Laporan Pendahuluan Abses Skrotum [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN ABSES SKROTUM DI RUANG INSTALASI BEDAH SENTRAL (IBS) RSUP SANGLAH TANGGAL 06 DESEMBER 2016 1.1 Tinjauan Teori Penyakit 1.1.1 Definisi Myoma Uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat. (Mansjoer, 2000). Myoma Uteri adalah tumor jinak otot rahim disertai jaringan ikatnya, sehingga dapat dalam bentuk padat karena jaringan ikatnya dominan dan lunak karena otot rahimnya dominan. (Manuaba, 1998). Menurut letaknya Myoma Uteri dapat dibagi menjadi 3 jenis (Prawirohardjo, 1999). 



Myoma Sub Mukosum Berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam uterus.







Myoma Intramural Myoma terdapat di dinding uterus diantara serabut miometrium.







Myoma Sub Serosum Apabila tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada permukaan uterus, diliputi oleh serosa.



1.1.2 Etiologi 



Etiologi pasti belum diketahui







Peningkatan reseptor estrogen-progesteron pada jaringan mioma uteri mempengarui pertumbuhan tumor







Faktor predisposisi yang bersifat herediter, telah diidentifikasi kromosom yang membawa 145 gen yang diperkirakan berpengaruh pada pertumbuhan fibroid. Sebagian ahli mengatakan bahwa fibroid uteri diwariskan dari gen sisi paternal.







Mioma biasanya membesar pada saat kehamilan dan mengecil setelah menopause jarang ditemukan sebelum menarke (Crum, 2005)



1.1.3 Tanda dan Gejala Gejala yang timbul sangat tergantung pada tempat mioma, besarnya tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi. Gejala yang mungkin timbul diantaranya: Perdarahan abnormal, berupa hipermenore, menoragia dan metroragia. Faktor-faktor yang menyebabkan perdarahan antara lain: 



Terjadinya hiperplasia endometrium sampai adenokarsinoma endometrium karena pengaruh ovarium







Permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasanya







Atrofi endometrium di atas mioma submukosum







Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya mioma di antara serabut miometrium







Rasa nyeri yang mungkin timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan. Nyeri terutama saat menstruasi







Pembesaran perut bagian bawah







Uterus membesar merata







Infertilitas







Perdarahan setelah bersenggama







Dismenore







Abortus berulang







Poliuri, retention urine, konstipasi serta edema tungkai dan nyeri panggul. (Chelmow, 2005)



1.1.4 Patofisiologi Penyebab terjadinya Myoma uteri belum diketahui secara pasti namun ada terdapat beberapa faktor predisposisi yang cenderung dapat meningkatkan terjadinya resiko myoma uteri antara lain adanya faktor keturunan dalam keluarga, myoma lebih sering didapat pada wanita nulipara atau yang kurang subur, oleh karena rangsangan terus menerus setiap bulan



dari hormon estrogen. Myoma uteri berasal dari sel imatur dalam miometrium. Karena adanya rangsangan yang terus menerus dari hormon estrogen maka sel imatur dalam miometrium berproliferasi yang lama kedalam membesar sehingga menimbulkan tumor. Sebagian besar myoma uteri ditemukan pada masa reproduksi, dan tidak dijumpai pada sebelum menarche serta akan mengalami pengecilan setelah menopause (Manuaba, 1998). Bila pada menopause tumor yang berasal dari myoma uteri masih tetap besar atau bertambah besar kemungkinan degenerasi ganas menjadi sarkoma uteri. Bila dijumpai pembesaran abdomen sebelum menarche, hal itu pasti bukan myoma uteri tetapi kista ovarium dan kemungkinan besar akan menjadi ganas. Myoma uteri dapat menimbulkan tanda dan gejala pada penderitanya berupa : 1. Teraba benjolan padat kenyal pada perut bagian bawah. Genetik



