Laporan Patsis Nekropsi Pada [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Ayam broiler merupakan jenis ternak yang sangat peka terhadap berbagai bentuk stresor (fisik maupun psikis), termasuk terhadap stress panas (heat stress). Indonesia adalah negara beriklim tropis, dimana permasalahan cuaca menjadi faktor predisposisi yang penting untuk berbagai penyakit.Suhu udara yang tinggi sering berimbas pada produktivitas ayam-ayam ras, termasuk ayam potong (broiler) (Prasetyo, 2010). Ayam pada dasarnya sudah memiliki kemampuan untuk mengembangkan kekebalan terhadap penyakit-penyakit tertentu. Kekebalan tubuh ayam terhadap penyakit dibagi menjadi dua yaitu kekebalan aktif dan pasif. Kekebalan aktif terjadi sebagai hasil dari reaksi terhadap penyakit atau vaksin. Kekebalan aktif berkembang lambat dan membutuhkan waktu relatif lebih lama. Sedangkan kekebalan pasif adalah kekebalan yang waktunya singkat dan diperoleh dari induk dalam bentuk kuning telur yang mengandung antibodi untuk membentuk kekebalan bagi ternak ayam yang sudah memiliki kekebalan aktif (Murtidjo, 1992). Adanya penyakit terjadi dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu agen penyakit, inang (ayam) dan lingkungan. Di alam, mikroorganisme selalu berinteraksi dalam keadaan harmoni (seimbang) apabila tubuh ternak mempunyai daya tahan yang tinggi terhadap infeksi mikroorganisme tersebut.Apabila terjadi perubahan yang menyebabkan ketidakseimbangan interaksi tersebut, misalnya menguntungkan di sisi mikroorganisme, dan merugikan kondisi hewan ternak yang dipelihara, maka terjadilah penyakit pada ternak dengan derajat yang bervariasi (Hadi, 2010). Nekropsi atau bedah bangkai hewan merupakan analogi dari autopsi pada manusia. Tindakan ini bertujuan untuk melakukan pemeriksaan yang cepat dan tepat melalui bedah bangkai secara sistematis dalam menetapkan diagnose pada beberapa sebab penyakit atau kematian dari sector hewan.kegunaan dari nekropsi ialah untuk menarik kesimpulan yang tepat sebagaimana data yang terkumpul berdasarkan anamnesa dan gejala klinis melalui visualisasi lesi organ. Nekropsi dilakukan pada hewan yang saat mati tidak lebih dari 6 jam karena jika hewan sudah lebih dari 6 jam akan kesulitan untuk mendiagnosa penyakit. Hewan yang mati lebih 6 jam akan membuat organ-organ dan musculus dapat memberikan hasil yang membingungkan dengan lesi patologis sebenarnya 1.2 Tujuan Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat memahami prosedur dalam melakukan Nekropsi pada ayam dan memahami abnormalitas pada organ yang dapat diamati pada saat nekropsi guna meneguhkan suatu diagnosa.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.1 Eutanasia Istilah euthanasia berasal dari bahasa Yunani yaitu “Euthanatos.” Eu berarti baik, tanpa penderitaan dan Thanatos berarti mati. Jadi dapat disimpulkan bahwa Euthanasia artinya mati dengan baik, atau mati dengan tanpa penderitaan atau mati cepat tanpa derita. Menurut kamus hukum, Euthanasia adalah menghilangkan nyawa tanpa rasa sakit untuk meringankan sakaratul maut seorang penderita yang tak ada kemungkinan sembuh lagi. Menurut pandangan dokter, Euthanasia adalah dengan sengaja tidak melakukan sesuatu untuk memperpanjang hidup seorang pasien atau sengaja melakukan sesuatu untuk memperpendek hidup atau mengakhiri hidup seorang pasien, dan dilakukan untuk kepentingan pasien sendiri.(Butcher, 2003)



