Laporan Mikromeritik Nabila [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Farmasi adalah ilmu yang mempelajari cara membuat, mencampur, meracik, memformulasi, mengidentifikasi, mengombinasi, menganalisis, serta menstandarkan obat dan pengobatan juga sifat-sifat obat beserta pendistribusian dan penggunaannya secara aman (Syamsuni, 2006). Farmasi fisika adalah ilmu di bidang farmasi yang menerapkan ilmu fisika dalam sediaan farmasi. Dalam farmasi fisika dipelajari sifat fisika dan berbagai zat yang digunakan untuk membuat sediaan obat. Sehingga akan menghasilkan sediaan yang sesuai, aman dan stabil yang nantinya akan didistribusikan kepada pasien yang membutuhkan. Suatu obat mempunyai ukuran partikel yang akan membantu penghancuran suatu obat. Salah satu sediaan obat yang berhubungan dengan ukuran partikel adalah serbuk bagi yang biasa dibuat puyer untuk anak-anak, sediaan kapsul, emulsi, dan sebagainya. Untuk bidang pembuatan kapsul, pengukuran untuk partikel sangat penting dalam mencapai sifat alir yang diperlukan dan pencampuran yang besar dari granul dan selain itu ukuran partikel suatu obat dapat mempengaruhi penglepasannya dari bentuk- bentuk sediaan yang diberikan secara oral, rectal maupun topikal. Dalam ilmu farmasi fisika ilmu yang berkaitan dengan pengukuran partikel kecil adalah mikromeritik. Ukuran partikel bahan obat padat mempunyai peranan penting dalam bidang farmasi sebab merupakan penentu bagi sifat-sifat, baik sifat fisika, kimia, dan farmakologi dalam pembuatan bahan obat tersebut. Mikromeritik adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari khusus tentang ukuran suatu partikel, yang mana ukuran



partikel ini cukup kecil. Mikromeritik dapat



didefinisikan sebagai cabang ilmu dan teknologi yang mengukur partikel-partikel kecil (Martin, 1993). Mikromeritik sangat penting dipelajari oleh mahasiswa farmasi, karena dengan mikromeritik kita dapat mengetahui luas permukaan dari partikel kecil dari suatu



1



sediaan obat, sifat fisika kimia dari suatu sediaan, kita juga dapat mempelajari bagaimana mekanisme pelepasan obat yang diberikan secara oral, suntikan, dan topikal. Selain itu juga untuk mempermudah kita dalam pembuatan obat bentuk emulsi dan suspensi, kita juga dapat mengetahui stabilitas suatu obat (tergantung ukuran partikelnya). Dalam praktikum ini akan dilakukan percobaan mikromeritik yaitu menghitung diameter partikel dari laktosa dan talkum dengan menggunakan metode ayakan. 1.2



Maksud dan Tujuan Percobaan



1.2.1 Maksud Percobaan Mengetahui dan memahami cara menentukan ukuran partikel dengan menggunakan metode tertentu. 1.2.2 Tujuan Percobaan Untuk mengukur diameter partikel laktosa dan talkum dengan menggunakan metode ayakan. 1.3



Prinsip Percobaan Pengukuran pertikel dari serbuk berdasarkan atas penimbangan residu yang



tertinggal pada tiap ayakan yaitu dengan melewatkan serbuk pada ayakan dari nomor OPN tertinggi ke nomor OPN terendah yang diayak secara manual dalam waktu selama 5 menit dengan kecepatan konstan.



