LAPORAN PENDAHULUAN Arthritis Rheumatoid (RA) - Tesalonika [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN Rheumatoid Arthritis (RA) STASE KEPERAWATAN DASAR PROFESI (KMB)



Di Susun Oleh Tesalonika Jayadara S.Kep (113063J120101)



CI Akademik : Aulia Rachman, M.Kep CI Lahan : Sulistiowati, S.Kep.,Ners



PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN X SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUAKA INSAN BANJARMASIN 2020-2021



LEMBAR PERSETUJUAN PRESEPTOR Laporan Pendahuluan Rheumatoid Arthritis (RA) disusun oleh Tesalonika Jayadara, NIM.113063J120101 Laporan Pendahuluan ini telah diperiksa dan disetujui oleh Preseptor Akademik dan Preseptor Klinik.



Banjarmasin, Oktober 2020



Preseptor Akademik



Aulia Rachman, M.Kep



Preseptor Klinik



Sulistiowati, S.Kep.,Ners



Mengetahui Kaprodi Sarjana Keperawatan dan Profesi Ners STIKES Suaka Insan Banjarmasin



Sr. Margaretha Martini, SPC, BSN, MSN



A. Anatomi & Fisiologi Sistem Muskuloskeletal 1. Anatomi Fisiologi Rangka Muskuloskeletal berasal dari kata muscle (otot) dan skeletal (tulang). Rangka (skeletal) merupakan bagian tubuh yang terdiri dari tulang, sendi dan tulang rawan (kartilago), sebagai tempat menempelnya otot dan memungkinkan tubuh untuk mempertahankan sikap dan posisi. Rangka manusia dewasa tersusun dari tulang – tulang (sekitar 206 tulang ) yang membentuk suatu kerangka tubuh yang kokoh. Walaupun rangka terutama tersusun dari tulang, rangka di sebagian tempat dilengkapi dengan kartilago.



Gambar 1 : Kerangka Manusia Sumber : materi.carageo Fungsi Sistem Rangka : 1) Tulang sebagai penyangga (penopang); berdirinya tubuh, tempat melekatnya ligamen-ligamen, otot, jaringan lunak dan organ, juga memberi bentuk pada tubuh. 2) Pergerakan ; dapat mengubah arah dan kekuatan otot rangka saat bergerak, adanya persendian. 3) Melindungi organ-organ halus dan lunak yang ada dalam tubuh. 4) Pembentukan sel darah (hematopoesis / red marrow). 5) Tempat penyimpanan mineral (kalium dan fosfat) dan lipid (yellow



marrow). Rangka digolongkan menjadi rangka aksial, rangka apendikular, dan persendian. a.



Rangka aksial Rangka aksial adalah rangka sumbu tubuh yang menyusun poros tubuh dan memberikan dukungan serta perlindungan pada organ di kepala, leher, dan badan. Tugasnya menjaga postur manusia agar tetap tegak, dengan cara mentransmisikan berat dari kepala, leher, dan badan bagian atas serta bawah pada sendi panggul. Rangka aksial terdiri dari tulang tengkorak, tulang dada, tulang rusuk, tulang ekor, dan  ruas-ruas tulang belakang.



Gambar 2 : Rangka Kepala Sumber : materi.carageo.com 1. Tengkorak Tulang terngkorak terdiri dari 28 tulang, tengkorak tak hanya berfungsi untuk melindungi otak, tetapi juga memberi jarak yang cukup antara kedua mata untuk pandangan stereoskopis, dan menetapkan posisi telinga sehingga otak dapat memperkirakan arah dan jarak suara. Tulang tengkorak terbagi menjadi 4 bagian yaitu : a) Tulang cranial : menutupi dan melindungi otak dan organ-



organ panca indera. b) Tulang wajah : memberikan bentuk pada muka dan berisi gigi. c) Tulang auditori : terlihat dalam transmisi suara. d) Tulang hyoid : yang menjaga lidah dan laring.



2. Tulang dada Tulang dada (sternum) merupakan tulang pipih memanjang yang terletak di tengah dada. Tulang dada terlibat dalam banyak gerakan tubuh bagian atas. Tulang ini tersambung ke tulang rusuk yang melindungi organ-organ vital tubuh seperti jantung, paruparu, lambung, dan hati. 



Gambar 3 : Tulang Rusuk dan Tulang Dada Sumber : materi.carageo.com Tulang dada, yang terdiri atas:



a) Bagian kepala/tulang hulu (manubrium) : terletak di bagian atas dari tulang dada, yang merupakan tempat melekatnya tulang rusuk yang pertama dan kedua.



b) Badan/gladious (corpus) : terletak di bagian tengah, merupakan tempat melekatnya tulang rusuk ketiga sampai ketujuh, gabungan tulang rusuk ke delapan sampai sepuluh.



c) Ekor/tulang taju pedang (processusxiphoideus) : Tulang ini berupa tulang rawan, yang terletak di bagian bawah. 3. Tulang Rusuk Tulang rusuk atau tulang iga memiliki peran yang sangat penting bagi tubuh kita. Fungsi tersebut adalah untuk membantu dari proses pernafasan manusia. Tulang rusuk menjadi tempat untuk melekatnya otot-otot pernafasan yang nantinya akan mengembangkan organ paru-paru ketika kita bernafas. Peran dari tulang iga ini sangat terbantu dengan adanya otot diafragma pada bagian bawah dari tulang iga ini. Otot diafragma ini memiliki fungsi dalam merasakan pergerakan dari tulang rusuk yang mengempis dan juga mengembang saat bernafas. Tulang rusuk terdiri dari 12 pasang, ujung-ujung belakang tulang rusuk melekat pada ruas-ruas tulang belakang, dan dibagi menjadi tiga : a) Tulang rusuk sejati  yang berjumlah tujuh pasang. Dimana ujung belakangnya melekat pada ruas-ruas tulang belakang, sedangkan ujung depan melekat pada tulang dada. b) Tulang rusuk palsu  yang berjumlah tiga pasang. Ujung belakang melekat pada tulang belakang, sedangkan ujung depan melekat pada tulang rusuk di atasnya. c) Tulang rusuk melayang  yang berjumlah dua pasang. Disini ujung belakang melekat pada tulang belakang, sedangkan ujung depan bebas tidak melekat. 4. Tulang Ekor Tulang ekor adalah titik tempat berbagai otot, tendon, dan ligamen merekat. Terletak di ujung bawah tulang belakang, tulang ekor terdiri dari tiga sampai lima buah tulang kecil yang disebut tulang coccygeal vertebra.



