaskan oleh dosen pembimbing KHOIRUNNISA, M.pd Dalam kesempatan ini kami akan meneliti tentang beberapa sumber sejarah yang berada kota Yogjakarta, antara lain, Benteng Vredeburg, dan Taman Sari. Dalam hal ini kami akan mengkaji tentang sejarah beserta peninggalan sejarah, asal muasalnya dan sebagainya. Untuk mengetahui kebenaran sejarah langsung dengan mata kita sendiri. Secara umum, Penelitian sejarah itu merupakan penelitian yang sangat penting atas dasar beberapa alasan. Penelitian sejarah bermaksud membuat rekontruksi masa latihan secara sistematis dan objektif, dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, mengverifikasikan serta mensintesiskan buktibukti untuk mendukung bukti-bukti untuk mendukung fakta memperoleh kesimpulan yang kuat.



2



B. RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana asal usul Benteng Vredeburg? 2. Apa yang terjadi pada Masa Jepang? 3. Bagaimana pada Masa Kemerdekaan? 4. Apa saja Koleksi MusiumBenteng Vredeburg? 5. Bagaimana asal usul atau sejarah Taman Sari? 6. Apa saja yang ada pada Istana Air Penuh Keindahan Dan Rahasia? 7. Bagaimana kondisi Masjid Bawah Tanah Tamansari?



C. TUJUAN DAN MANFAAT 1. Mengetahu Sejarah Benteng Vredeburg. 2. Mengetahui dan merenungi kejadian pada Masa Jepang 3. Mengetahu dan memahami pada Masa Kemerdekaan 4. Mengetahui dan menjaga Koleksi Musium 5. Mengetahui asal usul atau Sejarah Taman Sari 6. Mengetahu Istana Air Penuh Keindahan Dan Rahasia di dalamnya. 7. Mengetahu asal usul Masjid Bawah Tanah Tamansari.



D. METODE PENELITIAN



1) Studi Kepustakaan Dalam studi ini kami melakukan pencarian-pencarian tentang sumber sejarah. Hal ini dilakukan dengan cara mengumpulkan sumber sejarah melalui kajian terhadap sumber-sumber tertulis, di antaranya melalui, bukubuku sejarah, maupun buku panduan museum, web site dan lain-lain. 2) Wawancara Dengan metodewawancara langsung kepada narasumber, peneliti terasa terbantu dengan sumber ini, selain menguatkan informasi dan memperjelas sejarah, pun juga dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk di makalah kita.



3



3) Observasi Dengan terjun langsung kelapangan kami melakukan peneliti bisa berinteraksi langsung dengan sumber sejarah, ataupun melakukan wawancara, dan dapat mendokumentasikan sumber sejarah yang berkaitan.



4



BAB II PEMBAHASAN A. SEJARAH BENTENG VREDEBURG Benteng Vredeburg Yogyakarta berdiri terkait erat dengan lahirnya Kasultanan Yogyakarta. Perjanjian Giyanti 13 Februari 1755 yang berrhasil menyelesaikan perseteruan antara Susuhunan Pakubuwono III dengan Pangeran Mangkubumi (Sultan Hamengku Buwono I kelak) adalah merupakan hasil politik Belanda yang selalu ingin ikut campur urusan dalam negeri raja-raja Jawa waktu itu.1 Melihat kemajuan yang sangat pesat akan kraton yang didirikan oleh Sultan Hamengku Buwono I, rasa kekhawatiran pihak Belanda mulai muncul. Pihak Belanda mengusulkan kepada sultan agar diijinkan membangun sebuah benteng di dekat kraton. Pembangunan tersebut dengan dalih agar Belanda dapat menjaga keamanan kraton dan sekitarnya. Akan tetapi dibalik dalih tersebut maksud Belanda yang sesungguhnya adalah untuk memudahkan dalam mengontrol segala perkembangan yang terjadi di dalam kraton. Letak benteng yang hanya satu jarak tembak meriam dari kraton dan lokasinya yang menghadap ke jalan utama menuju kraton menjadi indikasi bahwa fungsi benteng dapat dimanfaatkan sebagai benteng strategi, intimidasi, penyerangan dan blokade. Dapat dikatakan bahwa berdirinya benteng tersebut dimaksudkan untuk berjagajaga apabila sewaktu-waktu Sultan memalingkan muka memusuhi Belanda.2 Besarnya kekuatan yang tersembunyi dibalik kontrak politik yang dilahirkan dalam setiap perjanjian dengan pihak Belanda seakan-akan menjadi kekuatan yang sulit dilawan oleh setiap pemimpin pribumi pada masa kolonial



1



id.wikipedia.org/wiki/Museum_Benteng_Vredeburg



2



Ibid



5



Belanda. Dalam hal ini termasuk pula Sri Sultan Hamengku Buwono I. Oleh karena itu permohonan izin Belanda untuk membangun benteng dikabulkan.3 1. Tahun 1760 – 1765 Sebelum dibangun benteng pada lokasinya yang sekarang (Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta), pada tahun 1760 atas permintaan Belanda, Sultan HB I telah membangun sebuah benteng yang sangat sederhana berbentuk bujur sangkar. Di keempat sudutnya dibuat tempat penjagaan yang disebut seleka atau bastion. Oleh sultan keempat sudut tersebut diberi namaJayawisesa (sudut barat laut), Jayapurusa (sudut timur laut), Jayaprakosaningprang (sudut barat daya) dan Jayaprayitna(sudut tenggara).4 Menurut penuturan Nicolas Hartingh, bahwa benteng tersebut keadaannya masih sangat sederhana. Tembok dari tanah yang diperkuat dengan tiang-tiang penyangga dari kayu pohon kelapa dan aren. Bangunan di dalamnya terdiri atas bambu dan kayu dengan atap ilalang. Sewaktu W.H.Ossenberch menggantikan kedudukan Nicolas Hartingh, pada tahun 1765 diusulkan kepada sultan agar benteng diperkuat menjadi bangunan yang lebih permanen agar lebih menjamin kemanan. Usul tersebut dikabulkan, selanjutnya pembangunan benteng dikerjakan di bawah pengawasan seorang Belanda ahli ilmu bangunan yang bernama Ir. Frans Haak.5 Pada awal pembangunan ini (1760) status tanah merupakan milik kasultanan. Tetapi dalam penggunaannya dihibahkan kepada Belanda (VOC) dibawah pengawasan Nicolas Hartingh, gubernur dari Direktur Pantai Utara Jawa di Semarang.6 2. Tahun 1765 – 1788 Usul Gubernur W.H. Van Ossenberg (pengganti Nicolaas Hartingh) agar bangunan benteng lebih disempurnakan, dilaksanakan tahun 1767. Periode ini 3



Ibid Ibid 5 Ibid 6 Ibid 4



6



merupakan periode penyempurnaan Benteng yang lebih terarah pada satu bentuk benteng pertahanan.7 Menurut rencana pembangunan tersebut akan diselesaikan tahun itu juga. Akan tetapi dalam kenyataannya proses pembangunan tersebut berjalan sangat lambat dan baru selesai tahun 1787. Hal ini terjadi karena pada masa tersebut Sultan yang bersedia mengadakan bahan dan tenaga dalam pembangunan benteng, sedang disibukkan dengan pembangunan Kraton Yogyakarta. Setelah selesai bangunan



benteng



yang



telah



disempurnakan



tersebut



diberi



nama Rustenburg yang berarti 'Benteng Peristirahatan'.8 Pada periode ini secara yuridis formal status tanah tetap milik kasultanan tetapi secara de facto penguasaan benteng dan tanahnya dipegang oleh Belanda.9 3. Tahun 1788 – 1799 Periode ini merupakan saat digunakannya benteng secara sempurna oleh Belanda



(VOC).