2



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1



Dasar Teori Menurut Dalla Valle, ilmu partikel dituangkan dalam mikromeritik yaitu suatu



ilmu dan teknologi yang mempelajari tentang partikel kecil terutama mengenai ukuran partikel. Ukuran partikel dalam bidang farmasi sangat penting karena berhubungan dengan kestabilan suatu sediaan. Ukuran partikel juga menentukan sistem dispersi farmasetik. Mikromeritik biasanya diartikan sebagai ilmu dan teknologi tentang partikel yang kecil. Ukuran partikel dapat dinyatakan dengan berbagai cara. Ukuran diameter rata-rata, ukuran luas permukaan rata-rata, volume rata-rata dan sebagainya. Pengertian ukuran partikel adalah ukuran diameter rata-rata. Ilmu dan teknologi partikel kecil diberi nama mikromeritik oleh Dalla Valle. Dispersi koloid dicirikan oleh partikel yang terlalu kecil untuk dilihat dengan mikroskop biasa, sedang partikel emulsi dan suspensi farmasi serta serbuk halus berada dalam jangkauan mikroskop optik. Partikel yang mempunyai ukuran serbuk lebih kasar, granul tablet, dan garam granular berada dalam kisaran ayakan (Martin, 2008). Setiap kumpulan partikel biasanya disebut polidispersi. Karenanya perlu untuk mengetahui tidak hanya ukuran dari suatu partikel tertentu, tapi juga berapa banyak partikel-partikel dengan ukuran yang sama ada dalam sampel. Jadi kita perlu sutau perkiraan kisaran ukuran tertentu yang ada dan banyaknya atau berat fraksi dari tiaptiap ukuran partikel, dari sini kita bisa menghitung ukuran partikel rata-rata untuk sampel tersebut (Martin, 1990) Untuk memulai setiap analisis ukuran partikel harus diambil dari umunya jumlah bahan besar (ditandai dengan junlah dasar) suatu contoh yang representatif. Karenanya suatu pemisahan bahan awal dihindari oleh karena dari suatu pemisahan, contoh yang diambil berupa bahan halus atau bahan kasar. Untuk pembagian contoh pada jumlah awal dari 10-1000 g digunakan apa yang disebut Pembagi Contoh piring berputar. Pada jumlah dasar yang amat besar harus ditarik beberapa contoh dimana tempat pengambilan contoh sebaiknya dipilih menurut program acak (Voight, 1994)



3



Partikel dari serbuk obat mungkin berbentuk sangat kasar dengan ukuran kurang lebih 10.000 mikron atau 10 milimikron atau mungkin juga sangat halus mencapai ukuran koloidal, 1 mikron atau lebih kecil. Agar ukuran partikel serbuk ini mempunyai standar, maka USP menggunakan suatu batasan dengan istilah “very coarse, coarse, moderately coarse, fine and very fine”,yang dihubungkan dengan bagian serbuk yang mempu melalui lubang-lubang ayakan yang telah distandarisasi yang berbeda-beda ukurannya, pada suatu periode waktu tertentu ketika diadakan pengadukan dan biasanya pada alat pengaduk ayakan secara mekanis (Ansel, 1989). Ukuran partikel bahan obat padat mempunyai peranan penting dalam farmasi, sebab ukuran partikel mempunyai peranan besar dalam pembuatan sediaan obat dan juga terhadap efek fisiologisnya (Moechtar, 1990). Pentingnya mempelajari mikromiretik, yaitu (Parrot, 1970): 1.



Menghitung luas permukaan



2.



Sifat kimia dan fisika dalam formulasi obat



3.



Secara teknis mempelajari pelepasan obat yang diberikan secara per oral, suntikan dan topical



4.



Pembuatan obat bentuk emulsi, suspensi dan suspensi



5.



Stabilitas obat (tergantung dari ukuran partikel) Metode paling sederhana dalam penentuan nilai ukuran partikel adalah



menggunakan pengayak standar. Pengayak terbuta dari kawat dengan ukuran lubang tertentu. Istilah ini (mesh) digunakan untuk menyatakan jumlah lubang tiap inchi linear (Parrot, 1970) Metode-metode yang digunakan untuk menentukan ukuran partikel (Martin, 2008) : 1.



