Laporan PBB Paving [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM PBB Pembuatan Paving dan Batako Kelompok VI – Bangunan Air 2010



BAB II PAVING BLOCK 2.1Pendahuluan. Paving block merupakan produk bahan bangunan dari semen yang digunakan sebagai salah satu alternatif penutup atau pengerasan permukaan tanah. Paving block dikenal juga dengan sebutan bata beton (concrete block) atau cone block. Berdasarkan SNI 03-0691-1996,paving block (bata beton) adalah suatu komposisi bahan bangunan yang dibuat dari campuran semen portland atau bahan perekat hidrolis sejenisnya, air dan agregat dengan atau tanpa bahan lainnya yang tidak mengurangi mutu bata beton. Sebagai bahan penutup dan pengerasan permukaan tanah, paving block sangat luas penggunaannya untuk berbagai keperluan, mulai dari keperluan yang sederhana sampai penggunaan yang memerlukan spesifikasi khusus. Paving block dapat digunakan untuk pengerasan dan memperindah trotoar jalan di kota-kota, pengerasan jalan di komplek perumahan atau kawasan pemukiman, memperindah taman, pekarangan dan halaman rumah, pengerasan areal parkir, areal perkantoran, pabrik, taman dan halaman sekolah, serta di kawasan hotel dan restoran. Paving block bahkan dapat digunakan pada areal khusus seperti pada pelabuhan peti kemas, bandar udara, terminal bis, dan stasiun kereta. Di Indonesia penggunaan paving block sudah banyak dijumpai, seperti pada trotoar jalan dan alun-alun di ibukota provinsi atau kabupaten terlihat menggunakan paving block. Di antara berbagai macam alternatif penutup permukaan tanah, paving block lebih memiliki banyak variasi baik dari segi bentuk, ukuran, warna, corak dan tekstur permukaan, serta kekuatan. Penggunaan paving block juga dapat divariasikan dengan jenis paving atau bahan bangunan penutup tanah lainnya.



2.1.1 Tujuan Pembelajaran 







Tujuan Pembelajaran Umum  Mahasiswa mampu membuat paving dengan alat cetak manual dan masinal Tujuan Pembelajaran Khusus  Mahasiswa mampu membuat komposisi bahan material penyusun paving  Memahami langkah kerja pembuatan paving manual  Memahami langkah kerja pembuatan paving masinal  Memahami perawatan paving sebelum digunakan



11



LAPORAN PRAKTIKUM PBB Pembuatan Paving dan Batako Kelompok VI – Bangunan Air 2010



2.1.2 Manfaat Praktikum  



Pada setiap praktikum tentunya memiliki manfaat bagi mahasiswa antara lain: Mahasiswa dapat menambah wawasan dan kemampuan untuk pengetahuan praktikum pembuatan paving Mahasiswa dapat mengetahui tujuan dari setiap praktikum yang telah dilakukan



2.2Tinjauan Pustaka. 12



LAPORAN PRAKTIKUM PBB Pembuatan Paving dan Batako Kelompok VI – Bangunan Air 2010



2.2.1 Pembahasan Umum Paving block mulai dikenal dan dipakai di Indonesia terhitung sejak tahun 1977/1978, dimulai dengan pemasangan trotoar di Jalan Thamrin dan untuk terminal bis Pulau gadung, keduanya di Jakarta. Sekarang pemakaiannya sudah tersebar di seluruh kota di Indonesia, baik digunakan sebagai tempat parkir, terminal, jalan setapak dan juga perkerasan jalan di kompleks-kompleks perumahan serta untuk keperluan lainnya. Menurut Balai Lingkungan, permukaan paving block merupakan suatu elemen bahan bangunan yang dibuat dari campuran semen hidrolis atau sejenisnya, agregat dan air dengan atau tanpa tambahan lainnya yang tidak mengurangi mutu beton tersebut. Pada prinsipnya paving block mengalirkan air hujan dipermukaan ke lapisan pasir dibawahnya melalui celah-celah antara paving block, mengurangi erosi tanah, khususnya pada tanah yang miring dan menghambat penguapan air tanah dibawahnya, sehingga dapat menjaga kelembaban dan keseimbangan air tanah. Dalam penggunaan aspal, proses penyerapan air hujan kedalam tanah sangat tidak efektif dan cepat menimbulkan kerusakan pada permukaan jalan sehingga pada musim hujan banyak terjadi genangan yang memungkinkan timbulnya banjir, hal ini disebabkan karena aspal kedap terhadap air dari permukaan kelapisan vertikal ke bawah dengan baik, sehingga sebagai sand bedding dapat menjadi permukaan jalan dengan tebal tertentu.