Bangkrutnya VOC tahun 1799 menyebabkan



penguasaan



benteng diambil alih oleh Bataafsche Republic (Pemerintah Belanda). Sehingga secara de facto menjadi milik pemerintah kerajaan Belanda.10 Pada periode ini status tanah benteng secara yuridis formal tetap milik kasultanan, secara de facto dikuasai Belanda.11 4. Tahun 1799 – 1807 Status tanah benteng secara yuridis formal tetap milik kasultanan, tetapi penggunaan benteng secara de facto menjadi milik Bataafsche Republik (Pemerintah Belanda) di bawah Gubernur Van Den Burg. Benteng tetap difungsikan sebagai markas pertahanan.12 5. Tahun 1807 – 1811



7



Ibid Ibid 9 Ibid 10 Ibid 11 Ibid 12 Ibid 8



7



Pada periode ini benteng diambil alih pengelolaannya oleh Koninkrijk Holland (Kerajaan Belanda). Maka secara yuridis formal status tanah tetap milik kasultanan, tetapi secara de facto menjadi milik Pemerintah Kerajaan Belanda di bawah Gubernur Herman Willem Daendels.13 6. Tahun 1811 – 1816 Ketika Inggris berkuasa di Indonesia 1811 – 1816, untuk sementara benteng dikuasai Inggris di bawah Letnan Gubernur Thomas Stamford Raffles. Namun dalam waktu singkat Belanda dapat mengambil alih. Secara yuridis formal benteng tetap milik kasultanan.14 7. Tahun 1816 – 1942 Pada tahun 1867 di Yogyakarta terjadi gempa bumi yang dahsyat sehingga banyak merobohkan beberapa bangunan besar seperti Gedung Residen (yang dibangun tahun 1824), Tugu Pal Putih, dan Benteng Rustenburg serta bangunanbangunan yang lain. Bangunan-bangunan tersebut segera dibangun kembali. Benteng Rustenburg segera diadakan pembenahan di beberapa bagian bangunan yang



rusak.



Setelah



selesai



bernama Rustenburg diganti



bangunan



benteng



menjadi Vredeburg yang



yang



berarti



semula 'Benteng



Perdamaian'. Nama ini diambil sebagai manifestasi hubungan antara Kasultanan Yogyakarta dengan pihak Belanda yang tidak saling menyerang waktu itu.15 Bentuk benteng tetap seperti awal mula dibangun, yaitu bujur sangkar. Pada



keempat



sudutnya



dibangun



ruang



penjagaan



yang



disebut seleka atau bastion. Pintu gerbang benteng menghadap ke barat dengan dikelilingi oleh parit. Di dalamnya terdapat bangunan-bangunan rumah perwira, asrama prajurit, gudang logistik, gudang mesiu, rumah sakit prajurit dan rumah residen. Di Benteng Vredeburg ditempati sekitar 500 orang prajurit, termasuk petugas medis dan paramedis. Disamping itu pada masa pemerintahan Hindia Belanda digunakan sebagai tempat perlindungan para residen yang sedang 13



Ibid Ibid 15 Ibid 14



8



bertugas di Yogyakarta. Hal itu sangat dimungkinkan karena kantor residen yang berada berseberangan dengan letak Benteng Vredeburg. Sejalan dengan perkembangan politik yang berjadi di Indonesia dari waktu ke waktu, maka terjadi pula perubahan atas status kepemilikan dan fungsi bangunan Benteng Vredeburg.16 Status tanah benteng tetap milik kasultanan, tetapi secara de facto dipegang oleh pemerintah Belanda. Karena kuatnya pengaruh Belanda maka pihak kasultanan tidak dapat berbuat banyak dalam mengatasi masalah penguasaan atas benteng. Sampai akhirnya benteng dikuasai bala Tentara Jepang tahun 1942 setelah Belanda menyerah kepada Jepang dengan ditandai dengan Perjanjian Kalijati bulan Maret 1942 di Jawa Barat.17 B. MASA JEPANG Tanggal 7 Maret 1942, pemerintah Jepang memberlakukan UU nomor 1 tahun 1942 bahwa kedudukan pimpinan daerah tetap diakui tetapi berada di bawah pengawasan Kooti Zium Kyoku Tjokan (Gubernur Jepang) yang berkantor di Gedung Tjokan Kantai (Gedung Agung). Pusat kekuatan tentara Jepang disamping ditempatkan di Kotabaru juga di pusatkan di Benteng Vredeburg. Tentara Jepang yang bermarkas di Benteng Vredeburg adalah Kempeitei yaitu tentara pilihan yang terkenal keras dan kejam.18 Disamping itu benteng Vredeburg juga digunakan sebagai tempat penahanan bagi tawanan orang Belanda maupun Indo Belanda yang ditangkap. Juga kaum politisi Indonesia yang berhasil ditangkap karena mengadakan gerakan menentang Jepang.19 Guna mencukupi kebutuhan senjata, tentara Jepang mendatangkan persenjataan dari Semarang. Sebelum dibagikan ke pos-pos yang memerlukan terlebih dulu di simpan di Benteng Vredeburg. Gudang mesiu terletak di setiap



16



Ibid Ibid 18 Ibid 19 Ibid 17



9



sudut benteng kecuali di sudut timur laut. Hal itu dengan pertimbangan bahwa di kawasan tersebut keamanan lebih terjamin. Penempatan gudang mesiu di setiap sudut benteng dimaksudkan untuk mempermudah disaat terjadi perang secara mendadak.20 Penguasaan Jepang atas Benteng Vredeburg berlangsung dari tahun 1942 sampai dengan tahun 1945, ketika proklamasi telah berkumandang dan nasionalisasi bangunan-bangunan yang dikuasai Jepang mulai dilaksanakan. Selama itu meskipun secara de facto dikuasai oleh Jepang tetapi secara yuridis formal status tanah tetap milik kasultanan.21 Dari uraian itu dapat dikatakan bahwa pada masa pendudukan Jepang (1942-1945) bangunan benteng Vredeburg difungsikan sebagai markas tentara Kempeitei, gudang mesiu dan rumah tahanan bagi orang Belanda dan Indo Belanda serta kaum politisi RI yang menentang Jepang.22 C. MASA KEMERDEKAAN 1. 1945-1970-an Berita tentang proklamasi kemerdekaan Indonesia disambut dengan perasaan lega oleh seluruh rakyat Yogyakarta. Ditambah dengan keluarnya Pernyataan Sri Sultan Hamengku Buwono IX (Pernyataan 5 September 1945) yang kemudian diikuti oleh Sri Paku Alam VIII yang berisi dukungan atas berdirinya negara baru, Negara Republik Indonesia, maka semangat rakyat semakin berapi-api.23 Sebagai akibatnya terjadi berbagai aksi spontan seperti pengibaran bendera Merah Putih, perampasan bangunan dan juga pelucutan senjata Jepang. Masih kuatnya pasukan Jepang yang berada di Yogyakarta, menyebabkan terjadinya kontak senjata seperti yang terjadi di Kotabaru Yogyakarta. Dalam aksi



20



Ibid Ibid 22 Ibid 23 Ibid 21



10



perampasan gedung ataupun fasilitas lain milik Jepang, Benteng Vredeburg juga menjadi salah satu sasaran aksi.24 Setelah benteng dikuasai oleh pihak RI untuk selanjutnya penanganannya diserahkan kepada instansi militer yang kemudian dipergunakan sebagai asrama dan markas pasukan yang tergabung dalam pasukan dengan kode Staf “Q” dibawah Komandan Letnan Muda I Radio, yang bertugas mengurusi perbekalan militer. Oleh karena itu tidak mustahil bila pada periode ini Benteng Vredeburg disamping difungsikan sebagai markas juga sebagai gudang perbekalan termasuk senjata, mesiu, dan sebagainya. Pada tahun 1946 di dalam komplek Benteng Vredeburg didirikan rumah sakit tentara untuk melayani korban pertempuran. Namun dalam perkembangannya rumah sakit tersebut juga melayani tentara beserta keluarganya.25 Ketika tahun 1946 kondisi politik Indonesia mengalami kerawanan di saat perbedaan persepsi akan arti revolusi yang sedang terjadi. Meletuslah peristiwa yang dikenal dengan “Peristiwa 3 Juli 1946”, yaitu percobaan kudeta yang dipimpin oleh Jenderal Mayor Soedarsono. Karena usaha tersebut gagal maka para tokoh yang terlibat dalam peristiwa tersebut seperti Mohammad Yamin, Tan Malaka dan Soedarsono ditangkap. Sebagai tahanan politik mereka pernah ditempatkan di Benteng Vredeburg.26 Pada masa Agresi Militer Belanda II (19 Desember 1948) Benteng Vredeburg yang waktu itu dijadikan markas militer RI menjadi sasaran pengeboman pesawat-pesawat Belanda. Kantor Tentara Keamanan Rakyat yang berada di dalamnya hancur. Setelah menguasai lapangan terbang Maguwo, tentara Belanda yang tergabung dalam Brigade T pimpinan Kolonel Van Langen berhasil menguasai kota Yogyakarta, termasuk Benteng Vredeburg. Selanjutnya Benteng Vredeburg dipergunakan sebagai markas tentara Belanda yang tergabung dalam IVG (Informatie voor Geheimen), yaitu dinas rahasia tentara Belanda. Di samping itu Benteng Vredeburg juga difungsikan sebagai asrama prajurit Belanda dan juga 24



