Laporan Pendahuluan Asma [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN PASIEN DENGAN DIAGNOSA ASMA A. Pengertian Asma merupakan gangguan radang kronik saluran napas. Saluran napas yang mengalami radang kronik bersifat hiperresponsif sehingga apabila terangsang oleh factor risiko tertentu, jalan napas menjadi tersumbat dan aliran udara terhambat karena konstriksi bronkus, sumbatan mukus, dan meningkatnya proses radang (Almazini, 2012) Asma adalah suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan, penyempitan ini bersifat sementara. Asma dapat terjadi pada siapa saja dan dapat timbul disegala usia, tetapi umumnya asma lebih sering terjadi pada anak-anak usia di bawah 5 tahun dan orang dewasa pada usia sekitar 30 tahunan (Saheb, 2011) Asma adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan napas yang luas dan derajatnya dapat berubah - ubah, baik secara spontan maupun sebagai hasil pengobatan (Muttaqin,2008). Asma adalah wheezing berulang dan atau batuk persisten dalam keadaan dimana asma adalah yang paling mungkin, sedangkan sebab lain yang lebih jarang telah disingkirkan (Mansjoer, 2008). Asma Bronkhial adalah penyakit pernafasan objektif yang ditandai oleh spasme akut otot polos bronkus. Hal ini menyebabkan obstruksi aliran udara dan penurunan ventilasi alveolus (Elizabeth, 2000). Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Asma merupakan penyempitan jalan napas yang disebabkan karena hipersensitivitas cabang-cabang trakeobronkhial terhadap stimuli tertentu. Sedangkan Asma Bronkhial merupakan suatu penyakit gangguan jalan nafas obstruktif yang



STIKes Wira Medika Bali



1



bersifat reversible, ditandai dengan terjadinya penyempitan bronkus, reaksi obstruksi akibat spasme otot polos bronkus, obstruksi aliran udara, dan penurunan ventilasi alveoulus dengan suatu keadaan hiperaktivitas bronkus yang khas. B. Etiologi Adapun penyebab timbulnya asma pada seseorang dikarenakan oleh : 1. Faktor Ekstrinsik (asma imunologik / asma alergi) a. Reaksi antigen-antibodi b. Inhalasi alergen (debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang) 2. Faktor Intrinsik (asma non imunologi / asma non alergi) a. Infeksi : parainfluenza virus, pneumonia, mycoplasmal b. Fisik : cuaca dingin, perubahan temperatur c. Iritan : kimia d. Polusi udara : CO, asap rokok, parfum e. Emosional : takut, cemas dan tegang f. Aktivitas yang berlebihan juga dapat menjadi faktor pencetus. (Suriadi, 2001 : 7) C. Patofisiologi Tiga unsur yang ikut serta pada obstruksi jalan udara penderita asma adalah spasme otot polos, edema dan inflamasi membran mukosa jalan udara, dan eksudasi mucus intraliminal, sel-sel radang dan debris selular. Obstruksi



menyebabkan



pertambahan



resistensi



jalan



udara



yang



merendahkan volume ekspresi paksa dan kecepatan aliran, penutupan prematur jalan udara, hiperinflasi paru, bertambahnya kerja pernafasan, perubahan sifat elastik dan frekuensi pernafasan. Walaupun jalan udara bersifat difus, obstruksi menyebabkan perbedaaan satu bagian dengan bagian lain, ini berakibat perfusi bagian paru tidak cukup mendapat ventilasi dan menyebabkan kelainan gas-gas darah terutama penurunan pCO2



akibat



hiperventilasi.