2.2.2



Definisi Paving block adalah salah satu elemen bahan bangunan dengan suatu komposisi bahan bangunan yang dibuat dari campuran semen atau bahan hidrolis lainnya. Seperti air dan agregat dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya yang tidak mengurangi mutu paving block itu sendiri (SNI 03-0691-1996).Dalam hal ini perekat hidrolis yang sering dipakai adalah semen. Paving dapat berwarna seperti warna aslinya atau diberi warna pada komposisinya dan digunakan untuk lantai, baik didalam maupun diluar bangunan.



2.2.3



Syarat Mutu Paving block untuk lantai harus memenuhi persyaratan SNI 03-0691-1996 adalah sebagai berikut : a. Sifat Tampak paving block untuk lantai harus mempunyai bentuk yang sempurna, tidak terdapat retak-retak dan cacat, bagian sudut dan rusuknya tidak mudah direpihkan dengan kekuatan jari tangan. b. Bentuk dan Ukuran Bentuk dan Ukuran Paving Block untuk lantai dapat tergantung dari persetujuan antara pemakai dan produsen setiap produsen harus memberikan penjelasan tertulis 13



LAPORAN PRAKTIKUM PBB Pembuatan Paving dan Batako Kelompok VI – Bangunan Air 2010



mengenai bentuk, ukuran dan konstruksi pemasangan paving block. Paving block harus mempunyai ukuran tebal minimum 60 mm dengan toleransi ±8% c. Sifat Fisik paving block harus mempunyai mutu kuat tekan dan penyerapan air seperti pada tabel (SNI 03-0691-1996) paving block dapat diklasifikasikan sesuai dengan mutunya sebagai berikut :



-



- Paving block mutu A Adalah paving block yang digunakan untuk jalan. Paving block mutu B Adalah paving block yang digunakan untuk pelataran jalan. Paving block mutu C Adalah paving block yang digunakan untuk pejalan kaki. Paving block mutu D Adalah paving block yang digunakan untuk taman dan penggunaan lainnya.



Beberapa hal yang dapat mempengaruhi mutu paving block adalah sebagai berikut : - Bahan yang digunakan - Mutu dan komposisi materialnya - Metodologi pelaksanaan pembuatan - Proses perawatan setelah dicetak hingga umur tertentu untuk bisa digunakan.



2.3.6



Pengujian Paving Block. Setelah benda uji dilakukan pemeliharaan makadilakukan uji kuat tekan, ketahanan aus dan resapan air.



14



LAPORAN PRAKTIKUM PBB Pembuatan Paving dan Batako Kelompok VI – Bangunan Air 2010



1. Pengujian Kuat Tekan Maksud dari uji kuat tekan adalah untuk mengetahui kuat tekan dari benda uji di laboratorium. Uji tekan ini dilakukan dengan cara memberikan tekanan pada benda uji hingga hancur dengan alat uji tekanan pada benda uji hingga hancur dengan alat uji tekan. Manfaat dari hasil uji tekan hancur adalah untuk menentukan evaluasi paving block Uji tekan hancur dilakukan terhadap tiga buah benda uji pada umur 28 hari. Kuat tekan benda uji dihitung dengan membagi beban tekan maksimum (pada waktu uji tekan hancur) dengan luas bidang tekan benda uji, dan dinyatakan kg/cm2 Kuat tekan paving block berdasarkan SNI 03-0691-1996 dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : Kuat tekan = P x koef 1,06 A Keterangan : P : Besarnya beban tekan (kg) A : Luas permukaan bidang tekan 1,06 : koefisien tebal paving block 2. Pengujian Resapan Air Maksud dari uji resapan air adalah untuk mengetahui banyaknya air yang dapat diserap oleh paving block. Pengujian ini dilakukan dengan cara merendam paving block dalam air selama 1 hari hingga jenuh. Kemudian ditimbang beratnya pada kondisi SSD (Satured Surface Dry) kemudian di oven selama 24 jam pada suhu 105°c sampai beratnya pada dua kali penimbangan berselisih tidak lebih dari 0,2 % penimbangan terdahulu. Manfaat dari hasil uji penyerapan air adalah sebagai data untuk menentukan evaluasi mutu paving. Resapan air dihitung sesuai SNI 0819-B3 dengan rumus sebagai berikut : Resapan air = A –B x 100% B Keterangan : A : Berat paving basah (gram) B : Berat Paving Kering (gram)



