Laporan Ol [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BBPK CILOTO Balai Besar Pelatihan Kesehatan Pelatihan Pelayanan Kefarmasian Bagi Tenaga Kefarmasian Di Puskesmas



LAPORAN ORIENTASI LAPANGAN UPT PUSKESMAS IBRAHIM ADJIE



Apt. Sari Handayani Putri, M.Farm UPT PUSKESMAS ARCAMANIK  Dinas Kesehatan Kota Bandung



0|Page



BAB I PENDAHULUAN



I.



LATARBELAKANG ORIENTASI LAPANGAN Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah Fasilitas Kesehatan



Tingkat Pertama (FKTP) yang bertanggungjawab atas kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya pada satu atau bagian wilayah kecamatan. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat dinyatakan bahwa Puskesmas berfungsi menyelenggarakan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) tingkat pertama. Pelayanan kefarmasian di Puskesmas merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan



dari



pelaksanaan



upaya



kesehatan.



Pelayanan



kefarmasian



merupakan pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dengan sediaan farmasi untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas, pelayanan kefarmasian di puskesmas meliputi 2 (dua) kegiatan, yaitu kegiatan yang bersifat manajerial berupa pengelolaan sediaan farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) dan kegiatan pelayanan farmasi klinik. Pelayanan kefarmasian di Puskesmas harus dilaksanakan oleh Tenaga Kesehatan



yang



memiliki



kompetensi



dan



kewenangan



untuk



melakukan



pekerjaan kefarmasian. Tenaga kesehatan termasuk tenaga kefarmasian harus bertanggung



jawab,



memiliki



etik



dan



moral



yang



tinggi,



keahlian,



dan



kewenangan yang secara terus menerus harus ditingkatkan mutunya, salah satunya melalui pelatihan. Observasi



Lapangan



(OL)



merupakan



bagian



dari



rangkaian



proses



pembelajaran, karena pada tahap ini dianggap sebagai suatu bentuk pengkayaan dari materi yang telah diajarkan. Tujuan yang hendak dicapai pada kegiatan ini adalah untuk memberikan kesempatan bagi peserta dalam melihat penerapan kegiatan pelayanan Kefarmasian Puskesmas rekomendasi



guna mendapatkan



lesson learnt yang dapat diaplikasikan di Puskesmas peserta masing-masing Selain untuk pencapaian tujuan diatas, OL juga mempunyai dasar pertimbangan berdasarkan teori yang mengatakan bahwa proses belajar dapat terjadi melalui 2 (dua) cara yang berbeda, yaitu :



APT. SARI HANDAYANI PUTRI, M.FARM



1



1. Belajar



melalui



pemahaman,



dimana



seseorang



mulai



belajar



ketika



munculnya pemahaman atau pengertian yang terjadi akibat adanya hubungan antara suatu hal dengan hal lainnya. Dalam kegiatan ini peserta OL akan mendapat banyak pengalaman lain tentang bagaimana penyelenggaraan pelayanan kefarmasian di Puskesmas rekomendasi. 2. Belajar melalui contoh, seseorang mulai belajar melalui pengamatannya terhadap tingkah laku orang lain dan secara tidak sadar orang tersebut kemudian meniru tingkah laku yang baru itu. Dalam kegiatan ini peserta akan banyak melihat berbagai macam gambaran contoh yang sesuai ataupun tidak sesuai dengan pedoman tentang pelayanan kefarmasian di Puskesmas pada umumnya secara langsung dan hal ini tentunya akan dapat memperkaya pengetahuan dan keterampilan peserta. II. TUJUAN ORIENTASI LAPANGAN 1. Tujuan Umum Setelah selesai melakukan OL, peserta mendapatkan pengalaman nyata tentang penerapan pelayanan kefarmasian di Puskesmas, sebagai satu pengalaman (lesson learnt) yang didapat dari proses pelatihan. 2. Tujuan Khusus Setelah selesai OL, peserta dapat: a. Mengetahui cara yang dilakukan Puskesmas dalam melakukan: 1) Pengelolaan Sediaan Farmasi dan BMHP diPuskesmas 2) Pelayanan Farmasi Klinik di Puskesmas b. Memotret dan mempelajari program inovasi pelayanan kefarmasian yang dilaksanakan Puskesmas serta latarbelakang dan metode inisiasi program inovasi tersebut III. WAKTU DAN TEMPAT Kegiatan PKL / Orientasi Lapangan dilakukan pada waktu dan tempat sebagai berikut : Waktu Pelaksanaan



