Laporan Lengkap Ekoper [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Asman
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM EKOLOGI PERAIRAN



OLEH : ASMAN TOKASE I1C1 18 065



JURUSAN ILMU KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2019



LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM EKOLOGI PERAIRAN



Laporan Lengkap ini Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan pada Mata Kuliah Ekologi Perairan



OLEH : ASMAN TOKASE I1C1 18 065



JURUSAN ILMU KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2019



HALAMAN PENGESAHAN



Judul



: Laporan Lengkap Ekologi Perikanan



Laporan Lengkap



: Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan pada Mata Kuliah Ekologi Perairan



Nama



: Asman Tokase



NIM



: I1C1 18 065



Kelompok



: II (Dua)



Jurusan



: Ilmu Kelautan



Fakultas



: Perikanan dan Ilmu Kelautan



Laporan Lengkap Ini Telah Diperiksa dan Disetujui Oleh:



Koordinator Asisten



Asisten Pembimbing



NIM.



Erika Ismayanti, S.Si., M.P Nip. Mengetahui, Koordinator Mata Kuliah Ekologi Perairan



Prof. La Sara, Ir., MS. Ph.D NIP.



Kendari, November 2019 Tanggal Pengesahan



iii



KATA PENGANTAR



Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas izin-Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Lengkap Praktikum Ekologi Perairan ini. Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk mengikuti Ujian Semester Ekologi Perairan. Penulis menyadari bahwa terwujudnya Laporan Lengkap Praktikum Ekologi Perairan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, maka melalui kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada kedua orang tua penulis, karena dengan do’a dan dukungan mereka penulis dapat menyelesaikan laporan ini Dalam penulisan laporan lengkap praktikum osenografi kimia ini, penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, segala koreksi dan saran kearah perbaikan sangat penulis harapkan guna penyempurnaan laporan lengkap praktikum Ekologi Perairan.



Kendari, Desember 2019



Penulis



iv



RIWAYAT HIDUP



Asman Tokase lahir di Desa Lalonggombu tanggal 12 Mei 1999 dari pasangan Bapak Asmin Tokase dan Ibu Ganaria yang merupakan anak ketiga dari empat bersaudara. Penulis mengenyam pendidikan dasar pada tahun 2005 sebagai siswa SDN 18 Andoolo, Kecamatan Andoolo, dan lulus pada tahun 2011. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 23 Konawe Selatan dan lulus pada tahun 2014. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 6 Konawe Selatan, Kabupaten konawe Selatan dan lulus pada tahun 2017. Setelah lulus, penulis tidak langsung melanjutkan studinya di jenjang perguruan tinggi (Kuliah) karena faktor ekonomi orang tuanya tidak memungkinkan untuk lanjut ke jenjang tersebut. Tahun 2018 melalui jalur SMMPTN penulis diterima sebagai mahasiswa Universitas Halu Oleo Kendari di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan dengan Jurusan Ilmu Kelautan.



v



DAFTAR ISI



Halaman HALAMAN SAMPUL................................................................................. HALAMAN JUDUL ..................................................................................... HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... KATA PENGANTAR.................................................................................. RIWAYAT HIDUP............................................................................................. DAFTAR ISI................................................................................................... DAFTAR TABEL.......................................................................................... I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang..................................................................................... 1.2. Tujuan dan Manfaat.................................................................................... II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ekosistem Mangrove........................................................................ 2.2. Ekosestem Lamun............................................................................. 2.3. Organisme Yang Berasosiasi Dengan Mangrove 2.4. Organisme Yang Berasosiasi Dengan Lamun.................................. III. METODE PRAKTEK 3.1. Waktu dan Tempat................................................................................. 3.2. Alat dan Bahan................................................................................... 3.3. Prosedur Kerja................................................................................ 3.4. Analisis Data....................................................................................... IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi.................................................................. 4.2. Hasil Pengamatan................................................................................. 4.3. Pembahasan........................................................................................ V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan............................................................................................ 5.2. Saran................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN



vi



DAFTAR TABEL



Tabel Halaman Tabel 1. Alat dan Bahan beserta kegunaannya............................................. Tabel 2. ..................................................