STIKes Wira Medika Bali



2



Pada respon alergi di saluran nafas, antibodi IgE berikatan dengan alergen menyebabkan degranulasi sel mast. Akibat degranulasi tersebut, histamin dilepaskan. Histamin menyebabkan konstriksi otot polos bronkiolus. Apabila respon histamin berlebihan, maka dapat timbul spasme asmatik. Karena histamin juga merangsang pembentukan mukkus dan meningkatkan permiabilitas kapiler, maka juga akan terjadi kongesti dan pembengkakan ruang iterstisium paru. Individu yang mengalami asma mungkin memiliki respon IgE yang sensitif berlebihan terhadap sesuatu alergen atau sel-sel mast-nya terlalu mudah mengalami degranulasi. Di manapun letak hipersensitivitas respon peradangan tersebut, hasil akhirnya adalah bronkospasme, pembentukan mukus, edema dan obstruksi aliran udara. D. Manifestasi Klinis Gambaran klasik penderita asma berupa sesak nafas, batuk-batuk dan mengi (whezzing) telah dikenal oleh umum dan tidak sulit untuk diketahui. Batuk-batuk kronis dapat merupakan satu-satunya gejala asma dan demikian pula rasa sesak dan berat didada. Tetapi untuk melihat tanda dan gejala asma sendiri dapat digolongkan menjadi : 1.



Asma tingkat I Yaitu penderita asma yang secara klinis normal tanpa tanda dan gejala asma atau keluhan khusus baik dalam pemeriksaan fisik maupun fungsi paru. Asma akan muncul bila penderita terpapar faktor pencetus atau saat dilakukan tes provokasi bronchial di laboratorium.



2.



Asma tingkat II Yaitu penderita asma yang secara klinis maupun pemeriksaan fisik tidak ada kelainan, tetapi dengan tes fungsi paru nampak adanya obstruksi saluran pernafasan. Biasanya terjadi setelah sembuh dari serangan asma.



3.



Asma tingkat III



STIKes Wira Medika Bali



3



Yaitu penderita asma yang tidak memiliki keluhan tetapi pada pemeriksaan fisik dan tes fungsi paru memiliki tanda-tanda obstruksi. Biasanya penderita merasa tidak sakit tetapi bila pengobatan dihentikan asma akan kambuh. 4.



Asma tingkat IV Yaitu penderita asma yang sering kita jumpai di klinik atau rumah sakit yaitu dengan keluhan sesak nafas, batuk atau nafas berbunyi. Pada serangan asma ini dapat dilihat yang berat dengan gejala-gejala yang makin banyak antara lain : a.



Kontraksi otot-otot bantu pernafasan, terutama sternokliedo



mastoideus b.



Sianosis



c.



Silent Chest



d.



Gangguan kesadaran



e.



Tampak lelah



f. 5.



Hiperinflasi thoraks dan takhikardi Asma tingkat V



Yaitu status asmatikus yang merupakan suatu keadaan darurat medis beberapa serangan asma yang berat bersifat refrakter sementara terhadap pengobatan yang lazim dipakai. Karena pada dasarnya asma bersifat reversible maka dalam kondisi apapun diusahakan untuk mengembalikan nafas ke kondisi normal E. Penatalaksanaan Medis Pengobatan asma secara garis besar dibagi dalam pengobatan non farmakologik dan pengobatan farmakologik. 1.



Penobatan non farmakologik



STIKes Wira Medika Bali



4



a.



Penyuluhan Penyuluhan ini ditujukan pada peningkatan pengetahuan klien tentang penyakit asthma sehinggan klien secara sadar menghindari faktor-faktor pencetus, serta menggunakan obat secara benar dan berkonsoltasi pada tim kesehatan.



b.



Menghindari faktor pencetus Klien perlu dibantu mengidentifikasi pencetus serangan asthma yang ada pada lingkungannya, serta diajarkan cara menghindari dan mengurangi faktor pencetus, termasuk pemasukan cairan yang cukup bagi klien.



c.



Fisioterapi Fisioterpi dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran mukus. Ini dapat dilakukan dengan drainage postural, perkusi dan fibrasi dada.



2.



Pengobatan farmakologik a)



Agonis beta Bentuk aerosol bekerja sangat cepat diberika 3-4 kali semprot dan jarak antara semprotan pertama dan kedua adalan 10 menit. Yang termasuk obat ini adalah metaproterenol ( Alupent, metrapel ).



b)



Metil Xantin Golongan metil xantin adalan aminophilin dan teopilin, obat ini diberikan bila golongan beta agonis tidak memberikan hasil yang memuaskan. Pada orang dewasa diberikan 125-200 mg empatkali sehari.



c)



Kortikosteroid



STIKes Wira Medika Bali



5



Jika agonis beta dan metil xantin tidak memberikan respon yang baik, harus diberikan kortikosteroid. Steroid dalam bentuk aerosol ( beclometason dipropinate ) dengan disis 800 empat kali semprot tiap hari. Karena pemberian steroid yang lama mempunyai efek samping maka yang mendapat steroid jangka lama harus diawasi dengan ketat. d)



