Laporan Mep [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PERENCANA MEP GRDUNG SERBAGUNA SEMPER JAKARTA UTARA



, 2019



1. DATA UMUM Instalasi listrik adalah suatu bagian penting yang terdapat dalam sebuah bangunan gedung , yang berfungsi sebagai penunjang kenyamanan penghuninya . Di Indonesia dalam dunia teknik listrik aturan yang ada antar lain PUIL (Persyaratan Umum Instalasi Listrik). Dalam suatu perancangan, produk yang dihasilkan adalah gambar dan analisa .Ada beberapa jenis gambar yang harus dikerjakan dalam tahap perancangan suatu proyek pemasangan instalasi listrik penerangan dan tenaga yang baku menurut PUIL 2011. Rancangan dalam merancang atau menggambar instalasi listrik penerangan dan tenaga, juga dilengkapi dengan analisa data perhitungan teknis mengenai susut tegangan, beban terpasang dan kebutuhan beban maksimum, arus hubung singkat dan daya hubung singkat. Disamping itu masih juga dilengkapi juga dengan daftar kebutuhan bahan instalasi, dan uraian teknis sebagai pelengkap yang meliputi penjelasan tentang cara pemasangan peralatan/bahan, cara pengujian serta rencana waktu pelaksanaan, rencana anggaran biaya dan lama waktu pengerjaan .Bangunan gedung baik untuk rumah tinggal, kantor, sekolahan yang dilengkapi sarana pendukung listrik dalam membangun agar dapat berfungsi dan dihuni dengan baik, nyaman serta memenuhi keselamatan memerlukan perencanaan gambar instalasi listrik yang cermat dengan mengacu pada aturan-aturan yang ditetapkan . 2. KRITERIA PERANCANGAN Menyiapkan suatu perancangan sistem instalasi listrik yang memenuhi standar / kode dan kriteria perancangan antara lain : 



Suplai daya listrik dan penyediaan sarana instalasi untuk melayani bebanbeban listrik keseluruhan sehingga memenuhi kebutuhan begitu pula untuk operasionalnya.







Penyediaan sarana sumber daya listrik utama PLN dan sumber daya listrik cadangan / darurat dengan pengadaan sistem Diesel Generator Set.







Sistem penerangan dibuat sesuai kebutuhan dan standar secara optimal dengan mempertimbangkan faktor-faktor bangunan, organisasi penggunaan dengan faktor alamiah







Penyediaan sarana instalasi listrik yang memenuhi kualitas performance listrik dan pengamanan / proteksi baik untuk peralatan dan operasinya, bangunan dan maupun pengamanan terhadap manusia.



LAPORAN PERENCANA MEP GRDUNG SERBAGUNA SEMPER JAKARTA UTARA



, 2019



3. MAKSUD DAN TUJUAN PERENCANAAN Adapun Maksud dan tujuan dari penulisan konsep dan dasar perancangan instalasi Elektrikal Gedung ini untuk memberikan gambaran secara garis besar mengenai kriteria dan dasar pemilihan sistem dan peralatan-peralatan yang akan dipasang pada proyek ini



4. DASAR PERENCANAAN 



Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL) tahun 2011 & Amandemen







Standar dan peraturan-peraturan/ ketentuan-ketentuan yang berlaku pada PLN/ SPLN.







Peraturan Daerah No.8, Tahun 2008







Peraturan Daerah DKI Jakarta No. 7 tahun 2010







Petunjuk Pengajuan Rencana Instalasi dan Perlengkapan dalam Bangunan







Tim Penasihat Instalasi dan Perlengkapan dalam Bangunan (TPIB) DKI Jakarta.



 Standar Tata Cara Perencanaan Teknis Konservasi Energi Pada BangunanGedung Oleh Departemen Pekerjaan Umum SK SNIT – 14 – 1993 – 03  Petunjuk dan pengarahan yang merupakan kebutuhan dan kerangka acuan dari Pemberi Tugas, Term Of Reference (T.O.R.) 



Standard International Electrotechnical Commission (IEC).



 –



Tata Cara Perencanaan Proteksi Bangunan terhadap Sambaran Petir BSN. No. 8 2011.







Blitzschutz Und Allgemaine Blitzschuts Bestimmungen.







Standar-standar negara lain seperti : BS, ASTM, ISO dan sebagainya sejauh tidak bertentangan dengan aturan dan standard diatas.



5. BEMBAHASAN 5.1. Sumber Daya Listrik dan Keandalan Penyediaan sumber daya listrik utama dari PLN dan sebagai daya cadangan menggunakan standby Diesel Genset untuk melayani beban-beban listrik Penerangan, Stop kontak, Pompa-pompa, dan Fan. 5.2. Tegangan, Variasi Tegangan dan Pengaturan Tegangan a. Sistem Distribusi Tegangan Menengah : Tegangan Nominal



: 20 kV



Variasi Tegangan



: Maksimum + 5 %



LAPORAN PERENCANA MEP GRDUNG SERBAGUNA SEMPER JAKARTA UTARA



, 2019



: Minimum - 10 % Pengaturan Tegangan



: Maksimun + 5 % Sistem



: Fasa tiga, tiga kawat. b. Sistem Distribusi Tegangan Rendah : Tegangan Nominal



: 220 / 380 V Variasi



Tegangan



: Maksimum + 5 % : Minimum - 4 %



Pengaturan Tegangan



: Maksimun + 5 % Sistem



: Fasa tiga, empat kawat. 5.3. Faktor Daya Faktor daya diharapkan dapat dipertahankan pada 0,9 laging, mengingat bebanbeban reaktif dan lain-lain cukup besar yang mengakibatkan kecilnya faktor daya (cos φ), maka perbaikan (Power Faktor Improvement) dengan melakukan pengukuran dan pengontrolan Daya Reaktif melalui kompensasi berupa pemasangan kapasitor diterapkan dan dipasangkan berkait pada panel utama. Power faktor improvement ini juga diterapkan untuk memperkecil biaya pemakaian Daya Reaktif kVARH dari PLN



5.4. Pembumian Netral Sistem Netral sistem tegangan menengah 20 kV dari PLN. Titik



netral



sisi



tegangan



rendah



transformator



dibumikan



tanpa



impedansi(solidly grounding). Titik netral Generator emergency supply dibumikan dengan cara yang sama.



5.5. Sistem Distribusi Sistem distribusi Listrik Tegangan Rendah adalah secara radial dengan menggunakan kabel.



5.6. Sistem Proteksi dan Selektivitas Pengamanan / proteksi terhadap sistem, selektifitas dan tingkat proteksi yang tepat dengan memperhatikan kesederhanaan sistem, kemudahan operasi dan kemudahan dalam mencari lokasi gangguan namun dapat memenuhi tingkat pelayanan yang baik.



LAPORAN PERENCANA MEP GRDUNG SERBAGUNA SEMPER JAKARTA UTARA



, 2019



5.7. Pemilihan Kabel Kabel listrik berdasarkan tegangannya terdiri beberapa kategori, antara lain Kabel listrik Tegangan Rendah, Kabel listrik Tegangan Menengah, dan Kabel listrik Tegangan Tinggi Untuk bangunan standard atau tidak besar, seperti rumah di pakailah kabel listrik tegangan rendah. kabel listrik tegangan rendah ini ada beberapa jenis, sehingga konsumen sering kebingungan dalam memilih kabel apa yang di perlukan untuk di pakai. kabel listrik tegangan rendah itu seperti :



A.



Kabel NYA Kabel NYA berinti tunggal, berlapis bahan isolasi PVC, untuk instalasi luar/kabel udara. kode warna isolasi ada warna merah, kuning, biru dan hitam. Kabel tipe ini umum dipergunakan di perumahan karena harganya yan relatif murah. Lapisan isolasinya hanya satu lapis sehingga mudah cacat, tidak tahan air (kabel NYA adalah tipe kabel udara) dan mudah digigit tikus. Agar aman memakai kabel tipe ini, kabel baiknya dipasang di dalam pipa/conduit jenis PVC atau saluran tertutup. Sehingga tidak mudah menjadi sasaran gigitan tikus, dan apabila ada isolasi yang terkelupas tidak langsung tersentuh oleh manusia. B. Kabel NYM Kabel NYM memiliki lapisan isolasi dua lapis sehingga tingkat keamanannya lebih baik dari kabel NYA. Terdapat bahan lapisan isolasi PVC. Warnanya putih atau abu-abu. Berinti 2, 3, dan 4. Kabel NYM memiliki lapisan isolasi PVC (biasanya berwarna putih atau abu-abu) ada yang berinti dua, tiga atau empat. Kabel NYM memiliki lapisan isolasi dua lapis sehingga tingkat keamanannya lebih baik dari pada kabel NYA namun harganya lebih mahal dari pada kabel NYA. Kabel ini bisa di pergunakan di lingkungan yang kering ataupun basah namun tidak boleh di tanam.



C. Kabel NYAF Kabel NYAF merupakan jenis kabel feksibel dengan penghantar tembaga serabut berisolasi PVC. Digunakan untuk instalasi panel-panel yang memerlukan fleksibelitas tinggi.