vii



1



I. PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang



Ekologi dikenal sebagai ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Makhluk hidup dalam kasus pertanian adalah tanaman, sedangkan lingkungannya dapat berupa air, tanah, unsur hara, dan lain-lain. Kata ekologi sendiri berasal dari dua kata dalam bahasa yunani, yaitu oikos dan logos. Oikos artinya rumah atau tempat tinggal, sedangkan logos artinya ilmu atau pengetahuan. Jadi semua ekologi artinya ilmu yang mempelajari organisme di tempat tinggalnya. Umumnya yang dimaksud dengan ekologi adalah “ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara organisme atau kelompok organisme dengan lingkungannya. Ekologi perairan adalah ilmu yang



mempelajari



hubungan



organisme



dengan



lingkungan



perairan



(Suyud et al, 2015). Mangrove merupakan salah satu ekosistem langka, karena luasnya hanya 2% permukaan bumi. Indonesia merupakan kawasan ekosistem mangrove terluas di dunia. Ekosistem ini memiliki peranan ekologi, sosial-ekonomi, dan sosiabudaya yang sangat penting; misalnya menjaga menjaga stabilitas pantai dariabrasi, sumber ikan, udang dan keanekaragaman hayati lainnya, sumber kayu bakar dan kayu bangunan, serta memiliki fungsi konservasi, pendidikan, ekoturisme dan identitas budaya. Tingkat kerusakan ekosistem mangrove dunia, termasuk Indonesia sangat cepat akibat pembukaan tambak, penebangan hutan mangrove, pencemaran lingkungan, reklamasi dan sedimentasi, pertambangan, sebab-sebab alam seperti badai/tsunami, dan lain-lain. Restorasi mangrove



2



mendapat perhatian luas mengingat tingginya nilai sosial-ekonomi dan ekologi ekosistem ini. Restorasi dapat menaikkan nilai sumber daya hayati mangrove, memberi mata pencaharian penduduk, mencegah kerusakan pantai, menjaga biodiversitas, produksi perikanan, dan lain-lain (Setyawan, 2014). Ekosistem lamun dikenal tinggi produktifitasnya terutama dalam pore waterdan



sedimen.



Lamun



dapat



memperoleh nutrisi,



baik



dari



air



permukaan melalui helaian daun-daunnya, maupun sedimen melalui akar dan rimpangnya, tetapi sumber utama nutrisi lebih banyak berasal dari sedimen. Habitat lamun mempunyai jasa ekosistem yang cukup beragam, khususnya terkait dengan jasa pendukung (supporting services) dan sebagai penyedia daerah asuhan (nursery ground), tempat mencari makan (feeding ground), sirkulasi nutrien dan lain-lain bahkan lamun mempunyai keterkaitan yang kuat dan berasosiasi dengan beberapa organisme khas dan unik di sekitarnya, seperti dugong, kuda laut dan penyu laut, yang kesemuanya mempunyai ketergantungan terhadap ekosistem lamun, namun demikian tetap saja penelitian dan perhatiannya tentang ekosistem lamun masih jarang dibuat dan masih belum optimal dilakukan. Dengan segenap jasa ekosistem yang diberikan ekosistem lamun tersebut, maka tidaklah mengherankan bilamana kemudian nilai ekonomi total ekosistem lamun lebih tinggi dibandingkan dengan nilai ekonomi total dari ekosistem terumbu karang dan ekosistem mangrove (Wahyudin et all, 2016). Berdasarkan latar belakang di atas maka perlu dilakukan praktek Ekologi Perairan untuk mengetahui langsung organisme jenis apa yang ada di daerah mangrove dan lamun.



3



1.2 Tujuan dan Manfaat Adapun tujuan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :  Untuk mengidentifikasi organisme yang hidup di daerah tumbuhan mangrove dan lamun.  Untuk mengetahui metode praktek pada praktek ekologi perairan.  Untuk menganalilis data pada indeks dan kerapatan pada daerah mangrove dan lamun.  Untuk mengetahui hubungan ekologi organisme yang ada di perairan.  Untuk menumbuhkan kerja sama antar kelompok dalam praktek ekologi perairan. Manfaat dari praktikum ini adalah sebagai bahan masukan untuk menambah wawasan mengenai ekosistem mangrove, lamun serta organisme apa saja yang berasosiasi perairan tersebut.



