Laporan LBP [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN KASUS PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA LOW BACK PAIN



OLEH : DEWI SATRIANI PO. 713.241.18.1.009



KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR JURUSAN FISIOTERAPI PROGRAM STUDI D.III TAHUN 2021



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Low Back Pain (LBP) merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering dijumpai di masyarakat. Hampir 70- 80% penduduk di negara maju pernah mengalami LBP. Setiap tahun 15-45% orang dewasa menderita LBP, dan satu diantara 20 penderita harus dirawat di rumah sakit karena serangan akut. LBP sering terjadi pada umur 35-55 tahun dan hampir 80% penduduk di negaranegara industri pernah mengalaminya. Di Amerika Serikat, prevalensinya dalam satu tahun berkisar antara 15-20%, sedangkan insidensi berdasarkan kunjungan pasien baru ke dokter sebanyak 14,3%. Data epidemiologi mengenai LBP di Indonesia belum ada. Diperkirakan 40% penduduk Jawa Tengah berusia di atas 65 tahun pernah menderita nyeri pinggang dan prevalensinya pada laki-laki sebesar 18,2% dan pada wanita sebesar 13,6%. Prevalensi ini meningkat sesuai dengan meningkatnya usia insidensi berdasarkan kunjungan pasien di beberapa rumah sakit di Indonesia yang berkisar antara 3-17% (Mahadewa, 2009). LBP merupakan kondisi yang tidak nyaman disertai adanya keterbatasan aktivitas dan nyeri apabila melakukan pergerakan atau mobilisasi. Kebanyakan nyeri punggung bawah terjadi akibat gangguan musculoskeletal (gangguan sistem penunjang bentuk tubuh yang bertanggung jawab terhadap pergerakan) dan diperberat oleh aktivitas, sedangkan nyeri 2 akibat keadaan lainnya tidak dipengaruhi oleh aktivitas. Obesitas, stres, dan terkadang depresi dapat mengakibatkan LBP. Penderita LBP kronis biasanya mengalami ketergantungan pada beberapa jenis analgesik, sehingga merupakan alasan terbanyak untuk



mencari pengobatan (Muttaqin, 2008). Penderita LBP memerlukan perawatan yang intensif, sehingga kepatuhan berobat pasien sangat diperlukan dalam penatalaksanaan pasien. Faktor yang mempengaruhi ketekunan pasien dalam berobat antara lain tingkat penghasilan, tingkat pendidikan, kemudahan menuju fasilitas



kesehatan,



usia pasien,



tersedianya



asuransi kesehatan



yang



meringankan pasien dalam membayar biaya pengobatan (Wibawa, 2008). Berbagai studi menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pasien adalah gender, umur, dan efek samping. Sebagian lainnya disebabkan oleh faktor ekonomi berupa ketidakmampuan membayar dan membeli obat (Pujiyanto, 2008). Masalah nyeri punggung bawah merupakan sumber data tarik, frustasi dankadang menjadi kebingungan pada banyak dokter dan ilmuan untuk mempelajaridan menangani penyakit ini. Tulang belakang merupakan satusatunya organ yangterdiri ari tulang-tulang, sendi- sendi, ligament-ligamen, jaringan



lemak,



berlapislapis



otot,



syaraf



tepi,



ganglion



sensoris,



ganglionotonom dan saraf tulang belakang.Selain itu pergerakan dari tulang belakang itu sendiri sangat kompleks dan cidera pada tulang belakang dan struktur-struktur tersebut akan menghasilkan pola nyeri yang unik. Low back pain (LBP) atau nyeri punggung bawah merupakan sekumpulan gejala yang menandakan bahwa terdapat sesuatu yang salah. Nyeri punggung bawah adalah kondisi yang tidak mengenakan disertai adanya keterbatasan aktivitas dan nyeri apabila melakukan pergerakan atau mobilisasi. Prevalensi LBP tertinggi ditemukan pada perempuan, dengan kelompok usia > 45 tahun, lama kerja ≥ 5 jam, masa kerja ≥ 10 tahun, memiliki riwayat merokok,



sering melakukan posisi bungkuk, tidak memiliki riwayat trauma, perilaku tatalaksana keluhan dengan pemijatan dan mengalami minimal disability.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