2.2 Nekropsi Nekropsi (pemeriksaan postmortem) dilakukan untuk menentukan kausa penyakit dengan melakukan diskripsi lesi makroskopis dan mikroskopis dari jaringan dan dengan melakukan pemeriksaan serologis dan mikrobiologis yang memadai. Pemeriksaan postmortem dilakukan bila ditemukan adanya penurunan produksi, terdapat tanda-tanda yang jelas akan sakit atau diketahui adanya peningkatan jumlah kematian, dan atas permintaan klien (Butcher, 2003). Pada umumnya ada 2 macam cara nekropsi yaitu : (1). Seksi lengkap, dimana setiap organ atau jaringan dibuka dan diperiksa. (2) seksi tidak lengkap, bila kematian dan sakitnya hewan diperkirakan menderita penyakit yang sangat menular atau zoonosis (anthrax, AI, TBC, hepatitis dsb). Nekropsi harus dilakukan sebelum bangkai mengalami autolisis, jadi sekurang-kurang 6 – 8 jam setelah kematian (Butcher, 2003). Dilakukan Pemeriksaan dilakukan secara patologi anatomi tanpa bantuan pemeriksaan laboratorium. Sebelum melakukan nekropsi, diperiksa keadaan umum kadaver, status gizi, kulit, leleran dari lubang tubuh, adanya tumor atau bentukan abnormal lainnya, keadaan mata, pial, keadaan daerah kloaka (kotor, berdarah, luka) (Damayanti et al, 2012). Prosedur nekropsi / otopsi (Damayanti et al, 2012): 1. Kadaver dibasahi dengan air terlebih dahulu untuk menghindari bulu tidak beterbangan, karena hal tersebut dapat menyebabkan pencemaran. 2. Melakukan pembedahan diutamakan pada organ yang biasanya mengalami perubahan menciri. 3. Membuat irisan melintang pada kulit daerah abdomen, lalu kulit ditarik ke bagian anterior dan irisan tersebut diteruskan ke daerah thorakssampai mandibula. Irisan pada kulit juga diteruskan ke bagian posterior di daerah abdomen. 4. Memperhatikan warna, kualitas, dan derajat dehidrasi dari jaringan sub-kutan dan otototot dada.



5. Membuat irisan melintang pada dinding peritoneum, di daerah ujung sternum (procesus xyphoideus) ke arah lateral. Membuat suatu irisan longitudinal di daerah abdomen melalui linea mediana ke arah posterior sampai daerah kloaka, untuk membuka cavum abdominalis. 6. Memeriksa kantung udara di daerah abdominalis dan thorakalis. Dan memeriksa letak berbagai organ di dalam cavum thorax dan abdominalis sesuai posisinya tanpa menyentuh organ tersebut. 7. Memperhatikan kemungkinan terhadap adanya cairan, eksudat, transudat atau darah di dalam rongga perut dan rongga dada. 8. Saluran pencernaan dikeluarkan dengan memotong oesophagus pada bagian proksimal proventrikulus. menarik seluruh saluran pencernaan ke arah posterior dengan memotong mesenterium sampai pada daerah kloaka. memeriksa bursa fabrisius terhadap abnormalitas tertentu. 9. Mengeluarkan hati, kantung empedu, limpa dan melakukan pemeriksaan. 10. Membuat irisan secara longitudinal pada proventrikulus, ventrikulus, intestinum tenue, coecum, colon dan cloaka.Periksa terhadap kemungkinan adanya lesi dan penyakit. 11. Kadaver dibalik hingga kepala menghadap operator. 12. Membuat irisan pada sisi kiri sudut mulut, diteruskan ke pharynx, oesophagus dan ingluvies. Memeriksa terhadap adanya abnormalitas pada organ tersebut. 13. Mengamati dan mencatat semua perubahan patologik yang ditemukan.



2.3 Ayam Broiler Broiler adalah istilah untuk menyebutkan strain ayam hasil budidaya teknologi yang memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat, konversi pakan yang baik dan dapat dipotong pada usia yang relatif muda sehingga sirkulasi pemeliharaannya lebih cepat dan efisien serta menghasilkan daging yang berkualitas baik. Ayam broiler dapat digolongkan kedalam kelompok unggas penghasil daging artinya dipelihara khusus untuk menghasilkan daging. Umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut: kerangka tubuh besar, pertumbuhan badan cepat, pertumbuhan bulu yang cepat, lebih efisien dalam mengubah ransum menjadi daging (Murtidjo, 1992).



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN



4.1 Hasil No 1 Esophagus



Hasil Pengamatan Organ



Keterangan Normal, tidak mengalami perubahan patologis.



2



Trakea



Normal, tidak mengalami perubahan patologis



3



Jantung



Normal, tidak mengalami perubahan patologis



4



Usus



Normal, tidak mengalami perubahan patologis



5



Proventrikulus dan Ventrikulus



Normal, tidak mengalami perubahan patologis



7



Paru



Normal, tidak mengalami perubahan patologis



8



Lien



Mengalami perubahan patologis, warna pada lien tidak merata dan



9



Ginjal



Normal, tidak mengalami perubahan patologis



10



Hepar



Mengalami pembengkakan pada hepar.