Ibid Ibid 26 Ibid 25



11



dipakai untuk menyimpan senjata berat seperti tank, panser dan kendaraan militer lainnya.27 Ketika terjadi Serangan Umum 1 Maret 1949, sebagai usaha untuk menunjukkan kepada dunia internasional bahwa RI bersama dengan TNI masih ada, Benteng Vredeburg menjadi salah satu sasaran di antara bangunan-bangunan lain yang dikuasai Belanda seperti kantor pos, stasiun kereta api, Hotel Toegoe, Gedung Agung, dan tangsiKotabaru. Kurang lebih 6 enam jam kota Yogyakarta dapat dikuasai oleh TNI beserta rakyat pejuang. Baru setelah bala bantuan tentara Belanda yang didatangkan dariMagelang tiba ke Yogyakarta, TNI dan rakyat mundur ke luar kota dan melakukan perjuangan gerilya.28 Setelah Belanda meninggalkan kota Yogyakarta, Benteng Vredeburg dikuasai oleh APRI (Angkatan Perang Republik Indonesia). Kemudian pengelolaan benteng diserahkan kepada Militer Akademi Yogyakarta. Pada waktu itu Ki Hadjar Dewantara pernah mengemukakan gagasannya agar Benteng Vredeburg dimanfaatkan sebagai ajang kebudayaan. Akan tetapi gagasan itu terhenti karena terjadi peristiwa “Tragedi Nasional” Pemberontakan G 30 S tahun 1965. Waktu itu untuk sementara Benteng Vredeburg digunakan sebagai tempat tahanan politik terkait dengan peristiwa G 30 S yang langsung berada di bawah pengawasan Hankam.29 Rencana pelestarian bangunan Benteng Vredeburg mulai lebih terlihat nyata setelah tahun 1976 diadakan studi kelayakan bangunan benteng yang dilakukan oleh Lembaga Studi Pedesaan dan Kawasan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.



Setelah



diadakan



penelitian



maka



usaha



arah pemugaran bangunan bekas Benteng Vredeburg pun segera dimulai.30 2. Tahun 1977 – 1992



27



Ibid Ibid 29 Ibid 30 Ibid 28



ke



12



Dalam periode ini status penguasaan dan pengelolaan benteng pernah diserahkan dari pihak HANKAM kepada Pemerintah Daerah Yogyakarta. Tanggal 9 Agustus 1980 diadakan penandatanganan piagam perjanjian tentang pemanfaatan bangunan bekas Benteng Vredeburg oleh Sri Sultan HB IX (pihak I) dan Mendibud Dr. Daoed Joesoef (pihak II).31 Pada periode ini Benteng Vredeburg pernah dipergunakan sebagai ajang Jambore Seni (26 – 28 Agustus 1978), Pendidikan dan latihan Dodiklat POLRI. Juga pernah dipergunakan sebagai markas Garnisun 072 serta markas TNI AD Batalyon 403. Meski demikian secara yuridis formal status tanah tetap milik kasultanan.32 Dengan pertimbangan bahwa bangunan bekas Benteng Vredeburg tersebut merupakan bangunan bersejarah yang sangat besar artinya maka pada tahun 1981 bangunan bekas Benteng Vredeburg ditetapkan sebagai benda cagar budaya berdasarkan Ketetapan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 0224/U/1981 tanggal 15 Juli 1981.33 Tentang pemanfaatan bangunan Benteng Vredeburg, dipertegas lagi oleh Prof. Dr. Nugroho Notosusanto (Mendikbud RI) tanggal 5 November 1984 yang mengatakan bahwa bangunan bekas Benteng Vredeburg akan difungsikan sebagai museum



perjuangan



nasional



yang



pengelolaannya



diserahkan



kepada



Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.34 Piagam perjanjian serta surat Sri Sultan Hamengku Buwono IX Nomor 359/HB/85 tanggal 16 April 1985 menyebutkan bahwa perubahan-perubahan tata ruang bagi gedung-gedung di dalam kompleks benteng Vredeburg diijinkan sesuai dengan kebutuhan sebagai sebuah museum. Untuk selanjutnya dilakukan pemugaran bangunan bekas benteng dan kemudian dijadikan museum. Tahun 1987 museum telah dapat dikunjungi oleh umum.35 31



Ibid Ibid 33 Ibid 34 Ibid 35 Ibid 32



13



3. Tahun 1992 sampai sekarang Melalui Surat Keputusan Mendikbud RI Prof. Dr. Fuad Hasan nomor 0475/O/1992 tanggal 23 November 1992 secara resmi Benteng Vredeburg menjadi Museum Khusus Perjuangan Nasional dengan nama Museum Benteng Yogyakarta.36 Untuk meningkatkan fungsionalisasi museum ini maka mulai tanggal 5 September 1997 mendapat limpahan untuk mengelola Museum Perjuangan Yogyakarta di Brontokusuman Yogyakarta, dari Museum Negeri Propinsi DIY Sonobudoyo. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor KM 48/OT.001/MKP/2003 tanggal 5 Desember 2003 Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta merupakan Unit Pelaksana Teknis yang berkedudukan di lingkungan Kementerian dan Kebudayaan Deputi Bidang Sejarah dan Purbakala.37 Selanjutnya Sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor : KM 48/OT.001/MKP/2003 tanggal 5 Desember 2003 Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta mempunyai Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi yaitu sebagai museum khusus merupakan Unit Pelaksana Teknis yang berkedudukan di lingkungan Kementerian dan Kebudayaan Deputi Bidang Sejarah dan Purbakala yang bertugas melaksanakan pengumpulan, perawatan, pengawetan, penelitian, penyajian, penerbitan hasil penelitian dan memberikan bimbingan edukatif kultural mengenai benda dan sejarah perjuangan bangsa Indonesia di wilayah Yogyakarta.38 D. KOLEKSI MUSIUM Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta menyajikan koleksi-koleksisebagai berikut:



36



Ibid Ibid 38 Ibid 37



14



1. Koleksi Bangunan



a. Selokan atau parit, dibuat mengelilingi benteng yang pada awalnya dimaksudkan sebagai rintangan paling luar terhadap serangan musuh, namun seiring perkembangan jaman parit tersebut kemudian hanya digunakan untuk sara drainase dan pembuangan saja. b. Jembatan, pada awalnya dibuat jembatan gantung, namun seiring perkembangan tehnologi kendaraan perang kemudian diganti kendaraan paten. c. Tembok Benteng, berfungsi sebagai pertahanan, pengintaian, penempatan meriam-meriam kecil dan senjata tangan. d. Pintu Benteng, Digunakan sebagai sarana keluar masuk benteng. Pintu gerbang berjumlah 3 yaitu Pintu Barat, Timur dan Selatan. tetapi yang disebelah selatan dibuat lebih kecil saja. e. Bangunan-bangunan didalam benteng [Bagian tengah benteng] berfungsi sebagai barak prajurit dan perwira, yang kemudian dialihfungsikan sebagai tangsi militer. f. Munumen Serangan Oemoem 1 maret 1949.39 2. Koleksi Realia, merupakan koleksi yang berupa benda[material] yang benar-



benar nyata bukan tiruan dan berperan langsung terjadinya peristiwa sejarah, antara lain berupa peralatan rumah tangga, senjata, naskah pakaian, peralatan dapur dan lain-lain.40 3. Koleksi Foto, miniatur, replika, lukisan dan atau benda hasil visualisasi



lainnya.41 4. Koleksi Adegan sejarah dalam bentuk miniatur yaitu a.