LAPORAN PERENCANA MEP GRDUNG SERBAGUNA SEMPER JAKARTA UTARA



D.



, 2019



Kabel NYY Harga lebih mahal dari NYM dan memiliki isolasi yang terbuat dari



bahan yang tidak disukai tikus. Kabel NYY memiliki isolasi PVC yang biasanya berwarna hitam, ada yang berinti dua, tiga atau empat. Kabel NYY dipergunakan untuk instalasi tertanam (kabel tanah) dan memiliki lapisan isolasi yang lebih kuat dari kabel NYM dan harganya pun lebih mahal daripada kabel NYM. Kebal NYY memiliki isolasi yang bahannya tidak disukai tikus.



E. Kabel NYFGbY Kabel NYFGbY digunakan untuk instalasi bawah tanah, di dalam ruangan di dalam saluran - saluran dan pada tempat - tempat terbuka dimana ganguan mekanis sangat dibutuhkan, atau untuk tekanan rentangan yang tinggi selama dipasang dan dioperasikan.



F. Kabel ACSR Kabel ACSR ( Aluminium Conduct Steel Reinforced ). Kabel ACSR merupakan kawat penghantar yang terdiri dari almunium berinti kawat baja. Kabel ini digunakan untuk saluran - saluran transmisi tegangan tinggi, diamana antara jarak menara atau tiang berjauhan mencapai ratusan meter maka dibutuhkan kuat tarik yang lebih tinggi, untuk itu digunakan kawat kabel ACSR.



G. Kabel AAAC Kabel AAAC ( All Aluminium Alloy Conductor ). Kabel ini terbuat dari aluminium-magnesium-silicon campur logam, keterhantaran elektris tinggi yang berisi magnesium silicide untuk memberi sifat yang lebih baik. kabel ini biasanya dibuat daro paduan aluminium 6201. AAAC mempunyai suatu sifat anti karat dan kekuatan yang lebih baik, sehingga daya hantarnya lebih baik.



Dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang ada dan berdasarkan peraturan PUIL th 2011, maka kabel yang digunakan : Kabel Tegangan Rendah Kabel ini digunakan untuk menghubungkan sumber dengan panel utama tegangan rendah, antara panel satu dengan panel yang lainnya dan antara panel dengan beban-beban daya listrik Adapun kabel yang digunakan adalah :  Tipe : Kabel berisolasi PVC ; NYFGby, NYY dan NYM



LAPORAN PERENCANA MEP GRDUNG SERBAGUNA SEMPER JAKARTA UTARA



, 2019



 Tegangan kerja : 0,6 s/d 1,0 kV Pemilihan Kemampuan Hantar Arus Kemampuan Hantar Arus (KHA) kabel yang dipilih ditentukan berdasarkan rumus sebagai berikut :



I KHA = -----------------Fk dimana : KHA = Kemampuan Hantar Arus yang dipilih (Amper) I



= Arus yang dialirkan oleh kabel yang bersangkutan



Fk



= Faktor koreksi



Faktor koreksi ditentukan berdasarkan pada PUIL th 2011, yakni :  Tabel 7.3 – 15a Koreksi terhadap temperatur lingkungan.  Tabel 7.3 – 19 Koreksi terhadap pemasangan berhimpit. Dengan memperhitungkan faktor-faktor diatas, KHA kabel dapat ditentukan dan hasil perhitungan KHA diatas, maka equivalensi ukuran kabel dapat di tentukan juga. 6. PERHITUNGAN 6.1. Perhitungan Beban Listrik Perhitungan beban listrik dilakukan sebagai berikut : a. Untuk beban-beban listrik yang sudah tertentu seperti lampu-lampu penerangan, pompa-pompa, AC, dll dilakukan penghitungan sesuai yang terpasang dan dengan mengambil nilai maksimum beban daya. b. Untuk beban yang belum dapat ditentukan, maka penghitungan dilakukan dengan mengambil standard besaran beban yang lazim, dalam hal ini antara lain : Beban stop kontak Rekapitulasi beban listrik seperti terlihat pada Lampiran Tabel Beban Listrik. Dari tabel tersebut diperoleh kebutuhan beban + Cadangan 10% Dengan memperhitungkan faktor kebersamaan (Coincident Factor) 0,9 maka diperoleh maksimum kebutuhan beban sebesar 133 kVA. Penyambungan ke PLN 147 kVA (standard PLN) Catu daya Diesel Genset sebagai back up adalah sebesar 80 kVA, dimana back up disediakan ± 80 % .



LAPORAN PERENCANA MEP GRDUNG SERBAGUNA SEMPER JAKARTA UTARA



, 2019



6.2. Beban Listrik yang di Rencanakan Beban listrik pada bangunan yang direncanakan ini meliputi beban-beban untuk Penerangan, Stop Kontak, Sistem Tata Udara dan Ventilasi Mekanik, Pompa Air, Tata Suara, dan lain-lain. Kriteria dan rincian terhadap perhitungan baban dapat di lihat pada gambar tabel Beban 1- 4 :



( Gambar .1 :diagram satu garis )



( tabel .1.1 :schedule beban )



LAPORAN PERENCANA MEP GRDUNG SERBAGUNA SEMPER JAKARTA UTARA



( Tabel . 2.2:Sechedule beban PP penerangan lt 1 )



( Tabel 2.3: schedule beban PP penerangan lt 2 )



, 2019



LAPORAN PERENCANA MEP GRDUNG SERBAGUNA SEMPER JAKARTA UTARA



( Tabel 2,4 schedule beban PP.AC lt 1 )



( Tabel 2,4 schedule beban PP.Elek tronik lt 1 )



( Tabel 2,4 schedule beban PP.AB lt 1 )



, 2019



LAPORAN PERENCANA MEP GRDUNG SERBAGUNA SEMPER JAKARTA UTARA



, 2019



6.3. Perhitungan Arus Beban Arus beban dihitung berdasarkan rumus : a. Untuk sistem satu phasa P I=



------------------V p x cos φ



b. Untuk sistem tiga phasa



P I = ------------------------√3 xV x cosφ



dimana : I



= Arus beban (A)



VP



= Tegangan phasa (line to line) (volt)



V



= Tegangan jala-jala (line to line) (volt) P



= Daya beban (watt)



6.4. Perhitungan Arus Hubungan Singkat Perhitungan arus hubung singkat bertujuan, untuk menentukan ‘initial symmetrical short-circuit current’ dan ‘peak prospective short-circuit current’ yang diperlukan untuk memilih peralatan switching dan panel- panel distribusi yang sesuai dengan kondisi jaringan. Dalam keadaan normal, isolator, busbar harus mampu menahan ‘dynamic stressing’ dan ‘thermal effect’ yang disebabkan ‘peak short-circuit current’ sedangkan circuit breaker harus memiliki breaking capacity yang lebih besar dari ‘initial symetrical short-circuit current’ sedangkan kapasitasnya harus sesuai dengan ‘peak prospective short-circuit current’. 6.5. Perhitungan Arus Hubungan Singkat Initial symetrical short-circuit current dihitung berdasarkan persamaan : C x VnT Ik” =



---------------------------√3 x Zk



Sedangkan peak short-circuit current dihitung berdasarkan rumus :



LAPORAN PERENCANA MEP GRDUNG SERBAGUNA SEMPER JAKARTA UTARA



Ik”



= Initial symetrical short-circuit current (A) I



= Peak short-circuit current (A) VnT = Rating tegangan Trafo disisi tegangan rendahnya (Volt) C



= Faktor pengali. Untuk gangguan tiga phasa yang jauh dari sumber



dan sumber dayanya hanya satu buah C = 1,0 Zk



= Impedansi hubung singkat dalam ohm yang besarnya ditentukan



dalam rumus : k k2 k2 Z = R + X



Rk



= Resistansi hubung singkat (ohm) Xk



= Reaktansi hubung singkat (ohm) k



= faktor pengali yang besarnya ditentukan oleh rumus k



= 1,0220 + 0,96899 exp (-3,0301 R/X) dengan menggunakan rumus diatas, maka besarnya hubung singkat dapatditentukan 6.6



Perhitungan Susut Tegangan Susut tegangan dihitung untuk memeriksa dan menjamin tegangan di tiaptiap beban berada pada batas-batas nilai yang diijinkan. Susut tegangan dihitung berdasarkan rumus ΔV = √3.I.L (R.cos +X.sin ) dimana : Δ V = Susut tegangan (Volt) I



= Arus beban listrik (Amper) R



= Tahanan penghantar (Ohm) X Reaktansi penghantar (Ohm) L



= =



Panjang kabel (meter) Cos φ = Ketetapan dari PLN (0,85) Sin φ = Ketetapan dari PLN (0,52) VT



=



Tegangan terima (Volt) V



= Tegangan jala-jala (Volt)



Susut tegangan dinyatakan dalam persen VT



, 2019



LAPORAN PERENCANA MEP GRDUNG SERBAGUNA SEMPER JAKARTA UTARA



, 2019



Δ V = ------------------- X 100 V Bila ternyata pada suatu titik (terutama titik terjauh) susut tegangan terlalu besar, sehingga tegangan pada beban tidak memenuhi persyaratan, maka ukuran kabel dipilih kembali sehingga susut tegangan berada pada batas yang diijinkan.