: Hari Jumat, Tanggal 18 September 2020



Pukul



: 13.00-15.00 WIB



Tempat Pelaksanaan : UPT Puskesmas Ibrahim Adjie Dinas Kesehatan Kota Bandung Alamat



: Jl. Ibrahim Adjie No.88 Kebon Waru Kec. Batununggal



APT. SARI HANDAYANI PUTRI, M.FARM



2



Kota Bandung -Jawa Barat IV. PROSES OBSERVASI LAPANGAN Observasi



lapangan



dilakukan



melalui



dilakukan



secara



virtual



menggunakan aplikasi zoom meeting dan bantuan media video, selama kegiatan observasi dipandu dan diarahkan oleh apoteker Iis Rukmawati,M.MKes. Adapun tahapan dan alur yang disampaikan sebagai berikut : 1. Pengenalan dan kilasan tentang profil UPT Puskesmas Ibrahim Adjie 2. Penjelasan Proses Perencanaan Obat di UPT Puskesmas Ibrahim Adjie 3. Penjelasan Proses Penerimaan Obat di UPT Puskesmas Ibrahim Adjie 4. Penjelasan Proses Pendistribusian obat UPT Puskesmas Ibrahim Adjie 5. Penjelasan Proses Pengendalian Obat UPT Puskesmas Ibrahim Adjie 6. Penjelasan Proses Pencatatan, Pelaporan Obat UPT Puskesmas Ibrahim Adjie 7. Penjelasan Proses penyimpanan obat di Puskesmas UPT Puskesmas Ibrahim Adjie 8. Penjelasan Proses Pemantauan dan evaluasi Pasien di UPT Puskesmas Ibrahim Adjie 9. Pelaksanaan PIO bagi pasien di UPT Puskesmas Ibrahim Adjie 10. Pelaksanaan Konseling bagi pasien di UPT Puskesmas Ibrahim Adjie seluruh tahapan disampaikan dengan gambar dan penjelasan langsung, setiap pertanyaan tentang hal-hal yang kurang jelas atau tidak dipahami dapat ditanyakan pada kolom chat maupun sesi diskusi di hari berikutnya sesuai dengan jadwal yang telah dibuat.



APT. SARI HANDAYANI PUTRI, M.FARM



3



BAB II HASIL KEGIATAN OBSERVASI LAPANGAN



I.



PERENCANAAN KEBUTUHAN OBAT DAN PERBEKALAN KEFARMASIAN Perencanaan kebutuhan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai



(BMHP) di puskesmas setiap periode, dilaksanakan oleh apoteker atau tenaga teknis kefarmasian (TTK) pengelola ruang farmasi. Perencanaan obat yang baik dapat mencegah kekosongan atau kelebihan stok obat dan menjaga ketersediaan obat di puskesmas. Tahapan perencanaan kebutuhan obat dan BMHP meliputi : 1. pemilihan 2. pengumpulan data 3. memperkirakan kebutuhan periode yang akan datang ditambah stok penyangga 4. Menyusun dan menghitung rencana kebutuhan obat menggunakan metode yang sesuai. 5. Data pemakaian, sisa stok dan permintaan kebutuhan obat puskesmas dituangkan dalam Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) puskesmas. 6. Laporan pemakaian berisi jumlah pemakaian obat dalam satu periode dan lembar permintaan berisi jumlah kebutuhan obat puskesmas dalam satu periode. 7. LPLPO puskesmas menjadi dasar untuk rencana kebutuhan obat tingkat puskesmas dan digunakan sebagai data pengajuan kebutuhan obat ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Formulir data laporan penggunaan dan lembar permintaan obat (LPLPO) perencaan berdasarkan sumber anggaran : 1. APBN 2. APBD 3. Dana Alokasi Umum (DAU) 4. BLUD UPT Puskesmas Ibrahim Adji telah menerapkan sistem perencanaan terpadu, manfaat dari perencanaan terpadu adalah : 1. menghindari tumpang tindih penggunaan anggaran