Ruang Mini Rama I, terdiri dari11 buah yang menggambarkan peristiwa sejarah dari jaman Perang Pangeran Diponegoro sampai masa pendudukan jepang. [1825 - 1945]



39



http://selerawisata.blogspot.com/2012/03/benteng-vredeburg.html



40



Ibid Ibid



41



15



b.



Ruang Mini Rama II terdiri dari 19 buah yang menggambarkan peristiwa sejak Proklamasi Kemerdakaan hingga masa agresi militer Belanda I [1945 - 1947]



c.



Ruang Mini Rama III terdiri dari 18 buah yang menggambarkan peristiwa bersejarah semanjak Perjanjian Renville sampai dengan pengakuan kedaulatan RIS [1948 - 1949]



d.



Ruang Mini Rama IV terdiri dari 7 buah yang menggambarkan peristiwa sejarah periode NKRI sampai masa Orde Baru [1950 - 1974].42



1. Dorama I a. Prajurit Pangeran Diponegoro Pada akhir bulan juli 1825, di selarong telah berkumpul beberapa orang bangsawan Yogyakarta. Selanjutnya Pangeran Diponegoro memerintahkan untuk mobilitasasi penduduk desa si sekitar salarong dan bersiap melakukan perang. Ia juga membuat perencanaan strategis dan langkah-langkah taktis untuk memastikan sasaran yang akan diserang. 43 b. Kongres Budi Utomo Di Yogyakarta Setelah Boedi Oetomo terbentuk tanggal 20 Mei 1908, segera di bentuk cabang-cabang di daerah. Selanjutnya diadakan kongres I di Gedung Kweekshool Jetis Yogyakarta tanggal 3-5 Oktober 1908, dihadiri 400 peserta mewakili Jakarta, Bogor, Magelang, Surabaya, Purbolinggo dan Yogyakarta. Ikut hadir pejabat Belanda, bangsawan Paku Alaman, Bupati Temanggung, Biora dan Magelang, serta 6 opsir Legiun Mengkunegaran Solo. Kongres berhasil memutuskan tujuan



42Ibid 43ObservasiBenteng



Vredeburg Yogyakarta



16



organisasi, membentuk pengurus dan menetapkam Yogyakarta sebagai pusat Boedi Oetomo.44 c. Berdirinya Organisasi Muhammadiyah Muhammadiyah berarti pengikut Nabi Muhamad, didirikan K.H.Ahmad Dahlan tanggal 18 November 1912 di Kauman Yogyakarta. Muhammadiyah lahir sebagai jawaban atas keperhatinan kehidupan beragama banyak menyimpang dari tuntunan pokok Al-Quran & As-Sunah seperti khurofat (takhayul), Bid’ah dan Syirik. Selain kehidupan pendidikan & sosial masyarakat belum mengalami masa masa cerah, akibat adanya diskriminasi dari belanda. Muhammadiyah bergerak di bidang dakwah, pendidikan dan social.45 d. Pemogokan Kaum Buruh Di Pabrik Gula Sekitar Yogyakarta Awal abad XX kehidupan buruh pabrik gula di Yoyakarta sangat memperhatikan karena sewa tanah & upah buruh sangat rendah. Untuk itu, RM. Suryopranata menuntut kenaikan upah dan sewa tanah. Karena tuntutan tidak dipenuhi, seluruh buruh pabrik gula di



Yogyakarta mogok pada tnggal 20



Agustus 1920. Berkat kegigihannya, Belanda akhirnya memenuhi tuntutan, upah dinaikan dari £15,-, dampak pemogokan pun meluas ke buruh perhubungan, pegadaia, & perusahaan kreta api.46 e. Berdirinya Tamansiswa Tamansiswa lahir sebagai jawaban atas kondisi pendidikan lebih banyak berorientasi pada kepentingan Belanda. Hal tersebut mengilhami Ki Hajar Dewantara mendirikan National Onderwijs Instituut Tamansiswa pada tanggal 3 Juli 1922. Tamansiswa terkenal dengan Sistem Among yang mendasarkan pada dua landasan pokok yaitu Kemerdekaan sebagai syarat untuk menghidupkan &



44Ibid 45Ibid 46Ibid



17



menggerakkan kekuatan lahir-batin, serta Kodrat alam sebagai syarat untuk menghidupkan & mencapai kemajuan secepat-cepatnya dan sebaik-sebaiknya.47 f. Kongres Perempuan Indonesia Pertama Tanggal 22-25 Desember 1928 atas prakasara Ny.Sukonto, Nyi Hajar Dewantara, dan Nn.Sujantin diadakan Kongres Perempuan Indonesia I bertepatan di Dalem Joyodipura Yogyakarta. Kongres dihadiri 1000 orang wakil dan 30 organisasi wanita,. Kongres memutuskan antara lain: mendirikan federasi bersama “Perserikatan Perkumpulan Perempuan Indonesia”(PPPI), menerbitkan surat kabar, mendirikan Studie Fonda, memperkuat kependudukan putri dan mencegah perkawinan anak.48 g. Kongres Jong Java Di Yogyakarta Pada tanggal 7 Maret 1915 di gedung STOVIA Jakarta lahir perkumpulan pemudan Indonesia dengan nama Tri Koro Dharmo. Selanjutnya, nama Tri Koro Dharmo diubah menjadi Jong Java akan melebur dan menyatu dengan organisasi pemuda lainnya. Keputusan diambil sebagai realitas dari keputusan Sumpah pemuda tanggal 28 Oktober 1928.49 h. Penobatan Sri Sultan Hamengku Buwono IX Pada tanggal 22 Oktober 1939 Sri Sultan HB VIII wafat sehingga terjadi kekosongan kekuasaan di Kasultanan Yogyakarta. Sebagai pengganti raja adalah GRM. Dorojatun. Penobatan dilaksanakan pada tanggal 18 Maret 1940. Karena GRM. Dorejatun belum menjadi Putra mahkota, penobatan dilakukan dua kali. Tepat jam 11.00 WIB GRM. Dorejatun dinobatkan sebagai Putra Mahkota dan lima menit kemudian dinobatkan menjadi Sultan dengan gelar Sampayan Dalem



47Ibid 48Ibid 49Ibid



18



Ingkang Sinuwun kanjang Sultan Hemengku Buwono Senapati Ingalaga Ngabdurrkhman Sayldin Panatagama Khalifatullah kaping IX.50 i. Masuknya Jepang Di Yogyakarta Jepang masuk ke Yogyakarta pada tanggal 6 Maret 1942 melalui Jalan Solo, berjalan ke barat dan setelah sampai ke perempatan Tugu belok ke selatan menuju Jl. Malioboro dan Gedung Gubernuran (Gedung Agung sekarang). Pasukan bergerak menggunakan truk, bersepeda dan bahkan ada yang jalan kaki. Untuk menarik simpati rakyat, serdadu Jepang menyerukan, “Nippon Indonesia Sama-sama”, mengumandangkan lagu Indonesia Raya, serta secara demonstratif menusuk-nusuk gambar Ratu Belanda dengan bayonet.51 j. Latihan Kemiliteran Peta/Heiho/Anak-anak Sekolah/Seinendan/Keibodan Setelah Jepang berkuasa di Indonesia segera dikeluarkan UU No.1 yang menyatakan bahwa Tentara jepang untuk sementara melangsungkan pemerintahan militer dalam segala bidang kehidupan, termasuk pendidikan. Anak-anak sekolah sebelum memulai pelajaran harus senam “Talso”, mengikuti kebiasaan Jepang yaitu kepala gundul memakai pet/topi model serdadu Jepang, latihan baris berbaris, penanaman semangat kebaktian (Hokoseisyin) meliputi tiga hal yaitu mengobrakan diri, mempertebal persaudaraan dan melaksanakan sesuatu dengan bukti.52 k. Penurunan Bendera Hinomaru dan Pengibaran Bendera Merah Putih Di Gedung Cokan Kantai (Gedung Agung) Setelah berita proklamasi sampai ke Yogyakarta, Sri Sultan Ilyas HB IX mengumpulkan pemuda dilanjutkan maklumat September 1945, serta kesepakatan untuk menggalakan pemasangan bendera Merah putih (tanggal 20 September 1945). Pagi harinya, para pemuda dengan berapi-api mengibarkan bendera Merah 50Ibid 51Ibid 52Ibid