A. Tinjauan Kasus 1. Anatomi Kasus a) Struktur Vetrebralis Tulang vertebra lumbal tersusun 5 vertebra yang bersendi satu sama lain yang berperan penting dalam menjalankan fungsinya untuk menyangga tubuh dan alat gerak tubuh. Susunan tulang vertebra secara umum terdiri dari corpus, arcus, dan foramen vertebra. Keterangan gambar 2.1 1. Vertebra cervicalis I – VII 2. Vertebra thoracalis I – XII 3. Vertebra lumbalis I – V 4. Osc. Sacrum 5. Oss. Coccygae 6. Atlas 7. Axis 8. Vertebra prominens 9. Foramen intervertebralis 10. Promotorium



Keterangan gambar 2.2 (a) 1. Processus spinosus



2. Processus tranversus 3. Processus articularis superior 4. Incisura vertebralis superior 5. Corpus vertebra 6. Incisura vertebralis inferior



Keterangan gambar 2.2. (b). 1. Processus spinosus 2. Processus articularis inferior 3. Processus articularis superior 4. Processus tranversus 5. Incisura vertebralis superior 6. Foramen vertebrae Bagian bagian os. Vertebra 1) Korpus Merupakan bagian terbesar dari vertebra, berbentuk silindris yang mempunyai beberapa facies (dataran) yaitu : facies anterior berbentuk konvek dari arah samping dan konkaf dari arah cranial ke caudal. Facies superior berbentuk konkaf pada lumbal 4-5 (Kapandji, 1990). 2) Arcus Merupakan lengkungan simetris di kiri-kanan dan berpangkal pada korpus menuju dorsal pangkalnya disebut radik arcus vertebra dan



ada tonjolan ke arah lateral yang disebut procesus spinosus (Susilowati, dkk, 1993). 3) Foramen vertebra Merupakan lubang yang besar yang terdapat diantara corpus dan arcus bila dilihat dari columna vetebralis, foramen vetebra ini membentuk suatu saluran yang disebut canalis vetebralisalis, yang akan terisi oleh medula spinalis (Susilowati, dkk, 1993). Menurut Snell, Columna vertebralis merupakan penyangga utama tubuh manusia dari cranium, gelang bahu, ekstremitas superior, dan dindingm thorax, selain itu melalui gelang panggul meneruskan berat badan ke ekstremitas inferior. Columna vertebralis terdiri atas 33 vertebrae, yaitu 7 vertebra cervicalis, 12 vertebra thoracicus, 5 vertebra lumbalis, 5 vertebra sacralis (yang bersatu membentuk os sacrum), dan 4 vertebra coccygis (tiga yang dibawah umumnya bersatu). Vertebra lumbal merupakan vertebra terpanjang dan terkuat processus spinosusnya pendek dan dan tebal serta menonjol hampir searah garis. horizontal (Sloane, 2003). Foramen intervertebralis yang relatif besar sehinga terjadinya kompresi akar saraf akan lebih besar pula. (Bridwell,2011). Vertebra lumbal merupakan kolumna vertebralis dengan beban yang paling besar dan memiliki mobilitas yang besar dan spesifik, sehingga menuntut konsekuensi stabilitas yang besar dan spesifik yang dibetuk secara aktif dan pasif (Slamet, 2001).



b) Diskus Vetrebralis Discus intervertebralis tersusun kurang lebih 20% hingga 25% dari total panjang kolumna vertebralis (Magee, 2006). Discus yang paling tebal terdapat di segmen cervical antara tulang kedua dan ketiga hingga lumbal antara tulang kelima dan sacrum, karena pada segmen ini banyak terjadinya gerakan dari kolumna vertebralis (Snell, 2006). Fungsi dari discus ini sebagai peredam kejut atau benturan bila beban pada



kolumna



vertebralis



bertambah,



penyangga beban,



penanahan gerakan antar tulang vertebra,untuk memisahkan antar tulang vertebra sebagai unit funsional dari sendi facet dan memungkinkan bagian dari akar saraf keluar dari sumsum tulang belakang melalui foramen intervertebralis (Magee, 2006). Diskus intervertebralis terdiri dari dua bagian, bagian pinggir yaitu anulus fibrosus, dan bagian tengah yaitu nucleus pulposus (Snell, 2006). c) Distabilitas Vetrebralis Stabilitas pada vertebra ada dua macam yaitu stabilisasi pasif dan stabilisasi aktif. Untuk stabilisasi pasif adalah ligament yang terdiri dari : (1) ligament longitudinal anterior yang melekat pada bagian anterior tiap diskus dan anterior korpus vertebra, ligament ini mengontrol gerakan ekstensi, (2) ligament longitudinal posterior yang memanjang dan melekat pada bagian posterior dikcus dan posterior korpus vertebra. Ligament ini berfungsi untuk mengontrol gerakan fleksi, (3) ligament flavum terletak di dorsal vertebra di antara lamina yang berfungsi melindungi medulla spinalis dari posterior, (4) ligament tranfersum