APT. SARI HANDAYANI PUTRI, M.FARM



4



2. keterpaduan dalam evaluasi penggunaan dan perencanaan 3. kesamaan persepsi antara pemakaian obat dan penyedia anggaran 4. estimasi kebutuhan lebih tepat 5. koordinasi antar penyedia anggaran dan pemakaian obat 6. pemanfaatan dana pengadaan obat dapat lebih optimal II. PENGADAAN OBAT Pengadaan obat di puskesmas, dilakukan dengan dua cara yaitu dengan melakukan permintaan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan pengadaan mandiri (pembelian). Tujuan pengadaan di UPT Puskesmas Ibrahim Adjie seperti pada umumnya adalah : 1. tersedianya obat dan perbekalan kesehatan dengan jenis dan jumlah yang cukup sesuai kebutuhan pelayanan 2. mutu obat dan perbekalan kesehatan terjamin 3. obat dan perbekalan kesehatan dapat diperoleh pada saat diperlukan hal-hal yang harus diperhatikan daalm pengadaan : 1. kriteria obat dan perbekalan kesehatan 2. persyaratan pemasok 3. penentuan waktu pengadaan dan kedatangan obat 4. penerimaan dan pemeriksaan obat dan perbekalan kefarmasian 5. pemantauan status pemesanan III. PERMINTAAN OBAT Sumber penyediaan obat di puskesmas berasal dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Obat yang disediakan di Puskesmas harus sesuai dengan Formularium Nasional (FORNAS), Formularium Kabupaten/Kota dan Formularium Puskesmas. Permintaan obat puskesmas diajukan oleh kepala puskesmas kepada kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan format LPLPO. Permintaan obat dan perbekalan kefarmasian terbagi menjadi 2 yaitu : 1. Pemintaan rutin Dilakukan sesuai dengan jadwal yang disusun oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masing – masing puskesmas. 2. Permintaan khusus a. peningkatan kebutuhan



APT. SARI HANDAYANI PUTRI, M.FARM



5



b. terjadi kekosongan obat c. ada kejadian luar biasa IV. PENERIMAAN OBAT Penerimaan



sediaan



farmasi



dan



BMHP



dari



Instalasi



Farmasi



Kabupaten/Kota (IFK) dan sumber lainnya ke unit farmasi UPT Puskesmas Ibrahim Adjie merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan oleh apoteker atau tenaga teknis kefarmasian (TTK) penanggungjawab ruang farmasi. Apoteker dan TTK



penanggungjawab



ruang



farmasi



bertanggungjawab



untuk



memeriksa



kesesuaian jenis, jumlah dan mutu obat pada dokumen penerimaan. Pemeriksaan mutu meliputi pemeriksaan label, kemasan dan jika diperlukan bentuk fisik obat. Setiap obat yang diterima harus dicatat jenis, jumlah dan tanggal kadaluarsanya dalam buku penerimaan dan kartu stok obat. 1. Tablet : kemasan dan label; bentuk fisik tablet (warna, keutuhan tablet, basah, lengket) 2. Tablet salut : kemasan dan label; bentuk fisik ( warna, keutuhan tablet salut, basah, lengket) 3. Cairan : kemasan dan label; kejernihan, homogenitas; warna, bau, bentuk 4. Salep : kemasan dan label; homogenitas; warna, konsistensi 5. Injeksi : kemasan dan label; kejernihan untuk larutan injeksi; homogenitas untuk serbuk injeksi; warna 6. Sirup kering : kemasan dan label; warna, bau, penggumpalan 7. Suppositoria : kemasan dan label; konsistensi; warna V. PENYIMPANAN OBAT DI PUSKESMAS Tujuan penyimpanan adalah untuk memelihara mutu sediaan farmasi, menghindari penggunaan yang tidak bertanggungjawab, menjaga ketersediaan, serta



memudahkan



pencarian



dan



pengawasan.