19



Putih di rumah-rumah, pabrik-pabrik, toko-toko, intansi, serta kendaraan. Bendera Himonaru di gedung Cokan Kantai berhasil diruntuhkan & diganti dengan bendera Merah Putih oleh para pemuda. Peristiwa itu disaksikan ribuan masyarakat pada tanggal 21 September 1945.53 l. Pembentukan Tentara Keamana Rakyat Setelah merdeka Indonesia belum memiliki tentara. Sebagai embiro dibentuklah BKR (Badan Keamanan Rakyat) pada tanggal 22 Agustus 1945. Anggota BKR adalah bekas peta dan HEIHO, bersenjatakan senjata tajam dan senjata hasil pelujutan tentara Jepang. Kedatangan sekutu pada bulan September 1945 menyebabkan eksitensi BKR sulit dipertahankan. Untuk itu, pada tanggal 5 Oktober 1945 dibentuk TKR dengan maklumat pemerintah, “untuk memperkuat perkasaan keamanan umum, maka diadakan satu Tentara Keamanan Rakyat”.54 2. Dorama II m. Kongres Pemuda Di Yogyakarta Pada tanggal 31 Oktober 1945 di Balai Mataram Yogyakarta diadakan rapat perwakilan pemuda Jakarta, Bandung, Surabaya dan Staf wartawan Kementrian Penerangan. Rapat sepakat untuk mengadakan Kongres Pemuda seluruh Indonesia pada tanggal 10-11 November 1945 diadakan Kongres Pemuda Indonesia di Balai Mataram.55 n. Pemerintah Republik Indonesia hijrah Ke Yogyakarta Kondisi keamanan di jakarta sudah tidak memungknkan lagi untuk penyelenggaraan pemerintah RI. Ada pembunuhan terhadap PM Sutan Sjahrir (tanggal 26 Desember 1945), terhadap Amir Sjarifudin (tanggal 28 Desember 1945), dengan adanya pendaratan pasukan marinir Belanda di Tanjung priok tanggal 30 Desember 1945, oleh karena itu, tanggal 3 Januari 1946 memutuskan 53Ibid 54Ibid 55Ibid



20



Ibukota RI ke Yogyakarta. Selanjutnya pada tanggal 4 Januari Presiden Soekarno, Drs. Muhammad Hatta dan pemimpin yang lainnya ke Yogyakarta.56 o. Kegiatan Pemuda, Pelajar, Mobpel, Gapi, TP, Pada Masa Revolusi 1946 Dalam rangka mempertahankan kemerdekaan, para pelajar tidak tinggal diam. Mereka membentukorganisasi pelajar berorientasi perjuangan. Demikian pula dengan para pemuda dan pelajar di Yogyakarta. Mereka menceburkan diri dalam kancah perjuangan bersama GAPI (Gabungan Pemuda Indonesia), MOBPEL (Mobilitas Pelajar), IPI (Ikatan Pelajar Indonesia), dan TP (Tentara Pelajar). Hal ini dilakuakan untuk berjaga-jaga apabila musuh menyerang. Nampak para pemuda berlatih kemiliteran di lapangan Bumijo.57 E. SEJARAH TAMAN SARI Yogyakarta adalah sebuah daerah yang memiliki sejarah panjang tentang perjuangan bangsa Indonsia. Bahkan dulunya ibukota Indonesia juga terletak di kota yang terkenal dengan masakan gudek ini. Maka tak heran disini terdapat beberapa tempat-tempat bersejarah yang sekarang dijadikan obyek wisata. Mengunjungi tempat wisata sejarah selain memang untuk berekreasi juga bisa menambah pengetahuan kita. Salah satu tempat wisata sejarah di Jogja adalah Taman Sari.58 Taman Sari yang berada di sebelah selatan Kraton Yogyakarta ini merupakan warisan budaya yang hingga kini masih dijaga. Tak hanya wisatawan lokal saja yang tertarik untuk mengunjungi bangunan yang dulunya digunakan untuk pemandian para raja ini, wisatawan asing juga sering terlihat. Dilihat dari penamaanya Tamansari terdiri dari dua kata yaitu taman dan sari yang berarti indah. Jadi tamansari adalah sebuah taman yang indah yang terletak di belakang kraton. Untuk memasukinya anda bisa melalui jalur belakang. Saat memasuki 56Ibid 57Ibid



58



http://siputnews.com/gaya-hidup/wisata/sejarah-taman-sari-wisata-dekat-kraton-yogyakarta/



21



pintu gerbang biasanya para pengunjung akan ditawari untuk menggunakan jasa guide yang siap menceritakan seluk beluk ataupun sejarah tamansari.59 Tamansari dibangun pada jaman kekuasaan Sultan Hamengku buwana I dan selesai pada pemerintahan Sultan Hameng Kubuwana II. Arseitek bangunan tamansari adalah seorang portugis maka tak heran arsitekturnya kental dengan nuansa Eropa. Kendati demikian tetap mempertahankan makna simbolik jawa. Komplek tamansari terdiri dari kolam besar, kanal air, kolam pemandian dan ruang-ruang khusus. Menurut cerita tamansari adalah tempat pemandian bagi para raja yang berkuasa serta keluarganya. Selain itu ada juga bangunan sumur gemuling yang digunakan sebagai mushola untuk beribadah. Di sekitar tamansari ada sebuah lorong, konon lorong tersebut merupakan penghubung antara kraton dan pantai parangkusumo. Lorong tersebut digunakan untuk melakukan pertemuan antara Kraton dan Ratu Pantai Selatan yang dikenal Nyi Roro Kidul. Namun sekarang lorong tersebut sudah ditutup dengan alasan tertentu.60 Tamansari adalah bangunan yang memiliki multifungsi. Selain digunakan untuk peristirahatan tamansari juga digunakan untuk benteng pertahanan. Tembok yang mengelilingi tamansari meski umurnya sudah tua namun tetap kokoh. Pada 2006 silam ketika terjadi gempa hebat, benteng tersebut tetap kokoh berdiri. Demikianlah info sejarah tamansari Yogyakarta yang bisa kami berikan.61 F. ISTANA AIR PENUH KEINDAHAN DAN RAHASIA Keindahan arsitekturnya yang kuno, dan pemandangan yang menakjubkan membuat Taman Sari sangat mempesona. Lorong-lorong dan bangunannya menjadikan Taman Sari penuh rahasia yang akan terus dikuak.62 Masa setelah Perjanjian Giyanti, Pangeran Mangkubumi membangun keraton sebagai pusat pemerintahan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. 59



Ibid Ibid 61 Ibid 60



62



http://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/historic-and-heritage-sight/tamansari/