6.7 Perhitungan Besar Kapasitor



Rumus : Qc= P ( tanφ1



φ2)



dimana : P



= Daya aktif (kW)



φ1



= Besar sudut dari power factor keadaan awal



φ2



= Besar sudut dari power factor yang diinginkan



Qc



= Besarnya kapasitor



7. URAIAN KERJA SISTEM 7.1. Sumber Daya Listrik Utama Sumber listrik utama dilayani oleh sumber PLN. Penyambungan daya listrik pada tegangan 3 p h a s a 380/220V , 5 0 H z , 4 kawat,



7.2. Sumber Daya Listrik Cadangan Untuk menjamin adanya sumber daya listrik pada saat PLN mengalami gangguan, disediakan Diesel Generator Set.Diesel Genset yang tersedia adalah untuk melayani seluruh beban Bangunan ini (Back Up 80%). 7.3. Sistem Pelayanan  Seperti dikemukakan diatas bahwa sumber daya listrik dari PLN, maupun Diesel Genset adalah secara terpusat di Power House.  Pada keadaan normal beban listrik dilayani oleh sumber daya listrik utama PLN 20 kV yang diturunkan menjadi tegangan kerja 380 / 220 Volt, untuk seluruh beban.  Bila PLN mengalami gangguan, maka pelayanan listrik oleh Diesel Genset.



LAPORAN PERENCANA MEP GRDUNG SERBAGUNA SEMPER JAKARTA UTARA



, 2019



Dengan menghilangnya tegangan dari PLN maka melalui ‘Automatic Main Failure’ Diesel Genset dijalankan yang kemudian dayanya di salurkan ke beban melalui panel PHBUTR (panel hubung bagi utama tegangan rendah) yang terletak di power house. Sistem interlock pelayanan PLN dan Diesel Genset adalah berupa suatu kontrol electrically interlock sistem yang mengatur posisi masuk/switch on dan posisi keluar/switch off dari pada operasi dijamin penuh sedemikian rupa sehingga tegangan listrik dari sumber PLN sepenuhnya terpisah / isolated terhadap sumber Diesel Genset ataupun sebaliknya dalam setiap keadaan (mode of operation) 7.4 Sistem Distribusi Sistem distribusi listrik adalah dari Panel Hubung Bagi Utama Tegangan Rendah (SDP) disalurkan langsung ke Trafo PLN, selanjutnya ke Panel Pembagi Penerangan dan Panel Daya. Pendistribusian dari Panel Pembagi Utama Tegangan Rendah, SDP ke Panel PHB dan panel-panel beban adalah pada shaft menggunakan kabel NYY. 8. SPESIFIKASI TEKNIS Dengan berdasarkan pada tegangan rated, pembebanan pada keadan normal, arus hubung singkat dan akibatnya, serta mengacu kepada nilai-nilai pengenal (rated value) dari standard rating yang umum, maka dibawah ini disebutkan spesifikasi teknis umum yang minimal untuk beberapa komponen instalasi listrik sebagai berikut:



8.1. Sistem Penerangan Sistem penerangan direncanakan berdasarkan standard Tata Cara Perencanaan Teknis Konservasi Energi Pada Bangunan Gedung (SK.SNI – 14 -1993 – 2003) dan IES. Kuat penerangan yang direncanakan adalah :  Ballroom : 200 s/d 250 lux  Koridor : 100 lux  Toilet : 150 lux  Area Publik/Umum : 300 lux



LAPORAN PERENCANA MEP GRDUNG SERBAGUNA SEMPER JAKARTA UTARA



9.



Perhitungan rencana Penerangan 1. 2. 3. 4. 5.



Fungsi ruang Ballroom Tingkat Pencahayaan (Lux) Koefisien (CU) Faktor Kerugian Cahaya Daya Penerangan yang di izinkan (SNI)



: Ruang Umum : 60 – 750 lux : 50 – 65% : 0,7 – 0,8 : 15-30 watt/m2



, 2019



LAPORAN PERENCANA MEP GRDUNG SERBAGUNA SEMPER JAKARTA UTARA



, 2019



PENANGKAL PETIR



1. Data umum



Instalasi penangkal petir pada hakekatnya adalah instalasi yang dipasang dengan maksud mencegah, menghindari dan mengurangi bahaya yang ditimbulkan oleh kejadian sambaran petir. Yang dimaksud dengan istilah penangkal petir adalah penangkal bahaya yang ditimbulkan oleh sambaran petir. Bahaya yang dapat ditimbulkan meliputi “bahaya langsung” (direct effect) dan “bahaya tidak langsung” (indirect effect). Upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya bahaya tersebut adalah pengadaan sistem penangkal petir terintegrasi yang meliputi “penangkal petir eksternal” dan “penangkal petir internal”.



2. Penangkal Petir Eksternal Penangkal petir eksternal menghindari bahaya langsung maupun tidak langsung suatu sambaran petir pada aksesoris-aksesoris bangunan tinggi, menara telekomunikasi dan bagian-bagian luar bangunan, termasuk juga menghindari bahaya terhadap manusia yang berada di luar gedung. Penangkal eksternal pada dasarnya terdiri dari finial penangkal petir, konduktor penyalur arus petir, dan pentanahan.



2.1. Finial Sambaran Petir (Air Termination )



Finial sambaran petir yang terbuat dari logam (biasanya terbuat dari logam tembaga) merupakan titik sambar petir yang kemudian mengalirkan arus petir ke tanah dan mencegah terjadinya sambaran petir di tempat lain di daerah yang dilindunginya. Finial akan menerima pembebanan panas yang tinggi sehingga dalam pemilihan jenis logam, ketebalan dan bentuknya ditentukan oleh pertimbangan besarnya muatan arus petir (Q). Yang dapat digunakan sebagai finial penangkal petir adalah logam yang khusus dipasang di bagian teratas bangunan atau menara, dengan bentuk berupa batang tegak atau penghantar mendatar. Daerah lindung atau sudut lindung suatu finial penangkal petir ditentukan oleh “jarak sambar” suatu sambaran petir yang



LAPORAN PERENCANA MEP GRDUNG SERBAGUNA SEMPER JAKARTA UTARA



, 2019



panjangnya ditentukan oleh tingginya arus petir. Teori yang mendasari penentuan daerah lindung tersebut adalah teori “Elektro-geometri” Teori Elektro-geometri adalah teori yang mengkaitkan hubungan antara sifat listrik sambaran petir dengan geometri sistem penangkal petir. Teori ini semula dikembangkan untuk pembuatan elektro-geometri pada saluran transmisi tagangan tinggi. Berdasarkan teori elektro-geometri pada saluran transmisi ini dikembangkan suatu model elektrogeometri pada sistem penangkal petir bangunan, dimana finialnya berupa batang tegak (finial Franklin) dan suatu penghantar mendatar sangkar faraday.



Model elektro-geometri didasarkan pada hipotesa sebagai berikut: · Jika suatu kepala lidah petir yang dalam pergerakannya mendekati obyek sambaran bumi telah mencapai suatu “titik sambar” utama, maka petir akan mengenai obyek sambaran melalui jarak terpendek. · Jarak sambar petir ditentukan oleh tinggi arus puncak petir sambaran pertama dan dinyatakan menurut Amstrong dan Whitehead yang didasarkan pada rumus Wagner dan hasil percobaan L Paris dan Watanabe dengan persamaan sebagai berikut : hB = 6,7 I 0,8 meter (3.1) dimana I adalah puncak arus petir sambaran pertama dalam kA Model “Elektro-geometri” dengan memperhatikan besarnya jarak sambar hB merupakan dasar yang digunakan untuk menentukan daerah lindung susunan dasar finial penangkal petir. Adapun sudut lindung suatu finial tegak diperlihatkan oleh gambar 3.1 dengan besar sudut lindung j sebesar :



j = arc sin (1 - h/hb ) dalam [0] (3.2)



Susunan finial penangkal petir dapat berupa finial batang tegak; susunan finial mendatar dan finial-finial lain dengan memanfaatkan benda logam yang terpasang di atas bangunan seperti atap logam, menara logam dan lain-lain. Tingkat perlindungan yang diinginkan menentukan susunan dan jumlah finial, dimensi dan jenis bahan finial serta konstruksinya dan semua ini secara besaran arus petir ditentukan oleh tingginya arus puncak petir (I) dan muatan arus petir (Q).