melekat pada tiap procesus tranversus yang berfungsi mengontrol gerakan fleksi. Sedangkan stabilitas pasif ialah otot-otot punggung dapat dibagi menjadi tiga kelompok utama: (1) otototot superficial merupakan bagian ekstremitas superior yaitu m.trapezius m.latissimus dorsi, m.levator scapularis, dan m.rhomboideus najor dan minor ; (2) otot-otot intermedia berhubungan dengan respirasi dan terdiri atas m.serratus posterior superior, m.serratus posterior inferior, dan m.levatores costarum; (3) otot-otot profunda punggung membentuk kolom jaringan otot yang lebar dan tebal yang menempati lekukan di kanan kiri processus spinosus yaitu Mm. interspinal dan m. intertransversarii (Snell, 2006). d) Biomekanik a. Fleksi Otot yang bekerja pada gerakan fleksi: rectus abdominis, external oblique, internal oblique, psoas major, psoas minor, iliacu (Kenyon, 2006). Gerakan ini dibatasi oleh ligament longitudinal posterior (Cleland, 2011). b. Ekstensi Otot yang bekerja pada gerakan ekstensi: Quadratus lumborum, multifidus, semispinalis, erector spinae, interspinales, rotators (Kenyon, 2006). Dan gerakan ini dibatasi oleh ligament longitudinal anterior (Cleland, 2011).



B. Tinjauan Kasus Low Back Pain 1. Definisi Kasus Nyeri punggung bawah adalah nyeri yang di rasakan daerah punggung bawah, dapat merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikular atau keduanya (Tjokorda, 2009). Nyeri punggung bawah miogenik adalah suatupengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan di daerah vertebra torakal 12 sampai dengan bagian bawah pinggul atau lubang dubur. Yang timbul akibat adanya potensi kerusakan ataupun adanya kerusakan jaringan antara lain: dermis pembuluh darah , facia, muskulus, tendon, cartilago, tulang ligament, intra artikuler, meniscuc, bursa (Paliyama, 2003).



2. Etiologi Low Back Pain Kelainan nyeri punggung bawah miogenik dapat disebabkan karena : a) Ketegangan otot Ketegangan otot dapat timbul disebabkan oleh sikap tegang yang konstan atau berulang-ulang pada posisi yang sama sehingga akan memendekan otot-otot yang akhirnya menimbulkan nyeri. Nyeri juga dapat timbul karena regangan yang berlebihan pada perlekatan otot terhadap tulang. b) Spasme / kejang otot Spasme / kejang otot disebabkan oleh gerakan yang tiba-tiba dimana jaringan otot sebelumnya dalam kondisi yang tegang / kaku / kurang pemanasan. Spasme otot ini memberi gejala yang khas, ialah



dengan adanya kontraksi otot akan disertai rasa nyeri yang hebat. Setiap gerakan akan memperberat rasa nyeri sekaligus menambah kontraksi. Akan terjadi lingkaran suatu nyeri, kejang atau spasme dan ketidak mampuan bergerak. c) Defisiensi otot Defisiensi otot dapat disebabkan oleh kurangnya latihan sebagai akibat dari tirah baring yang lama maupun immobilisasi. d) Otot yang hipersensitif Otot yang hipersensitif akan menciptakan satu daerah kecil yang apabila dirangsang akan menimbulkan rasa nyeri ke daerah tertentu. Daerah kecil tadi disebut sebagai noktah picu (trigger point).Dalam pemeriksaan klinik terhadap penderita nyeri punggung bawah (NPB), tidak jarang dijumpai adanya noktah picu ini. Titik ini bila ditekan akan menimbulkan rasa nyeri bercampur rasa sedikit nyaman (Harsono, 1996). 3. Patofisiologi Low Back Pain Nyeri



punggung



bawah



biasanya



berhubungan



dengan



peristiwatraumatik spesifik (misal, mengangkat beban berat) atau stres mekanis kontinuterhadap ligament atau otot penyokong lumbo-sacral . Tipe nyeri ini juga dapatdisebabkan oleh postur pasien dengan lodorsis lumbal yang menonjol akibatlemahnya otot-otot abdomen, otot-otot hamstring yang mengencang, ataupemakaian sepatu bertumit tinggi (David, 2001). Lengkung tulang belakangakan menyerap goncangan vertikal pada saat berlari atau melompat. Batangtubuh membantu menstabilkan tulang