hal-hal yang menjadi perhatian dan di aplikasikan di UPT Puskesmas Ibrahim Adjie untuk memastikan penyimpanan aman adalah : 1. Area penyimpanan 2. Rak/lemari 3. Bentuk sediaan 4. Kelas terapi 5. Rotasi FEFO



APT. SARI HANDAYANI PUTRI, M.FARM



6



6. Penyimpanan dalam cold chain 7. Lemari narkopis 8. High alert 9. LASA 10.B3 11.AC untuk menjaga suhu ruangan dengan diseuaikan kebutuhan pada pengaturan suhu dibawah 25o C (20-25oC) suhu sejuk 8-15oC suhu dingin 2-8oC 12.Penandaan obat kadaluarsa VI. PENDISTRIBUSIAN OBAT Pendistribusian adalah kegiatan pengeluaran dan penyerahan sediaan farmasi dan BMHP dari puskesmas induk untuk memenuhi kebutuhan pada jaringan pelayanan puskesmas dan unit layanan. jaringan yang dimiliki UPT Puskesmas Ibrahim Adjie diantaranya : 1. pustu / jejaring 2. pusling 3. posyandu 4. polides VII. PEMUSNAHAN Sediaan farmasi kadaluarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan bentuk sediaan. pemusnahan dan penarikan sediaan farmasi dan BMHP yang tidak dapat digunakan harus dilaksnakan denagn cara yang sesuai undangundang. tahapan pemusnahan yang dilakukan di UPT Puskesmas Ibrahim Adjie adalah : 1. membuat daftar obat dan perbekalan yang akan dimusnahkan 2. menyiapakn berita acara 3. koordinasi jadwal 4. tempat pemusnahan pihak terkait pemusnahan obat kadaluarsa atau rusak di UPT Puskesmas Ibrahim Adjie dengan pembelanjaan menggunakan dana APBD/APBN di puskesmas dilakukan oleh : 1. Puskesmas 2. Dinkes kota 3. Dinkes provinsi



APT. SARI HANDAYANI PUTRI, M.FARM



7



4. BPOM VIII. PENGENDALIAN OBAT Pengendalian



persediaan



adalah



suatu



kegiatan



untuk



memastikan



ketersediaan obat dan BMHP. Tujuan pengendalian agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan obat dan BMHP di jaringan pelayanan puskesmas. Pengendalian persediaan obat terdiri dari: 1. Pengendalian ketersediaan; 2. Pengendalian penggunaan; 3. Penanganan ketika terjadi kehilangan, kerusakan, dan kedaluwarsa. Strategi pengendalian di unit farmasi UPT Puskesmas Ibrahim Adjie adalah : 1. FEFO 2. Obat Emergensi IX. PENCATATAN, PELAPORAN OBAT Pencatatan



dan



pelaporan



merupakan



bagian



dari



administrasi



kefarmasian, di unit farmasi UPT Puskesmas Ibrahim Adjie pencatatan dilakukan dengan manual dan digital. Pencatatan merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk memonitor keluar dan masuknya obat di Puskesmas. adminiistrasi pencatatan yang tersedia diantanya : 1. Kartu Stok 2. Buku Penerimaan 3. Buku Pengeluaran Pelaporan adalah kumpulan catatan dan pendataan kegiatan administrasi sediaan farmasi, tenaga dan perlengkapan kesehatan yang disajikan kepada pihak yang berkepentingan. Jenis laporan yang dibuat oleh tenaga kefarmasian puskesmas meliputi: 1. LPLPO (Dinas; BLUD; Hibah) 2. Laporan Obat Rusak/Kadaluarsa 3. Laporan Psikotipika Dan Narkotika 4. Laporan Ketersediaan Obat Dan Vaksin 5. Laporam Kesesuaian Dengan Formularium 6. Laporan PIO dan konseling 7. Laporan penggunaan obat rasional (POR) 8. Laporan obat program