Mikroskopik optik Menurut metode mikroskopis, suatu emulsi atau suspensi, diencerkan atau tidak



diencerkan, dinaikkan pada suatu slide dan ditempatkan pada pentas mekanik. Di bawah mikroskop tersebut, pada tempat di mana partikel terlihat, diletakkan mikrometer untuk memperlihatkan ukuran partikel tersebut. Pemandangan dalam



4



mikroskop dapat diproyeksikan ke sebuah layar di mana partikel-partikel tersebut lebih mudah diukur, atau pemotretan bisa dilakukan dari slide yang sudah disiapkan dan diproyeksikan ke layar untuk diukur. Keuntungan metode mikroskopik yaitu adanya gumpalan dapat terdeteksi metode langsung. Kerugian dari metode ini adalah bahwa garis tengah yang diperoleh hanya dari dua dimensi dari partikel tersebut, yaitu dimensi panjang dan lebar. Tidak ada perkiraan yang bisa diperoleh untuk mengetahui ketebalan dari partikel dengan memakai metode ini. Tambahan lagi, jumlah partikel yang harus dihitung (sekitar 300-500) agar mendapatkan suatu perkiraan yang baik dari distribusi , menjadikan metode tersebut memakan waktu dan jelimet. Namun demikian pengujian mikroskopis dari suatu sampel harus selalu dilaksanakan, bahkan jika digunakan metode analisis ukuran partikel lainnya, karena adanya gumpalan dan partikelpartikel lebih dari satu komponen seringkali bisa dideteksi dengan metode ini 2.



Metode pengayakan Suatu metode yang paling sederhana, tetapi relatif lama dari penentuan ukuran



partikel adalah metode analisis ayakan. Di sini penentunya adalah pengukuran geometrik partikel. Sampel diayak melalui sebuah susunan menurut meningginya lebarnya jala ayakan penguji yang disusun ke atas. Bahan yang akan diayak dibawa pada ayakan teratas dengan lebar jala paling besar. Partikel, yang ukurannya lebih kecil daripada lebar jala yang dijumpai, berjatuhan melewatinya. Mereka membentuk bahan halus (lolos). Partikel yang tinggal kembali pada ayakan, membentuk bahan kasar. Setelah suatu waktu ayakan tertentu (pada penimbangan 40-150 g setelah kirakira 9 menit) ditentukan melalui penimbangan, persentase mana dari jumlah yang telah ditimbang ditahan kembali pada setiap ayakan. Keuntungan dari metode pengayakan antara lain sederhana, praktis, mudah, dan cepat, tidak membutuhkan keahlian tertentu dalam melakukan metodenya, dapat diketahui ukuran partikel dari kecil sampai besar, dan lebih mudah diamati. Sedangkan kerugian dari metode pengayakan antara lain, tidak dapat mengetahui bentuk partikel secara pasti seperti pada metode mikroskopi, ukuran partikel tidak



5



pasti karena ditentukan secara kelompok (berdasarkan keseragaman), tidak dapat menentukan diameter partikel karena ukuran partikel diperoleh berdasarkan nomor mesh ayakan, adanya agregasi karena adanya getaran sehingga memengaruhi validasi data, tidak dapat melihat bentuk partikel dan dapat menyebabkan erosi pada bahanbahan granul. Faktor-faktor yang memengaruhi proses pengayakan antara lain: a.



Waktu atau lama pengayakan. Biasanya pengayakan dilakukan selama 5 menit. Pengayakan yang terlalu lama dapat membuat sampel jadi pecah karena saling bertumbukan satu dengan yang lain, sehingga bisa lolos melalui mesh selanjutnya. Jika kurang dari lima menit, biasanya proses pengayakan akan kurang sempurna.



b.



Massa sampel. Jika sampel terlalu banyak maka sampel sulit terayak. Jika sampel sedikit maka akan lebih mudah untuk turun dan terayak.



c.



Intensitas getaran. Semakin tinggi intensitas getaran maka akan semakin banyak terjadi tumbukan antar partikel yang menyebabkan terkikisnya partikel. Dengan demikian partikel tidak terayak dengan ukuran tertentu.



3.



Meotode sedimentasi Cara ini pada prinsipnya menggunakan rumus sedimentasi Stocks. Metode yang digunakan dalam penentuan partikel cara sedimentasi ini adalah metode pipet, metode hidrometer dan metode malance.