Nulipara



Wanita kurang



Rangsangan terus-



2. Perdarahan abnormal yang terjadi umumnya adalah : hipermenore, menoragia, dan dapat subur menerus setiap bulan dari juga terjadi metroragia yang dapat mengakibatkan anemia, pusing, cepat lelah, dan hormon estrogen mudah terjadi infeksi. 3. Bila menekan rahim menimbulkan rasa berat pada perut bagian bawah. Selperkemihan imatur dalammenimbulkan miometrium sukar miksi. 4. Bila menekan saluran berproliferasi



5. Bila menekan rectum menimbulkan konstipasi. 6. Bila menekan otot saraf Terus menimbulkan nyeri. berproliferasi Kehamilan dengan disertai myoma uteri menimbulkan resiko terjadi abortus lebih Sel dalam miometriumgangguan semakin membesar besar, persalinan prematuritas, saat proses persalinan, infertilitas karena tertutupnya saluran indung telur, kala tiga terjadi gangguan pelepasan plasenta dan perdarahan (Prawirohardjo, Myoma 1999 ; Manuaba, 1998.Degenerasi ganas uteri Torsi pada myoma



bertangkai dapat Komplikasi yang dapat menyertai myoma uteri adalah : degenerasi ganas, torsi pada menimbulkan nekrosis myoma yang bertangkai yang menimbulkan nekrosis (Prawirohardjo, 1999 ; Mansjoer, 2000).



Teraba Perdarahan benjolan padat abnomal kenyal pada Hipermenore perut bagian Menoragia bawah Metrofagia 1.1.5 Web Of Caution Anemia Pusing Cepat lelah Mudah terjadi infeksi



Menekan rahim



Rasa berat pada perut bagian bawah



Menekan saluran perkemihan



Menekan rectum



Sukar miksi



Konstipasi



Menekan otot syaraf Nyeri



1.1.6 Pemeriksaan Khusus dan Penunjang 1.



Pemeriksaan Darah Lengkap



Haemoglobin : turun Albumin



: turun



Lekosit Eritrosit 2.



: turun/meningkat : turun



USG Terlihat massa pada daerah uterus.



3.



Vaginal Toucher Didapatkan perdarahan pervaginam, teraba massa, konsistensi dan ukurannya.



4.



Sitologi Menentukan tingkat keganasan dari sel-sel neoplasma tersebut.,



5.



Rontgen Untuk mengetahui kelainan yang mungkin ada yang dapat menghambat tindakan operasi.



6.



ECG Mendeteksi kelainan yang mungkin terjadi, yang dapat mempengaruhi tindakan operasi



1.1.7 Penatalaksanaan 1. Penanganan mioma menurut usia, paritas, lokasi dan ukuran tumor Penanganan mioma uteri tergantung pada usia, paritas, lokasi dan ukuran tumor, dan terbagi atas : a) Penanganan konservatif Cara penanganan konservatif dapat dilakukan sebagai berikut : 1. Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan. 2. Monitor keadaan Hb 3. Pemberian zat besi 4. Penggunaan agonis GnRH untuk mengurangi ukuran mioma b) Penanganan operatif