Contoh menghitung menara dengan Finial Franklin



LAPORAN PERENCANA MEP GRDUNG SERBAGUNA SEMPER JAKARTA UTARA



, 2019



Berdasar sudut lindungnya, arus sambaran petir yang akan mengenai menara dapat dibatasi sampai sekitar 100 kA dan perhitungan sudut lindung diperoleh dengan : hB = 6,7(100)0,8 meter = 266,73 meter dan dengan ketinggian tower (h) setinggi 32 m, maka akan diperoleh sudut lindung sebesar : j = arc sin (1 - 32/266.73 ) = 620



Pentanahan tower dapat dibuat terpisah sendiri, dengan sistem pentanahan yang baik, atau digabung dengan pentanahan mesh dari sistem.



2.2. Konduktor Penyalur Arus Petir ( Down Conductor )



Arus sambaran petir yang mengenai finial atau tangki harus secara cepat dialirkan ke tanah dengan pengadaan sistem penyaluran arus petir melalui jalan terpendek dengan tanpa menimbulkan percikan busur listrik. Dimensi atau luas penampang, jumlah dan route penghantar ditentukan oleh kuadrat arus impuls sesuai dengan tingkat perlindungan yang ditentukan serta tingginya arus puncak petir. Demikian pula pengaliran arus petir harus dihindarkan terjadinya beda potensial yang tinggi yang dapat menimbulkan loncatan listrik sebagai gambaran dari bahaya yang dapat timbul dalam hal ini sebagai berikut :



Jika terjadi sambaran pada ujung paling atas dari antena, sedangkan antena tersebut terisolasi dari rangka tower/menara, maka akan terjadi pembangkitan tegangan yang sangat berbahaya terhadap peralatan tersebut. Misalkan panjang antena sekitar 5 m, sambaran arus petir misalkan sebesar 40 kA (8/50 ms), dan besar induktansi antena sekitar 1 mH/meter, dapat dihitung besarnya tegangan yang dibangkitkan oleh sambaran petir di atas tangki (UWS), dari : L = 5 mH dI/dt = 40 kA / 8ms = 5 kA / ms



diperoleh : UWS = L dI/dt = 25 kV.



LAPORAN PERENCANA MEP GRDUNG SERBAGUNA SEMPER JAKARTA UTARA



, 2019



2.3. Sistem Pentanahan



Kemampuan tangki dalam membuang arus sambaran petir ke tanah ditentukan oleh nilai tahanan pentanahan (ohm) yang menentukan tinggi rendahnya potensial yang terjadi pada tangki. Semakin kecil nilai tahanannya akan semakin rendah potensial atau tegangan yang terjadi pada tangki. Besar kecilnya tahanan pentanahan antara lain ditentukan oleh tahanan jenis tanah (rE ) serta lebar permukaan konduktor pentanahan. Di bawah ini diberikan tabel mengenai besarnya tahanan



2.4 jenis tanah:



Tahanan Jenis Tanah



Jenis Tanah rE (Wm)



Humus basah 30



Pasir basah 200



Tanah kering 1000



Berbatu-batu 3000



Besarnya tahanan pentanahan ditentukan oleh panjang konduktor pentanahan (l), jari-jari batang pentanahan (r), dan tahanan jenis tanah (rE), yaitu: Rst » . ln Saat ini telah dikembangkan teknik pentanahan dengan menggunakan butiran-butiran konduktif yang ditanam dalam tanah. Dengan teknik ini besarnya tahanan pentanahan dapat diperkecil lagi. Namun teknologi ini masih cukup mahal. Oleh karena itu pemakaian batang pentanahan tembaga (grounding rod) masih mencukupi untuk digunakan pada areal tangki timbun. Semakin banyak pemakaian batang pentanahan akan memperkecil tahanan pentanahan. Pada dasarnya suatu sistem pentanahan adalah dibuat sedemikian rupa sehingga diperoleh kesamaan potensial yang tidak menimbulkan bahaya loncat listrik akibat beda potensial yang besar. Yang penting di sini adalah upaya penyamaan potensial dan bukannya tinggi rendahnya tahanan pentanahan saja. Memang diinginkan suatu sistem pentanahan dengan nilai tahanan pentanahan



LAPORAN PERENCANA MEP GRDUNG SERBAGUNA SEMPER JAKARTA UTARA



, 2019



yang terendah, karena dengan demikian potensial yang terjadi tidak tinggi dan beda potensialnya juga rendah.



3. Penangkal Petir Internal



Dalam penangkal petir internal antara lain dilakukan dengan pemasangan potential equalizing bar (PEB) atau juga disebut equipotential bonding (EB) dan peralatan penangkal tegangan lebih seperti arrester, trafo atau filter.



3.1. Equipotential Bonding (EB)



Penyamaan potensial listrik adalah suatu usaha yang sangat penting untuk mengurangi bahaya kebakaran atau ledakan dalam lokasi yang diproteksi. Penyamaan potensial listrik ini dapat dilakukan antara lain dengan konduktor bonding pada struktur yang terbuat dari logam, instalasi dari bahan logam, bagian-bagian konduktif yang lain dan instalasi elektrik dan telekomunikasi dalam lokasi yang diproteksi. Suatu sistem penangkal petir adalah integrasi dari penangkal eksternal dengan penangkal petir internal. Suatu sistem penangkal petir internal terdiri dari sistem pentanahan internal (internal grounding) yang menggabungkan PEB (Potential Equalizing Bar) yang merupakan referensi pentanahan dan sistem arrester tegangan dan arrester arus.



Konsep dasar sistem penangkal petir internal adalah upaya pengamanan potensial di semua titik pada saat terjadi sambaran petir. Titik-titik yang disamakan potensialnya adalah titik-titik pentanahan, saluran daya listrik (electrical power supply), saluran telekomunikasi, instrumentasi, kontrol dan lainnya.



Penyamaan potensial di titik pentanahan adalah dengan pengadaan internal grounding yang menghubungkan PEB-PEB yang ada, dengan penerapan “One Point Earthing” atau “Multi Point Earthing” seperti disarankan dalam IECGiude Line. Untuk kemudahan operasi dan pengembangan di sini disarankan konsep “One Point Earthing” dengan satu saluran penghubungan internal grounding ke eksternal grounding.



Penyamaan potensial pada saluran daya listrik digunakan peralatan proteksi tegangan lebih (arrester tegangan) dan arrester arus, dan penyamaan



LAPORAN PERENCANA MEP GRDUNG SERBAGUNA SEMPER JAKARTA UTARA



, 2019



potensial pada saluran komunikasi, instrumentasi dan kontrol digunakan arrester yang sesuai.



3.2. Proteksi Tegangan Lebih



Untuk mendapatkan optimalisasi ekonomis dalam penerapan sistem penangkal internal, maka tidak semua panel peralatan listrik diberi peralatan proteksi tegangan lebih (arrester). Peletakannya diupayakan seefektif mungkin dengan penerapan dikembangkan konsep zoning proteksi. Konsep zoning proteksi membagi cakupan yang akan diproteksi dalam zone-zone proteksi, yang dibentuk oleh dinding bangunan, ruangan-ruangan dan peralatan-peralatan dengan permukaan dari logam seperti bangunan logam. Diawali dari sisi luarnya (zone proteksi 0), dimana sambaran petir langsung atau kenaikan medan elektromagnetik yang tinggi dapat terjadi, zone-zone proteksi yang berikutnya sesuai dengan penurunan level resiko gangguan akibat sambaran petir maupun induksinya. Instalasi-instalasi elektronik yang terproteksi oleh konsep ini dapat terus beroperasi tanpa gangguan dalam suatu lingkungan medan elektromagnetik yang terpengaruh oleh sambaran petir langsung dan lokal. LPZ 0A : sambaran petir langsung & terjadi medan elektromagnet yang tinggi LPZ 0B : tidak ada sambaran langsung tapi medan elektromagnet tinggi



LPZ 1 : tanpa sambaran langsung, medan elektromagnet lemah LPZ 2 : daerah dengan medan elektromagnet yang lemah LPZ 3 : area proteksi di dalam peralatan



Suatu Suatu saluran baik saluran daya listrik, telekomunikasi, dan lainlain yang melalui perubahan zoning proteksi petir harus dilengkapi dengan peralatan arrester proteksi tegangan lebih.



A. Penangkal petir untuk interface Zone 0A/1 Penyama potensial berupa bonding bar diimplementasikan pada penangkal petir interface Zone 0A/1 dengan menggabungkan semua bagian dalam sistem pipa. Pada interface zone, semua jenis arrester yang dapat digunakan adalah seperti yang disebut berikut ini, atau dapat digunakan arrester lain yang sejenis dan setingkat dengannya :



LAPORAN PERENCANA MEP GRDUNG SERBAGUNA SEMPER JAKARTA UTARA



, 2019



a) Pada panel utama distribusi listrik : arrester arus dengan kombinasi arrester tegangan yang dihubungkan dengan suatu induktansi dipasang untuk bahaya petir tingkat 10/350 ms atau cukup dengan arrester tegangan untuk bahaya petir tingkat 8/20 ms. Untuk peletakkan arrester di depan genset atau panel induk utama perlu dilengkapi dengan NH-Fuse. Pulse Counter dapat dipasang antara arrester dengan pentanahan untuk menentukan ada tidaknya sambaran petir yang mengenai instalasi;



b) Pada panel utama distribusi telekomunikasi perlu dipasang arrester tegangan lebih seperti tipe coarse arrester atau Fine Arrester lengkap dengan dudukan LSA-Plus dan Earth-Plate;



c) Pada jaringan informasi dipakai arrester arus petir fine arrester dengan konektor yang sesuai;



d) Pada HTP yang terhubung ke sistem kabel broad band dipakai arrester yang sesuai;



e) Pada kabel antene coaxial dipasang arreter coaxial tipe N, U, atau BNC.