belakang. Otot-otot abdominal dan torakssangat penting pada aktivitas mengangkat beban. Bila tidak pernah dipakai akanmelemahkan struktur pendukung ini. Obesitas, maslah postur, masalh struktur,dan peregangan berlebihan pendukung tulang belakang dapat berakibat nyeripunggung (Lukman, 2011). 4. Gambaran Klinis Pasien Low Back Pain biasa mengeluhkan adanya nyeri di punggug bawah. Keluhan tersebut dapat dirasakan pasien ketika melakuan aktivitas seharihari seperti ketika akan berdiri. Karna ada nyeri di punggung bawah menyebabkan tubuh pasien menjadi kifosis. Tanda yang dialami pasien dapat ditemukan ada nyeri di punggung bawah pasien yaitu di T12-L5.



C. Tinjauan Pengukuran Fisioterapi 1. Pengukuran Nyeri Intensitas nyeri yang dirasakan oleh pasien diukur dengan menggunakan VAS (Visual Analogue Scale). VAS (Visual Analogue Scale) merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengukur kwantitas dan kualitas nyeri yang dirasakan pasien dengan menampilan suatu kategorisasi nyeri mulai dari “tidak nyeri, nyeri ringan, sedang, atau berat”. Secara operasional, VAS umumnya berupa sebuah garis horizontal atau vertical panjang 10cm (100mm) dengan parameter scala. a. Skala 0-4 mm ; tidak nyeri (tidak ada rasa sakit)



b. Skala 5-44mm ; nyeri ringan (masih bisa ditahan, aktifitas tak terganggu) c. Skala 45-74mm ; Nyeri Sedang (mengganggu aktivitas fisik) d. Skala 75-100mm ; Nyeri berat (tidak dapat melakukan aktifitas secara mandiri) 2. Pengukuran Kekuatan Otot Kekuatan otot dapat diartikan sebagai kualitas tenaga otot atau sekelompok otot dalam membangun kontraksi secara maksimal untuk mengatasi beban yang datang. Menurut Kusworo secara fisiologi adalah kemampuan otot untuk melakukan satu kali kontraksi secara maksimal melawan tahanan atau beban. Pengukuran untuk mengetahui kekuatan otot dalam kasus ini adalah Manual Muscle Testing (MMT). Nilai 1 mengangkat kepala, Nilai 2 mengangkat kepala dan tangan lurus d samping badan, Nilai 3 mengangkat kepala dan tangan lurus di samping tubuh , scapula terangkat penuh, Nilai 4 mengangkat kepala dengan menyilang kedua tangan di dada scapula terangkat penuh, Nilai 5 mengangkat kepala dengan kedua tangan dibelakang leher, scapula terangkat penuh. 3. Pengukuran Fungsional/Disablitas Pengukuran Fungsional Disabilitas Lumbal akibat LBP Non Spesifik dilakukan dengan menggunakan Owestry Disability Index (ODI). ODI merupakan alat ukur yang berisi daftar pertanyaan atau kuisioner yang dirancang untuk memberikan informasi seberapa besar tingkat disabilitas LBP dalam melakukan aktifitas sehari-hari. ODI pertama kali dikembangkan



oleh Fairbanks dan kawan-kawan pada tahun 1980 dan telah dimodifikasi beberapa kali. Modifikasi pertama mengganti item tentang penggunaan obat pengurang nyeri dengan item intensitas nyeri. Dalam perkembangan selanjutnya pada versi asli, dilaporkan hamper 20% responden tidak mengisi item tentang kehidupan seks mereka terkait LBP khususnya di negara-negara timur. Karena itu, versi terakhir mengganti item tentang kehidupan seks dengan pekerjaan/aktifitas di rumah, selain itu ODI juga disarankan digunakan pada kondisi disabilitas berat (52-54).



Secara teknis pasien



diinstruksikan untuk menjawab dengan memberi tanda centang atau tanda silang pada salah satu kotak tiap bagian yang paling sesuai dengan keadaan dan yang dirasakannya pada saat itu. Selanjutnya, dilakukan perhitungan skor yang diperoleh dan dicatat untuk mengetahui kemajuan intervensi selanjutnya.



