Laporan Pendahuluan Batuk [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN BATUK



PEMBIMBING : YUNI ASTINI.,SKM.,MKes



NI NYOMAN SUKMAWATI 1814401017 Tingkat 3/Reguler 1



POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG D-III KEPERAWATAN TANJUNG KARANG TA 2019/2020 LAPORAN PENDAHULUAN BATUK A. Definisi Batuk merupakan mekanisme pertahanan diri paling efisien dalam membersihkan saluran nafas yang bertujuan untuk menghilangkan mukus, zat beracun dan infeksi dari laring, trakhea, serta bronkus. B. Etiologi Batuk Menurut McGowan (2006) batuk bisa terjadi secara volunter tetapi sering terjadi akibat respons involunter akibat dari iritasi terhadap infeksi seperti infeksi saluran pernafasan atas maupun bawah, asap rokok, abu dan bulu hewan terutama kucing. Antara lain penyebab akibat penyakit respiratori adalah seperti asma, postnasal drip, penyakit pulmonal obstruktif kronis, bronkiektasis, trakeitis, croup, dan fibrosis interstisial. Batuk juga bisa terjadi akibat dari refluks gastro-esofagus atau terapi inhibitor ACE (angiotensin-converting enzyme). Selain itu, paralisis pita suara juga bisa mengakibatkan batuk akibat daripada kompresi nervus laryngeus misalnya akibat tumor. C. Patofisiologi Setiap batuk terjadi melalui stimulasi refleks arkus yang kompleks. Hal ini diprakarsai oleh reseptor batuk yang berada pada trakea, carina, titik percabangan saluran udara besar, dan saluran udara yang lebih kecil di bagian distal, serta dalam faring. Laring dan reseptor tracheobronchial memiliki respon yang baik terhadap rangsangan mekanis dan kimia. Reseptor kimia yang peka terhadap panas, asam dan senyawa capsaicin akan memicu refleks batuk melalui aktivasi reseptor tipe 1 vanilloid (capsaicin). Impuls dari reseptor batuk yang telah dirangsang akan melintasi jalur aferen melalui saraf vagus ke „pusat batuk‟ di medula. Pusat batuk akan menghasilkan sinyal eferen yang bergerak menuruni vugus, saraf frenikus dan saraf motorik tulang belakang untuk mengaktifkan otot-otot ekspirasi yang berguna membantu batuk. Mekanisme batuk dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu:



1.



Fase inspirasi: fase inhalasi yang menghasilkan volume yang diperlukan untuk batuk efektif



2.



Fase kompresi: penutupan laring dikombinasikan dengan kontraksi otot-otot dinding dada, diagframa sehingga menghasilkan dinding perut menegang akibat tekanan intratoraks.



3.



Fase ekspirasi: glotis akan terbuka, mengakibatkan aliran udara ekspirasi yang tinggi dan mengeluarkan suara batuk (Yahya, 2007). D. Klasifikasi a. Batuk kering Batuk kering biasanya terjadi tanpa ada lendir yang keluar. Sensasi yang ditimbulkan karena batuk ini bisa berupa rasa gatal di tenggorokan yang memicu refleks batuk. Biasanya, batuk jenis ini terjadi karena peradangan atau iritasi pada saluran pernapasan yang disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan atas, seperti pilek atu flu. Batuk jenis ini juga bisa bertahan selama beberapa minggu meski pilek dan flu telah sembuh. Batuk kering juga bisa disertai oleh gangguan lain seperti asma, alergi, tonsilitis, GERD, radang dan sakit tenggorokan. b. Batuk berlendir Batuk berlendir biasanya terjadi dengan disertai keluarnya lendir atau dahak. Biasanya, batuk jenis ini terjadi karena infeksi. Batuk basah juga bisa disebabkan oleh penyakit lain seperti pneumonia, bronkitis, infeksi mikrobaktri nontuberkulosis, dan penyakit paru obstruktif kronis. Batuk jenis ini juga bisa bersifat akut dan berlangsung kurang dari tiga minggu atau lebih dari delapan minggu. c. Batuk rejan Batuk rejan atau pertusis merupakan batuk yang terjadi karena infeksi bakteri dan sangat menular. Batuk jenis ini juga bisa terjadi pada bayi yang baru lahir atau orang yang belum mendapatkan vaksin. Batuk rejan juga rentan terjadi para orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh lemah. Penderita batuk rejan biasanya memiliki gejala flu ringan atau mirip flu, yang disertai dengan nyeri. d. Batuk kronis Batuk kronis biasanya berlangsung lebih lama dari jenis batuk lainnya, yaknis sekitar delapan minggu atau lebih. Batuk jenis ini biasanya disebabkan penyakit tertentu seperti berikut: infeksi virus alergi merokok paparan iritan seperti jamur atau debu pneumonia kanker mulut.