B. Penangkal petir untuk interface Zone 0B/1 dan 1/2 Pada interface ini dipakai arrester tegangan lebih untuk meminimalkan pengaruh dari induksi medan elektromagnetik yang tinggi, antara lain : -



Pada panel distribusi listrik dipasang arrester tegangan;



-



Pada panel distribusi telekomunikasi dipasang Coarse arrester atau fine arrester;



-



Pada PLC dapat dipasang arrester jenis Fine Arrester Cascade.



C.



Penangkal petir untuk interface Zone 2/3 : Pada peralatannya sendiri areal yang flammeable. perlu dipasang penangkal tegangan lebih yang lebih halus, antara lain : ¨ Pada komputer PC : untuk sumber tegangannya dipasang arrester stop kontak, pada harddisk-nya dipasang DSM-RJ45 10 base T, atau disesuaikan connectornya. 



Pada Server : untuk sumber tegangan dipasang stop kontak arrester, sedangkan pada kabel data dipasang coaxial arrester dengan connector tipe U, N, atau BNC & Twinax.



LAPORAN PERENCANA MEP GRDUNG SERBAGUNA SEMPER JAKARTA UTARA







, 2019



Pada Facsimile : untuk catu daya dipasang arrester stop kontak FAXProtector.



Untuk memotong gelombang terpa tegangan lebih yang sangat curam akibat sambaran petir, yang tidak mampu dipotong oleh arrester, dapat digunakan isolating transformer. Trafo yang dipasang adalah trafo 1:1, dan karakteristik trafo yang dimanfaatkan adalah induktansinya. Kemudian pada terminal primernya baru dipasangkan arrester. Trafo ini perlu untuk dipasang pada kabel daya untuk lampu menara yang berkemungkinan tersambar petir secara langsung atau tidak langsung. Untuk peralatan yang sampai ke field, saat ini telah dikembangkan teknik Intrinsicaly Safe (IS). IS merupakan suatu teknik dalam instrumentasi elektronik dengan



pembatasan



energi



elektrik



sampai



pada



tingkat



yang



tidak



membahayakan kondisi field yang flammeable. Aplikasi IS untuk instrumentasi berkembang dengan cepat karena perkembangan shunt-diode safety barrier. Ini adalah peralatan self-contained, yang dapat dihubungkan secara seri dengan kabel signal antara ruang kontrol dengan lokasi eksplosif (field), dan akan melewatkan signal pengukuran dan kontrol tanpa pengaruh yang berarti, dengan membatasi energi yang dapat disalurkan saat kondisi kegagalannya ke tingkat yang aman. Dengan bergantung pada sekering khusus, komponen pembatas tegangan semikonduktor yang baru yaitu dioda Zener, dan resistor seri dimana tidak akan terjadi hubung singkat yang bisa mengakibatkan kebakaran di



LAPORAN PERENCANA MEP GRDUNG SERBAGUNA SEMPER JAKARTA UTARA



, 2019



( Gambar.5 sistem instalasi penangkal petir )



( Gambar.6 instalasi penangkal pertir pada atap bangunan ) REFERENSI 1.Direktorat PPDN, “Petunjuk praktis perancangan, pemasangan, dan timbun BBM”. 2. NFPA 780 Lightning Protection Code 3. IEC 1024 - 1990 4.Martin A Uman, “Lightning”, Dover Publication,Inc, New York, 1984



pemeliharaan system penangkal petir instalasi tangki



LAPORAN PERENCANA MEP GRDUNG SERBAGUNA SEMPER JAKARTA UTARA



, 2019



1. Latar Belakang Sistem pengkondisian udara pada suatu ruangan merupakan salah satu fasilitas yang sering digunakan untuk mendukung fungsi ruangan itu sendiri, sebagai pelindung dari kondisi lingkungan seperti panas, angin, debu, dan kondisi lain yang tidak dikehendaki. Kebanyakan unit pengkondisian udara digunakan untuk kenyamanan, yaitu untuk menciptakan kondisi yang nyaman bagi orang yang berada didalamnya



Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang terdiri dari musim hujan dan musim panas, pada saat musim panas suhu ruangan tinggi sehingga penghuni tidak nyaman. Untuk menciptakan kondisi yang nyaman maka perlu dipasang pendingin ruangan (AC). Perencana merencanakan perhitungan beban pendinginan pada ruangan gedung sekolah, unit AC yang digunakan adalah jenis AC Split sesuai dengan KAK dengan daya 1,5 PK. Untuk dapat menghasilkan udara dengan kondisi yang diinginkan, maka peralatan yang dipasang harus mempunyai kapasitas yang sesuai dengan beban pendinginan yang dimiliki ruangan tersebut. Untuk itu diperlukan survey dan perhitungan untuk menentukan beban pendinginan. Proses perencanaan perhitungan beban pendinginan dimulai dengan merencanakan suhu udara didalam ruang Gedung sekolah.



2. Dasar Teori Air



Conditioning



(AC)



atau



alat



pengkondisi



udara



merupakan



modifikasi



pengembangan dari teknologi mesin pendingin. Alat ini dipakai bertujuan untuk memberikan udara yang sejuk dan menyediakan uap air yang dibutuhkan bagi tubuh. Untuk negara beriklim tropis yang terdiri dari musim hujan dan musim panas, pada saat musim panas suhu ruangan tinggi sehingga penghuni tidak nyaman. Di lingkungan tempat kerja, AC juga dimanfaatkan sebagai salah satu cara dalam upaya peningkatan produktivitas kerja. Karena dalam beberapa hal manusia membutuhkan lingkungan udara yang nyaman untuk dapat bekerja secara optimal. Tingkat kenyamanan suatu ruang juga ditentukan oleh temperatur, kelembapan, sirkulasi dan tingkat kebersihan udara.



Di dalam ruang Gedung Sekolah, untuk merencanakan penggunaan Air Conditioning (AC) perubahan pembebanan terjadi pada peralatan yang menghasilkan kalor seperti : lampu, computer, dll. Selain itu faktor manusia dan kecepatan udara yang masuk kedalam ruangan juga mempengaruhi perubahan pembebanan, yang nilai bebannya dapat berubahubah baik secara acak maupun teratur.



LAPORAN PERENCANA MEP GRDUNG SERBAGUNA SEMPER JAKARTA UTARA



, 2019



3. Prinsip Kerja Pendingin Ruangan Prinsip pendinginan udara pada AC melibatkan siklus refrigerasi, yakni udara didinginkan oleh refrigeran/pendingin (freon), lalu freon ditekan menggunakan kompresor sampai tekanan tertentu dan suhunya naik, kemudian didinginkan oleh udara lingkungan sehingga mencair. Proses tersebut diatas berjalan berulang-ulang sehingga menjadi suatu siklus yang disebut siklus pendinginan pada udara yang berfungsi mengambil kalor dari udara dan membebaskan kalor ini ke luar ruangan



4. Jenis-Jenis Pendingin Ruangan Berdasarkan jenisnya ada 4 jenis AC 1) AC Split yang sering dipergunakan pada rumah tangga yatiu AC Split, AC Window, AC Sentral dan Standing AC. a) AC Split Pada AC jenis Split komponen AC dibagi menjadi dua unit yaitu unit indoor yang terdiri dari filter udara, evaporator dan evaporator blower, ekspansion valve dan controll unit, serta unit outdoor yang terdiri dari kompresor, kondenser, kondenser blower dan refrigeran filter. Selanjutnya antara unit indoor dengan unit outdoor dihubungkan dengan 2 buah saluran refrigeran, satu buah untuk menghubungkan evaporator dengan kompresor dan satu buah untuk menghubungkan refrigeran filter dengan ekspansion valve serta kabel power untuk memasok arus listrik untuk kompresor dan kondenser blower. AC Split cocok untuk ruangan yang membutuhkan ketenangan, seperti ruang tidur, ruang kerja atau perpustakaan. Kelebihan Ac Split : 



Bisa dipasang pada ruangan yang tidak berhubungan dengan udara luar.







Suara didalam ruangan tidak berisik.



Kekurangan AC Split : 



Pemasangan



pertama



maupun



pembongkaran



apabila



akan



dipindahkan



membutuhkan tenaga yang terlatih. 



Pemeliharaan/perawatan membutuhkan peralatan khusus dan tenaga yang terlatih.







