Laporan Pendahuluan Diare Akut [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN DIARE AKUT Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah PKK Gadar dan Kritis Dosen Pembimbing: Viyan Septiyana A, S.Kep, Ners, M.Kep



Oleh : Nur Vany Widiyagiri (P27905118023)



PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN JURUSAN KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES BANTEN TAHUN AKADEMIK 2021/2022



LAPORAN PENDAHULUAN A. Konsep Penyakit 1. Pengertian Diare Akut Diare akut merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya, dimulai dengan peningkatan volume, keenceran serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir dan darah (Alimul H, 2016). Diare akut adalah kondisi yang didefinisikan oleh peningkatan frekwensi defekasi (lebih dari 3kali sehari), peningkatan jumlah feses (lebih dari 200g per hari) dan perubahan konsistensi (cair) (Brunner&Suddart, 2014). Menurut Muttaqin & Sari (2011) diare (Gastroenteritis) adalah peradangan pada lambung, usus kecil, dan usus besar dengan berbagai kondisi potologis dari saluran gastrointestinal dengan manifestasi diare, dengan atau tanpa disertai muntah serta ketidaknyamanan abdomen. 2. Klasifikasi Diare Akut Menurut Nursalam (2015), diare akut dapat dikelompokkan menjadi: a. Diare akut, yaitu diare yang terjadi mendadak dan berlangsung paling lama 3-5 hari. b. Diare yang berkepanjangan bial diare berlangsung lebih dari 7 hari. c. Diare kronik bila diare berlangsung lebih dari 14 hari. Diare kronik bukan suatu kesatuan penyakit, melainkan suatu sindrom yang penyebab dan patogenisisnya multikompleks. Mengingat banyaknya kemungkinan penyakit yang dapat mengakibatkan diare kronik dan banyak pemeriksaan yang harus dikerjakan maka dibuat tinjauan pustaka ini untuk dapat melakukan pemeriksaan lebih terarah. Karakteristik diare akut Karakteristik Non Inflamatory Inflamatory Penetrating Gambaran Tinja: Watery Volume Bloody, mukus Mukus Volume >> Leukosit (-) Volume sedang sedikit Leukosit Leukosit PMN MN Demam (-) (+) (+) Nyeri Perut (-) (+) (+)/(-) Dehidras (+++) (+) (+)/(-) Tenesmus (-) (+) (-) Komplikasi Hipovolemik Toksik Sepsis 3. Etiologi Diare Akut Etilogi diare akut menurut Brunner&Suddart (2016): a. Faktor infeksi : Bakteri (Shigella, Shalmonella, Vibrio kholera), Virus (Enterovirus), parasit (cacing), Kandida (Candida Albicans). b. Faktor parentral : Infeksi dibagian tubuh lain (OMA sering terjadi pada anak-anak). c. Faktor malabsorbsi : Karbihidrat, lemak, protein.



d. Faktor makanan : Makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak, sayuran dimasak kutang matang. e. Faktor Psikologis : Rasa takut, cemas. f. Medikasi tertentu, formula untuk pemberian makanan melalui selang, gangguang metabolisme dan endokrin, deficit sfingter anal, sindrom Zollinger-Ellison, ileus paralitik, AIDS, dan obstruksi usus. 4. Patofisiologi dan Pathway Diare Akut Menurut Sodikin (2011) mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare akut adalah : a. Gangguan Osmotik Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare. b. Gangguan sekresi Akibat gangguan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare tidak karena peningkatan isi rongga usus. c. Gangguan motilitas usus Hiper akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare, sebaliknya jika peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.