Intervensi operasi atau pembedahan pada penderita mioma uteri adalah : 1. Perdarahan uterus abnormal yang menyebabkan penderita anemia 2. Nyeri pelvis yang hebat 3. Ketidakmampuan untuk mengevaluasi adneksa (biasanya karena mioma berukuran kehamilan 12 minggu atau sebesar tinju dewasa) 4. Gangguan buang air kecil (retensi urin) 5. Pertumbuhan mioma setelah menopause 6. Infertilitas 7. Meningkatnya pertumbuhan mioma (Moore, 2001). Jenis operasi yang dilakukan pada mioma uteri dapat berupa : a) Miomektomi Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma tanpa pengangkatan rahim/uterus (Rayburn, 2001). Miomektomi lebih sering di lakukan pada penderita mioma uteri secara umum. Penatalaksanaan ini paling disarankan kepada wanita yang belum memiliki keturunan setelah penyebab lain disingkirkan (Chelmow, 2005). b) Histerektomi Histerektomi adalah tindakan operatif yang dilakukan untuk mengangkat rahim, baik sebagian (subtotal) tanpa serviks uteri ataupun seluruhnya (total) berikut serviks uteri (Prawirohardjo, 2001). Histerektomi dapat dilakukan bila pasien tidak menginginkan anak lagi, dan pada penderita yang memiliki mioma yang simptomatik atau yang sudah bergejala. Ada dua cara histerektomi, yaitu : 1) Histerektomi abdominal, dilakukan bila tumor besar terutama mioma intraligamenter, torsi dan akan dilakukan ooforektomi 2) Histerektomi vaginal, dilakukan bila tumor kecil (ukuran < uterus gravid 12 minggu) atau disertai dengan kelainan di vagina misalnya rektokel, sistokel atau enterokel (Callahan, 2005). Kriteria menurut American College of Obstetricians Gynecologists (ACOG) untuk histerektomi adalah sebagai berikut : 1) Terdapatnya 1 sampai 3 mioma asimptomatik atau yang dapat teraba dari luar dan dikeluhkan oleh pasien.



2) Perdarahan uterus berlebihan, meliputi perdarahan yang banyak dan bergumpalgumpal atau berulang-ulang selama lebih dari 8 hari dan anemia akibat kehilangan darah akut atau kronis. 3) Rasa tidak nyaman di pelvis akibat mioma uteri meliputi nyeri hebat dan akut, rasa tertekan punggung bawah atau perut bagian bawah yang kronis dan penekanan pada vesika urinaria mengakibatkan frekuensi miksi yang sering (Chelmow, 2005). 2. Penatalaksanaan mioma uteri pada wanita hamil Selama kehamilan, terapi awal yang memadai adalah tirah baring, analgesia dan observasi terhadap mioma. Penatalaksanaan konservatif selalu lebih disukai apabila janin imatur. Seksio sesarea merupakan indikasi untuk kelahiran apabila mioma uteri menimbulkan kelainan letak janin, inersia uteri atau obstruksi mekanik. 1.1.8 Komplikasi Komplikasi yang dapat terjadi pada mioma uteri secara umum, yaitu: 1. Degenerasi ganas Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause. 2. Torsi (putaran tangkai) Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadi sindrom abdomen akut.



1.2 Konsep Asuhan Keperawatan 1.2.1 Pengkajian Keperawatan 1.2.2 Pengkajian adalah langkah awal dalam melakukan asuhan keperawatan secara keseluruhan. Pengkajian terdiri dari tiga tahapan yaitu ; pengumpulan data, pengelompakan data atau analisa data dan perumusan diagnose keperawatan (Depkes RI, 1991 ). 1. Pengumpulan Data. Pengumpulan data merupakan kegiatan dalam menghimpun imformasi (data-data) dari klien. Data yang dapat dikumpulkan pada klien sesudah



pembedahan Total Abdominal Hysterektomy and Bilateral Salphingo Oophorectomy (TAH-BSO ) adalah sebagai berikut : Usia : a. Mioma biasanya terjadi pada usia reproduktif, paling sering ditemukan pada usia 35 tahun keatas. b. Makin tua usia maka toleransi terhadap nyeri akan berkurang c. Orang dewasa mempunyai dan mengetahui cara efektif dalam menyesuaikan diri terutama terhadap perubahan yang terjadi pada dirinya akibat tindakan TAHBSO. 2.



3.



4.



5.



6.