3. Pengujian Ketahanan Aus Maksud uji aus ini adalah untuk mengetahui besarnya nilai ketahanan aus. Uji ketahanan aus ini dilakukan terhadap 3 benda uji Besarnya nilai ketahanan Aus dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : Keausan = A x 10 ( cm/menit) Bj x L x W 15



LAPORAN PRAKTIKUM PBB Pembuatan Paving dan Batako Kelompok VI – Bangunan Air 2010



Keteranagan : A : Selisih berat yang hilang setelah uji keausan ( gr) Bj : Berat Jenis ( gram/cm3) Berat Jenis : SSD SSD – Berat dalam air SSD = Satured Surface Dry (Kering Permukaan) L : luas Permukaan (cm2) W : Waktu pengujian ( menit) Keseluruhan pengujian paving Block dilakukan di laboratorium uji beton kampus D3 Teknik Sipil ITS Surabaya



2.4 Gambar Kerja Pelaksanaan Praktek dan Hasil Praktek



16



LAPORAN PRAKTIKUM PBB Pembuatan Paving dan Batako Kelompok VI – Bangunan Air 2010



17



LAPORAN PRAKTIKUM PBB Pembuatan Paving dan Batako Kelompok VI – Bangunan Air 2010



2.5



HASIL DAN EVALUASI



2.5.1



Faktor Kegagalan dan Kesulitan Dalam Pelaksanaan Pembuatan Paving Manual dan Masinal Dalam praktikum tentunya terdapat faktor kesulitan dan faktor kegagalan. Oleh karena itu pada laporan iini akan disampaikan faktor kesulitan dan faktor kegagalan pada pelaksanaan pembuatan paving manual. Sedangkan pada pembuatan paving masinal tidak ditemukan faktor kesulitan maupun kegagalan. 1. Faktor kesulitan pembuatan paving manual 18



LAPORAN PRAKTIKUM PBB Pembuatan Paving dan Batako Kelompok VI – Bangunan Air 2010



-



-



Menentukan kadar air sampai pada komposisi yang dinginkan. Campuran air dan bahan lain harus dimasukkan sedikit demi sedikit sampai homogeny. Komposisi 0,25-0,35 berat semen untuk kadar air tidak dapat digunakan karena bahan lain yang digunakan tidak dilakukan tes dulu (tes kadar air) dan bahan tersebut eksisting di lapangan kering, sehingga komposisi air dan bahan dianggap cukup bila campuran yang homogeny dipel kemudian dijatuhkan ± 1,2 m maka 2/3 bagian akan menyatu dan 1/3 bagian menyebar. Melepaskan cetakan paving manual Pelepasan paving harus presisi/sama pada setiap bagian dan bersama-sama. Jika salah satu cetakan pada saat pengangkatan tidak presisi maka paving akan sulit dilepas. Faktor lain penyebab kesulitan pelepasan paving dari cetakan yaitu karena pemadatan yang terlalu keras dan tidak rata.



2. Faktor kegagalan Paving akan retak bila pada saat pelaksanaan alat cetak tidak dibersihkan dan dilumasi dengan benar. Perlakuan saat pelepasan paving dari cetakan juga sangat mempengaruhi.