5. Ruas Tulang Belakang Ruas-ruas tulang belakang (vertebrae) terdiri atas 33 buah ruas tulang yang terbagi menjadi beberapa bagian yang tidak beraturan. Fungsi rangka manusia satu ini adalah untuk menegakkan badan dan menjaga keseimbangan, menyokong kepala dan tangan, serta menjadi tempat melekatnya otot, rusuk dan beberapa organ. b.



Rangka apendikular Rangka apendikular adalah rangka tambahan yang berfungsi sebagai penggerak tubuh, dalam hal ini yang menyusun alat gerak seperti tangan dan kaki. Rangka ini meliputi anggota gerak atas (tungkai depan/extremitas superior), anggota gerak bawah (tungkai bawah/extremitas inferior), gelang bahu dan gelang panggul.



Gambar 4 : Anggota Gerak Atas Sumber : kelaspintar.id 1. Anggota gerak atas (tungkai depan/extremitas superior) a) Humerus atau tulang lengan atas, meliputi kelompok tulang panjang /pipa, ujung atasnya besar, halus, dan dikelilingi oleh



tulang belikat. b) Radius dan ulna/pengumpil dan hasta, yang memungkinkan pergelangan tangan untuk memutar. c) Karpal atau pergelangan tangan, terdiri dari 8 buah tulang yang saling dihubungkan oleh ligamen. d) Metakarpal atau telapak tangan, yang tersusun atas lima buah jari. Di bagian atas berhubungan dengan tulang pergelangan tangan, sedangkan bagian bawah berhubungan dengan tulangtulang jari (palanges). e) Phalanges (tulang jari-jari), yang tersusun atas 14 tulang. Setiap jari tersusun dari tiga tulang, kecuali ibu jari yang hanya punya 2 tulang. 2. Anggota gerak bawah (tungkai bawah/extremitas inferior) a) Femur atau tulang paha, yang meliputi kelompok tulang panjang, dan bisa ditemukan dari gelang panggul sampai ke lutut. b) Tibia



dan



fibula/tulang



kering



dan



tulang



betis.



Ukuran tulang kering lebih besar dinandingkan tulang betis karena berfungsi untuk menahan beban atau berat tubuh. Tulang betis merupakan tempat melekatnya beberapa otot. c) Patela atau tempurung lutut, yang terletak antara femur dengan tibia, dan berfungsi untuk melindungi sendi lutut, dan memberikan kekuatan pada tendon yang membentuk lutut. d) Tarsal atau tulang pergelangan kaki, yang meliputi tulang pendek, dan tersusun atas 8 tulang dengan salah satunya adalah tulang tumit. e) Metatarsal atau tulang telapak kaki, yang tersusun atas 5 tulang secara mendatar. f)



Palanges atau tulang jari-jari kaki. Tiap jari tersusun atas 3 tulang, kecuali ibu jari yang tersusun atas 14 tulang.



3. Gelang Bahu



Gambar 5 : Gelang Bahu Sumber : materi.carageo.com a) Tulang selangka (klavikula) Tulang selangka merupakan tulang yang panjang dan tipis serta bisa ditemukan melintang di bagian bawah leher. Bentuk dari tulang selangka serupa dengan bentuk huruf “S” dan menempel pada bagian tulang dada dan persendian di bahu. b) Tulang belikat (skapula) Tulang belikat ini berada di daerah bagian bahu atau juga bagian tubuh atas, tepatnya itu pada belakang tulang rusuk atas. Tulang belikat manusia teresebut memiliki bentuk pipih dan dengana secara anatomi itu memiliki bentuk seperti segitiga. Tulang belikat ini memilliki peran ssebagai penghubung antara tulang klavikula atau tulang belikat itu dengan tulang lengan atas (tulang humerus). 4. Gelang Panggul Gelang panggul merupakan gabungan tiga buah tulang yang bersatu, yang meliputi tulang usus (ilium), tulang duduk (iskium), dan tulang kemaluan (pubis). Gelang panggul berfungsi sebagai penyangga berat badan dan melindungi uterus dan kandung kemih.



Gambar 6 : Gelang Panggul Sumber : materi.carageo.com a) Tulang usus (os illium), terdiri dari dua buah yakni kiri dan kanan. Fungsinya adalah menyokong berat badan dan postur tubuh, sebagai titik jangkat otot, tendon, dan ligamen, dan melindungi organ-organ bagian dalam. b) Tulang pinggul (os pelvis), merupakan sebuah rongga yang dibentuk



oleh



sambungan



antara



tulang-tulang



panggul.



Fungsinya adalah menyangga berat tubuh bagian atas ketika sedang duduk, berdiri dan beraktivitas. Sementara pada wanita, ini bertugas mengandung ketika hamil dan melindungi viscera pelvis dan abdominopelvic viscera (bagian inferior saluran kemih,organ reproduksi internal). c) Tulang duduk (os ichium), berbentuk setengah lingkaran dan menghadap ke atas. Fungsinya adalah membantu memberikan dukungan untuk tulang punggung bagian bawah dan membantu gerakan kaki bagian atas. d) Tulang kemaluan (os pubis), memiliki dua cabang, satu menuju ke samping atas dan satu lagi menuju ke samping bawah. Fungsinya adalah melindungi alat/organ reproduksi.



c.