D. Tinjauan Intervensi Fisioterapi 1. Infrared (IR) Sinar Infra Merah adalah pancaran gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang 7.700 Ao – 4.000.000 Ao yang digunakan untuk tujuan pengobatan berkisar antara 7.700 Ao



-120.000 Ao atau 150.000 Ao



(Amstrong) di mana panjang gelombang ini digolongkan menjadi 2 golongan yaitu : a.



Gelombang Panjang (Non Penetrating)



Panjang gelombang di atas 12.000 Ao–150.000 Ao, kedalaman penetrasinya sampai lapisan superfisial epidermis yaitu sekitar 0,5 mm. b. Gelombang Pendek (Penetrating) Panjang gelombang antara 7.700 Ao – 12.000 Ao, kedalaman dan penetrasinya sampai jaringan subcutan kira-kira 5 – 10 mm dan dapat mempengaruhi secara langsung terhadap pembuluh darah kapiler, pembuluh limfe, ujung-ujung saraf dan jaringan lain di bawah kulit. Generator Infra Merah pada dasarnya dapat digolongkan menjadi 2 yaitu : (1) Non luminous yang hanya mengandung IR saja, pengobatan ini sering disebut “IR radiation” dan (2) luminous di samping IR juga sinar “Visibel” dan ultraviolet, pengobatan sering disebut “radiasi panas”. Jika sinar ini diabsorbsi oleh kulit maka panas akan timbul pada tempat di mana sinar tersebut diabsorbsi sehingga dapat meningkatkan proses metabolisme, vasodilatasi pembuluh darah, rilexasi otot dan mengurangi (menghilangkan) rasa sakit. Disamping itu juga dapat berpengaruh terhadap pigmentasi, mengaktifkan kelenjar-kelenjar keringat bahkan destruksi jaringan. Apabila penyinaran diberikan menimbulkan temperatur cukup tinggi dan lama sehingga di luar toleransi pasien. Oleh karena itu, pemberian Infra Merah ini harus disesuaikan dengan toleransi pasien. a.Efek Fisiologis dari Infra Merah Adalah peningkatan proses metabolisme, vasodilatasi, pembuluh darah, pigmentasi, pengaruh terhadap syaraf sensoris dengan pemanasan



jaringan membentuk efek sedatif, pengaruh terhadap jaringan otot adalah untuk relaxasi serta mengaktifkan kelenjar keringat. b. Efek Terapeutik dari Sinar Infra Merah Adalah mengurangi atau menghilangkan rasa sakit, meningkatkan suplay darah, relexasi otot dan menghilangkan sisa hasil metabolisme (Pauline, 1973) . c. Indikasi dari Sinar Infra Merah 1) Kondisi peradangan setelah subacute (kontusio, muscle strain, muscle sprain, trauma sinovitis 2) .Arthritis (rheumatoid artitis, osteoarthritis, myalgia, lumbago, neuralgia, neuritis) 3) Gangguan sirkulasi darah (troboangitisobliterans, tromboplebitis, raynold’s diseace) 4) Penyakit kulit (folliculitis, furuncolosi, wound) 5) Persiapan exercise dan Massage d. Kontra Indikasi dari Infra Merah 1) Daerah yang infusiensi pada darah 2) Gangguan sensibilitas kulit 3) Adanya kecenderungan terjadinya pendarahan



4) Waktu yang digunakan untuk terapi pada kondisi akut 10 – 15 menit, seda ng untuk kondisi kronis diberikan selama 15 – 30 menit.



2.TENS (Trancutaneus Electrical Nerve Stimulation)



a. Definisi TENS Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) adalah perangsangan saraf secara elektris melalui kulit.Dua pasang elektroda yang berperekat



dipasang



pada



punggung,



dikedua



sisi



dari



tulang



punggung.Elektroda ini dihubungkan dengan sebuah kotak kecil yang mempunyai tombol-tombol putar dan tekan.Tombol putar mengendalikan kekuatan dan frekuensi denyut listrik yang dihasilkan oleh mesin.Denyut ini menghambat pesan nyeri yang dikirim ke otak dari rahim dan leher rahim serta merangsang tubuh mengeluarkan bahan pereda nyeri alaminya, yaitu endorfin.Penelitian menunjukkan bahwa TENS paling efektif meredakan nyeri (Nolan, 2004). Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) adalah penerapan arus listrik melalui kulit untuk kontrol rasa sakit, dihubungkan dengan kulit menggunakan dua atau lebih elektroda, diterapkan pada frekuensi tinggi (>50Hz) atau frekuensi rendah (