Keluhan Utama Keluhan yang timbul pada hampir tiap jenis operasi adalah rasa nyeri karena terjadi torehant tarikan, manipulasi jaringan organ. Rasa nyeri setelah bedah biasanya berlangsung 24-48 jam. Adapun yang perlu dikaji pada rasa nyeri tersebut adalah pengkajian nyeri PQRST Riwayat Reproduksi a. Haid Dikaji tentang riwayat menarche dan haid terakhir, sebab mioma uteri tidak pernah ditemukan sebelum menarche dan mengalami atrofi pada masa menopause b. Hamil dan Persalinan 1) Kehamilan mempengaruhi pertubuhan mioma, dimana mioma uteri tumbuh cepat pada masa hamil ini dihubungkan dengan hormon estrogen, pada masa imi dihasilkan dalam jumlah yang besar. 2) Jumlah kehamilan dan anak yang hidup mempengaruhi psikologi klien dan keluarga terhadap hilangnya oirgan kewanitaan. Data Psikologi. Pengangkatan organ reproduksi dapat sangat berpengaruh terhadap emosional klien dan diperlukan waktu untuk memulai perubahan yang terjadi. Organ reproduksi merupakan komponen kewanitaan, wanita melihat fungsi menstruasi sebagai lambang feminitas, sehingga berhentinya menstruasi bias dirasakan sebgai hilangnya perasaan kewanitaan. Perasaan seksualitas dalam arti hubungan seksual perlu ditangani . Beberapa wanita merasa cemas bahwa hubungan seksualitas terhalangi atau hilangnya kepuasan. Pengetahuan klien tentang dampak yang akan terjadi sangat perlu persiapan psikologi klien. Status Respiratori Respirasi bisa meningkat atau menurun . Pernafasan yang ribut dapat terdengar tanpa stetoskop. Bunyi pernafasan akibat lidah jatuh kebelakang atau akibat terdapat secret. Suara paru yang kasar merupakan gejala terdapat secret pada saluran nafas . Usaha batuk dan bernafas dalam dilaksalanakan segera pada klien yang memakai anaestesi general. Tingkat Kesadaran



7.



8.



Tingkat kesadaran dibuktikan melalui pertanyaan sederhana yang harus dijawab oleh klien atau di suruh untuk melakukan perintah. Variasi tingkat kesadaran dimulai dari siuman sampai ngantuk , harus di observasi dan penurunan tingkat kesadaran merupakan gejala syok. Status Urinari Retensi urine paling umum terjadi setelah pembedahan ginekologi, klien yang hidrasinya baik biasanya baik biasanya kencing setelah 6 sampai 8 jam setelah pembedahan. Jumlah autput urine yang sedikit akibat kehilangan cairan tubuh saat operasi, muntah akibat anestesi. Status Gastrointestinal Fungsi gastrointestinal biasanya pulih pada 24-74 jam setelah pembedahan, tergantung pada kekuatan efek narkose pada penekanan intestinal. Ambulatori dan kompres hangat perlu diberikan untuk menghilangkan gas dalam usus.



1.2.1.5 Pemeriksaan Fisik a. Kepala Kaji bentuk kepala, simetris, massa, ada tidaknya nyeri kepala, kulit kepala, rambut. b. Mata Terdapat gangguan seperti konjungtiva anemis (jika terjadi perdarahan), kesimetrisan mata kanan dan kiri, isokor/anisokor pada pupil, warna sklera. c. Hidung Kaji adanya pernafasan cuping hidung, sekret yang keluar dari hidung. d. Mulut Kaji adanya pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan, mukosa mulut, stomatitis. e. Telinga Tidak ada lesi atau nyeri tekan, kaji adanya serumen. f. Leher Kesimetrisan leher, kaji adanya massa dan reflek menelan. g. Thoraks/Paru Inspeksi : Pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya tergantung pada riwayat penyakit klien yang berhubungan dengan paru. Palpasi : Pergerakan sama atau simetris. Perkusi : Suara sonor, tak ada redup atau suara tambahan lainnya. Auskultasi : Suara nafas normal, tak ada wheezing, atau suara tambahan lainnya seperti stridor dan ronchi. h. Jantung Inspeksi : tampak/tidaknya iktus jantung. Palpasi : Nadi meningkat, iktus teraba/tidak. Perkusi : Auskultasi : Suara S1 dan S2 tunggal, kaji adanya mur-mur. i. Abdomen