22



Pangeran Mangkubumi yang kemudian bergelar Sultan Hamengku Buwono I membangun keraton di tengah sumbu imajiner yang membentang di antara Gunung Merapi dan Pantai Parangtritis. Titik yang menjadi acuan pembangunan keraton adalah sebuah umbul (mata air). Untuk menghormati jasa istri-istri Sultan karena telah membantu selama masa peperangan, beliau memerintahkan Demak Tegis seorang arsitek berkebangsaan Portugis dan Bupati Madiun sebagai mandor untuk membangun sebuah istana di umbul yang terletak 500 meter selatan keraton. Istana yang dikelilingi segaran (danau buatan) dengan wewangian dari bunga-bunga yang sengaja ditanam di pulau buatan di sekitarnya itu sekarang dikenal dengan nama Taman Sari.63 "Dari atas Gapura Panggung ini Sultan biasa menyaksikan tari-tarian di bawah sana. Bangunan-bangunan di sampingnya merupakan tempat para penabuh dan di tengah-tengah biasa didirikan panggung tempat para penari menunjukkan kepiawaian dan keluwesan mereka," terang seorang pemandu ketika YogYES memasuki Taman Sari. Dari Gapura Panggung, pemandu membawa YogYES masuk ke area yang dulunya hanya diperbolehkan untuk Sultan dan keluarganya, kolam pemandian Taman Sari. Gemericik air langsung menyapa. Airnya yang jernih berpadu apik dengan tembok-tembok krem gagah yang mengitarinya. Kolam pemandian di area ini dibagi menjadi tiga yaitu Umbul Kawitan (kolam untuk putra-putri Raja), Umbul Pamuncar (kolam untuk para selir), dan Umbul Panguras (kolam untuk Raja).64 Sebuah periuk tempat istri-istri Sultan bercermin masih utuh berdiri ketika YogYES memasuki menara tempat pribadi Sultan. Ornamen yang menghiasi periuk memberi kesan glamor terhadap benda yang terletak di samping lemari pakaian Sultan tersebut. Bisa dibayangkan, 200 tahun lalu seorang wanita cantik menunggu air di periuk ini hingga tenang lalu dia menundukkan kepalanya, memperbaiki riasan dan sanggulnya, memperindah raganya sembari bercermin. Selain periuk dan kamar pribadi Sultan, di menara yang terdiri dari tiga tingkat ini 63



Ibid Ibid



64



23



ada tangga dari kayu jati yang masih utuh terawat sehingga memberi kesan antik bagi siapa pun yang melihatnya. Naik ke tingkat paling atas, pantulan mentari dari kolam di bawahnya dan seluruh area Taman Sari terlihat dengan jelas. Mungkin dahulu Sultan juga menikmati pemandangan dari atas sini, pemandangan Taman Sari yang masih lengkap dengan danau buatannya dan bunga-bunga yang semerbak mewangi.65 Selepas menikmati pemandangan dari atas menara, pemandu lalu membawa YogYES menuju Gapura Agung, tempat kedatangan kereta kencana yang biasa dinaiki Sultan dan keluarganya. Gapura yang dominan dengan ornamen bunga dan sayap burung ini menjadi pintu masuk bagi keluarga Sultan yang hendak memasuki Taman Sari. Pesanggrahan tepat di selatan Taman Sari menjadi tujuan berikutnya. Sebelum berperang, Sultan akan bersemedi di tempat ini. Suasana senyap dan hening langsung terasa ketika YogYES masuk. Di sini, Sultan pastilah memikirkan berbagai cara negosiasi dan strategi perang supaya kedaulatan Keraton Yogyakarta tetap terjaga. Areal ini juga menjadi tempat penyimpanan senjata-senjata, baju perang, dan tempat penyucian keris-keris jaman dahulu. Pelatarannya biasa digunakan para prajurit berlatih pedang.66 YogYES pun berpisah dengan pemandu di depan Gapura Agung. Namun, ini bukan berarti perjalanan terhenti karena masih ada beberapa tempat yang harus disinggahi seperti Sumur Gumuling dan Gedung Kenongo. Untuk menuju tempat tersebut, Anda harus melewati Tajug, lorong yang menghubungkan Taman Sari dengan keraton dan juga Pulo Kenongo. Lorong bawah tanah yang lebar ini memang untuk berjaga-jaga apabila keraton dalam keadaan genting. Ruang rahasia banyak tersembunyi di tempat ini. Keluar dari Tajug, Anda akan melihat bekas dari Pulo Kenongo yang dulunya banyak ditumbuhi bunga kenanga yang menyedapkan Taman Sari. YogYES pun menuju Sumur Gumuling, masjid bawah tanah tempat peribadatan raja dan keluarga. Bangunan dua tingkat yang didesain memiliki sisi akustik yang baik. Jadi, pada zaman dahulu, ketika imam 65



Ibid Ibid



66



24



mempimpin shalat, suara imam dapat terdengar dengan baik ke segala penjuru. Sekarang pun, hal itu masih dapat dirasakan. Suara percakapan dari orang-orang yang ada jauh dari kita terasa seperti mereka sedang berada di samping kita. Selain itu, Untuk menuju ke pusat masjid ini, lagi-lagi harus melewati loronglorong yang gelap. Sesampainya di tengah masjid yang berupa tempat berbentuk persegi dengan 5 anak tangga di sekelilingnya, keagungan semakin terasa. Ketika menengadahkan kepala terlihat langit biru. Suara burung yang terdengar dari permukiman penduduk di area Taman Sari semakin menambah tenteram suasana.67 Persinggahan terakhir adalah Gedung Kenongo. Gedung yang dulunya digunakan sebagai tempat raja bersantap ini merupakan gedung tertinggi seTaman Sari. Di tempat ini Anda dapat menikmati golden sunset yang mempesona. Keseluruhan Taman Sari pun bisa dilihat dari sini, seperti Masjid Soko Guru di sebelah timur dan ventilasi-ventilasi dari Tajug. Puas dengan kesegaran air dari Taman Sari, langit akan menyapa. Pemandangan yang indah sekaligus mempesona ditawarkan Taman Sari. Pesona air yang apik berpadu dengan tembok-tembok bergaya campuran Eropa, Hindu, Jawa, dan China menjadi nilai yang membuat Taman Sari tak akan terlupakan.68 1. Pagar Istana Air Tamansari Tamansari kemudian banyak disebut sebagai Istana Air (water castle) yang karena nilai arsitektur dan keunikan pada lekukan bangunan dan air yang terisi dikolam kolam. Dalan sejarahnya yang disampaikan oleh beberapa orang yang menjadi guide Istana Air Tamansari menyebutkan bahwa Taman ini dipergunakan oleh Raja Mataram (Jogja) untuk melakukan mandi pada bulanbulan tertentu. Ada sedikit kemistikan yang terjadi di sekitar area kolam kala itu. Ketika Raja hendak masuk ke Istana Air Tamansari maka disambut dengan musik gamelan yang dilagukan dari bangunan-bangunan kecil di kanan dan kiri yang ada 67



Ibid ibid



68



25



di depan Istana Air Tamansari. Lalu ada upacara tertentu untuk menyambut Raja dan orang-orang yang hendak masuk ke Istana Air Tamansari.69 2. Taman di Tamansari Jogjakarta Istana Air Tamansari ini dibangun ketika pada tahun 1758-1769 oleh Raja Mataram (Jogja) yang bernama Sultan Hamengku buwono I. Walaupun kondisinya berbeda dengan ketika Istana Air Tamansari ini dibuat, namun kondisinya masih tetap terjaga dan masih nampak sebagian besar yang bisa menjadi simbol keunikan dan artistik dari bangunan tersebut. Bangunan-bangunan yang masih tersisa misalnya Sumur Gemuling (Gumuling), Gedhong Gapura Hageng ( Hageng = besar) didekat pintu masuk, Umbul Pasiraman (yang sekarang ada kolam-kolam ketika pertama masuk), Gedhong Gapura Panggung ( Kolam yang terdapat bangunan kembar di sisi kanan dan kiri berekatan dengan kolam), dan beberapa bangunan yang hendak menuju ke Sumur Gemuling yang sekarang menjadi tempat bagi masyarakat jogjakarta. Dulu, antara Istana Air Tamansari dan Sumur Gemuling merupakan taman-taman yang indah dan sejuk, namun sekarang hanya tersisa taman kecil yang berada di paling belakang Istana Air Tamansari.70 3. Pemandian Para Raja di Tamansari Walaupun tak seindah dan sesejuk ketika jaman dulu Istana ini dibuat, namun keunikan dan artistik dari bentuk bangunan Tamansari bisa menyenangkan untuk dinikmati. Cuaca yang panas tidak menjadi persoalan, apalagi ketika melihat kolam-kolam air yang menyegarkan dan menyejukan seolah memanggil untuk segera berendam. Namun karena memang Istana Air Tamansari ini merupakan bangunan cagar budaya, tidak lagi diperbolehkan untuk para Petualang nyegur dan berendam. Istana Air Tamansari sangat pas untuk dijadikan alternatif



