Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Jiwa Klien Dengan Perilaku Kekerasan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA KLIEN DENGAN PERILAKU KEKERASAN



ZAENAL AHSANUDIN 18190100032



PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU (STIKIM) 2020



LAPORAN PENDAHULUAN KLIEN DENGAN PERILAKU KEKERASAN I. Kasus ( Masalah Utama) Perilaku kekerasan Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan di mana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain. Sering di sebut juga gaduh gelisah atau amuk di mana seseorang marah berespon terhadap suatu stressor dengan gerakan motorik yang tidak terkontrol (Yosep, 2007). Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk  melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut (Purba dkk, 2008). II. Proses Terjadinya Masalah a. Faktor Predisposisi Perilaku kekerasan atau amuk dapat disebabkan karena frustasi, takut, manipulasi atau intimidasi, perilaku kekerasan juga menggambarkan rasa tidak aman, kebutuhan akan perhatian dan ketergantungan pada orang lain. Prilaku kekerasan bias disebabkan adanya perubahan sensori persepsi berupa halusinasi. b. Faktor Presipitasi Faktor presipitasi bisa bersumber dari klien, llingkungan atau interaksi dengan orang lain. Kondisi klien seperti kelemahan fisik (penyakit fisik), keputusasaan, ketidakberdayaan, kritikan yang mengarah ke penghinaan. Kehilangan orang yang dicintai atau pekerjaan dan kekeransan merupakan faktor penyebab. c. Rentang Respon Respon Adaptif Asertif



1. Asertif



Respon Maladaptif Frustasi



Pasif



Agresif



Kekerasan



Kemarahan yang diungkapkan tanpa menyakiti orang lain akan memberikan kelegaan pada individu dan tidak menimbulkan masalah. 2. Frustasi Kemarahan yang diungkapkan sebagai respon yang terjadi akibat kegagalan dalam mencapai tujuan karena yang terjadi akibat kegagalan dalam mencapai tujuan karena tidak realistis atau adanya hambatan dalam proses pencapaian. 3. Pasif Merupakan respon lanjut dari frustasi dimana individu tidak mampu mengungkapkan perasaannya. 4. Agresif Perilaku menyertai marah dan merupakan dorongan untuk bertindak dalam bentuk destruktif dan masih dapat terkontrol. Perilaku yang tampak beruka muka masam, bicara kasar, menuntut, dan kasar disertai kekerasan 5. Kekerasan Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan control diri. Individu dapat merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Faktor – faktor yang menyebabkan Perilaku kekerasan pada pasien gangguan jiwa : 1. Teori Biologik a. Neurobiologik b. Biokimia c. Genetik d. Gangguan otak 2. Teori Psikologik a. Teori psikoanalisa b. Teori pembelajaran 3. Teori Sosiokultural Hirarki Agresif Skema proses / mekanisme penyesuaian klien marah: Rendah



1. Memperlihatkan permusuhan rendah 2. Keras menuntut 3. Mendekati orang lain dengan ancaman



4. Memberi kata-kata ancaman tanpa niat melukai 5. Menyentuh orang lain dengan cara menakutkan 6. Memberi kata-kata ancaman dengan rencana melukai Tinggi



7. Melukai dalam tingkat ringan tanpa membutuhkan perawatan medis 8. Melukai dalam tingkat serius dan memerlukan perawatan medis.



d. Mekanisme Koping 1. Sublimasi Menerima sesuatu sasaran pengganti yang mulia, artinya dimata masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyaluran secara normal. Misalnya seseorang yang sedang marah melampiaskan kemarahannya pada objek lain, seperti ; meremas adonan kue, menuju tembok. Tujuannya adalah untuk mengurangi ketegangan akibat rasa marah. 2. Proyeksi Meyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau keinginannya yang tidak baik. 3. Represi Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan ke alam sadar. 4. Reaksi Formasi Mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan dengan melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakan sebagai rintangan. 5. Displacement Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan, pada obyek yang tidak begitu berbahaya seperti pada mulanya yang membangkitkan emosi.