Kromolin Kromolin merupakan obat pencegah asthma, khususnya anakanak . Dosisnya berkisar 1-2 kapsul empat kali sehari.



e)



Ketotifen Efek kerja sama dengan kromolin dengan dosis 2 x 1 mg perhari. Keuntunganya dapat diberikan secara oral.



f)



Iprutropioum bromide (Atroven) Atroven adalah antikolenergik, diberikan dalam bentuk aerosol dan bersifat bronkodilator.



3.



Pengobatan selama serangan status asthmatikus a. Infus RL : D5 = 3 : 1 tiap 24 jam b. Pemberian oksigen 4 liter/menit melalui nasal kanul c. Aminophilin bolus 5 mg / kg bb diberikan pelan-pelan selama 20 menit dilanjutka drip Rlatau D5 mentenence (20 tetes/menit) dengan dosis 20 mg/kg bb/24 jam. d. Terbutalin 0,25 mg/6 jam secara sub kutan. e. Dexamatason 10-20 mg/6jam secara intra vena. f. Antibiotik spektrum luas.



F. Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan sputum Pada pemeriksaan sputum ditemukan :



STIKes Wira Medika Bali



6



a) Kristal –kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal eosinofil. b) Terdapatnya Spiral Curschman, yakni spiral yang merupakan silinder sel-sel cabang-cabang bronkus c) Terdapatnya Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus d) Terdapatnya neutrofil eosinofil 2. Pemeriksaan darah Pada pemeriksaan darah yang rutin diharapkan eosinofil meninggi, sedangkan leukosit dapat meninggi atau normal, walaupun terdapat komplikasi asma a) Gas analisa darah Terdapat hasil aliran darah yang variabel, akan tetapi bila terdapat peninggian PaCO2 maupun penurunan pH menunjukkan prognosis yang buruk b) Kadang –kadang pada darah terdapat SGOT dan LDH yang meninggi c) Hiponatremi 15.000/mm3 menandakan terdapat infeksi d) Pada pemeriksaan faktor alergi terdapat IgE yang meninggi pada waktu seranggan, dan menurun pada waktu penderita bebas dari serangan. e) Pemeriksaan tes kulit untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergennya dapat menimbulkan reaksi yang positif pada tipe asma atopik. 3. Foto rontgen Pada umumnya, pemeriksaan foto rontgen pada asma normal. Pada serangan asma, gambaran ini menunjukkan hiperinflasi paru berupa rradiolusen yang bertambah, dan pelebaran rongga interkostal serta diagfragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, kelainan yang terjadi adalah: a) Bila disertai dengan bronkhitis, bercakan hilus akan bertambah b) Bila terdapat komplikasi emfisema (COPD) menimbulkan gambaran yang bertambah.



STIKes Wira Medika Bali



7



c) Bila terdapat komplikasi pneumonia maka terdapat gambaran infiltrat pada paru.



4. Pemeriksaan faal paru a) Bila FEV1 lebih kecil dari 40%, 2/3 penderita menujukkan penurunan tekanan sistolenya dan bila lebih rendah dari 20%, seluruh pasien menunjukkan penurunan tekanan sistolik. b) Terjadi penambahan volume paru yang meliputi RV hampi terjadi pada seluruh asma, FRC selalu menurun, sedangan penurunan TRC sering terjadi pada asma yang berat. 5. Elektrokardiografi Gambaran elektrokardiografi selama terjadi serangan asma dapat dibagi atas tiga bagian dan disesuaikan dengan gambaran emfisema paru, yakni : a) Perubahan aksis jantung pada umumnya terjadi deviasi aksis ke kanan dan rotasi searah jarum jam b) Terdapatnya tanda-tanda hipertrofi jantung, yakni tedapat RBBB c) Tanda-tanda hipoksemia yakni terdapat sinus takikardi, SVES, dan VES atau terjadinya relatif ST depresi. G. Komplikasi Berbagai komplikasi menurut Mansjoer (2008) yang mungkin timbul adalah : 1. Pneumothoraks Pneumothoraks adalah keadaan adanya udara di dalam rongga pleura yang dicurigai bila terdapat benturan atau tusukan dada. Keadaan ini dapat menyebabkan kolaps paru yang lebih lanjut lagi dapat menyebabkan kegagalan napas. 2. Pneumomediastinum Pneumomediastinum dari bahasa Yunani pneuma “udara”, juga dikenal sebagai emfisema mediastinum adalah suatu kondisi dimana udara hadir