4



II. TINJAUAN PUSTAKA



2.1 Ekosistem Mangrove



Ekosistem mangrove (bakau) adalah ekosistem yang berada di daerah tepi pantai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut sehingga lantainya selalu tergenang air. Ekosistem mangrove berada di antara level pasang naik tertinggi sampai level di sekitar atau di atas permukaan laut rata-rata pada daerah pantai yang terlindungi,



dan



menjadi



pendukung



berbagai



jasa



ekosistem di sepanjang garis pantai di kawasan tropis (Senoaji, 2016). Manfaat ekosistem mangrove yang berhubungan dengan fungsi fisik adalah sebagai mitigasi bencana seperti peredam gelombang dan angin badai bagi daerah yang ada di belakangnya, pelindung pantai dari abrasi, gelombang air pasang (rob), tsunami, penahan lumpur dan perangkap sedimen yang diangkut oleh aliran air permukaan, pencegah intrusi air laut ke daratan, serta dapat menjadi penetralisir pencemaran perairan pada batas tertentu. Manfaat lain dari ekosistem mangrove ini adalah sebagai obyek daya tarik wisata alam dan atraksi ekowisata



dan sebagai



sumber



tanaman



obat



(Bakti et al, 2015). Ekosistem mangrove berfungsi sebagai habitat berbagai jenis satwa, sebagai mitigasi bencana perendaman gelombang dan angina badai bagi daerah yang ada di belakangnya, sebagai pelindung pantai dari abrasi, gelombang air pasang, sunami, penahan lumpur dan perangkap sedimen yang di angkut oleh aliran air permukaan. Ekosistem mangrove berperan penting



dalam



5



pengembangan perikanan pantai



karena merupakan tempat berkembang biak,



memijah, dan membesarkan anak bagi beberapa jenis ikan, kerang, kepiting, dan udang . Jenis plankton di perairan mangrove lebih banyak dibandingkan di perairan terbuka. Hutan mangrove menyediakan perlindungan dan makanan berupa bahan organik ke dalam rantai makan . Bagian kanopi mangrove pun merupakan habitat



untuk



serangga,



dan



burung,



berbagai



jenis



hewan



darat,



seperti monyet,



kelelawar. Kayu pohon mangrove dapat digunakan



sebagai kayu bakar, bahan pembuatan arang kayu, bahan bagunan, dan bahan baku bubur kertas (Senoaji, 2016). Fungsi penting lain dari ekosistem mangrove adalah kedudukan ekosistem mangrove sebagai mata rantai yang menghubungkan ekosistem laut dan darat. Hutan mangrove menghasilkan bahan organik dalam jumlah besar, terutama bentuk serasah. Serasah mangrove merupakan sumber bahan organik penting dalam rantai makanan di dalam hutan mangrove. Serasah tersebut akan mengalami dekomposisi akibat aktivitas mikroorganisme. Hasil dekomposisi



ini



akan



kedudukannya sebagai memanfaatkan



menjadi sumber produsen



fitoplankton



primer,



sebagai



nutrisi dan



sumber



fitoplankton



kemudian



dalam



zooplankton



energi utama,



dalam



kedudukakannya sebagai konsumen primer. Bahan organik yang dihasilkan oleh hutan mangrove, akan memberikan sumbangan pada rantai makanan di perairan pantai dekat hutan mangrove, sehingga perairan pantai disekitar hutan mangrove mempunyai produktivitas yang tinggi (Agusrinal et al, 2015).



6



2.2 Ekosistem Lamun Salah satu sumber daya laut yang cukup potensial untuk dapat dimanfaatkan adalah lamun. Lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang berbiji satu (monokotil) dan mempunyai akar rimpang, daun, bunga dan buah. Dimana secara ekologis lamun mempunyai beberapa fungsi penting di daerah pesisir. Lamun merupakan produktifitas primer di perairan dangkal diseluruh dunia dan merupakan sumber makanan penting bagi banyak organisme (Wayudin et al, 2016). Ekosistem padang lamun merupakan suatu ekosistem yang kompleks dan mempunyai fungsi dan manfaat yang sangat penting bagi perairan pesisir. Secara taksonomi (seagrass) termasuk dalam kelompok angiospermae yang hidupnya terbatas dilingkungan laut yang umumnya hidup di perairan dangkal wilayah pesisir. Distribusi sangatlah luas, dari perairan dangkal (Tangke, 2010). Ekosistem lamun (seagrass) adalah salah satu komponen penting sebagai penyusun kesatuan ekosistem pesisir bersama dengan mangrove dan terumbu karang. Ekosistem lamun tidak terlalu banyak mendapatkan perhatian, padahal ekosistem lamun cukup menyediakan barang dan jasa yang penting dan