69



https://coretanpetualang.wordpress.com/petualangan-budaya/sejarah-jawa/menjelajah-kesejukanistana-air-tamansari-jogjakarta-water-castle/ 70



Ibid



26



tambahan ketika ingin menyusuri Jogja untuk melihat keindahan dan keunikan Jawa dijamannya hingga sekarang.71 Kalau berpetualang hari ahad, tipsnya adalah datang pagi ke Istana Air Tamasari lalu berjalan beberapa meter ke arah belakang menuju Sumur Gumuling. Nah, sebelum jam menunjukan pukul 10.00 am silakan untuk segera berkunjung ke Keraton Jogjakarta untuk melihat tari dan iringan musik gamelan yang mengugah rasa, kalau boleh dinilai maka tari dan musik di keraton Jogja bisa dinilai sepuluh plus (10+). Selain gerakan tarian yang sangat bagus, juga tabuhan musik gamelan yang membuat pendengarnya untuk tetap terdiam menikmati.72 4. Pintu masuk ke kolam Tamansari Untuk menuju Istana Air Tamansari Yogyakarta petualang memang perlu ekstra berkendara terutama bagi yang belum pernah sama sekali berpetualang di Jogja. Istana Air Tamasari terletak di Jalan Taman sekitar 10 menit dari keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, bagi yang melalui jalur barat (Jakarta atau Kebumen) bisa menuju jalan lingkar barat (Ring Road Barat tapi bukan menuju jalan ini, hanya melewati) setelah melalui Jalan Wates lalu lurus menuju jalan RE Martadinata – Jalan Kyai Haji Ahmad Dahlan – Belok kiri menuju Jalan Nyai Ahmad Dahlan – lurus Jalan Ngasem – belok kiri Jalan Taman. Kalau dari Magelang atau Semarang, bisa melalui jalan Magelang kearah selatan melewati Jalan Tentara Pelajar – Jalan Letnan Jendral Suprapto – belok kiri ke arah jalan Kyai Haji Ahmad Dahlan – Jalan Nyai Haji Ahmad Dahlan – Jalan Taman. Jika dari arah timur atau Surakarta atau Klaten bisa melalui Prambanan ke arah barat menuju pertigaan Janti ( naik ke jalan layang) belok kiri ke arah Ring Road Timur – Jalan Kusumanegara – Jalan Sultan Agung – Jalan Nyai Ahmad Dahlan. Atau dari jalan Janti (Jogja Expo Center) ke arah Jalan Ngeksigondo – Jalan Perintis Kemerdekaan – Jalan mentri Supeno – Jalan Kolonel Sugiyono lurus ke Jalan



71



Ibid Ibid



72



27



Sutoyo belok kanan ke jalan gading (ada gapura plengkung / setengah lingkaran) melewati alun-alun selatan – Jalan Taman.73 G. MASJID BAWAH TANAH TAMANSARI Di sisi lain Taman Sari terdapat sebuah bangunan yang berbentuk lingkaran yang dipergunakan sebagai masjid oleh warga kraton. Bangunan masjid ini sangat unik karena berbentuk lingkaran dan berlantai dua dengan pintu yang menyerupai jendela di tiap lantai. Disebut demikian karena memang letaknya di bawah tanah. Pintu depan berbentuk persegi, tidak cukup besar, sehingga kita harus menundukkan kepala jika akan masuk. Setelah masuk nampak lorong bawah tanah yang berbentuk tangga.74 Di dalam ruangan yang melingkar tersebut terdapat tangga untuk naik ke lantai di atasnya. Di bawah tangga terdapat sebuah sumur yang digunakan sebagai tempat berwudhu, namun sekarang sumur tersebut sudah ditutup karena dikhawatirkan dapat membahayakan para pengunjung karena umur bangunan yang sudah sangat tua.75 Masjid Taman Sari atau yang lebih dikenal dengan sebutan Masjid Bawah Tanah, terletak di dalam kawasan keraton Yogyakarta dan juga merupakan salah satu fasilitas yang terdapat di komplek Taman sari atau komplek permandian Raja Yogya.76 Masjid bawah tanah ini, memiliki arsitektur yang unik yaitu berbentuk melingkar dengan rongga-rongga jendela di masing-masing sisinya. Terdiri dari dua lantai dimana lantai bawah dipakai oleh jemaah wanita dan lantai atas untuk jemaah pria. Di setiap lantai dapat kita temui ruangan tersendiri untuk imam yang memimpin solat. Kedua lantai dihubungkan dengan lima buah tangga yang



73



ibid http://keunikan-sejarah.blogspot.com/2013/05/taman-sari.html 75 Ibid 76 ibid 74



28



melintang ditengah-tengah ruangan masjid tersebut, disertai kolam untuk berwudhu tepat di bawah tangga.77 Untuk saat ini tidak tampak lagi masjid tersebut dipakai untuk berjemaah oleh para umat Islam, lebih digunakan untuk tempat rekreasi. Dapat dilihat bahwa sekarang ini banyak sekali pengunjung yang mendatangi kompleks ini untuk berekreasi. Di masjid tersebut juga sudah tidak terdapat mimbar, sajadah, kubah dan kita juga tahu kolam yang untuk berwudhu pun sekarang telah ditutup. Hal tersebut dikarenakan takut adanya pengunjung yang terjatuh kedalam kolam tersebut. Kita tahu bahwa komplek tersebut sekarang ini penuh dengan pengunjung yang berdatangan baik orang-orang Jogja sendiri, luar Jogja bahkan mancanegara (bule).78



77



ibid Ibid



78



29



BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN  SEJARAH BENTENG VREDEBURG Rasa kekhawatiran pihak Belanda mulai muncul. Pihak Belanda mengusulkan kepada sultan agar diijinkan membangun sebuah benteng di dekat kraton. Pembangunan tersebut dengan dalih agar Belanda dapat menjaga keamanan kraton dan sekitarnya. Akan tetapi dibalik dalih tersebut maksud Belanda yang sesungguhnya adalah untuk memudahkan dalam mengontrol segala perkembangan yang terjadi di dalam kraton. Letak benteng yang hanya satu jarak tembak meriam dari kraton dan lokasinya yang menghadap ke jalan utama menuju kraton menjadi indikasi bahwa fungsi benteng dapat dimanfaatkan sebagai benteng strategi, intimidasi, penyerangan dan blokade. Dapat dikatakan bahwa berdirinya benteng tersebut dimaksudkan untuk berjaga-jaga apabila sewaktuwaktu Sultan memalingkan muka memusuhi Belanda. Oleh karena itu permohonan izin Belanda untuk membangun benteng dikabulkan. -Tahun 1760 – 1765



-Tahun 1811 – 1816



-Tahun 1765 – 1788



-Tahun 1816 – 1942



-Tahun 1788 – 1799



- MASA JEPANG



-Tahun 1799 – 1807 - MASA KEMERDEKAAN 1945-1970-an



Tahun 1977 – 1992



 KOLEKSI MUSIUM



Tahun 1992 sampai sekarang



30



Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta menyajikan koleksi-koleksisebagai berikut: -Koleksi Bangunan -Koleksi Realia koleksi yang berupa benda[material] yang benar-benar nyata bukan tiruan dan berperan langsung terjadinya peristiwa sejarah, antara lain berupa peralatan rumah tangga, senjata, naskah pakaian, peralatan dapur dan lain-lain. -Koleksi Foto, miniatur, replika, lukisan dan atau benda hasil visualisasi lainnya. -Koleksi Adegan sejarah dalam bentuk patung tokoh dan pergerakannya