Persendian Sendi



merupakan



perhubungan



antar



tulang



sehingga tulang dapat digerakkan. Hubungan dua tulang disebut persendian (artikulasi). Fungsi utama sendi adalah untuk memberikan fleksibilitas dan pergerakan pada tempatnya, juga sebagai poros anggota gerak. Macam macam sendi berdasarkan jangkauan gerak : 1) Persendian Fibrosa, yaitu persendian yang tidak dapat digerakkan, di mana letak tulang-tulangnya sangat berdekatan dan hanya dipisahkan oleh selapis jaringan ikat fibrosa, contohnya sutura di antara tulang-tulang tengkorak. 2) Persendian Kartilagenosa, yaitu persendian yang gerakannya terbatas, di mana tulang-tulangnya dihubungkan oleh tulang rawan hialin, contohnya tulang iga. 3) Persendian Sinovial, yaitu persendian yang gerakannya bebas, merupakan bagian terbesar dari persendian pada tubuh orang dewasa, contohnya sendi bahu dan panggul, sikut dan lutut, sendi pada tulang-tulang jari tangan dan kaki, pergelangan tangan dan kaki. d.



Menurut bentuknya tulang dibagi menjadi 4, yaitu : 1) Tulang panjang, terdapat dalam tulang paha, tulang lengan atas. 2) Tulang pendek (carpals) bentuknya tidak tetap dan didalamnya terdiri dari tulang karang, bagian luas terdiri dari tulang padat. 3) Tulang ceper yang terdapat pada tulang tengkorak yang terdiri dari 2 tulang karang di sebelah dalam dan tulang padat disebelah luar. 4) Bentuk yang tidak beraturan (vertebra) sama seperti tulang pendek.



e.



Struktur Tulang



Dilihat dari bentuknya tulang dapat dibagi menjadi tulang pendek, panjang, tulang berbentuk rata (flat) dan tulang dengan bentuk tidak beraturan. Terdapat juga tulang yang berkembang didalam tendon misalnya tulang patella (tulang sessamoid). Semua tulang



memiliki



sponge



tetapi



akan



bervariasi



dari



kuantitasnya.Bagian tulang tumbuh secara longitudinal, bagian tengah disebut epiphyse yang berbatasan dengan metaphysic yang berbentuk silinder. Vaskularisasi. Tulang merupakan bagian yang kaya akan vaskuler dengan total aliran sekitar 200-400 cc/menit.Setiap tulang memiliki arteri menyuplai darah yang membawa nutrient masuk di dekat pertengahan tulang kemudian bercabang ke atas dan ke bawah menjadi pembuluh darah mikroskopis, pembuluh ini menyuplai korteks, morrow, dan sistem harvest. Persarafan. Serabut syaraf simpatik dan afferent (sensorik) mempersarafi tulang dilatasi kapiler dan di control oleh saraf simpatis sementara serabut syaraf efferent menstramisikan rangsangan nyeri. f.



Pertumbuhan dan Metabolisme Tulang Setelah pubertas tulang mencapai kematangan dan pertumbuhan maksimal. Tulang merupakan jaringan yang dinamis walaupun demikian



pertumbuhan



yang



seimbang



pembentukan



dan



penghancuran hanya berlangsung hanya sampai usia 35 tahun. Tahun –tahun berikutnya rebsorbsi tulang mengalami percepatan sehigga tulang mengalami penurunan massanya dan menjadi rentan terhadap injury.Pertumbuhan dan metabolisme tulang di pengaruhi oleh mineral dan hormone sebagai berikut : 1. Kalsium dan Fosfor. Tulang mengandung 99% kalsium dan 90% fosfor. Konsentrasi ini selalu di pelihara dalam hubungan terbalik. Apabila kadar kalsium meningkat maka kadar fosfor akan berkurang, ketika kadar kalsium dan kadar fosfor berubah, calsitonin dan PTH bekerja untuk memelihara keseimbangan.



2. Calsitonin di produksi oleh kelenjar tiroid memiliki aksi dalam menurunkan kadar kalsium jika sekresi meningkat di atas normal. Menghambat reabsorbsi tulang dan meningkatkan sekresi fosfor oleh ginjal bila di perlukan. 3. Vit. D. diproduksi oleh tubuh dan di trasportasikan ke dalam darah untuk meningkatkan reabsorbsi kalsium dan fosfor dari usus halus, juga memberi kesempatan untuk aktifasi PHT dalam melepas kalsium dari tulang. g.



Proses Pembentukan Tulang Pada bentuk alamiahnya, vitamin D di proleh dari radiasi sinar ultraviolet matahari dan beberapa jenis makanan. Dalam kombinasi denagan kalsium dan fosfor, vitamin ini penting untuk pembentukan tulang.Vitamin D sebenarnya merupakan kumpulan vitamin-vitamin, termasuk vitamin D2 dan D3. Substansi yang terjadi secara alamiah ialah D3 (kolekalsiferol), yang dihasilkan olehakifitas foto kimia pada kulit ketika dikenai sinar ultraviolet matahari. D3 pada kulit atau makanan diwa ke (liver bound) untuk sebuah alfa – globulin sebagai transcalsiferin,sebagaian substansi diubah menjadi 25 dihidroksi kolekalsiferon atau kalsitriol. Calcidiol kemudian dialirkan ke ginjal untuk transformasi ke dalam metabolisme vitamin D aktif mayor, 1,25 dihydroxycho lekalciferol atau calcitriol. Banyaknya kalsitriol yang di produksi diatur oleh hormone parathyroid (PTH) dan kadar fosfat di dalam darah, bentuk inorganic dari fosfor penambahan produksi kalsitriol terjadi bila kalsitriol meningkat dalam PTH atau pengurangan kadar fosfat dalam cairan darah. Kalsitriol dibutuhkan untuk penyerapan kalsium oleh usus secara optimal dan bekerja dalam kombinasi dengan PTH untuk membantu pengaturan kalsium darah. Akibatnya, kalsitriol atau pengurangan vitamin D dihasilkan karena pengurangan penyerapan kalsium dari usus, dimana pada gilirannya mengakibatka stimulasi PHT dan pengurangan, baik itu kadar fosfat maupun kalsium dalam