6



2.2



Uraian Bahan



2.2.1 Alkohol Alkohol (Dirjen POM, 1979; Rowe et al., 2009) Nama Resmi



: AETHANOLUM



Nama Lain



: Etanol, Alkohol, Ethyl alcohol, Ethyl hydroxide.



Nama Kimia



: Etanol



Rumus struktur



:   CH3



OH



Rumus Molekul



: C2H5OH.



Berat Molekul



: 46,07 g/mol.



Pemerian



: Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan  mudah bergerak; bau khas; rasa panas. Mudah terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak berasap.



Kelarutan



: Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P dan dalam eter P.



Khasiat



: Antiseptik



Kegunaan



: Pensteril alat laboratorium



Peyimpanan              



: Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, ditempat sejuk, jauh dari nyala api.



2.2.2 Laktosa (Dirjen POM, 1979; Rowe, 2009) Nama Resmi



: LAKTOSA ANHIDRAT



Nama kimia



: Anhydrous Lactose



Rumus Molekul



: C12H22O11



Berat Molekul



: 342,30 gr/mol



Rumus Struktur



:



7



Pemerian



: Serbuk putih atau hampir putih.



Kelarutan



: Mudah larut dalam air; praktis tidak larutdalam etanol.



Khasiat



: Zat pengisi.



Kegunaan



: Sebagai sampel.



Penyimpanan



: Dalam wadah tertutup rapat.



2.2.3 Talkum (Dirjen POM, 1979; Rowe, 2009; Wallqvist, 2009 ) Nama resmi



:



TALCUM



Nama lain



:



Talk



Rumus struktur



:



Rumus molekul



:



Mg6(Si2O5)4(OH)4



Berat molekul



:



379,205 g/mol



Pemerian



:



Serbuk hablur, sangat halus, licin, mudah melekat pada kulit, bebas dari butiran, warna putih atau serbuk hablur.



Kelarutan



:



Tidak larut dalam hampir semua pelarut



Khasiat



:



Anticaking agent; glidant



Kegunaan



:



Sebagai sampel



Penyimpanan



:



Dalam wadah tertutup baik



8



BAB III METODE PRAKTIKUM 2.1. Waktu dan Tempat Dilaksanakannya praktikum mikromeritik farmasi fisika ini pada hari Sabtu tanggal 16 Oktober 2019. Pukul 07.00 – 10.00 WITA yang bertempat di Laboratorium Teknologi Farmasi, Jurusan Farmasi, Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo. 3.1



Alat dan Bahan



3.2.1 Alat Alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah ayakan OPN, cawan porselen, kain lap kasar, neraca analitik, spatula, dan timer 3.2.2 Bahan Bahan yang digunakan yaitu alkohol 70%, kertas perkamen, laktosa 10 gram, plastik obat, talkum 10 gram dan tisu 3.2



Cara Kerja



1.



Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan



2.



Dibersihkan alat yang akan digunakan dengan menggunakan alkohol 70%



3.



Ditimbang talkum dan laktosa masing-masing sebanyak 10 gram menggunakan neraca analitik



4.



Dirangkai ayakan OPN dari nomor yang terbesar berada diatas 72, 30, 26 dan 15 paling bawah (sebanyak dua ayakan)



5.



Dimasukkan talkum dan laktosa pada masing-masing ayakan



6.



Diatur waktu 5 menit dengan timer



7.



Diayak secara bersamaan dengan kecepatan konstan



8.



Ditimbang kertas perkamen kosong



9.