APT. SARI HANDAYANI PUTRI, M.FARM



8



9. Laporan Monitoring Efek Samping Obat (MESO) X. PEMANTAUAN DAN EVALUASI 1. menurunkan insiden keselamatanpasien dalam medication error 2. meningkatkan mutu pelayann dan keselamatan pasien 3. meminimalkan potensi terjadinya kerugian 4. menanggapi pihak yang mengalami cedera denagn segera dan selayaknya 5. mengantisipasi dan merencanakan pertanggungjawaban jika terjadi kerugian 6. membantu praktisi kesehatandan lembaga terkait untuk dapat menelusuri kesalahan obat XI. PELAYANAN FARMASI KLINIK Pelayanan farmasi klinik merupakan pelayanan yang langsung dan bertanggungjawab yang diberikan kepada pasien dalam rangka meningkatkan outcome terapi dan meminimalkan risiko terjadinya efek samping karena Obat, untuk tujuan keselamatan dan menjamin kualitas hidup pasien. 1. konsep farmasi klinik a. peningkatan kualitas dan kolaborasi b. penetapan prioritas pelayanan farmasi klinik c. kebutuhan pasien 2. dispensing obat a. pengkajian resep b. penyiapan dan pemberian obat 3. pemantauan efektifitas terapi obat Tujuannya adalah Meningkatkan efektivitas terapi dan meminimalkan risiko Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD) dan Manfaatnya adalah Meminimalkan risiko Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD) dan efisiensi biaya. a. pemantauan terapi obat b. monitoring efek samping obat c. kolaborasi interpersonal 4. pelayanan informasi obat Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan penyediaan dan pemberian informasi dan rekomendasi obat yang dilakukan oleh apoteker



APT. SARI HANDAYANI PUTRI, M.FARM



9



kepada dokter, perawat, profesi kesehatan lainnya serta pasien dan pihak lain di luar Puskesmas. a. bentuk kegiatan PIO b. petugas PIO c. persiapan d. pelaksanaan e. evaluasi 5. konseling Konseling obat merupakan salah satu metode edukasi pengobatan secara tatap muka atau wawancara dengan pasien dan/atau keluarganya yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pasien yang membuat terjadi perubahan perilaku dalam penggunaan obat. a. tahap kegiatan konseling b. faktor yang perlu diperhatikan



APT. SARI HANDAYANI PUTRI, M.FARM



10



BAB 3 LESSON LEARNT



Secara umum UPT Puskesmas Ibrahim Adjie telah melaksanakan sistem manajerial dan pengelolaan perbekalan kefarmasian sesuai dengan standar pelayanan kefarmasian di puskesmas. Apoteker penanggung jawab yang memiliki wawasan luas sangat membantu seluruh proses pembangunan sistem pengelolaan berbekalan kefarmasian yang baik dan benar sampai dengan pelayanan klinik yang bertanggungjawab. dengan demikian menjadi bahan motivasi sejawat sekalian untuk dapat terus melakukan pengembangan diri dan peng-upgrade-tan ilmu agar mampu membawa pembaharuan dan melepaskan stigma negatif bagi petugas maupun pelayanan yang ada di puskesmas khususnya pelayanan kefarmasian. Dari hasil orientasi yang didapatkan di UPT Puskesmas Ibrahim adjie ada beberapa hal yang menjadi perhatian diantaranya : 1. Pembuatan LPLPO Berdasarkan Jenis/Sumber Anggaran 2. Inovasi Etiket 3. Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat Dengan Program “Mapay Lembur” 4. Kegiatan Kesehatan Tradisional oleh Petugas Farmasi 5. Form Permintaan Obat Dan BMHP Oleh Tenaga Bukan Dokter 6. Form Pemakaian BMHP Di Unit Gawat Darurat 7. Konseling Online Untuk Pasien Prolanis tentu masih banyak lagi hal yang dapat digali disana semoga setelah pelatihan ini saya dapat menjadi apoteker puskesmas yang memiliki wawasan kefarmasian jauh lebih baik, penuh tanggungjawab dan dedikasi tinggi. Unit kerja saya saat ini UPT Puskesmas Arcamanik dengan UPT Puskesmas Ibrahim adjie berada dalam satu naungan yang sama yaitu dinas kesehatan kota bandung, memiliki karakteristik yang hampir mirip harapannya apa yang belum kami laksanakan dapat terealisasi agar mutu dan pelayanan yang kami berikan untuk masyarakat menjadi lebih baik.



APT. SARI HANDAYANI PUTRI, M.FARM



11