Harganya lebih mahal.



b) AC Window Pada AC jenis Window, semua komponen AC seperti filter udara, evaporator, blower, kompresor, kondenser, refrigeran filter, ekspansion valve dan controll unit terpasang pada satu base plate, kemudian base plate beserta semua komponen AC tersebut dimasukkan kedalam kotak plat sehingga menjadi satu unit yang kompak. AC



LAPORAN PERENCANA MEP GRDUNG SERBAGUNA SEMPER JAKARTA UTARA



, 2019



Window Biasanya dipilih karena pertimbangan keterbatasan ruangan, seperti pada rumah susun. Dan oleh karena bentuknya yang biasanya besar, jenis AC ini relatif lebih aman dari pencurian. Kelebihan AC Window : 



Pemasangannya pertama maupun pembongkaran kembali apabila akan dipindahkan mudah dilaksanakan.







Pemeliharaan/perawatan mudah dilaksanakan.







Harga murah.



Kekurangan AC Window : 



Karena semua komponen AC terpasang pada base plate yang posisinya dekat dengan ruangan yang didinginkan, maka cederung menimbulkan suara berisik (terutama akibat suara dari kompresor).







Tidak semua ruangan dapat dipasang AC window, karena AC window harusdipasang dengan cara bagian kondenser menghadap ketempat terbuka supaya udara panas dapat dibuang kealam bebas.



c) AC Sentral Pada AC jenis ini udara dari ruangan didinginkan pada cooling plant diluar ruangan tersebut, kemudian udara yang telah dingin dialirkan kembali kedalam ruangan tersebut. Biasanya cocok untuk dipasang di sebuah gedung bertingkat (berlantai banyak), seperti di hotel atau mall. Kelebihan AC Sentral : 



Suara didalam ruangan tidak berisik sama sekali.







Estetika ruangan terjaga, karena tidak ada unit indoor.



Kekurangan AC Sentral : 



Perencanaan, instalasi, operasi dan pemeliharaan membutuhkan tenaga yang betulbetul terlatih.







Apabila terjadi kerusakan pada waktu beroperasi, maka dampaknya dirasakan pada seluruh ruangan.







Pengaturan temperatur udara hanya dapat dilakukan pada sentral cooling plant.







Biaya investasi awal serta biaya operasi dan pemeliharaan tinggi.



d) Standing AC Jenis AC ini cocok dipergunakan untuk kegiatan-kegiatan situasional dan mobil karena fungsinya yang mudah dipindahkan, seperti seminar, acara pengajian di dalam ruangan, dsb



LAPORAN PERENCANA MEP GRDUNG SERBAGUNA SEMPER JAKARTA UTARA



5. PERHITUNGAN KEBUTUHAN AC (AIR CONDITIONING)



Kebutuhan AC dalam Btu = L x W x 500 dimana : L



= panjang dalam meter



W



= lebar dalam meter



, 2019



LAPORAN PERENCANA MEP GRDUNG SERBAGUNA SEMPER JAKARTA UTARA



, 2019



1. SISTEM TATA SUARA (SOUND SYSTEM)



Pekerjaan sistem tata suara atau sound system diantaranya meliputi pemasangan peralatan sentral sound system yang terdiri dari unit sinyal suara (program source) dan penguat sinyal suara (audio amplifier), yang ditempatkan pada rak peralatan sentral sistem tata suara.



2. Peralatan Utama Sistem Tata Suara o Peralatan utama sistem tata suara diantaranya memenuhi back ground musik dan pengumuman darurat / paging. Diantara peralatan utama dari sistem tata suara, adalah: 



Micropone paging







Power Amplifier







Ceiling speaker







Chyme microphone







Radio Tunner AM / FM







Caset dect







CD Player







Volume Control







Monitor unit



3. Terminal Box & Sistem Perkabelan



Terminal box merupakan kotak penghubung antara peralatan utama dengan speaker. Kabel instalasi dari ceiling dan horn speaker di hubungkan melalui kabel instalasi melalui terminal box, dan dari terminal box ke peralatan utama.



S



S 1/1



S 1/2



S 1/3



S 1/4



1/5



NYMHY 3 X 1,5 mm (0)



S



S 1/1



S 1/2



S 1/3



1/4



SPEAKER SELECTOR UNIT 6 - CH 2 - MAINSWITCH



ANTENA



R



AM/FM RADIO



PU CD



SOUND SYSTEM COAX CABLE ( INTERCOMM, CABLE )



HANDSET MICROPONE FOR EVACUATION COMPACT DISC PLAYER PAGING SYSTEM MICROPHONE



SPARE



PSU



SPARE



NYAF max 5 ohm 4 qmm pentanahan perangkat



LONG TYPE RACK AMPLIFIER



Single line diagram tata suara



LAPORAN PERENCANA MEP GRDUNG SERBAGUNA SEMPER JAKARTA UTARA



, 2019



1. FIRE ALARM Sistem fire protection atau disebut juga dengan sistem fire alarm (sistem pengindra api) adalah suatu sistem terintegrasi yang didesain untuk mendeteksi adanya gejala kebakaran, untuk kemudian memberiperingatan (warning) dalam sistem evakuasi dan ditindaklanjuti secara otomatis maupun manual dengan deengan sistem instalasi pemadam kebakaran (sistem Fire fighting). Peralatan utama dari sistem protection ini adalah MCFA (Main Control Fire Alarm) atau disebut juga dengan Fire Alarm Control Panel (FACP). MACP berfungsi meneriman sinyala masuk (input signal) dari detector dan komponen pendeteksi lainnya(Fixed Heat detector dan smoke detector).



2. Macam Macam Sistem Pendetectian



Dalam prakteknya, ada 3 sistem pendetectian dari fire protection ini, yaitu: a. Non addresable System b. Semi addresable System c. Full Adresable System a. Non addresable System



Sistem ini disebut juga dengan sistem konvensional. Pada sistem inji MCFA menerima sinyal masukan langsung dari detector (biasanya jumlahnya sangat terbatas) tanpa pengalamatan dan langsung memerintahkan komponen outpu (keluaran) untuk merespon input (masukan) tersebut. Sistem ini pada umumnya digunakan pada bangunan / area supervisi berskala kecil, seperti perumahan, pertokoan, perkantoran, dan lain-lain.



b. Semi Addresable System



Pada sistem ini dilakukan pengelompokan pada detector dan alat penerima masukan (input) berdasarkan area pengawasan (supervisory area). Masing-masing zona dikendalikan (baik input maupun output) oleh zona kontroler yang mempunyai alamat/ adress yang spesifik. Pada saat detector atau alat penerima masukan lainnya memberikan sinyal, maka MCFA akan meresponnya (I/O) berdasar zona kontroler yang mengumpulkannya. Dalam kontruksinya tiap zona dapat terdiri dari: · Satu lantai dalam bangunan / gedung ·



Beberapa ruangan yang berdekatan pada satu lantai di sebuah gedung



·



Beberapa ruangan yang mempunyai karakteristik tadi di sebuah gedung



LAPORAN PERENCANA MEP GRDUNG SERBAGUNA SEMPER JAKARTA UTARA



, 2019



Pada display MCFA akan terbaca alamat zona yang terjadi gejala kebakaran, sehingga dengan demikian tindakan yang harus diambil dapat dilokalisir hanya pada zona tersebut.



c. Full Addresable System



Merupakan pengembangan dari sistem semi adresibble. Pada system ini semua detector dan alat pemberi masukan (deteksi) mempunyai alamat yang spesifik, sehingga proses pemadaman dan evakuasi dapat dilakukan langsung pada titik yang diperkirakan mengalami kebakaran.



3. Peralatan Utama



a. Pendeteksi



Pendeteksi atau alat penerima input (masukan) yang bekerja secara



otomatis (automatic



Input Device), yaitu: 



Heat Detektor(Pengindra panas).. Berdasar cara kerjanya, heat detektor dibagi menjadi 2 jenis, yaitu: * Fixed Temperatur heat detector, yang bekerja mendeteksi suhu udara di sekitar casingnya (ambiencetemperatur) dengan membandingkannya terhadap suhu setting defaultnya, misla 57 ‘ C , 75 ‘ C dan sebagainya



* DFE



(Detektor Fix elektronik) heat detector yang bekerja mendeteksi kecepatan



peningkatan suhu di sekitar casing-nya. Bila kecepatan peningkatan suhu berjalan lebih lambat dari nilai settingnya, maka detector ini tidak akaN memberikan respon. Smoke Detector (pengindra asap)



b. MCFA (Main Control Fire Alarm)



MCFA merupakan peralatan utama dari sistem protection. (Main Control Fire Alarm) atau disebut juga dengan Fire Alarm Control Panel (FACP), berfungsi meneriman sinyal masuk (input signal) dari detector dan komponen pendeteksi lainnya(Fixed Heat detector dan smoke detector)



4. PERANCANGAN SYSTEM FIRE ALARM Dalam hal ini perancangan Fire Alarem yang akan di gunakan pada rehab gedung SDN Cipayung adalah dengan sistem konvensional. Pada sistem inji MCFA menerima sinyal