Dimasukkan residu dari hasil ayakan pada kertas perkamen yang telah ditimbang



10. Ditimbang residu dan hasil ayakan 11. Dicatat hasil timbangan



9



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1



Hasil



No



Sampel



1



Laktosa



2



Talkum



No ayakan(OPN) Residu 72 30 26 15 ∑ Residu 72 30 26 15 ∑



Bobot



Persen



Diameter rata-



tertinggal (a)



tertinggal (d)



rata (g/μ m¿



(gr) 0,1904 4,0504 0,2690 1,0678 3,7951 9,3727 0,1315 0,1436 0,1055 0,3197 8,4078 9,1084



(%) 1,9040 40,50 2,690 10,6758 37,951 98,055 1,3150 1,4360 1,0550 3,197 84,0780 91,0810



0,003877 1,6404 0,0072 0,1216 1,5367 9,3727 0,0019 0,0026 0,0012 0,0112 7,7613 9,1081



Perhitungan A. Laktosa 1. Persen Tertinggal (d)% Diketahui :



Ditanya



:



Bobot tertinggal Residu



:



0,1904 g



Bobot tertinggal OPN 72



:



4,0504 g



Bobo tertinggal OPN 30



:



0,2690 g



Bobot tertinggal OPN 26



:



1,0678 g



Bobot tertinggal OPN 15



:



3,7951 g



Sampel laktosa



:



10 g



a. %tertinggal residu ? b. %tertinggal OPN 72 ? c. %tertinggal OPN 30 ? d. %tertinggal OPN 26 ? e. %tertinggal OPN 15 ?



Penyelesaian



:



10



a. Residu



=



Bobot Tertinggal (g) ×100 % Sampel (g)



=



0,1904 g × 100% 10 g



=



1,9040 %



b. OPN 72 =



Bobot Tertinggal (g) ×100 % Sampel (g)



=



4,0504 g × 100% 10 g



=



40,50 %



c. OPN 30 =



Bobot Tertinggal (g) ×100 % Sampel (g)



=



0,2890 g × 100% 10 g



=



2,690 %



d. OPN 26 =



Bobot Tertinggal (g) ×100 % Sampel (g)



=



1,0678 g × 100% 10 g



=



10,678 %



e. OPN 15 =



Bobot Tertinggal (g) ×100 % Sampel (g)



=



3,7951 g × 100% 10 g



=



37,951 %



2. Diameter Rata-Rata (g/µm) Diketahui :



Bobot tertinggal Residu (a)



:



0,1904 g



Bobot tertinggal OPN 72 (a)



:



4,0504 g



Bobot tertinggal OPN 30 (a)



:



0,2690 g



Bobot tertinggal OPN 26 (a)



:



1,0678 g



Bobot tertinggal OPN 15 (a)



:



3,7951 g



%tertinggal residu (d)



:



1,9040 %



11



Ditanya



:



%tertinggal OPN 72 (d)



:



40,50 %



%tertinggal OPN 30 (d)



:



2,690 %



%tertinggal OPN 26 (d)



:



10,6758 %



%tertinggal OPN 15 (d)



:



37,951 %



a. Diameter rata-rata OPN ? b. Diameter rata-rata OPN 72 ? c. Diameter rata-rata OPN 30 ? d. Diameter rata-rata OPN 26 ? e. Diameter rata-rata OPN 15 ?



Penyelesaian a. Residu



=



: a.d



∑d



=



0,1904 x 1,9040 93,7230



=



0,00387 g/µm



b. OPN 72 =



a.d



∑d



=



4 ,0504 x 40,50 93,7230



=



1,6404 g/µm



c. OPN 30 =



a.d



∑d



=



0,2690 x 2,6901 93,7230



=



0,0072 g/µm



d. OPN 26 =



a. d ∑d



=



1,0678 x 10,6280 93,7230



=



0,1216 g/µm



12



e. OPN 15 =



a.d



∑d



=



3,7951 x 37,951 93,7230



=



1,53676 g/µm



3. Diameter (D) Dlaktosa



=



∑ a .d ∑d



=



( 0,3652 ) + (64,04+0,7236+11,4019+114,027) 93,7230



=



2290,157 93,7230



=



3,10071 µm



B. Talkum 1. Persen Tertinggal (d)% Diketahui :



Ditanya



:



Bobot tertinggal Residu



:



0,1315 g



Bobot tertinggal OPN 72



:



0,1436 g



Bobo tertinggal OPN 30



:



0,1055 g



Bobot tertinggal OPN 26



:



0,3197 g



Bobot tertinggal OPN 15



:



8,4078 g



Sampel laktosa



:



10 g



a. %tertinggal residu ? b. %tertinggal OPN 72 ? c. %tertinggal OPN 30 ? d. %tertinggal OPN 26 ? e. %tertinggal OPN 15 ?