darah. 1. Hormon parathyroid. Saat kadar kalsium dalam serum menurun sekresi hormone parathyroid akan meningkat aktifasi osteoclct dalam menyalurkan kalsium ke dalam darah lebih lanjutnya hormone ini menurunkan hasil ekskresi kalsium melalui ginjal dan memfasilitasi absorbsi kalsium dari usus kecil dan sebaliknya. 2. Growth hormone bertanggung jawab dalam peningkatan panjang tulang dan penentuan matriks tulang yang dibentuk pada masa sebelum pubertas. 3. Glukokortikoid mengatur metabolism protein. Ketika diperlukan hormone ini dapat meningkat atau menurunkan katabolisme untuk mengurangi atau meningkatkan matriks organic. Tulang ini juga membantu dalam regulasi absorbsi kalsium dan fosfor dari usus kecil. 4. Seks hormone estrogen menstimulasi aktifitas osteobalstik dan menghambat hormone paratiroid. Ketika kadar estrogen menurun seperti pada masa menopause, wanita sangat rentan terjadinya massa tulang (osteoporosis). h.



Persendian Persendian dapat diklasifikasikan menurut struktur (berdasarkan ada tidaknya rongga persendian diantara tulang-tulang yang beratikulasi dan jenis jaringan ikat yang berhubungan dengan paersendian tersebut) dan menurut fungsi persendian (berdasarkan jumlah gerakan yang mungkin dilakukan pada persendian).



Gambar 7 : Persendian Sumber : materi.carageo.com a. Klasifikasi struktural persendian : 1) Persendian fibrosa 2) Persendian kartilago 3) Persendian sinovial. b. Klasifikasi fungsional persendian : 1) Sendi Sinartrosis atau Sendi Mati Secara struktural, persendian di dibungkus dengan jaringan ikat fibrosa atau kartilago. 2) Amfiartrosis Sendi dengan pergerakan terbatas yang memungkinkan terjadinya sedikit gerakan sebagai respon terhadap torsi dan kompresi . 3) Diartrosis Sendi ini dapat bergerak bebas,disebut juga sendi sinovial.Sendi ini memiliki rongga sendi yang berisi cairan sinovial,suatu kapsul sendi yang menyambung kedua tulang,



dan ujung tilang pada sendi sinovial dilapisi kartilago artikular. c. Klasifikasi persendian sinovial : 1) Sendi fenoidal : memungkinkan rentang gerak yang lebih besar,menuju ke tiga arah. Contoh : sendi panggul dan sendi bahu. 2) Sendi engsel : memungkinkan gerakan ke satu arah saja. Contoh : persendian pada lutut dan siku. 3) Sendi kisar : memungkinkan terjadinya rotasi di sekitar aksis sentral.Contoh : persendian antara bagian kepala proximal tulang radius dan ulna. 4) Persendian kondiloid : memungkinkan gerakan ke dua arah di sudut kanan setiap tulang. Contoh : sendi antara tulang radius dan tulang karpal. 5) Sendi pelana : Contoh : ibu jari. 6) Sendi peluru : memungkinkan gerakan meluncur antara satu tulang



dengan



tulang



lainnya.



Contoh



:



persendian



intervertebra. 2. Anatomi Fisiologi Otot. Otot (muscle) adalah jaringan tubuh yang berfungsi mengubah energi kimia menjadi kerja mekanik sebagai respon tubuh terhadap perubahan lingkungannya. Jaringan otot, yang mencapai 40% -50% berat tubuh,pada umumnya tersusun dari sel-sel kontraktil yang serabut otot. Melalui kontraksi, sel-sel otot menghasilkan pergerakan dan melakukan pekerjaan.



Gambar 8 : Otot pada tubuh manusia Sumber : materi.carageo.com a. Fungsi sistem Muskular 1) Pergerakan 2) Penopang tubuh dan mempertahankan postur 3) Produksi panas. b. Ciri-ciri otot 1) Kontraktilitas 2) Eksitabilitas 3) Ekstensibilitas 4) Elastisitas c. Klasifikasi Jaringan Otot Otot diklasifikasikan secara structural berdasarkan ada tidaknya striasi silang (lurik), dan secara fungsional berdasarkan kendali konstruksinya, volunteer (sadar) atau involunter (tidak sadar), dan juga berdasarkan lokasi,seperti otot jantung, yang hanya ditemukan di jantung. d. Jenis-jenis Otot 1) Otot rangka adalah otot lurik,volunter, dan melekat pada rangka. 2) Otot polos adalah otot tidak berlurik dan involunter. Jenis otot ini dapat ditemukan pada dinding organ berongga seperti



kandung kemih dan uterus, serta pada dinding tuba, seperti pada sistem respiratorik, pencernaan, reproduksi, urinarius, dan sistem sirkulasi darah. 3) Otot jantung adalah otot lurik, involunter, dan hanya ditemukan pada jantung. B. Definisi Rheumatoid Artritis merupakan penyakit inflamasi sistemik kronis yang tidak diketahui penyebabnya, diakrekteristikkan oleh kerusakan dan proliferasi membran sinovial yang menyebabkan kerusakan pada tulang sendi, ankilosis, dan deformitas. (Kusharyadi, 2010). Rheumatoid Artritis adalah penyakit inflamasi sistemik yang kronis dan terutama menyerang persendian, otot-otot, tendon, ligamen, dan pembuluh darah yang ada disekitarnya. (Kowalak, 2011). Penyakit ini merupakan peradangan sistemik yang paling umum ditandai dengan keterlibatan sendi yang simetris (Dipiro, 2008). Penyakit RA ini merupakan kelainan autoimun yang menyebabkan imflamasi sendi yang berlangsung kronik dan mengenai lebih dari lima sendi (poliartritis) (Pradana, 2012).



Gambar 9 : Normal an Arthritic Joints Sumber : materi.carageo.com



C. Etiologi Artritis Reumatoid Penyebab utama penyakit artritis reumatoid masih belum diketahui secara pasti. Ada beberapa teori yang dikemukakan sebagai penyebab artritis reumatoid, yaitu : 1.



Infeksi Streptokkus hemolitikus dan Streptococcus non-hemolitikus.



2.