E. Tanda Dan Gejala Batuk a. Pilek. b. Demam. c. Lemas. d. Nyeri tenggorokan. e. Sulit menelan atau batuk saat menelan. f. Mengi atau bengek. g. Sesak napas. F. komplikasi a. Sakit kepala Sulit b. berkonsentrasi c. Inkontinensia urin d. Patah tulang rusuk. G. Pemeriksaan Penunjang



1. Tes darah, untuk memeriksa keberadaan infeksi dalam tubuh. 2. Pemeriksaan sampel dahak atau usap tenggorokan. 3. Foto Rontgen atau CT scan, untuk melihat kondisi dada dan mengetahui penyebab batuk. 4.



Spirometri atau tes fungsi paru, untuk memeriksa kondisi pernapasan.



5. Tes metakolin, yaitu tes pernapasan untuk mengamati batuk yang terjadi pada penderita asma. H. Penatalaksanaan 1. Batuk yang disebabkan oleh asma dapat diobati dengan steroid inhalasi untuk mengurangi peradangan di saluran pernapasan. 2. Batuk yang disebabkan oleh alergi dapat diobati dengan menghindari hal-hal yang menyebabkan alergi dan mengonsumsi antihistamin untuk meredam reaksi alergi. 3. Batuk yang disebabkan infeksi bakteri dapat diobati dengan antibiotik.



4. Batuk yang disebabkan oleh GERD dapat diobati dengan antasida untuk menetralkan asam lambung dan obat untuk mengurangi jumlah asam yang dihasilkan lambung.



I.



konsep dasar keperawatan



1. pengkajian a . identitas pasien b. Keluhan utama pasien c. riwayat kesehatan saat ini d. riwayat kesehatan dahulu e.pola aktivitas sehari – hari f. pemeriksaan fisik g. Terapi yang diberikan (bila ada) h. pemeriksaan penunjang



2. Diagnosa Keperawatan a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan napas b. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang pengetahuan (proses penyakit) b. Gangguan pola tidur berhubungan dengan Hambatan lingkungan



3. rencana keperawatan a. bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan napas Tujuan



: Agar pernafasan pasien kembali efektif



kreteria hasil



: tidak ada sputum, jalan nafas efektif



tindakan



:



1. identifikasi kemampuan batuk



2. monitor adanya sputum 3. atur posisi semi fowler 4. ajurkan tarik nafas dalam



b. Defisit Pengetahuan Berhubungan Dengan Kurang Pengetahuan Tujuan



: Agar pengetahuan pasien meningkat



kriteria hasil



: Pasien tahu penyebab penyakit, tanda gejala dan penanganannya



Tindakan



:



1. identifikasi pengetahuan pasien 2. identifikasi cara pencegahan penyakit pasien 3. beri pasien penkes



c. gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan Tujuan



: agar pola tidur pasien teratur



kriteria hasil



: pola tidur pasien teratur, pasien tidur 4-6 jam/hari



tindakan



:



1. identifikasi pola tidur 2. identifikasi faktor pengganggu tidur 3. modifikasi lingkungan 4. tetapkan jadwal tidur



DAFTAR PUSTAKA https://health.kompas.com/read/2020/03/20/080000468/batuk-kronis--gejalajenis-dan-cara-mengatasinya?page=all. https://health.kompas.com/read/2020/09/06/163300168/5-macam-jenis-batukberdasarkan-penyebabnya?page=all.



Ikawati, Z., 2009, Bahan Ajar Kuliah Materi Batuk, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta



Yahya, R.C., 2007, Batuk – Definisi, Jenis dan Penyebab Batuk Kronis, http://www.jevuska.com/2014/02/24/batuk-definisi-jenis-dan-penyebab-batukkronis/, 27 Maret 2017.