Penyelesaian



:



a. Residu



Bobot Tertinggal (g) ×100 % Sampel (g)



=



13



=



0,1315 g × 100% 10 g



=



1,3150 %



b. OPN 72 =



Bobot Tertinggal (g) ×100 % Sampel (g)



=



0,1436 × 100% 10 g



=



1,4360 %



c. OPN 30 =



Bobot Tertinggal (g) ×100 % Sampel (g)



=



0,1055 g ×100 % 10 g



=



1,0550 %



d. OPN 26 =



Bobot Tertinggal (g) ×100 % Sampel (g)



=



0,3197 g ×100 % 10 g



=



3,197 %



e. OPN 15 =



Bobot Tertinggal (g) ×100 % Sampel (g)



=



8,4078 g × 100% 10 g



=



84,0780 %



2. Diameter Rata-Rata (g/µm) Diketahui :



Bobot tertinggal Residu (a)



:



0,1315 g



Bobot tertinggal OPN 72 (a)



:



0,1436 g



Bobo tertinggal OPN 30 (a)



:



0,1055 g



Bobot tertinggal OPN 26 (a)



:



0,3197 g



Bobot tertinggal OPN 15 (a)



:



8,4078 g



%tertinggal residu (d)



:



1,3150 %



%tertinggal OPN 72 (d)



:



1,4360 %



14



Ditanya



:



%tertinggal OPN 30 (d)



:



1,0550 %



%tertinggal OPN 26 (d)



:



3,197 %



%tertinggal OPN 15 (d)



:



84,0780 %



a. Diameter rata-rata OPN ? b. Diameter rata-rata OPN 72 ? c. Diameter rata-rata OPN 30 ? d. Diameter rata-rata OPN 26 ? e. Diameter rata-rata OPN 15 ?



Penyelesaian a. Residu



b. 72



c. 30



d. 26



=



: a.d



∑d



=



0,1315 x 1,3150 91,0810



=



0,0019 g/µm



=



a.d



∑d



=



0,1436 x 1,3150 91,0810



=



0,0026 g/µm



=



a.d



∑d



=



0,1055 x 1,0550 91,0810



=



0,0012 g/µm



=



a.d



∑d



=



0,3197 x 3,197 91,0810



=



0,0112 g/µm



15



e. 15



=



a.d



∑d



=



8,4078 x 84,0780 91,0810



=



7,7613 g/µm



3. Diameter (D) DTalkum



=



∑ a .d ∑d



=



(0,1729+0,2061+0,1130+1,0220+706,911 91,0810



=



708,4234 91,0810



=



7,779 µm



1.1. Pembahasan Mikromeritik adalah cabang ilmu pengetahuan dan teknologi yang mempelajari tentang partikel-partikel kecil. Ukuran partikel dapat dinyatakan dengan berbagai cara. Ukuran diameter rata-rata, ukuran luas partikel rata-rata, volume rata-rata dan sebagainya. Pengertian ukuran partikel adalah ukuran diameter rata-rata. (Martin, 1990). Pada praktikum kali ini akan dilakukan pengukuran diameter dari laktosa dan talkum dengan menggunakan metode ayakan. Metode ayakan digunakan karena merupakan metode yang sangat sederhana dimana hanya memerlukan timbangan. Metode ini menggunakkan suatu seri ayakan standar yang dikalibrasi. Menurut metode U.S.P (United state pharmacopea) untuk menguji kehalusan serbuk suatu massa sampel ditaruh suatu ayakan yang cocok dan digoyangkan secara mekanik selama waktu tertentu. Menurut Martin (1993) bahan yang melalui suatu ayakan ditahan oleh ayakan berikutnya yang lebih halus serta dikumpulkan, kemudian ditimbang. Pada praktikum ini digunakan 4 nomor yang berbeda-beda, dimulai dari nomor OPN yang terbesar sampai yang terkecil, yaitu 72, 30, 26, dan 15. Tujuan digunakan