4.2 Pembahasan 4.2.1 Fowl Thypoid Dari praktikum nekropsi yang dilakukan kami mendiagnosa bahwa ayam mengalami fowl thypoid. Fowl typhoid merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella enterica subspecies enterica serovars Gallinarum biovars Gallinarum yang terdistribusi di seluruh dunia. Penyakit ini dapat menyebabkan kematian pada unggas semua golongan umur. Ayam paling sering menderita penyakit ini, namun unggas lain seperti kalkun, burung gereja, burung kakatua dan burung kenari juga dapat terinfeksi (Pudjiatmoko, 2014) Gejala Klinis Kondisi septisemia dapat terlihat, peningkatan angka mortalitas dan penurunan kualitas unggas yang dihasilkan dari telur terinfeksi. Unggas yang lebih tua menunjukkan gejala anemia, depresi, kesulitan bernapas, dan diare. Kematian paling tinggi ditemukan pada unggas umur 2-3 minggu (Pudjiatmoko, 2014).



Pada ayam dara dan dewasa, letupan penyakit yang bersifat akut pada ayam dewasa ditandai oleh penurunan konsumsi pakan yang drastis, sayap menggantung, bulu berdiri, daerah facial pucat dan balung yang mengerut. Kematian dapat terjadi dalam waktu 4 hari pasca infeksi, walaupun biasanya terjadi sekitar 5-10 hari (Pudjiatmoko, 2014). Patologi Lesi yang ditimbulkan pada hati dapat berupa pembengkakan, rapuh, dan berwarna seperti empedu tanpa adanya fokal nekrosa. Pembengkakan juga terjadi pada limpa dan ginjal, anemia serta enteritis. Dan terjadi pula, hepar mengalami pembengkakan, berwarna merah tua (Pudjiatmoko, 2014) Diagnosa Pada ayam ini perlu dilakukan diagnose lanjutan sehingga dapat memastikan dengan benar bahwa ayam mengalami penyakit ini, diagnosa dapat dilakukan dengan serologis dan biokimia. Pemeriksaan molekular dapat dilakukan untuk membedakan antara S.gallinarum dengan S.pullorum (Pudjiatmoko, 2014).



BAB V PENUTUP



5.1 Kesimpulan Nekropsi dilakukan untuk menentukan kausa penyakit dengan melakukan diskripsi lesi makroskopis dan mikroskopis dari jaringan dan dengan melakukan pemeriksaan serologis dan mikrobiologis yang memadai. Pada praktikum nekropsi ayam yang telah dilaksanakan, pada pemeriksaan luar ayam tidak mengalami kelainan dan ketika dilakukan nekropsi dan pengambilan organ serta pengamatan, organ-organ pada ayam pada bagian hepar mengalami pembengkakan dan limpa mengalami perubahan warna yang berbeda pada keadaan normal, dan kami mendiagnosa jika ayam tersebut mengalami fowl thypoid, tetapi perlu dilakukan diagnosa lebih lanjut untuk mengetahui bahwa benar ayam tersebut mengalami penyakit tersebut.



5.2 Saran Disarankan kepada anggota praktikum dapat melaksanakan praktikum dengan baik dan dapat memahami prosedur nekropsi pada ayam dengan baik, sehingga dapat mendiagnosa penyakit suatu ayam.



DAFTAR PUSTAKA



Butcher G.D , Richard D.M, 2003. Avian Necroppsy Techniques. Philadelphia London Montreal J.B. Lippincott Company. Damayanti, Yunny, Ida Bagus Oka Winaya, Mas Djoko Rudyanto. 2012. Evaluasi Penyakit Virus Pada Kadaver Broiler Berdasarkan Pengamatan Patologi Anatomi Di Rumah Pemotongan Unggas. Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana. Bali. Hadi, UK. 2010. Pelaksanaan Biosekuriti Pada Peternakan Ayam. Bagian Parasitologi dan Entomologi Kesehatan .Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. Bogor Murtidjo, BA. 1992. Pengendalian Hama Dan Penyakit Ayam. Kanisius.Yogyakarta. Prasetyo, H. 2010. Jumlah Total dan Hitung Jenis Leukosit Pada Ayam Potong yang Terpapar Heat Stress. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Airlangga. Surabaya. Pudjiatmoko Dkk. 2014. Manual Penyakit Unggas Cetakan Ke-2. Jakarta: Kementerian Pertanian.