Endokrin Kecenderungan wanita untuk menderita artritis reumatoid dan sering dijumpainya remisi pada wanita yang sedang hamil menimbulkan dugaan terdapatnya faktor keseimbangan hormonal sebagai salah satu faktor yang berpengaruh pada penyakit ini. Walaupun demikian karena pemberian hormon estrogen eksternal tidak pernah menghasilkan perbaikan sebagaimana yang diharapkan, sehingga kini belum berhasil dipastikan bahwa faktor hormonal memang merupakan penyebab penyakit ini.



3.



Autoimmun Pada saat ini artritis reumatoid diduga disebabkan oleh faktor autoimun dan infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II, faktor infeksi mungkin disebabkan oleh karena virus dan organisme mikroplasma atau grup difterioid yang menghasilkan antigen tipe II kolagen dari tulang rawan sendi penderita.



4.



Metabolik



5.



Faktor genetik serta pemicu lingkungan Faktor genetik dan beberapa faktor lingkungan telah lama diduga berperan dalam timbulnya penyakit ini. Hal ini terbukti dari terdapatnya hubungan antara produk kompleks histokompatibilitas utama kelas II, khususnya HLA-DR4 dengan artritis reumatoid seropositif. Pengemban HLA-DR4 memiliki resiko relatif 4:1 untuk menderita penyakit ini.



D. Tanda dan Gegala Pada penderita saat mengalami serangan biasanya



ditemukan



gejala klinis yaitu (Asikin, 2013):39 dan (Sya'diyah,2018):210 1.



Nyeri persendian disertai kaku terutama pada pagi hari. Kekakuan berlangsung sekitar 30 menit dan dapat berlanjut sampai berjamjam dalamsehari.



2.



Muncul pembengkakan,warna kemerahan, lemah dan rasa panas yang berangsur-angsur.



3.



Peradangan sendi yang kronik dapat muncul erosi pada pinggir tulang dan dapat dilihat dengan penyinaranX-ray.



4.



Pembengkakan sendi yang meluas dansimetris.



5.



Hambatan gerakansendi



6.



Gangguan ini biasanya semakin bertambah bera dengan pelanpelan sejalan dengan bertambahnya nyeri.



7.



Sendi besar kemungkinan juga dapat terserang yang disertai penurunan kemampuan fleksi atauekstensi.



8.



Perubahan gayaberjalan



9.



Hampir semua pasien osteoartritis pergelangan kaki, tumit, lutut berkembang menjadi pincang. Gangguan



bejalan



merupakan



ancaman besar.



E. Epidemiologi Menurut (Noor, 2016):217, Klinis Arthritis Rheumatoid bersifat suatu eksaserbasi dan remisi. Sekitar 40% dari pasien dengan Arthritis Rheumatoid menjadi cacat setelah 10 tahun, tetapi hasilnya akan sangat bervariasi. Arthritis Rheumatoid yang tetap terus- menerus aktif selama lebih dari satu tahun mungkin akan menyebabkan cacat sendi. Periode progresivitas berlangsung hanya beberapa minggu atau beberapa bulan diikuti oleh remisi spontan. Tingkat kematian pada pasien Arthritis. Rheumatoid dilaporkan 2,5 kali dari populasi umumorang



dengan



penyakit artikular dan ekstrartikular berat, seperti penyakit koroner atau penyakit hodgkin stadium IV. Sebagian besar berasal dari infeksi, vaskulitis, dan giziburuk. F. Patofisiologi Pada awalnya, proses inflamasi akan membuat sendi sinovial menjadi edema, kongesti vaskular dengan pembentukan pembuluh darah baru, eksudat fibrin, dan infiltrasi selular. Peradangan yang kartilago. Persendian yang meradang akan membentuk jaringan granulasi yang disebut dengan pannus. Pannus akan meluas hingga masuk ke tulang subkondrial. Jaringan granulasi akan menguat karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago. Kondisi ini akan membuat kartilago menjadi nekrosis. Tingkat erosi dari kartilago



menentukan tingkat



ketidakmampuan sendi. Jika kerusakan kartilago sangat luas, maka akan terjadi adhesi di antara permukaan sendi, dimana jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). Keruskan kartilago dan menyebabkan



tendon



dan



ligamen



menjadi



tulang



lemah,



menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendiaan.



serta Invasi



dapat dapat dari



tulang subkondrial dapat menyebabkan osteoporosissetempat.Lama proses artritis reumatoid berbeda setiap orang. Hal ini ditandai dengan adanya serangan dan tidak ada serangan. Sejumlah orang akan sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi, sedangkan orang yang memiliki faktor reumatoid (seroposotif), maka kondisi yang dialaminya akan menjadi kronis yang progresif. (Asikin, 2013): 37



G. WOC FAKTOR PENYEBAB RHEUMATOID ARTHRITIS



Respon Imun



Invasi Kuman Pyogenik kedalam



Respon tubuh membentuk Antibody leukosit dalam Cairan



Proses Infeksi



Reaksi Inflamasi Pada jaringan sanovial



Faktor Rheumatoid (FR) Peningkatan suhu Tubuh Peradangan Kronik Hipertermi Destruksi Jaringan



Deformitas



Nyeri akut



Gangguan mobilitas Fisik



Kurang Perawatan Diri



Gangguan Citra Tubuh



Abses rongga sendi



Rawan sendi rusak



An kilosing



H. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang pada pasien



rheumatoid



arthritis



menurut



(Asikin,2013):40 1.



Pemeriksaanlaboratorium 1) Laju endap darahmeningkat 2) Protein c-reaktif meningkat 3) Terjadi anemia danleukositosis 4) Tes serologi faktor reumatoid positif (80% penderita)



2.



Aspirasi cairan sinovial Menunjukkan adanya >2000µL).



Pemeriksaan



proses cairan



inflamasi sendi



(jumlah



meliputi



sel darahputih



pewarnaan garam,



pemeriksaan jumlah sel darah, kultur,gambaran makroskopis. 3.



Pemeriksaan radiologi Menunjukkan adanya pembengkakan jaringan lunak ,erosi sendi, dan osteoporosis tulang yang berdekatan.