III.Pohon Masalah dan Masalah Keperawatan a. Pohon Masalah Perilaku Kekerasan



Resiko Perilaku Kekerasan



Harga Diri rendah b. Masalah Keperawatan dan data yang perlu dikaji Perilaku Kekerasan Data Subyektif : 1. Klien mengatakan sangat marah 2. Klien mengatakan jengkel 3. Klien mengatakan orang lain jahat 4. Klien mengatakan ingin berkelahi 5. Klien mengatakan pernah melakukan tindak kekerasan Data Obyektif : 1. Mata merah dan melotot 2. Wajah tegang 3. Nada suara tinggi 4. Berdebat 5. Sering memaksakan pendapat 6. Merampas barang milik orang lain 7. Mengajak berkelahi 8. Sering mengeluarkan ancaman 9. Memukul atau melukai orang lain 10. Merusak lingkungan 11. Memperlihatkan permusuhan. IV. Diagnosa Keperawatan Perilaku kekerasan V. Rencana Tindakan Keperawatan Terlampir



VI. Sumber : Carpenito, L. J. (2000). Buku saku diagnosa keperawatan Edisi Delapan, (Penerjemah Ester, M). Phildephia : Lippincott. Kelliat, B.A. (2005). Modul basic Corce Community Mental Psychiatric Nursing. Jakarta: EGC. Purba, dkk. (2008). Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Masalah Psikososial dan Gangguan Jiwa. Medan: USU Press. Yosep, Iyus. (2007). Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.



STRATEGI PELAKSANAAN



I.



PROSES KEPERAWATAN A. Kondisi Klien Klien mengatakan pernah melakukan tindak kekerasan, klien tampak tegang, matanya melotot, klien mengatakan pernah marah karena dipukul temannya, klien tampak mengepalkan tangan, klien tampak jalan mondar mandir. B. Diagnosa Keperawatan Perilaku Kekerasan C. Tujuan Khusus 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya 2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan 3. Klien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan 4. Klien dapat mengidentifikasi jenis perilaku kekerasan yang digunakan 5. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan 6. Klien dapat mengidentifikasi cara kontruktif dalam mengungkapkan kemarahan. 7. Klien dapat mendemonstrasikan latihan cara mengontrol perilaku fisik D. Tindakan Keperawatan 1. Bina hubungan saling percaya 2. Diskusikan penyebab perilaku kekerasan 3. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan 4. Diskusikan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan 5. Diskusikan akibat perilaku kekerasan 6. Latih mencegah perilaku kekerasan dengan cara fisik : tarik nafas dalam 7. Masukkan ke jadwal kegiatan harian



II.



STRATEGI KOMUNIKASI A. Tahap Orientasi 1. Salam Terapeutik “Selamat pagi Bapak/Ibu, perkenalkan nama saya suster _____, Nama Bapak/Ibu siapa? Lebih suka dipanggil siapa? Bapak/Ibu, saya adalah mahasiswa S1 keperawatan STIKIM Jakarta Selatan, saya praktek di sini



selama 5 hari dari tanggal __-__ 20__. Saya praktek pada __ hari dari pukul __-__ ”



2. Validasi “Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini? Bagaimana tidurnya semalam? Adakah yang Bapak/Ibu pikirkan? Kenapa Bapak/Ibu bisa kesal dan marah?” 3. Kontrak a. Topik : “Pagi ini kita berbincang – bincang sebentar Bapak/Ibu untuk melakukan perkenalan? Dan berbincang – bincang tentang apa yang Bapak/Ibu rasakan sekarang ini?”. b. Waktu : “Bapak/Ibu mau kita berbincang – bincang berapa lama? Bagaimana kalau 15 menit saja? Dari pukul __ - __ ya Bapak/Ibu”. c. Tempat : “Dimana kita berbincang – bincang Bapak/Ibu? Bagaimana kalau dimeja makan saja?”. d. Tujuan : “Agar kita saling mengenal, Bapak/Ibu lebih mengenal suster dan suster lebih mengenal Bapak/Ibu, serta Bapak/Ibu dapat mengenal perasaan apa yang Bapak/Ibu rasakan sekarang ini”. B. Tahap Kerja “Bapak/Ibu sudah berapa lama dirawat disini? Kalau suster boleh tahu ada masalah apa sampai Bapak/Ibu dibawa kesini?”. “Apa yang