hal



ini cukup



mengejutkan



mengingat



bahwa



lamun mempunyai



distribusi yang cukup menyebar di seluruh dunia (Wayudin et al, 2016). Fungsi dan manfaat padang lamun di perairan dangkal adalah sebagai produsen primer, habitat biota, stabilator dasar perairan, penangkapan sediem dan pendaur hara. Sebagai tumbuhan aututrofik, lamun mengikat karbondioksida (Co2) dan mengubahnya menjadi energi yang sebagian besar memasuki rantai makanan, baik melalui pemangsaan langsung oleh herbivora maupun melalui



7



dekomposisi sebagai serasah. Produktivitas padang lamun relatif tinggi di pesisir. Selain itu, rimpang dan akar lamun dapat menguatkan dan menstabilkan dasar pemukaan. Ketersediaan nutrient di padang lamun dapat berperan sebagai factor pembatas pertumbuhan sehingga efisiensi daur nutrisi dalam sistemnya akan menjadi sangat penting untuk melihat produktivitas primer padang lamun dan organisme autotrofnya (Nabila, 2019). Lamun adalah tumbuhan berbunga yang terdapat lingkungan laut. Lamun menyesuaikan tumbuhan laut yang menyesuaikan diri dengan hidup terbenam di laut dangkal. Padang lamun memiliki produktivitas sekunder dan dukungan yang besar terhadap kelimpahan dan keragaman ikan. Padang lamun merupakan tempat berbagai jenis ikan berlindung, mencari makan, bertelur, dan membesarkan anaknya (Ambo, 2010). 2.3 Organisme Yang Berasosiasi Dengan Mangrove



Ekosistem mangrove memiliki banyak fungsi, baik secara ekologis maupun ekonomis salah satu fungsi ekologisnya yaitu merupakan habitat dari berbagai jenis biota laut, termasuk biota penempel yang terdapat pada berbagai bagian (daun,akar dan anakan) dari vegetasi mangrove sebagian besar berasal dari golongan crustacea, bivalvi dan gastropoda. Kelompok-kelompok organisme ini menyebabkan masalah serius karena merupakan penghambat kelangsungan hidup anakan mangrove (Tapilatu & Pelasula, 2012). 2.3 Organisme Yang Berasosiasi Dengan Lamun Indonesia memiliki flora lamun dan fauna terasosiasi yang kaya. Sekitar 12 spesies (dari 50 jenis lamun yang ada di seluruh dunia) telah ditemukan serta



8



terdapat 70 spp moluska (bahkan ada yang mencapai 200 spp), 70 spp krustasea, 50 spp cacing polikhaeta, 45 spp ekinodermata, dan lebih dari 360 spesies ikan dalam satu ekosistem lamun di Indonesia (Phang, 2001). Secara ekologis, padang lamun memiliki peranan penting bagi ekosistem. Lamun merupakan sumber pakan bagi invertebrata, tempat tinggal bagi biota perairan dan menjadi tempat berlindung dari serangan predator. Lamun juga menyokong rantai makanan dan penting dalam proses siklus nutrien serta sebagai pelindung pantai dari ancaman erosi (Romimohtarto dan Juwana, 2001).



9



III. METODE PRAKTEK



3.1 Waktu dan Tempat Adapun waktu pelaksanaan Praktikum Ekologi Perairan dilakukan pada hari minggu Tanggal 10 November 2019 pada pukul 07:00 WITA sampai selesai, yang di laksanakan di Desa Tanjung Tiram, Kecamatan Moramo Utara, Kabupaten Konawe Selatan, Kota Kendari. 3.2 Alat dan Bahan



Adapun alat dan bahan yang digunakan pada saat praktikum Ekologi Perairan dapat dilihat pada Tabel 1 dibawah ini: Tabel 1. Alat dan Bahan Praktek Lapang Serta Kegunaannya No. Alat dan Bahan Satuan Kegunaan 1. -



2.