I.



Diagnosa Medik : Rhematoid Arthritis (RA)



J.



Komplikasi Rheumatoid arthritis dapat menyebabkan beberapa komplikasi, diantaranya : 1) Cervical myelopathy Kondisi ini terjadi ketika rheumatoid arthritis menyerang sendi tulang leher dan mengganggu saraf tulang belakang. 2) Carpal tunnel syndrome Kondisi ini terjadi ketika rheumatoid arthritis menyerang sendi pergelangan tangan, sehingga menekan saraf di sekitarnya. 3) Sindrom jogren Kondisi ini terjadi saat sistem kekebalan tubuh menyerang kelenjar air mata dan ludah, sehingga menimbulkan keluhan mata kering dan mulut kering.



4) Limfoma Limfoma merupakan sejenis kanker darah yang tumbuh pada sistem getah bening. 5) Penyakit jantung Kondisi ini dapat terjadi bila sistem kekebalan tubuh menimbulkan peradangan di pembuluh darah jantung. Selain komplikasi akibat penyakitnya sendiri, pengobatan rheumatoid arthritis juga dapat menimbulkan efek samping berupa osteoporosis, yang membuat tulang menjadi rapuh dan rentan patah. K. Penatalaksanaan Ada beberapa penatalaksaan medis ,antara lain (Hidayatus sya’diyah, 2018:212) dan (Asikin, 2013):41 a.



Medis 1) Obat anti-inflamasi nonstreroid (OAINS) 2) Disease-modifying antirheumatic drug(DMARD) 3) Kortikosteroid 4) Terapi biologi



b.



Non-Medis 1) Istirahat 2) Latihan fisik 3) Nutrisi : menjaga pola makan seperti :diet rendah purin 4) Mandi dengan air hangat untuk mengurangi nyeri 5) Konsumsi makanan yang tinggi protein dan vitamin 6) Lingkungan yang aman untuk melindungi dari cidera 7) Kompres air es saat kaki bengkak dan kompres air hangat saat nyeri.



II.



KONSEP MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN A.



Pengkajian 1. Biodata Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan, pendidikan, alamat. 2. Riwayatkeperawatan



Adanya perasaan tidak nyaman,antara lain nyeri, kekakuan pada tangan atau kaki dalam beberapa periode / waktu sebelum klien mengetahui dan merasakan adanya perubahansendi. 3. Pemeriksaan Fisik a) Inspeksi persendian untuk masing-masing sisi, amati adanya kemerahan, pembengkakan, teraba hangat, dan perubahan bentuk (deformitas). b) Lakukan pengukuran rentang gerak pasif pada sendi. Catat jika terjadi keterbatasan gerak sendi, krepitasi dan jika terjadi nyeri saat sendidigerakkan. c) Ukur kekuatanotot d) Kaji skala nyeri dan kapan nyeriterjadi. 4. Riwayatpsikososial Penderita rheumatoid arthritis



mungkin merasa khawatir



mengalami deformitas pada sendi-sendinya. Ia juga merasakan adanya kelemahan-kelemahan pada fungsi tubuh dan perubahan pada kegiatan sehari-hari. 5. Aktivitas/Istirahat Nyeri sendi karena pergerakkan, nyeri tekan, kekakuan sendi pada pagi hari. Keterbatasan fungsional yang berpengaruh padagaya hidup, aktivitas istirahat, dan pekerjaan. Gejala lain adalah keletihan dan kelelahan yang hebat. 6. Kardiovaskuler Kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal



7. Integritas Ego Faktor



stres



akut/kronis,



misalnya



finansial,



pekerjaan,



ketidakmampuan,keputusasaan dan ketidakberdayaan. Ancaman konsep diri, citra diri, perubahan bentuk badan 8. Makanan /cairan Ketidakmampuan



untuk



mengonsumsi makan/cairan



yang



adekuat: mual, anoreksia. Menghindari makanan yang tinggi purin seperti: kacang-kacangan, daun singkong, jeroan. Menghindari minum kopi 9. Higyne



Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi secara mandiri. Ketergantungan pada orang lain 10. Neurosensori Kebas/ kesemutan pada tangan dan kak, hilangnya sensai pada jari tangan, pembengkakan sendi simetris. 11. Nyeri/kenyamanan Fase akut dari nyeri (disertai / tidak disertai pembekakan jaringan lunak pada sendi. Rasa nyeri kronis dan kekakuan pada pagi hari. 12. Keamanan Kulit



mengilat,



tegang.



Kesulitan



dalam



menangani



tugas/pemeliharaan rumah tangga,kekeringan pada mata dan membran mukosa. 13. Interaksi Sosial Kerusakan interaksi dengan keluarga/orang lain ,perubahan peran.



B. Diagnosa keperawatan Diagnosis keperawatan yang dapat ditemukan pada penderita penyakit Rheumatoid Arthritis, (Istianah, 2017) : 101 adalah sebagai berikut. 1.



Nyeri akut b.d proses inflamasi akumulasi cairan,destruksi sendi.



2.



Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri atau rasa tidak nyaman, deformitas skeletal,penurunan kekuatan otot



3.



Gangguan citra tubuh b.d perubahan kemampuan melaksanakaan aktivitas



sehari-hari,



peningkatan



ketidakseimbanganmobilitas.



penggunaan



energi



atau



C. Intervensi dan Rasional



Diagnosa keperawatan 1. Nyeri b.d proses



Tujuan Setelah



Intervensi



dilakukan



a. Kaji



keluhan



inflamasi



tindakan



nyeri,



catat



akumulasi



keperawatan



lokasi



dan



cairan, destruksi



selama



sendi.



diharapkan



1



x



24 tidak



ada keluhan nyeri. Kriteria hasil : hilang



/terkontrol b. Terlihat



rileks



dapat



tidur



/beristirahat



(skala



a. Membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri



0-10).



