Laporan Obat Kumur [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN RESMI TEKNOLOGI SEDIAAN FITOFARMASETIKA



SEDIAAN OBAT KUMUR (MOUTHWASH) Dosen Pengampu: Dewi Ekowati, M. Sc.,Apt Kelompok II Anggota: 1. Hendri Evantrio



(21154664A)



2. Kris Ayu Wijayaningrum



(21154669A)



3. Fauziyyah Al Hasanah



(21154671A)



4. Ariska Maulana



(21154672A)



5. Fitria Choirunnisa



(21153673A)



PROGRAM STUDI S-1 FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SETIA BUDI SURAKARTA TAHUN AJARAN 2018/2019



I.



Tujuan a. Mampu memahami prinsip dasar formulasi sediaan obat kumur dengan bahan aktif dari bahan alam b. Mampu melakukan pengujian dan mengevaluasi sifat fisik sediaan obat kumur



II. Dasar Teori Dalam pengertian sehari-hari obat kumur dimaksudkan bahan yang dapatmembantu kesegaran mulut dan nafas serta menghilangkan dan membersihkan mulut dari mikroorganisme penyebab kelainan dan penyakit di dalam mulut, serta mengobati lesi-lesi mukosa mulut. Obat kumur merupakan larutan atau cairan yang digunakan untuk membilas rongga mulut dengan sejumlah tujuan antara lain untuk menyingkirkan bakteri perusak, bekerja sebagai penciut, untuk menghilangkan bau tak sedap, mempunyai efek terapi dan menghilangkan infeksi atau mencegah karies gigi (Akande etc, 2004). Beberapa obat kumur dapat memeberikan rasa segar saja setelah pemakaian, sedangkan yang lain dapat memeberikan kesembuhan infeksi dalam rongga mulut bila bahan tersebut digunakan sesuai dengan indikasi dan pemakaiannya. Obat kumur biasanya bersifat antiseptik yang dapat membunuh kuman sebagai timbulnya plak, radang gusi, dan bau mulut. Namun, tindakan berkumur tidak mengeliminir perlunya penyikatan gigi. Obat kumur juga dapat menjadi penyegar mulut atau mengurangi bau mulut seusai makan. Pada umumnya fungsi obat kumur sama dengan pasta gigi yang dapat di kategorikan sebagai kosmetik, terapeutik, atau keduanya. Obat kumur kosmetik digunakan untuk tujuan membantu menghilangkan debris sebelum dan sesudah menyikat gigi, setalah flossing atau setelah prosedur kontrol plak. Kemudian obat kumur kosmetik dapat memberikan rasa yang menyenangkan pada rongga mulut, rasa yang nyaman dan segar pada mulut dan nafas, mencegah dengan cepat jumlah bakteri atau flora normal rongga mulut dan mengurangi bau mulut dengan cepat. Bau mulut atau halitosis didefinisikan sebagai bau nafas yang tidak menyenangkan yang dapat berasal dari mulut sendiri atau dari tempat lain seperti saluran pernapasan atau paru-paru. (Amtha, 1997). Obat kumur ini memiliki kandungan minyak essensial yang berfungsi sebagai anti bakteri. Fungsi kedua obat kumur sebagai terapeutik, dimana obat kumur ini memiliki kandungan bahan aktif tambahan yang dapat mencegah, menghentikan atau membantu menyembuhkan proses penyakit atau lesi-lesi di dalam mulut. Contoh obat kumur terpeutik ini adalah chloreksidin. Obat kumur ini memiliki kombinasi antara aktifitas antimikrobial dan memiliki masa perlekatan yang panjang ke permukaan gigi. Obat menjadi aktif di dalam saliva bahkan setelah 24 jam, sehinggak chloreksidin mampu mencegah pembentukan plak dan gingivitis pada rongga mulut yang sehat untuk batas