16



nomor ayakan yang berbeda agar partikel-partikel yang tidak terayak (residu) ukurannya akan sesuai dengan nomor ayakan tersebut. Langkah awal yang dilakukan pada praktikum ini adalah dengan menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, kemudian membersihkan alat yang akan digunakan dengan menggunakan alkohol 70% agar terbebas dari kotoran dan zat-zat sisa yang menempel pada alat. Menurut Katzung (2001), tujuan penggunaan alkohol ini sebagai antiseptik untuk menghilangkan mikroorganisme pada alat. Langkah selanjutnya adalah menimbang sampel yaitu laktosa dan talkum sebanyak 10 g. kemudian disusun ayakan dari nomor OPN terbesar yaitu 72 hingga nomor OPN terendah yaitu 15.Karena menurut Hukkie (1962), Semakin kecil ukuran OPN pada ayakan maka semakin kecil ukuran diameter partikel yang dapat lolos.Setelah itu dimasukkan bahan yang akan digunakan mulai dari laktosa lalu ayakan digoyangkan selama 5 menit secara konstan. Tujuan penggoyangan ayakan yang dilakukan selama lima menit karena waktu tersebut sudah optimum untuk mendapatkan keseragaman bobot residu yang tertinggal pada tiap ayakan pada nomor OPN. Bila waktu lebih dari lima menit dikhawatirkan partikel terlalu sering bertumpuk sehingga pecah dan lolos keayakan berikutnya, dengan begitu akan terjadi kesalahaan pada data akhir. Jika kurang dari lima menit partikel belum terayak sempurna. Tujuan penggoyangan secara konstan, karena ditujukan untuk menghindari pemaksaan partikel besar melewati ayakan akibat tingginya intensitas penggoyangan atau tertahannya partikel kecil akibat lambatnya intensitas penggoyangan dan mempengaruhi hasil partikel yang diperoleh (Sudjaswadi, 2002). Setelah 5 menit keluarkan residu yang tertinggal dimasing-masing nomor ayakan. Kemudian ditimbang residu dari masing-masing nomor ayakan, dan dicatat hasilnya. Kemudian dilanjutkan dengan sampel berikutnya yaitu talkum. Pada percobaan ini untuk menentukan diameter rata-rata sampel diperoleh hasil penimbangan pada masing-masing ayakan yaitu, pada sampel laktosa diperoleh residu yang diperoleh dari ayakan nomor 72 sebesar



4,05 g, ayakan nomor 30



sebesar 0,2 g, ayakan 26 sebesar 1,0 g, dan pada ayakan nomor 15 sebesar 3,7 g.