Catat faktor b. faktor



a. Menunjukkan nyeri



intensitas



Rasional



dan



keefektifan



program



yang



b. Matras



yang



mempercepat



lembut/



empuk,



dan tanda tanda



bantal yang besar



rasa sakit



akan



c. Berikan kasur, bantal



kecil,



mencegah



pemeliharaan kesejajaran tubuh



tinggikan linen



yang



tempat



menempatkan



tidur



tepat,



sesuai



stress pada sendi



kebutuhan



yang



d. Tempatkan/



sakit.



Peninggian linen



pantau



tempat



penggunaan



menurunkan



bantal, karung



tekanan



pada



pasir, gulungan



sendi



yang



trokhanter,



terinflamasi/nyeri



bebat, brace. e. Dorong untuk



tidur



c. Mengistirahatkan sendi-sendi yang



sering



sakit



mengubah



mempertahankan



posisi,



posisi



bantu



dan netral.



untuk bergerak



Penggunaan



di tempat tidur,



brace



sokong



menurunkan



sendi



dapat



yang sakit di



nyeri dan dapat



atas



mengurangi



dan



bawah, hindari



kerusakan



gerakan



sendi



yang



menyentak.



pada



d. Mencegah



f. Anjurkan



terjadinya



pasien



untuk



mandi



air



hangat



atau



kelelahan umum dan



kekakuan



sendi.



mandi



Menstabilkan



pancuran pada



sendi,



waktu bangun



mengurangi



dan/atau



pada



gerakan/



waktu



tidur.



sakit pada sendi



Sediakan



rasa



e. Panas



waslap hangat



meningkatkan



untuk



relaksasi



mengompres



dan



sendi-sendi



menurunkan rasa



yang



sakit



sakit



beberapa



kali



otot,



mobilitas, dan



melepaskan



sehari. Pantau



kekakuan di pagi



suhu



air



hari. Sensitivitas



kompres,



air



pada panas dapat



dan



dihilangkan dan



mandi, sebagainya.



luka



g. Ajarkan teknik



dapat



non



dermal



disembuhkan



farmakologi



f. Meningkatkan



(relaksasi,



relaksasi/



distraksi,



mengurangi nyeri



relaksasi



g. Meningkatkan



progresif)



realaksasi,



h. Beri



obat



mengurangi



sebelum



tegangan



aktivitas/



spasme,



latihan



yang



direncanakan



otot/



memudahkan untuk ikut serta



sesuai



dalam terapi



petunjuk.



h. Sebagai



anti



Kolaborasi:



inflamasi



Berikan



obat-



efek



obatan



sesuai



dan



analgesik



ringan



dalam



petunjuk



mengurangi



(mis:asetil



kekakuan



salisilat)



meningkatkan



i. Berikan



dan



mobilitas.



kompres dingin



i. Rasa



jika dibutuhkan



dapat



dingin



menghilangkan nyeri



dan



bengkak selama Gangguan mobilitas berhubungan



Setelah



dilakukan a. Kaji



fisik tindakan



periode akut tingkat a. Tingkat aktivitas/



inflamasi/



keperawatan selama



rasa



sakit pada sendi



latihan tergantung dari



dengan deformitas 1x24 jam diharapkan b. Pertahankan



perkembangan/



skeletal,



resolusi



penurunan, kekuatan otot.



nyeri, mobilitas fisik baik dengan kriteria :



istirahat baring/



a. Mempertahankan fungsi



posisi



dengan



tidak



hadirnya/ pembatasan kontraktur. b. Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan



dan



fungsi dari dan/ atau kompensasi bagian tubuh



tirah duduk



dari



peoses inflamasi



jika diperlukan b. Istirahat sistemik jadwal aktivitas



dianjurkan selama



untuk



eksaserbasi



memberikan



dan seluruh fase



periode istirahat



penyakit



yang



yang



penting



untuk



terus



menerus tidur



dan



mencegah



malam



kelelahan



akut



hari yang tidak



mempertahankan



terganggu.



kekuatan



c. Bantu



dengan c. Mempertahankan/



rentang



gerak



aktif/pasif, demikian latihan



meningkatkan fungsi



juga resistif



sendi,



kekuatan otot dan stamina



umum.



dan



isometris



Catatan : latihan



jika



tidak



memungkinkan



menimbulkan



d. Ubah dengan



posisi



kekakuan



sering



karenanya



adekuat sendi,



dengan jumlah



aktivitas



personel cukup



berlebihan dapat



e. Demonstrasikan



yang



merusak sendi



/ bantu tehnik d. Menghilangkan pemindahan dan



tekanan



pada



penggunaan



jaringan



dan



bantuan



meningkatkan



mobilitas, mis,



sirkulasi.



trapeze 



e. Mempermudah



f. Posisikan



perawatan



dengan



bantal,



kantung



pasir,



diri



dan kemandirian pasien.



Tehnik



gulungan



pemindahan yang



trokanter, bebat,



tepat



brace



mencegah



g. Gunakan bantal kecil/tipis



di



bawah leher h. Dorong



pasien



robekan



dapat abrasi



kulit f. Meningkatkan stabilitas



mempertahanka



(mengurangi



n postur tegak



resiko cidera) dan



dan



duduk



mempertahankan



berdiri,



posisi sendi yang



tinggi,



dan berjalan i. Berikan



diperlukan



dan



kesejajaran tubuh,



lingkungan



mengurangi



yang



kontraktor



aman,



misalnya menaikkan kursi, menggunakan



g. Mencegah fleksi leher h. Memaksimalkan fungsi sendi dan



pegangan



mempertahankan



tangga



pada



toilet,



mobilitas i. Menghindari



penggunaan



cidera



kursi roda.



kecelakaan/ jatuh



j. Kolaborasi: konsul



akibat



j. Berguna



dengan



fisoterapi.



dalam



memformulasikan program latihan/



k. Kolaborasi:



aktivitas



yang



Berikan matras



berdasarkan pada



busa/ pengubah



kebutuhan



tekanan.



individual



l. Kolaborasi:



dan



dalam



berikan



obat-



obatan



sesuai



indikasi



mengidentifikasik an alat k. Menurunkan



(steroid). 