STIKes Wira Medika Bali



8



di mediastinum. Pertama dijelaskan pada 1819 oleh Rene Laennec, kondisi ini dapat disebabkan oleh trauma fisik atau situasi lain yang mengarah ke udara keluar dari paru-paru, saluran udara atau usus ke dalam rongga dada.



3. Atelektasis Atelektasis adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasan yang sangat dangkal. 4. Aspergilosis Aspergilosis merupakan penyakit pernapasan yang disebabkan oleh jamur dan tersifat oleh adanya gangguan pernapasan yang berat. Penyakit ini juga dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lainnya, misalnya pada otak dan mata. Istilah Aspergilosis dipakai untuk menunjukkan adanya infeksi Aspergillus sp. 5. Gagal napas Gagal napas dapat tejadi bila pertukaran oksigen terhadap karbodioksida dalam paru-paru tidak dapat memelihara laju konsumsi oksigen dan pembentukan karbondioksida dalam sel-sel tubuh. 6. Bronkhitis Bronkhitis atau radang paru-paru adalah kondisi di mana lapisan bagian dalam dari saluran pernapasan di paru-paru yang kecil (bronkhiolis) mengalami bengkak. Selain bengkak juga terjadi peningkatan produksi lendir (dahak). Akibatnya penderita merasa perlu batuk berulang-ulang dalam upaya mengeluarkan lendir yang berlebihan, atau merasa sulit bernapas karena sebagian saluran udara menjadi sempit oleh adanya lendir.



STIKes Wira Medika Bali



9



Konsep Dasar Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian Primer Asma a.



Airway 



Peningkatan sekresi pernafasan







Bunyi nafas krekles, ronchi, weezing



b.



Breathing 



Distress



pernafasan



:



pernafasan



cuping



hidung,



takipneu/bradipneu, retraksi. 



Menggunakan otot aksesoris pernafasan







Kesulitan bernafas : diaforesis, sianosis



c.



Circulation 



Penurunan curah jantung : gelisah, latergi, takikardi







Sakit kepala







Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah







Papiledema







Urin output meurun



d.



Dissability 



Mengetahui kondisi umum dengan pemeriksaan cepat status umum dan neurologi dengan memeriksa atau cek kesadaran, reaksi pupil.



2.



Pengkajian Sekunder Asma



STIKes Wira Medika Bali 10



a.



Anamnesis Anamnesis pada penderita asma sangat penting, berguna untuk mengumpulkan berbagai informasi yang diperlukan untuk menyusun strategi pengobatan. Gejala asma sangat bervariasi baik antar individu maupun pada diri individu itu sendiri (pada saat berbeda), dari tidak ada gejala sama sekali sampai kepada sesak yang hebat yang disertai gangguan kesadaran. Keluhan dan gejala tergantung berat ringannya pada waktu serangan. Pada serangan asma bronkial yang ringan dan tanpa adanya komplikasi, keluhan dan gejala tak ada yang khas. Keluhan yang paling umum ialah : Napas berbunyi, Sesak, Batuk, yang timbul secara tiba-tiba dan dapat hilang segera dengan spontan atau dengan pengobatan, meskipun ada yang berlangsung terus untuk waktu yang lama.



b.



Pemeriksaan Fisik Berguna selain untuk menemukan tanda-tanda fisik yang mendukung diagnosis asma dan menyingkirkan kemungkinan penyakit lain, juga berguna untuk mengetahui penyakit yang mungkin menyertai asma, meliputi pemeriksaan : 1)



Status kesehatan umum Perlu dikaji tentang kesadaran klien, kecemasan, gelisah, kelemahan suara bicara, tekanan darah nadi, frekuensi pernapasan yang meningkatan, penggunaan otototot pembantu pernapasan sianosis batuk dengan lendir dan posisi istirahat klien.