Alat Tali Rafia Meteran Roll Plastik Sampel Transek



m m -



- Ember - Patok



-



- Alat tulis



-



Untuk mengukur jarak Untuk mengukur jarak Menyimpan organisme Sebagai alat bantu dalam melakukan pengamatan norganisme di lapangan Sebagai tempat menyimpan organisme Sebagai alat bantu untuk menunjukan lokasi yang akan diamati Sebagai alat untuk mencatat organisme yang diamati



Bahan Mangrove Lamun



-



Objek pengamatan Objek pengamatan



10



3.3 Prosedur Kerja Adapun prosedur kerja pada praktikum ini sebagai berikut :  Mempersiapka alat dan bahan untuk di gunakan pada saat turun mengamati di perairan.  Mengamati pada ukuran 1x1 organisme yang hidup di daerah mangrove maupun lamun.  Mengamati pada ukuran 5x5 organisme jenis apa yang hidup di daerah mangrove maupun lamun.  Mengamati pada ukuran 50 M organisme yang hidup di daerah lamun.  Mengamati pada ukuran 10x10 organisme jenis apa yang hidup di daerah lamun. 3.4 Analisis Data 3.4.1 Indeks Keanekaragaman Mangrove dan Lamun 3.4.2 Indeks Kerapatan Mangrove dan Lamun



11



IV. HASIL DAN PEMBAHASAN



4.1 Gambara Umum Lokasi



Gambar 1. Gambaran Umum Lokasi Desa Tanjung Tiram (Sumber : Dok Pribadi, 2019) Desa Tanjung Tiram merupakan salah satu bagian dari wilayah Kecamatan Moramo Utara, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara. Desa ini merupakan daerah pantai yang berhadapan langsung dengan laut terbuka. Luas wilayah menurut badan pusat statistika tahun 2018 yakni 9,91 km. Secara Astronomis terletak pada 04o6’46”LS- 122o43’14”BT. Adapun batas-batas Desa Tanjung Tiram adalah sebagai berikut :  Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Lalowaru  Sebelah Barat berbatasan dengan Laut Banda  Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Wawatu  Sebelah Timur berbatasan dengan Pulau Saponda atau Pulau Hari



12



4.2 Hasil Pengamatan



4.3 Pembahasan Ekosistem mangrove adalah suatu sistem di alam tempat berlangsungnya kehidupan yang mencerminkan hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya dan diantara makhluk hidup itu sendiri. Pantai Tanjung Tiram merupakan pantai yang di mana memiliki substrat berlumpur dan lumpur berpasir sehingga banyak di temukan tumbuhan mangrove, yang paling umum di temukan pada pantai ini adalah jenis mangrove Rhizophora sp,adalah mangrove yang paling mendominasi pada lokasi pengambilan. Soneratia sp,dari jenis Rhizophora sp hal ini kemungkinan di sebabkan oleh substrat yang kurang cocok oleh jenis Soneratia sp. Hal ini sesuai dengan pernyataan Niti, (2008) yang menyatakan bahwa salah satu tingkat pertumbuhan mangrove dipengaruhi oleh substrat. Rhizophora sp yang merupakan tumbuhan perintis dan pioner dan dapat tumbuh pada lumpur yang lembek. Kerapatan relatif terendah dimiliki oleh Sonneratia sp. Kondisi ini dikarenakan tanah pada lokasi sampling berlumpur dangkal, sehingga jenis ini tidak cocok. Selain itu penyebab lain yang mempengaruhi pertumbuhan mangrove Sonneratia sp ini bisa saja di pengaruhi oleh suplai air tawar dan salinitas dan pasokan nutrien. Mangrove merupakan daerah asuhan (nursery ground) hewan-hewan muda (juvenile stage) yang akan bertumbuh kembang menjadi hewan-hewan dewasa dan juga merupakan daerah pemijahan (spawning ground) beberapa perairan serta merupakan penyediaan nutrien terbesar dalam sebuah kolom perairan dengan cara menyediakan detritus yang berasal dari serasah daun atau