tekanan



pada



jaringan



yang



mudah



pecah



untuk mengurangi risiko imobilitas l. Mungkin dibutuhkan untuk menekan



sistem



inflamasi akut Gangguan



Citra Setelah



dilakukan a. Dorong



a. Berikan



Tubuh / Perubahan tindakan



pengungkapan



kesempatan



Penampilan



mengenai



untuk



3x24 jam diharapkan



masalah tentang



mengidentifikasi



dengan perubahan gangguan citra tubuh



proses penyakit,



rasa



kemampuan untuk berkurang



harapan



kesalahan konsep



Peran keperawatan selama



berhubungan



melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan energi, ketidakseimbangan



dengan



criteria: a. Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk



masa



depan. b. Diskusikan



takut/



dan arti



menghadapinya



dari kehilangan/



secara langsung



perubahan pada b. Mengidentifikasi pasien/orang



bagaimana



mobilitas.



menghadapi



terdekat.



penyakit



penyakit,



Memastikan



mempengaruhi



bagaimana



persepsi diri dan



gaya hidup, dan



pandangaqn



interaksi dengan



kemungkinan



pribadi



orang lain akan



keterbatasan



dalam



menentukan



memfungsikan



kebutuhan



gaya



terhadap



perubahan



pada



b. Menyusun rencana untuk depan.



realistis masa



pasien



hidup



sehari-hari,



intervensi/



termasuk aspek-



konseling



aspek seksual.



lanjut



c. Diskusikan persepsi



pasien



lebih



c. Isyarat verbal/non verbal



mengenai



orang



bagaimana



dapat mempunyai



orang



pengaruh mayor



terdekat



menerima



pada



keterbatasan.



pasien



d. Akui dan terima perasaan



terdekat



bagaimana



memandang dirinya sendiri



berduka,



d. Nyeri



konstan



bermusuhan,



akan melelahkan,



ketergantungan.



dan



e. Perhatikan



perasaan



marah



dan



perilaku menarik



bermusuhan



diri, penggunaan



umum terjadi



menyangkal atau e. Dapat terlalu



menunjukkan



memperhatikan



emosional



perubahan



ataupun



metode



f. Susun



batasan



koping



pada



perilaku



maladaptive,



mal



adaptif.



membutuhkan



Bantu



pasien



untuk mengidentifikasi



intervensi



lebih



lanjut f. Membantu pasien



perilaku



positif



yang



dapat



untuk mempertahankan



membantu



kontrol diri, yang



koping



dapat



g. Ikut



sertakan



pasien



dalam



merencanakan perawatan



meningkatkan perasaan diri



dan g. Meningkatkan



membuat jadwal



perasaan



aktivitas



diri,



h. Bantu



harga



dalam



harga



mendorong



kemandirian, dan



kebutuhan



mendorong



perawatan yang



berpartisipasi



diperlukan



dalam terapi



i. Berikan bantuan h. Mempertahankan positif



bila



perlu.



penampilan yang dapat



j. Kolaborasi: Rujuk



meningkatkan pada



konseling



citra diri i. Memungkinkan



psikiatri,



mis:



pasien



untuk



perawat spesialis



merasa



senang



psikiatri,



terhadap dirinya



psikolog.



sendiri.



k. Kolaborasi:



Menguatkan



Berikan



obat-



obatan



sesuai



petunjuk,



mis;



perilaku



positif.



Meningkatkan rasa percaya diri



anti ansietas dan j. Pasien/orang obat-obatan



terdekat mungkin



peningkat alam



membutuhkan



perasaan.



dukungan selama berhadapan dengan



proses



jangka



panjang/



ketidakmampuan



k. Mungkin dibutuhkan pada sat



munculnya



depresi



hebat



sampai



pasien



mengembangkan kemapuan koping yang lebih efektif



D. Evaluasi (secara teori) Menurut (Tartowo & Wartonah , 2015) Adalah proses keperawatan dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak dan perbandingan yang sistematis dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. Tujuan evaluasi untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan yang disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahapperencanaan. Untuk mempermudah mengevaluasi/memantau perkembangan pasien digunakan komponen SOAP adalah sebagai berikut: S : Data subjektif Perawat menuliskan keluhan pasien yang masih dirasakan setelah dilakukan tindakan keperawatan O : Data objektif Data berdasarkan hasil pengukuran atau observasi perawat secara langsung kepada pasien dan yang dirasakan pasien setelah dilakukan tindakankeperawatan A : Analisa Merupakan suatu masalah atau diagnosis keperawatan yang masih terjadi, atau juga dapat dituliskan suatu masalah/ diagnosis baru yang terjadi akibat perubahan status kesehatan pasien yang telah teridentifikasi datanya dalam data subjektif dan objektif



P : Planning Perencanaan keperawatan yang dilanjutkan, dihentikan, dimodifikasi



atau ditambahkan dari rencana tindakan keperawatan yang telah ditentukan sebelumnya, tindakan yang telah menunjukkan hasil yang memuaskan data tidak memerlukan tindakan ulang pada umumnya dihentikan.



DAFTAR PUSTAKA Guyton, Arthur C., Hall, John E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Alih



bahasa : Irawati, et al. Jakarta : EGC Tartowo & Wartonah (2015) Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta Istinah, Umi. (2017) Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal.Yogyakarta; Pustaka Baru Press. Sya’diyah, Hidayatus. (2018). Keperawatan Lanjut Usia Teori dan Aplikasi. Sidoarjo: Indonesia Pustaka. Hollmann DB. Arthritis & musculoskeletal disorders. In: Tierney LM, McPhee, Papadakis MA (Eds): Current Medical Diagnosis & Treatment, 34 th ed., Appleton & Lange, International Edition, Connecticut 2005, 729-32. Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC Kumar, V., Cotran, R. S., Robbins, S. L. 2007. Buku Ajar Patologi Edisi 7. Jakarta : EGC Mansjoer, A., Suprohaita, Wardhani, Wahyu I., Setiowulan, W. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid Kedua. Jakarta : Media Aesculapius  Price, SA. Dan Wilson LM. 1993. Patofisiologi: Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit bag 2. Jakarta: EGC