periode waktu tertentu tanpa melakukan prosedur kontrol plak secara mekanis. Obat kumur terapeutik dapat memiliki keuntungan sebagai kosmetik, tapi juga mengandung bahan aktif tambahan yang dapat melindungi dari beberapa penyakit mulut. Komposisi Obat kumur dibagi 2 yaitu bahan aktif dan bahan tambahan, bahan tambahan terdiri dari: a.) Alkohol, fungsi alkohol dalam sediaan obat kumur adalah untuk menambah kelarutan minyak wangi dan campuran organik lainnya, yang kelarutannya kurang dalam air dan mengurangi gaya tegangan permukaan, sebagai pembasah, penetrasi, aksi bahan antibakteri dan menghilangkan bau. Serta bertindak sebagai astrigen, dengan mengikat air dan mengubah sifat protein didalamnya. b.) Surfaktan (Surface Active Agent), yang berarti bahan aktif permukaan. surfaktan merupakan bahan yang dapat menurunkan tegangan permukaan. Dalam penggunaannya surfaktan dapat berfungsi sebagai bahan pembasah (Weiting Agent), pengemulsi (Emulsifying Agent), bahan pencegah terbentuknya busa (Antifoaming Agent) dan juga sebagai bahan pembantu pelarutan (Solublizing Agent) atau menormalkan bahan isi yang tidak larut dalam air. c.) Pemanis, berfungsi sebagai pemberi rasa dimaksudkan untuk menutupi rasa obat yang tidak diinginkan. Pemanis digunakan untuk memberikan rasa manis pada suatu sediaan obat. Bahan pemanis biasanya atau tidak selamanya digunakan dalam obat kumur. Pemanis terbagi 2 (dua) yaitu pemanis alami seperti sukrosa, manitol, glyserin, caramel, sorbitol, dan pemanis buatan (sintetik) seperti sodium sakarin dan sodium siklamat. d.) Pewarna, digunakan untuk menambah daya tarik dari suatu sediaan obat. Umumnya digunakan zat warna yang berhubungan dengan pemberi rasa yang digunakan dan tidak mengganggu kemanjuran terapi produk. Zat warna ditambahkan kedalam preparat farmasi dalam bentuk larutan encer bukan sebagai serbuk kering. Dalam memilih zat warna untuk penggunaan dalam suatu sediaan farmasi cairan adalah pH dan pH kestabilan dan preparat yang akan diberi warna. Zat warna dapat mengubah warna dengan suatu perubahan dalam pH, dan suatu zat warna harus dipilih untuk suatu produk sehingga suatu perubahan pH yang diharapkan tidak akan mengubah warna selama penyimpanan. Zat warna harus stabil secara kimia dalam lingkungan bahan formulasi dan tidak boleh menggangu kestabilan zat lain. Zat warna juga harus stabil terhadap cahaya berarti zat warna tidak boleh berubah warna jika dipaparkan ke cahaya dalam waktu yang lama, zat obat yang dibuat dalam bentuk cairan harus dilindungi dari cahaya untuk menjaga kestabilan kimianya dan keefektifan terapinya. Pewarna yang digunakan umumnya larut dalam air, tidak bereaksi dengan komponen lain dari sediaan obat dan warnanya stabil pada kisaran pH.



Menurut Nugroho (2003), Daun sirih dikenal sebagai bahan untuk menginang yang berguna untuk menguatkan gigi, menyembuhkan sariawan, menghilangkan bau mulut, dan menghentikan pendarahan gusi. Penggunaan sirih sebagai obat mempunyai dasar kuat karena adanya kandungan munyak atsiri yang merupakan komponen fenol alami yang dapat berfungsi sebagai antiseptik yang kuat. Salah satu kandungan fenol daun sirih adalah katekin yang juga terdapat pada teh hijau. Senyawa ini bersifat bakterisidal dan menghambat proses glikosasi oleh bakteri keriogenik penghasil glukan yang dapat mengurangi pembentukan plak gigi (Arief 2000; dan Ansel 1989).



III. Alat dan Bahan IV. Cara Kerja V. Hasil VI. Pembahasan VII.Kesimpulan



DAFTAR PUSTAKA



Akande OO, Alada ARA, Aderinokun GA, et al. 2004. Efficacy Of Diferent Brands Of Mouthwash Rinses On Oral Bacterial Loud Count In Healthy Adults. African Journal ofBiomedical Research 7: 125-623. Anief M. 2000. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktik. Gadja Mada University Press: Yogyakarta. Ansel H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi IV. Penerbit Universitas Indonesia. Amtha, R. 1997. Kelainan Mukosa Rongga Mulut Akibat Penggunaan Obat Kumur. MI Kedokteran Gigi FKG USAKTI 35;7. Nugroho. 2003. Pengaruh Pemaparan Kombinasi ekstrak meniram (Phllanthus niruni ) dan Ekstrak Sirih (Piper betle) Terhadap Viabilitas Sel Tumor Adenocarcioma mammae mencit C3H secara invitro. Tesis Program Megister Ilmu Biomedik Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang. http://eprints.undip.ac.id/12287/1/2003MIB2415.pdf (diakses 2 Desember 2018).