LAPORAN PERENCANA MEP GRDUNG SERBAGUNA SEMPER JAKARTA UTARA



, 2019



masukan langsung dari detector (biasanya jumlahnya sangat terbatas) tanpa pengalamatan dan langsung memerintahkan komponen outpu (keluaran) untuk merespon input (masukan) tersebut. Sistem ini pada umumnya digunakan pada bangunan / area supervisi berskala kecil, seperti perumahan, pertokoan, perkantoran, dan lain-lain. KE MCFA



MCFA



KODE



KETERANGAN



Single line digram 1. DATA UMUM Sistem plumbing adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari bangunan gedung, oleh karena itu perencanaan sistem plambing haruslah dilakukan bersamaan dan sesuai dengan tahapan-tahapan perencanaan gedung itu sendiri, dalam rangka penyediaan air bersih baik dari kualitas dan kuantitas serta kontinuitas maupun penyaluran air bekas pakai atau air kotor dari peralatan saniter ke tempat yang ditentukan agar tidak mencemari bagian-bagian lain dalam gedung atau lingkungan sekitarnya. Plumbing adalah seni teknologi pemipaan dan peralatan untuk menyediakan air bersih ketempat yang dikehendaki, baik dalam hal kualitas, kuantitas, dan kontinuitasyag memenyhi syarat dan membuang air bekas (kotor) dari tempat tertentu tanpa mencemari bagian penting lainnya untuk mencapai kondisi dan kenyamanan yang diinginkan. Plumbing merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan pemasangan pipa dengan peralatannya didalam gedung atau gedung yang berdekatan yang bersangkutan dengan air hujan, air buangan dan air minum yang dihubungkan dengan sistem kota atau sistem lain yang dibenarkan



LAPORAN PERENCANA MEP GRDUNG SERBAGUNA SEMPER JAKARTA UTARA



2.



, 2019



MAKSUT DAN TUJUAN



Maksud dan tujuan dari penulisan konsep dan dasar perancangan instalasi Plumbing Gedung ini untuk memberikan gambaran secara garis besar mengenai kriteria dan dasar pemilihan sistem dan peralatan-peralatan yang akan dipasang pada proyek ini.



3. LINGKUP PEKERJAAN



Lingkup pekerjaan Plambing terdiri dari :



3.1. Sistem Air Bersih Mulai dari sumber air sampai ke alat plambing pemakaian air, termasuk reservoir, hidrosfor dan pompa.



3.2. Sistem Air Buangan dan Air Kotoran Mulai dari alat plambing pembuangan air sampai ke bangunan pengolahan air limbah (sewage treatment plant) sampai ke badan air penerima / selokan kota setelah melalui resapan.



3.3. Sistem Vent Mulai dari alat plambing pembuangan air pada sistem air buangan dan atau air kotoran sampai ke atap dan ke "fresh air inlet".



3.4. Sistem Air Hujan Mulai dari atap sampai dengan sumur resapan dan mulai dari halaman sampai ke saluran akhir / selokan kota penerima air hujan.



4. KRITERIA PERENCANAAN



4.1 Sistem Air Bersih o Sumber air utama akan diperoleh dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dengan kapasitas pengambilan sebesar 4,5 m3/jam. dan



sebagai



cadangan



akan diperoleh melalui Air tanah dengan Pompa sumur Dangkal (Jet Pump).



LAPORAN PERENCANA MEP GRDUNG SERBAGUNA SEMPER JAKARTA UTARA



, 2019



o Kualitas air mengikuti standard kualitas air bersih dari Departemen Kesehatan Republik



Indonesia



tahun 1990



(SK



MENKES



No. 16



MENKES/PER/IX/1990). o Cadangan air bersih ditentukan sebesar pemakaian air satu hari rata- rata yaitu sebesar lihat lampiran perhitungan. o Standard kecepatan aliran air dalam pipa sebesar 0.9 m/detik sampai 1.2 m/detik dan batas maksimum berkisar 1.5 m/detik sampai 2 m/detik (sumber : Perancangan & Pemeliharaan Sistem Plambing tahun 2005, hal. 51)



o Sisa tekanan air (residual pressure) pada alat plambing sebesar 1 kg/cm2 (sumber: Sistem Plambing tahun 2000, SNI 03-6481-2000 hal. 50). o Tekanan statis air direncanakan berkisar 2.5 kg/cm2 sampai 3.5 kg/cm2 (sumber: Perancangan & Pemeliharaan Sistem Plambing tahun 2005, hal. 58). o Ukuran pipa air bersih ditentukan berdasarkan beban alat plambing dalam fixtures unit (FU) sebagai berikut : 



WC dengan tangki gelontor



: 10 FU







Urinal dengan katup gelontor



: 5 FU







Lavatory / bak cuci tangan



: 2 FU







Sink / bak cuci dapur



: 4 FU







Keran air



: 2 FU







Pancuran mandi



: 2 FU



(sumber: SNI 03-7065-2005 hal. 12 dan International Plumbing Code



1995 hal. 111). o Bahan dan peralatan untuk sistem air bersih. 



Tangki Air Bawah (Ground Water Tank)



Konstruksi



: Konstruksi beton bertulang dengan dilapisi water proofing



LAPORAN PERENCANA MEP GRDUNG SERBAGUNA SEMPER JAKARTA UTARA



( Gambar.1 instalasi water tank )



o Pompa Distribusi (Booster Pump)  Tipe



: Paket pompa booster, Centrifugal pump







Casing



: Cast iron / SS







Impeller



: Cast iron / bronze / SS







Shaft



: SS







Shaft seal



: Mechanical seal







Putaran



: 1450 RPM



 Operasi



: Parallel alternate operation operated with



variable speed (2 duty – 1 standby) o Pompa Transfer (Transfer Pump) 



Tipe



: Centrifugal pump







Casing



: Cast iron / SS







Impeller



: Cast iron / bronze / SS







Shaft



: SS







Shaft seal



: Mechanical seal







Putaran



: 2950 RPM



, 2019



LAPORAN PERENCANA MEP GRDUNG SERBAGUNA SEMPER JAKARTA UTARA







Operasi







Katup-Katup/Valve







Tekanan kerja



: 1 duty / 1 standby



: 10 kg/cm2



( gambar.2 intalasi Booster pum )



o Material



-



-



dia. 15 mm sampai 40 mm menggunakan brass / bronze



-



dia. 50 mm keatas menggunakan cast iron / ductile iron



Sambungan



-



dia. 15 mm sampai 40 mm menggunakan screw end



-



dia. 50 mm keatas menggunakan flanged







Pipa







Tekanan kerja



: 10 kg/cm2 &16 kg/cm2



-



: Polypropylene (PPR)



Material



, 2019



LAPORAN PERENCANA MEP GRDUNG SERBAGUNA SEMPER JAKARTA UTARA



4.2.



, 2019



Sistem Air Buangan dan Air Kotoran 



Karakteristik Air Buangan / Kotor



No 1



Parameter Suspended, total



Kadar (PPM) 287



. (sumber : dari bangunan sejenis). 2 BOD



3







4 No



COD Pengolahan air limbah dilakukan di STP Biotech System Oil / Grease 703.7 dengan kualitas output sebagai berikut :



Uraian



.



BOD COD SS Oil / grease



2 3 4



208.8



10.2 Kadar air limbah



Kadar air limbah



yang direncanakan



yang disyaratkan



(PPM) 20 50 30 5



(PPM) 50 80 50 10



( Gambar .3 sistem instalasi STP Bio tech )







Standard yang digunakan mengacu pada :



LAPORAN PERENCANA MEP GRDUNG SERBAGUNA SEMPER JAKARTA UTARA



-



, 2019



SK Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 112 tahun 2003, tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik.







Beban hidrolis air kotoran / bekas diambil sebesar 80% dari kebutuhan air bersih







Kecepatan aliran di dalam pipa yang direncanakan berkisar



0.6 m/detik sampai 2 m/detik 



Kemiringan Pipa Pembuangan Horizontal



-



Dia. 80 mm atau kurang, kemiringan minimum 0.5%.



-



Dia. 100 mm atau kurang, kemiringan minimum 1% (sumber



: Perancangan & Pemeliharaan Sistem Plambing tahun 2005, hal. 174) -



Dia. 150 mm atau lebih, kemiringan minimum 1% (sumber : SNI 03-6481-2000 hal. 75)



-



Setiap buangan dari kitchen sink akan dialirkan ke sentral grease trap, setelah terlebih dahulu melalui grease trap individual



-



Setiap buangan yang berasal dari ruang mesin / yang mengandung



minyak



sebelum



dialirkan



keselokan



kota



terlebih dahulu melalui perangkap minyak -



Batas maximum tekanan yang diperbolehkan adalah 2 bar



-



Kerugian / kehilangan tekanan yang diijinkan sebesar 10 mm/m.



4.3.