2)



Integumen Dikaji adanya permukaan yang kasar, kering, kelainan pigmentasi, turgor kulit, kelembapan, mengelupas



STIKes Wira Medika Bali 11



atau bersisik, perdarahan, pruritus, ensim, serta adanya bekas atau tanda urtikaria atau dermatitis pada rambut di kaji warna rambut, kelembaban dan kusam.



3)



Thorak



a)



Inspeksi



Dada di inspeksi terutama postur bentuk dan kesemetrisan adanya peningkatan



diameter



anteroposterior,



Interkostalis,



sifat



irama



dan



retraksi



otot-otot



serta



frekwensi



pernafasan



peranfasan. b)



Palpasi.



Pada palpasi di kaji tentang kosimetrisan, ekspansi dan taktil fremitus. c)



Perkusi



Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor sedangkan diafragma menjadi datar dan rendah. d)



Auskultasi.



Terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai dengan expirasi lebih dari 4 detik atau lebih dari 3x inspirasi, dengan bunyi pernafasan dan Wheezing. c.



Sistem pernafasan 1) Batuk mula-mula kering tidak produktif kemudian makin keras dan seterusnya menjadi produktif yang mula-mula encer kemudian menjadi kental. Warna dahak jernih atau putih tetapi



STIKes Wira Medika Bali 12



juga bisa kekuningan atau kehijauan terutama kalau terjadi infeksi sekunder. 2) Frekuensi pernapasan meningkat 3) Otot-otot bantu pernapasan hipertrofi. 4) Bunyi pernapasan mungkin melemah dengan ekspirasi yang memanjang disertai ronchi kering dan wheezing. 5) Ekspirasi lebih daripada 4 detik atau 3x lebih panjang daripada inspirasi bahkan mungkin lebih. 6) Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan: a) Hiperinflasi paru yang terlihat dengan peningkatan diameter anteroposterior rongga dada yang pada perkusi terdengar hipersonor. b) Pernapasan makin cepat dan susah, ditandai dengan pengaktifan



otot-otot



sternokleidomastoideus),



bantu



napas



sehingga



(antar



tampak



iga,



retraksi



suprasternal, supraclavikula dan sela iga serta pernapasan cuping hidung. 7) Pada keadaan yang lebih berat dapat ditemukan pernapasan cepat dan dangkal dengan bunyi pernapasan dan wheezing tidak terdengar(silent chest), sianosis. d.



Sistem kardiovaskuler 1) Tekanan darah meningkat, nadi juga meningkat 2) Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan: a) Takhikardi makin hebat disertai dehidrasi. b) Timbul Pulsus paradoksusdimana terjadi penurunan tekanan darah sistolik lebih dari 10 mmHg pada waktu inspirasi. Normal tidak lebih daripada 5 mmHg, pada asma yang berat bisa sampai 10 mmHg atau lebih. 3) Pada keadaan yang lebih berat tekanan darah menurun, gangguan irama jantung.



2. Diagnosa



STIKes Wira Medika Bali 13



1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret 2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan bronkospasme 3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen 4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan utama atau imunitas 5. Cemas berhubungan dengan kurangnya tingkat pengetahuan 6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan batuk yang berlebih 7. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik



STIKes Wira Medika Bali 14



3. Perencanaan



No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil 1 Bersihan jalan napas tidak efektif Tujuan : jalan napas menjadi efektif berhubungan dengan peningkatan KH : produksi sekret



Intervensi 1. Kaji tanda-tanda vital dan auskultasi bunyi napas



Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2. Berikan pasien untuk posisi yang nyaman 3 x 24 jam diharapkan kriteria hasil yang 3. Pertahankan lingkungan yang nyaman diharapkan yaitu: 1. Jalan napas bersih 2. Sesak berkurang 3. Batuk efektif 4. Mengeluarkan sekret



4. Tingkatkan masukan cairan, denganmemberi air hangat 5. Dorong atau bantu latihan napas dalam dan batuk efektif 6. Dorong atau berikan perawatan mulut 7. Kolaborasi : pemberian obat dan humidifikasi, seperti nebulizer



2



Pola



napas



berhubungan bronkospasme



tidak



efektif Tujuan : pola napas kembali efektif dengan KH : Setelah dilakukannya tindakan asuhan