2.5.2



Uji Kuat tekan



Hasil Pengujian Paving Manual dan Masinal 1. Luas = 374,1 cm2 2. Luas = 200 cm2



NO



URAIAN



3. Luas = 215,25 cm2



PAVING MANUAL PAVING PAVING PAVING 19



LAPORAN PRAKTIKUM PBB Pembuatan Paving dan Batako Kelompok VI – Bangunan Air 2010



1 2 3 4



1 155500 374,1 1,06 440,60



Beban (P) (Kg) Luas Permukaan (A) (cm2) Koef tebal (K) Kuat tekan (kg/cm2)



2 35400 200 1,06 187,62



3 47400 215,25 1,06 233,42



Kuat tekan = P x K A Kuat tekan rata-rata Paving Manual =287,213 kg/cm2 Dari percobaan uji tekan Paving Manual diperoleh rata-rata nilai kuat tekan = 287,213 kg/cm2 Adanya paving dengan kuat tekan rendah karena paving tersebut mengalami keretakan NO 1 2 3 4



URAIAN Beban (P) (Kg) Luas Permukaan (A) (cm2) Koef tebal (K) Kuat tekan (kg/cm2)



PAVING MASINAL PAVING PAVING PAVING 1 2 3 24700 13000 26400 221 221 221 1,06 1,06 1,06 118,47 62,35 126,62



Kuat tekan = P x K A Kuat tekan rata-rata Paving Manual = 102,48 kg/cm2 Dari percobaan uji tekan Paving Manual diperoleh rata-rata nilai kuat tekan = 102,48 kg/cm2



2.5.3



Uji Resapan



No



Paving Masinal



Uraian



Paving 1



Paving 2



Paving 3



1



Berat Kering Permukaan A (gr)



3216,4



3174,8



3229,5



2



Berat Kering Oven B (gr)



3066,8



3035,3



3108,4



4,88



4,59



3,89



Penyerapan = A - B/B x 100%



20



LAPORAN PRAKTIKUM PBB Pembuatan Paving dan Batako Kelompok VI – Bangunan Air 2010



Resapan Paving 1



=



A−B B



x 100% =



3216,4−3066,8 3066,8



x 100% = 4,88 %



Resapan Paving 2



=



A−B B



x 100% =



3174,8−3035,3 3035,3



x 100% = 4,59 %



=



A−B B



x 100% =



3229,5−3108,4 3108,4



x 100% = 3,89 %



Resapan Paving 3



Resapan Air Rata - rata



=



A+ B+C 3



=



4,88+4,59+ 3,89 3



= 4,45 %



Dari hasil pengujian resapan diketahui bahwa prosentase resapan air = 4,45 % > 6 % maka paving tersebut masuk ke mutu B untuk peralatan parker.



2.5.4



No 1



Uji Keausan



Uraian Panjang diameter luar (cm)



Paving Masinal Paving 4 Paving 5 Paving 6 8 8 8 21



LAPORAN PRAKTIKUM PBB Pembuatan Paving dan Batako Kelompok VI – Bangunan Air 2010



2 3 4 5 6 7 8 9



10



Panjang diameter dalam (cm) Berat sebelum dites (gr) Berat setelah dites (gr) Selisih berat (3-4) (gr) (A) Luas permukaan aus (cm2) (L) Waktu pengujian (w) menit Berat SSD Berat dalam air Berat jenis=



SSD SSD−Berat dalamair



Keausan = 11



Keausan Rata-rata



=



1,5 3007 2999,5 7,5 132,665 5 3181,5 1734,5



1,5 3084,7 3076,8 7,9 132,665 5 3188,1 1738,4



1,5 3088,1 3078,9 9,2 132,665 5 3127,6 1662,4



2,2



2,2



2,2



0,051



0,054



0,063



(gr/cm3)



A .10 BJ . L. W



0,051+ 0,054+0,063 3



= 0,056



Dari hasil tes keausan rata-rata diperoleh hasil = 0,056 . Maka sesuai dengan SNI 03-0691-1996 masuk ke kriteria mutu A.



DAFTAR PUSTAKA 22



LAPORAN PRAKTIKUM PBB Pembuatan Paving dan Batako Kelompok VI – Bangunan Air 2010



SNI 03 – 0691 – 1996 Bata Beton (Paving Block) SII 0819 – 83 Bata Beton Untuk Lantai



23