Sistem Vent 



Sistem yang direncanakan menggunakan sistem kombinasi ven yaitu sistem ven tunggal, sistem ven cup dan sistem pipa tegak ven didalam satu bangunan gedung (sumber 3 :



LAPORAN PERENCANA MEP GRDUNG SERBAGUNA SEMPER JAKARTA UTARA



, 2019



Perancangan & Pemeliharaan Sistem Plambing tahun 2005, hal. 217, 218 & 219) 



Ukuran



pipa



ven



ditentukan



berdasarkan



pada



beban



alat plambing dalam fixture unit (FU) ukuran pipa tegak air buangan serta panjang ven (sumber 2 : Perancangan & Pemeliharaan Sistem Plambing tahun 2005, hal. 224) 



Pipa tegak air kotoran dengan diameter 150 mm







Jumlah unit alat plambing yang dihubungkan pada pipa tegak air kotoran sebesar 735 FU







Panjang ukur pipa tegak vent 80 m







Bahan dan peralatan untuk sistem ve:



-



Pipa & fitting



: Poly vinyl chlorine (PVC)



-



Klas



: 5 bar



-



(sumber 1 : SNI 03-7065-2005 Tata Cara Perencanaan Sistem Plumbing hal. 12)



-



(sumber 2 : Perancangan & Pemeliharaan Sistem Plambing tahun 2005, hal. 202)



Diameter Nominal (mm)



Panjang Ekivalen (m) Belokan



Belokan



T- 90°



T– 90°



Katup



Katup



Katup



Katup



90 °



45°



Aliran



Aliran



Sorong



Bola



Sudut



Satu



cabang



Lurus



arah



LAPORAN PERENCANA MEP GRDUNG SERBAGUNA SEMPER JAKARTA UTARA



, 2019



15



0.60



0.36



0.90



0.18



0.12



4.5



2.4



1.2



20



0.75



0.45



1.2



0.24



0.15



6.0



3.6



1.6



25



0.90



0.54



1.5



0.27



0.18



7.5



4.5



2.0



32



1.2



0.72



1.8



0.36



0.24



10.5



5.4



2.5



40



1.5



0.90



2.1



0.45



0.30



13.5



6.6



3.1



50



2.1



1.2



3.0



0.60



0.39



16.5



8.4



4.0



65



2.4



1.5



3.6



0.75



0.48



19.5



10.2



4.6



80



3.0



1.8



4.5



0.90



0.63



24.0



12.0



5.7



100



4.2



2.4



6.3



1.2



0.81



37.5



16.5



7.6



125



5.1



3.0



7.5



1.5



0.99



42.0



21.0



10.0



150



6.0



3.6



9.0



1.8



1.2



49.5



24.0



12.0



200



6.5



3.7



14.0



4.0



1.4



70.0



33.0



15.0



250



8.0



4.2



20.0



5.0



1.7



90.0



43.0



19.0



( Gambar 3 Panjang ekivalen untuk katup )



4.4



Sistem Air Hujan 



Curah hujan maximum untuk perencanaan diambil 250 mm/jam dengan periode ulang hujan 10 tahun.



-



Kecepatan aliran air :



-



Kecepatan aliran air maximum sebesar 1.2 m/detik dan minimum



0.6 m/detik (sumber : Perancangan &



Pemeliharaan Sistem Plambing tahun 2005, hal. 174) -



Kecepatan aliran air untuk jenis bahan beton maximum sebesar 1.5 m/detik (sumber : SNI 03-3424-1994, hal. 7)



-



Dimensi sumur resapan dengan diameter 2000 mm dan tinggi 4000 mm (sumber : SNI 03-2453-2002, hal. 10)







Kemiringan pipa air hujan dan saluran : -



Talang dan pipa didalam gedung, slope 1%



-



Saluran dan pipa diluar gedung, slope 0.5%



-



Jenis bahan yang digunakan :



LAPORAN PERENCANA MEP GRDUNG SERBAGUNA SEMPER JAKARTA UTARA



, 2019



-



Pipa : Polyvinyl chloride (PVC) class 10 bar



-



Sumur resapan :



4.5 Standar dan Peraturan yang dipergunakan : Standard Nasional Indonesia, antara lain : 



SNI 03-6481-2000, Sistem Plambing –2000







SNI 03-2453-2002, Tata cara perencanaan sumur resapan air hujan untuk lahan pekarangan – 2002







SNI 03-2459-1991, Sumur untuk







resapan



air



hujan



lahan pekarangan, spesifikasi teknis



SNI 03-6373-2000, Tata cara pemilihan & pemasangan ven pada sistem plambing, 2000.







SNI 03-6422-2000, Spesifikasi konstruksi sumur bor produksi air tanah untuk kapasitas 150 LPM s/d 300 LPM







SNI 06-0162-1987, Pipa PVC untuk saluran buangan didalam dan diluar bangunan







Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 112 tahun 2003, tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik







SK MENKES No. 16 MENKES/PER/IX/1990 tentang Persyaratan Air Bersih.







Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang Syarat-Syarat Dan Pengawasan Kualitas Air Minum



5.



URAIAN CARA KERJA SISTEM 5.1. Sistem Air Bersih



a. Sumber air utama untuk sanitasi akan diperoleh melalui PDAM dan Sumur Dalam (Deep Well) b. Air dari PDAM dan Sumur dalam, kemudian didistribusikan ke setiap kamar mandi gedung dan Publik Toilet melalui Roof Tank yang dipasang dilantai atap gedung, dengan menggunakan pompa booster, sebagai back up jika pompa



LAPORAN PERENCANA MEP GRDUNG SERBAGUNA SEMPER JAKARTA UTARA



rusak



atau



akan



dilakukan



maintenance



dipasang by pass



, 2019



dengan



menggunakan system gravitas



( Gambar 4 sistem instalasi Air Bersih )



5.2. Sistem Air Kotoran



a. Pembuangan air limbah dari alat sanitasi akan disalurkan dan diolah di Septik Tank system Biotech, adalah menggunakan system bio filtrasi yang mampu menyaring air kotoran dari tinja menjadi lebih aman untuk lingkungan dan tidak berbau. b. Over flow dari Septik tank akan di alirkan ke IPAL (eksisting), dengan pompa benam (submersible) atau langsung.



LAPORAN PERENCANA MEP GRDUNG SERBAGUNA SEMPER JAKARTA UTARA



, 2019



SKEMATIK INSTALASI AIR KOTOR SKALA 1 : 250



( Gambar54 sistem instalasi Air bekas dan air kotor )



5.3. Sistem Air Hujan



Air hujan dari atap gedung dan tempat-tempat lain akan dialirkan ke saluran drainage gedung, selanjutnya dialirkan ke selokan kota setelah melalui resapan air hujan



LAPORAN PERENCANA MEP GRDUNG SERBAGUNA SEMPER JAKARTA UTARA



6. LAMPIRAN



No.



Peruntukan Bangunan



Pemakaian Air Bersih



1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15



Rumah Mewah Rumah Biasa Apartment Rumah Susun Asrama Klinik / Puskesmas Rumah sakit Mewah Rumah Sakit Menengah Rumah Sakit Umum Sekolah Dasar SLTP SLTA Perguruan Tinggi Rumah Toko / Rumah Kantor Gedung Kantor Toserba (Toko serba ada, mall, department store) Pabrik / Industri Stasiun / Terminal Bandara Udara Restoran Gedung Pertunjukan Gedung Bioskop Hotel Melati s/d Bintang 2 Hotel Bintang 3 ke atas Gedung Peribadatan Perpustakaan Perkumpulan Sosial Klab Malam Gedung Pertemuan Laboratorium Pasar Tradisional / Modern



250.00 150.00 250.00 100.00 120.00 3.00 1,000.00 750.00 425.00 40.00 40.00 80.00 80.00 100.00 50.00



16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 28 29 30 31 32



5.00 50.00 3.00 3.00 15.00 10.00 10.00 150.00 250.00 5.00 25.00 30.00 235.00 25.00 150.00 40.00



Satuan



Liter / penghuni / hari Liter / penghuni / hari Liter / penghuni / hari Liter / penghuni / hari Liter / penghuni / hari Liter / pengunjung / hari Liter / tempat tidur pasien / hari Liter / tempat tidur pasien / hari Liter / tempat tidur pasien / hari Liter / siswa / hari Liter / siswa / hari Liter / siswa / hari Liter / siswa / hari Liter /penghuni & pegawai / hari Liter / pegawai / hari Liter /m2 luas lantai /hari Liter /pegawai / hari Liter / penumpang tiba dan pergi / hari Liter / penumpang tiba dan pergi / hari Liter / kursi / hari Liter / kursi / hari Liter / kursi / hari Liter / tempat tidur / hari Liter / tempat tidur / hari Liter / orang / hari Liter / pengunjung / hari Liter / pengunjung / hari Liter / kursi / hari Liter / kursi / hari Liter / staf / hari liter / kios / hari



( Tabel .Kebutuhan Pemakaian Air )



, 2019



LAPORAN PERENCANA MEP GRDUNG SERBAGUNA SEMPER JAKARTA UTARA



LAMPIRAN PERHITUNGAN



, 2019