Inspeksi : Bentuk datar, simetris. Palpasi : Kaji ada tidaknya nyeri tekan. Perkusi : Suara thympani, ada pantulan gelombang cairan/tidak. Auskultasi : Kaji bising usus per menit j. Sistem Integumen Kaji ada tidaknya edema, nyeri tekan, adanya luka, pendarahan. k. Inguinal-Genetalia-Anus Kaji ada tidaknya kesuliatan BAB. l. Muskuloskeletal Kaji ada tidaknya nyeri tekan, benjolan dan pembengkakan.



1.2.3 Diagnosa Keperawatan DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL 1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis (kanker serviks) dan agen injuri fisik (jika dilakukan terapi pembedahan) 2. PK : Anemia 3. Cemas b.d krisis situasional (histerektomi atau kemoterapi), ancaman terhadap konsep diri, perubahan dalam status kesehatan, stres, 4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis (status hipermatebolik berkenaan dengan kanker) dan faktor psikososial 5. Resiko infeksi dengan faktor resiko ketidakadekuatan pertahanan sekunder; ketidakadekuatan pertahanan imun tubuh; imunosupresi (kemoterapi), dan prosedur invasi 6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit; keterbatasan kognitif (dilihat dari tingkat pendidikan); misinterpretasi dengan informasi yang diberikan ; dan tidak familiar dengan sumber informasi 7. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembedahan dan perubahan perkembangan penyakit 8. Gangguan eliminasi fekal : Konstipasi b.d menurunnya mobilitas intestinal 9. Retensi urin b.d penekanan yang keras pada uretra



1.2.4 Implementasi Keperawatan Dalam tahap ini akan dilakukan tindakan keperawatan yang disesuaikan dengan intervensi/perencanaan yang telah dibuat. 1.2.5 Evaluasi 1. Nyeri berkurang 2. Klien tidak mengalami anemia 3. Cemas teratasi 4. Ketidakseimbangan nutrisi terpenuhi 5. Resiko infeksi berkurang 6. Keluarga paham dan mengerti tindakan operasi yang dilakukan 7. Tidak ada gangguan citra tubuh 8. BAB klien tidak mengalami gangguan 9. Retensi urin tidak ada



DAFTAR PUSTAKA Bulechek, Gloria M. 2008. Nursing Interventions Classification (NIC) fifth edition. USA: Mosby Inc an Affiliate of Elservier. Callahan MD MPP, Tamara L. 2005. Benign Disorders of the Upper Genital Tract in Blueprints Obstetrics & Gynecology. Boston : Blackwell Publishing,



Chelmow.D. 2005. GynecologicMyomectomy Http://www.emedicine.com/med/topic331 9.html. Crum MD, Christopher P & Kenneth R. Lee MD. 2003. Tumors of the Myometrium in Diagnostic Gynecologic and Obstetric Pathology. Boston : Elsevier Saunders Herdman. T. Heather. 2011. Nanda Internasional Diagnosis Keperewatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: Kedokteran EGC. Manuaba IBG. 1998. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetric dan Ginekologi. Edisi 2. Jakarta : EGC Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi3. Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI Moorhead, Sue. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC) fifth edition. USA: Mosby Inc an Affiliate of Elservier. Moore JG. 2001. Essensial obstetri dan ginekologi. Edisi 2. Jakarta : Hipokrates Rupp.T.J. 2006. Testicular Torsion, Department of Emergency Medicine, Thomas Jefferson University, (online), (http://www.emedicine.com/med/topic2560.htm, diakses 06 Desember 2016). Wilson, Lorraine M. Hillegas, Kathleen B. 2006. Gangguan Sistem Reproduksi Laki-Laki dalam Price, Sylvia A. Wilson, Lorraine M. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Volume 2. Jakarta: EGC.