 SEJARAH TAMAN SARI Tamansari dibangun pada jaman kekuasaan Sultan Hamengku buwana I dan selesai pada pemerintahan Sultan Hameng Kubuwana II. Arseitek bangunan tamansari adalah seorang portugis maka tak heran arsitekturnya kental dengan nuansa Eropa. Kendati demikian tetap mempertahankan makna simbolik jawa. Tamansari adalah bangunan yang memiliki multifungsi. Selain digunakan untuk peristirahatan tamansari juga digunakan untuk benteng pertahanan. Tembok yang mengelilingi tamansari meski umurnya sudah tua namun tetap kokoh. Pada 2006 silam ketika terjadi gempa hebat, benteng tersebut tetap kokoh berdiri.  Pagar Istana Air Tamansari Tamansari kemudian banyak disebut sebagai Istana Air (water castle) yang karena nilai arsitektur dan keunikan pada lekukan bangunan dan air yang



31



terisi dikolam kolam. Lalu ada upacara tertentu untuk menyambut Raja dan orangorang yang hendak masuk ke Istana Air Tamansari.  Taman di Tamansari Jogjakarta Istana Air Tamansari ini dibangun ketika pada tahun 1758-1769 oleh Raja Mataram (Jogja) yang bernama Sultan Hamengku buwono I. Walaupun kondisinya berbeda dengan ketika Istana Air Tamansari ini dibuat, namun kondisinya masih tetap terjaga dan masih nampak sebagian besar yang bisa menjadi simbol keunikan dan artistik dari bangunan tersebut. Pemandian Para Raja di Tamansari Kalau berpetualang hari ahad, tipsnya adalah datang pagi ke Istana Air Tamasari lalu berjalan beberapa meter ke arah belakang menuju Sumur Gumuling. Nah, sebelum jam menunjukan pukul 10.00 am silakan untuk segera berkunjung ke Keraton Jogjakarta untuk melihat tari dan iringan musik gamelan yang mengugah rasa, kalau boleh dinilai maka tari dan musik di keraton Jogja bisa dinilai sepuluh plus (10+). Selain gerakan tarian yang sangat bagus, juga tabuhan musik gamelan yang membuat pendengarnya untuk tetap terdiam menikmati.  Masjid Bawah Taman Sari Di sisi lain Taman Sari terdapat sebuah bangunan yang berbentuk lingkaran yang dipergunakan sebagai masjid oleh warga kraton. Bangunan masjid ini sangat unik karena berbentuk lingkaran dan berlantai dua dengan pintu yang menyerupai jendela di tiap lantai. Disebut demikian karena memang letaknya di bawah tanah. Pintu depan berbentuk persegi, tidak cukup besar, sehingga kita harus menundukkan kepala jika akan masuk. Setelah masuk nampak lorong bawah tanah yang berbentuk tangga. Di dalam ruangan yang melingkar tersebut terdapat tangga untuk naik ke lantai di atasnya. Di bawah tangga terdapat sebuah sumur yang digunakan sebagai tempat berwudhu, namun sekarang sumur tersebut sudah ditutup karena



32



dikhawatirkan dapat membahayakan para pengunjung karena umur bangunan yang sudah sangat tua. Masjid Taman Sari atau yang lebih dikenal dengan sebutan Masjid Bawah Tanah, terletak di dalam kawasan keraton Yogyakarta dan juga merupakan salah satu fasilitas yang terdapat di komplek Taman sari atau komplek permandian Raja Yogya. B. SARAN Kita sebagai warga negara terutama warga negara indonesia,sepantasnya kita menjaga kekayaan budaya yang ada di dalamnya, entah itu budaya yang masih ada maupun budaya yang telah tinggal puingya. Di kota jogja kita menemukan budaya yang masih ada baik dari segi keindahan kota jogja maupun arsitektur yang ada didalamnya,disana kita banyak menjumpai tempat tempat sejarah yang sekaligus menjadi icon kota jojga tersebut maka dari itu jagalah kekayaan yang ada disana.



DAFTAR PUSTAKA A. Sumber Buku/Internet id.wikipedia.org/wiki/Museum_Benteng_Vredeburg http://selerawisata.blogspot.com/2012/03/benteng-vredeburg.html observasi http://siputnews.com/gaya-hidup/wisata/sejarah-taman-sari-wisata-dekat-kratonyogyakarta/ http://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/historic-and-heritagesight/tamansari/ https://coretanpetualang.wordpress.com/petualangan-budaya/sejarahjawa/menjelajah-kesejukan-istana-air-tamansari-jogjakarta-water-castle/ http://keunikan-sejarah.blogspot.com/2013/05/taman-sari.html



B. Hasil Dialog Narasumber : pak parjio Lokasi masjid bisa dijangkau dari parkiran sepeda motor di depan pintu masuk Tamansari ke arah utara. Kemudian belok kiri hingga menemukan pintu masuk. Ikuti lorong tersebut hingga menemukan bangunan masjid berbentuk bulat dan berwarna coklat muda atau krim. Namun jangan dibayangkan bentuk masjid ini seperti kebanyakan masjid lainnya. Karena juga difungsikan sebagai benteng, bentuk bangunan ini terlihat kokoh dan besar. Sejak tahun 1812 bangunan masjid sudah tidak difungsikan. Masjid tersebut didirikan tahun 1765. Kata dia, masjid bawah tanah merupakan peninggalan Sri Sultan Hamengkubuwono I dan difungsikan hingga masa kepemimpinan Sultan HB II.



"Masjid juga difungsikan sebagai benteng perlindungan bawah tanah," kata Parjio . Ia mengatakan, masjid tak lagi digunakan setelah Keraton membangun Masjid Gedhe Kauman yang berada di sebelah barat Alun-alun lor Yogyakarta. "Tidak lagi dipakai setelah ada gempa besar dan dibangun masjid gedhe Kauman," lanjutnya. Menurutnya, Masjid Sumur Gumuling



sangat unik, karena dibangun



bawah tanah agar suara muazin atau khatib terdengar ke seluruh penjuru masjid. Di masing-masing lantai terdapat dua mihrab atau tempat berdiri imam untuk memimpin salat jemaah. Pada bagian dalam bangunan masjid, terdapat sumur dikelilingi lima tangga yang melambangkan jumlah rukun Islam. Persis di bawah tangga yang saling bertemu di tengah terdapat kolam air dari sumur gumuling. Bagian atas masjid membentuk bulatan tanpa atap. Di bagian dinding juga terdapat banyak ventilasi sehingga cahaya matahari leluasa menerangi bagian dalam masjid. "Disebut gumuling karena bentuknya bulat seperti guling," kata juru pelihara masjid tersebut, Cipto Wiarjo (70), warga setempat. Menurutnya keunikan bangunan masjid adalah dibangun dengan tembok tebal. Hampir sekitar 1,25 meter ketebalannnya. Kata dia, batubata direkatkan tidak dengan semen seperti sekarang namun menggunakan bahan alami seperti putih telur. Ia mengatakan masjid tersebut ramai dikunjungi wisatawan. Diantaranya untuk foto narsis atau prewedding dan lainnya. Dengan berkunjung ke masjid tersebut menyiratkan jejak perkembangan islam di Keraton Yogyakarta dan kemegahan arsitektur masa lalu.



C. Dokumenter



Anggota Kelompok



Masjid di bawah tanah Taman Sari



Tempat peristirahatan setelah di bom



Kongres Budi Utomo Di Yogyakarta



Berdirinya Organisasi Muhammadiyah



Pemogokan Kaum Buruh Di Pabrik Gula



Berdirinya Tamansiswa



Kongres Perempuan Indonesia



Kongres Jong Java Di Yogyakarta



Penobatan Sri Sultan Hamengku Buwono IX



Masuknya Jepang Di Yogyakarta



Pemerintah Republik Indonesia hijrah Ke Yogyakarta Latihan Kemiliteran Peta/Heiho/Anak-anak Sekolah/Seinendan/Keibodan



Penurunan Bendera Hinomaru dan Pengibaran Bendera Merah Putih Di Gedung Cokan Kantai (Gedung Agung)