17



Setelah diperoleh seluruh hasil timbangan dari residu laktosa, maka langkah selanjutnya adalah mencari persen teringal dari laktosa. Untuk nomor OPN 72 diperoleh persen tertinggalnya yaitu 40,50%, nomor OPN 30 yaitu 2,6%, nomor OPN 26 yaitu 10,6%, dan untuk nomr OPN 15 adalah 37,9%. Langkah selanjutnya adalah menghitung diameter rata-rata dari sampel laktosa. Berdasarkan data hasil yang diperoleh diameter rata-rata untuk sampel laktosa pada nomor OPN 72 yaitu 1,6404 µm, nomor OPN 30 yaitu 0,0072 µm, nomor OPN 26 yaitu 0,1216 µm dan pada ayakan nomor OPN 15 yaitu 1,5367 µm. Sehingga diameter rata-rata yang didapatkan dari seluruh residu yang tertinggal pada ayakan yaitu 9,3727 µm. Menurut Lachman (1994) ada dua jenis laktosa yang berukuran mesh 60-80 (kasar) dan mesh 80-100 (biasa). Umumnya formulasi memakai laktosa menunjukkan laju pelepasan obat yang baik, granulnya cepat kering dan waktu hancurnya tidak terlalu peka terhadap perubahan pada kekerasan tablet. Untuk sampel talkum, hasil penimbangan residu yang didapat pada ayakan nomor 72 sebesar 0,14 g, ayakan nomor 30 sebesar 0,1 g, ayakan nomor 26 sebesar 0,3 g, dan pada ayakan nomor 15 sebesar 8,4 g. Setelah didapatkan seluruh hasil timbangan dari residu talkum, maka langkah selanjutnya adalah mencari persen teringal dari residu talkum. Untuk nomor OPN 72 didapat persen tertinggalnya yaitu 1,4% nomor OPN 30 yaitu 1%, nomor OPN 26 yaitu 3%, dan untuk nomr OPN 15 adalah 84%. Setelah itu dilakukan proses perhitungan untuk diameter dari sampel talkum. Berdasarkan hasil yang diperoleh diameter rata-rata untuk sampel talkum pada nomor OPN 72 yaitu 0,0026 µm, nomor OPN 30 yaitu 0,0012 µm, nomor OPN 26 yaitu 0,0112 µm dan pada ayakan nomor OPN 15 yaitu 7,7613 µm. Sehingga didapatkan diameter rata-rata dari seluruh residu yang tertinggal pada ayakan yaitu 9,1081 µm. Berdasarkan literatur, jika derajat halus serbuk dinyatakan dengan no.1 dimaksudkann bahwa semua serbuk dapt melewati pengayak dengan nomor tersebut. Jika derajat serbuk tersebut dapat melewati pengayak no.2 dimaksudkan nahwa serbuk tersebut dapat melewati pengayak dengan nomor terendah dan tidak lebih dari



18



40% dapat melalui pengayak dengan nomor tertinggi. Maka dapat dikatakan bahwa talk termasuk serbuk agak halus. Metode yang digunakan ini merupakan metode yang sangat sederhana karena cukup singkat dalam penentuan ukuran partikel. Dalam pengayakan dibutuhkan waktu dan kecepatan yang konstan. Gerakan dan kecepatan yang konstan ini dapat mempengaruhi hasil residu yang tertinggal pada masing-masing ayakan. Pada metode ini juga memiliki kerugian yaitu relatif lama dari penentuan ukuran partikel adalah metode analisis ayakan. Selain itu, metode ayakan ini memiliki tingkat ketelitian yang rendah. Kemungkinan kesalahan yang mungkin terjadi dalam praktikum ini yakni kurang telitinya praktikum dalam penimbangan, dan pengayakan sehingga dapat mempengaruhi hasil akhir.



19



BAB V PENUTUP 5.1



Kesimpulan Pada hasil percobaan kali ini, ukuran partikel yang didapatkan berbeda dengan



ukuran partikel yang ada pada literatur lain. Untuk ukuran partikel laktosa dan talkum yang didapatkan yaitu sebesar 3,10071 μm dan 7,779 μm sedangkan pada literature yang didapatkan yaitu sebesar 15 μm dan 26,57 μm. 5.2



Saran



5.2.1 Saran Untuk Asisten Saran kami untuk asisten agar lebih memaksimalkan waktu dan bimbingan praktikan dalam menjalankan praktikum Farmasi Fisika sehingga praktikum dapat menjalankan prosedur kegiatan dengan baik. 5.2.1



Saran Untuk Laboratorium Agar



dapat



memberikan



dukungan



dalam



hal



kelengkapan



alat-alat



laboratorium agar praktikan dapat melaksanakan praktikum dengan lebih maksimal 5.2.2 Saran Untuk Jurusan Saran kami kepada jurusan farmasi Universitas Negeri Gorontalo agar lebih menunjang kegiatan seluruh praktikum yang ada pada jurusan farmasi agar lebih maksimal. Baik itu menyediakan fasilitas, transportasi dan administrasi lainnya



20