1. Kaji frekuensi kedalaman pernapasan dan ekspansi dada



keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan 2. Auskultasi bunyi napas kriteria hasil yang didapat yaitu:



3. Ronchi dan mengi menyertai obstruksi



STIKes Wira Medika Bali



1. Pola napas efektif 2. Bunyi napas kembali normal 3



Gangguan



pertukaran



3. Batuk berkurang gas Tujuan : Dapat mempertahankan pertukaran



berhubungan dengan gangguan gas suplai oksigen



jalan napas 4. Kolaborasi pemberian oksigen 1. Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan 2. Tinggikan kepala tempat tidur, bantu



KH : Setelah dilakukannya tindakan asuhan



pasien untuk memilih posisi yang nyaman



keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan



untuk bernapas



kriteria hasil yang didapat yaitu: 1. Tidak ada dispnea 2. Pernapasan normal



3. Kaji atau awasi secar rutin kulit dan warna membran mukosa 4. Dorong pengeluaran sputum: penghisapan bila diindikasikan 5. Auskultasi bunyi napas 6. Palpasi Fremitus 7. Kolaborasi : Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi



4



Resiko tinggi terhadap infeksi Tujuan : Tidak mengalami infeksi noskomial



1. Monitor tanda-tanda vital



berhubungan



2. Observasi warna, karakter, jumlah sputum



adekuatnya atau imunitas



dengan pertahanan



tidak gas utama KH : Setelah dilakukannya tindakan asuhan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan



3. Berikan nutrisi yang adekuat 4. Berikan antibiotik sesuai indikasi



STIKes Wira Medika Bali



kriteria hasil yang didapat yaitu: 1. Tidak ada tanda-tanda infeksi 2. Mukosa mulut lembab 3. Batuk berkurang 5



Cemas



berhubungan



dengan Tujuan : Kecemasan pasien berkurang



kurangnya tingkat pengetahuan



1. Kaji tingkat kecemasan



KH : Setelah dilakukannya tindakan asuhan 2. Berikan pengetahuan tentang penyakit keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan kriteria hasil yang didapat yaitu: 1. Pasien terlihat tenang



yang diderita 3. Berikan dukungan pada pasien untuk mengungkapkan perasaannya



2. Cemas berkurang 3. Ekspresi wajah tenang 6



Gangguan



pola



tidur Tujuan : Pola tidur terpenuhi



1. Kaji pola tidur setiap hari



berhubungan dengan batuk yang KH : Setelah dilakukannya tindakan asuhan 2. Beri posisi yang nyaman berlebih



keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan 3. Berikan lingkungan yang nyaman kriteria hasil yang didapat yaitu: 1. Pola tidur 6-7 jam per hari 2. Tidur tidak terganggu karena batuk



4. Anjurkan kepada keluarga dan pengunjung untuk tidak ramai 5. Menjelaskan pada pasien pentingnya keseimbangan istirahat dan tidur untuk



STIKes Wira Medika Bali



penyembuhan 7



Intoleransi aktivitas berhubungan Tujuan : Aktivitas normal



1. Kaji tingkat kemampuan aktivitas



dengan kelemahan fisik



2. Anjurkan keluarga untuk membantu



KH : Setelah dilakukannya tindakan asuhan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan kriteria hasil yang didapat yaitu: 1. Pasien dapat berpartisipasi dalam aktivitas



memenuhi kebutuhaan pasien 3. Jelaskan pentingnya istirahat dan aktivitas dalam proses penyembuhan



2. Pasien dapat memenuhi kebutuhan pasien secara mandiri



4. Implementasi Sesuai dengan intervensi yang sudah ada dan sesuai dengan kebutuhan pasien 5. Evaluasi Hasil yang diharapkan sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang sudah ditentukan dengan format SOAP DAFTAR PUSTAKA Hardhi Kusuma, Amin Huda Nurarif. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA Edisi 2. Mediaction Jogja Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan : DPP PPNI



STIKes Wira Medika Bali



Bulechek, Gloria M. dkk. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC). Indonesia : Moco Media Moorhead, Sue, dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC). Indonesia : Moco Media Padila. 2012. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Nuha Medika



STIKes Wira Medika Bali