menyebabkan



Bapak/Ibu marah? Apakah sebelumnya Bapak/Ibu pernah marah? Terus, apa penyebabnya? Samakah dengan yang sekarang? Oh....yah, jadi ada 2 penyebab marah Bapak/Ibu”. “Pada saat penyebab marah itu ada, seperti Bapak/Ibu pulang ke rumah dan anggota keluarga bertanya disaat Bapak/Ibu lelah, apa yang Bapak/Ibu rasakan?”. “Apakah Bapak/Ibu merasakan kesal kemudian dada berdebar-debar, mata melotot, rahang terkatup rapat dan tangan mengepal?”. “Setelah itu apa yang Bapak/Ibu lakukan? Oh...yah, jadi Bapak/ibu memukul anak dan memecahkan piring. Apakah dengan cara ini masalah terselesaikan? Iya, tentu tidak”. “Apa kerugian dari cara yang Bapak/Ibu lakukan? Betul, keluarga jadi sakit dan takut. Menurut Bapak/Ibu adakah cara lain yang lebih baik? Maukah Bapak/Ibu belajar satu cara mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?”. “Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahn Bapak/Ibu. Salah



satunya adalah dengan cara fisik. Jadi melalui kegiatan fisik disalurkan rasa marah”. “Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu?”. “Begini Bapak/Ibu, kalau tanda-tanda marah tadi sudah Bapak/Ibu rasakan maka Bapak/Ibu berdiri, lalu tarik nafas dari hidung sambil mengangkat kedua tangan ke atas, tahan sebentar lalu keluarkan perlahan – lahan melalui mulut seperti mengeluarkan kemarahan sambil membungkukkan badan. Ayo coba lagi, tarik nafas melalui hidung sambil mengangkat kedua tangan ke atas, bagus.... tahan 3 detik dan tiup melalui mulut sambil membungkukkan badan. Nah, lakukan 5 kali. Bagus sekali, Bapak/Ibu sudah bisa melakukannya. Bagaimana perasaannya?”. “Nah, sebaiknya latihan ini ibu lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-waktu rasa marah itu muncul Bapak/Ibu sudah terbiasa melakukannya”. C. Tahap Terminasi 1. Evaluasi a. Evaluasi Subyektif “Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah melakukan latihan teknik nafas dalam tadi pak?”. b. Evaluasi Obyektif “Coba Bapak/Ibu praktekkan lagi bagaimana cara melakukan teknik nafas dalam”. 2. Rencana Tindak Lanjut “Suster berharap jangan lupa latihan nafas dalamnya yah Bapak/Ibu. Lakukan ketika muncul marah dan jangan lupa Bapak/Ibu memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian latihan yah Bapak/Ibu”. 3. Kontrak Yang Akan Datang a. Topik : “Baik Bapak/Ibu kita sudah selesai berbincang – bincang, besok saya akan menemui Bapak/Ibu kembali untuk melihat perkembangan kondisi Bapak/Ibu dan mengajarkan teknik Relaksasi yang lain”. b. Tempat : “Dimana sebaiknya kita bertemu besok Bapak/Ibu? Bagaimana disini saja?”. c. Waktu : “Bapak/Ibu mau jam berapa kita bertemu besok? Bagaimana kalau jam __? Baiklah pak, saya permisi dulu, sampai jumpa besok”.