13



ranting mangrove yang melaui proses dekomposer, lalu di makan oleh kepiting, kerang-kerangan dan ikan-ikan kecil, kemudia di makan lagi oleh ikan besar. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rusdianti dan Satyawan (2010) bahwa, detritus dimulai dari proses penghancuran luruhan dan ranting mangrove oleh bakteri dan fungi (detritivor) menghasilkan detritus. Hancuran bahan organik (detritus) ini kemudian menjadi bahan makanan penting (nutrien) bagi cacing, krustasea, moluska, lalu organisme tersebut di manfaatkan lagi oleh ikan-ikan besar untuk di makan. Biota penempel yang teridentifikasi menurut Dharma (2006) untuk kelompok



moluska,



sedangkan



untuk



identifikasi



kelompok



crustasea



menggunakan petunjuk identifikasi menurut Carpenter and Niem (1998) dan Rahayu (2003). Data yang diperoleh kemudian ditabulasi dan dibuatkan grafik jumlah individu yang ditemukan pada musim peralihan I dan musim timur, berdasarkan lokasi pengambilan sampel. Padang lamun merupakan salah satu ekosistem perairan pantai sebagai pendaur zat hara nitrat dan fosfat yang mampu memberikan beragam mikrohabitat untuk berbagai biota laut. Morfologi lamun sama halnya dengan tumbuhan angiospermae didarat yaitu terdiri dari rhizome (rimpang), daun, dan akar. Rhizome merupakan batang yang terbenam dan merayap secara mendatar dan berbuku-buku. Pada buku-buku tersebut tumbuh batang pendek yang tegak ke atas, berdaun dan berbunga, serta tumbuh akar. Dengan rhizome dan akar inilah tumbuhan tersebut mampu menahan hempasan ombak dan arus. Tumbuhan lamun mempunyai beberapa sifat yang memungkinkannya hidup di laut, yaitu, mampu hidup di media air asin. Mampu berfungsi normal dalam kondisi normal. Mempunyai sistem perakaran jangkar yang berkembang biak. Mampu melakukan



14



penyerbukan dan daun generatif dalam keadaan terbenam. Fungsi akar lamun adalah untuk menyerap nutrient dan sebagai tempat penyimpanan O2 hasil fotosintesis dan CO2 yang digunakan untuk fotosintesis.Struktur rhizoma dan batangnya bervariasi di antara jenis-jenis lamun, sebagai susunan ikatan pembuluh pada stele. Rhizoma bersama-sama dengan akar, menancapkan lamun pada substrat. Rhizoma dan akar lamun dapat menancapkan diri dengan kokoh di dasar laut sehingga lamun tahan terhadap hempasan ombak dan arus. Rhizoma biasanya terkubur di bawah sedimen dan membentuk jaringan luar. Tumbuhan lamun tidak memiliki stomata, namun memiliki lapisan kutikula yang tipis pada permukaan daun yang dapat menggantikan fungsi stomata sebagai tempat keluar masuknya udara dan adanya terjadinya transfer zat terlarut selain itu kerapatan dan keragaman jenis lamun yang berada di daerah tanjung tiram yantu Thalasia sp dan E. acoroides sehingga karbon yang ditangkap dan disimpan di samudra dan ekosistem pesisir, termasuk karbon pantai yang tersimpan di lahan basah pasang surut, seperti hutan yang dipengaruhi pasang surut, bakau, rawa pasang surut dan padang lamun, di dalam tanah, biomassa hidup dan sumber karbon biomassa yang tidak hidup. Seperti namanya,



memberikan kontribusi terhadap kelimpahan



beberapa jenis biota yang hidup di dalam ekosistem lamun ini seperti ikan, uburubur dan organisme lain karena lamun dimanfaatkan sebagai sumber makanan langsung bagi beberapa organisme, sebagai daerah mencari makan berbagai spesies ikan selain jenis herbivora yang memanfaatkan biota asosasi pada ekosistem padang lamun dan daerah asuhan dan pembesaran. Hal ini sesuai dengan pernyataan Latuconsina dan Rohani (2013) bahwa, terdapat variasi kelimpahan individu dan komposisi spesies ikan pada periode pasang purnama



15



dan pasang perbani yang diduga terkait dengan perbedaan tinggi pasang yang memberikan perbedaan ruang gerak (kedalaman) dan pendistribusian sumber makanan serta parameter fisik-kimiawi oseanografi perairan secara merata pada kolom perairan tanjung tiram sehingga merangsang ikan untuk memijah, mencari makan, dan bergerombol.



16



V. SIMPULAN DAN SARAN



5.1. Simpulan 5.2.Saran



DAFTAR PUSTAKA