Infeksi



Berkembang di usus



Hipersekresi air dan elektrolit



Isi Usus



Frek BAB meningkat



Makanan



Psikologi



Toksis tidak dapat diserap



Ansietas



Hiperperistaltik



Penyerapan makanan di usus menururun



Dehidrasi



Hipovolemia



Pergeseran air dan elektrolit ke usus



Gangguan integritas kulit



Distensi abdomen



Hipertemia



Asidosis metabolik



Sesak



Resiko syok



Meningkat tekanan osmotik



DIARE



Hilang cairan dan elektrolit berlebihan



Gangguan keseimbangan cairan



Malabsorpsi KH, Lemak dan Protein



Pola napas tidak efektif



Mual muntah



Nafsu makan menurun



Defisit Nutrisi



5. Manifestasi Klinis Diare Akut Menurut Sodikin (2011), manifestasi klinis diare adalah sebagai berikut: a. Bayi atau anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada. b. Feses makin cair, mungkin mengandung darah dan/atau lendir, dan feses berubah menjadi kehijauan karena bercampur empedu. c. Anus dan sekitarnya menjadi lecet karena feses makin lama menjadi asam akibat banyaknya asam laktat dari pemecahan laktosa yang tidak dapat diabsorpsi oleh usus. d. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare. e. Jika terjadi gejala dehidrasi karena mengalami banyak kehilangan cairan dan elektrolit, penderita mengalami berat badan turun, pada bayi ubun-ubun besar cekung, tonus otot dan turgor kulit menurun, dan selaput lendir mulut serta bibir terlihat kering. 6. Komplikasi Diare Akut Menurut Wulandari & Erawati (2016) komplikasi yang terjadi dari kehilangan akibat diare adalah sebagai berikut: a. Dehidrasi berdasarkan kehilangan berat badan, dehidrasi ada empat kategori, yaitu tidak ada dehidrasi (penurunan berat badan 10%) (Wulandari & Erawati, 2016). Dan berdasarkan tonisitas darah, dehidrasi dapat dibagi atas tiga macam yaitu, dehidrasi hipotonik (kadar Na plasma 150 mEq/l) (Sodikin, 2011). b. Renjatan Hipovolemik Pada dehidrasi berat, volume darah berkurang sehingga terjadi renjatan hipovolemik dengan gejala denyut jantung menjadi cepat, nadi cepat dan kecil, tekanan darah menurun, klien sangat lemah, kesadaran menurun (apatis, samnolen, kadang sampai soporokomateus) (Wulandari & Erawati, 2016). c. Hipokalemia Gejala hipokalemia yaitu meteorismus, hipotoni otot lemah, bradikardi, perubahan elektrokardiogram (Wulandari & Erawati, 2016). d. Hipoglikemia (Wulandari & Erawati, 2016). e. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan kekurangan enzyme lactase (Wulandari & Erawati, 2016). f. Kejang, terjadi pada dehidrasi hipertonik (Wulandari & Erawati, 2016). g. Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik) (Wulandari & Erawati, 2016). 7. Pemeriksaan Penunjang Diare Akut Menurut andriwan 2015 pemriksaan penunjang yaitu : a. feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida b. Serum elektrolit : Hipo natremi, Hipernatremi, hipokalemi c. AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, pO2 meningkat, pcO2 meningkat, HCO3 menurun )



d. Faal ginjal : UC meningkat (GGA) e. Radiologi : mungkin ditemukan bronchopemoni 8. Penatalaksanaan Diare Akut Dasar pengobatan diare menurut menurut Wulandari & Erawati (2016) adalah sebagai berikut: a. Pemberian cairan oral Formula lengkap mengandung NaCl, NaHCO3, KCl, dan glukosa. Kadar natrium 90 mEq/l untuk kolera dan diare akut pada anak di atas 6 bulan dengan dehidrasi ringan (untuk pencegahan dehidrasi). Kadar natrium 50 – 60 mEq/l untuk diare akut non kolera pada anak di bawah 6 bulan dengan dehidrasi ringan, sedang, atau tanpa dehidrasi. Formula lengkap biasa disebut oralit b. Cairan parental 1) DG aa (1 bagian larutan Darrow + 1 bagian glukosa 5%) 2) RLg (1 bagian Ringer Laktat + 1 bagian glukosa 5%) 3) RL (Ringer Laktat) 4) DG 1:2 (1 bagian larutan Darrow + 2 bagian glukosa 5%) 5) RLg 1:3 (1 bagian Ringer Laktat + 3 bagian glukosa 5-10 %) 6) Cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5 – 10 % + 1 bagian NaHCO3 % atau 4 bagian glukosa 5 – 10 % + 1 bagian NaCl 0,9%). c. Pengobatan Dietetik Menurut Wulandari & Erawati (2016) untuk anak di bawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan berat badan kurang dari 7 kg jenis makanan: 1) Susu (ASI dan atau susu formula yang mengandung rendah laktosa dan asam lemak tidak jenuh, misalnya LLM, Almiron, atau jenis lainnya). 2) Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim), bila anak tidak mau minum susu karena di rumah tidak terbiasa. 3) Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya susu yang tidak mengandung laktosa atau asam lemak yang berantai sedang atau tidak jenuh. B. Asuhan Keperawatan Teori 1. Pengkajian Keperawatan a. Data Biografi Pasien Data demografi meliputi identitas pasien nama, usia, jenis kelamin, alamat, dan lain-lain. b. Primary Survey 1) Airway 2) Breathing 3) Circulation 4) Disabillity 5) Exposure



c. Secondary Survey 1) Keluhan Utama Buang Air Besar (BAB) lebih dari tiga kali sehari, BAB kurang dari empat kali dengan konsistensi cair (dehidrasi tanpa dehidrasi). BAB 4-10 kali dengan konsistensi cair (dehidrasi ringan/sedang). BAB lebih dari sepuluh kali (dehidrasi berat). Bila diare berlangsung kurang dari 14 hari adalah diare akut. Bila diare berlangsung 14 hari atau lebih adalah diare persisten (Wulandari & Erawati, 2016). 2) Riwayat kesehatan sekarang Menurut Wulandari & Erawati (2016) riwayat penyakit sekarang yang mungkin muncul adalah : a) Mula-mula bayi/anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemungkinan timbul diare. b) Tinja makin cair, mungkin disertai lendir atau darah. Warna tinja berubah kehijauan karna bercampur dengan empedu. c) Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet, karna sering defekasi dan sifatnya asam. d) Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare. e) Bila klien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai tampak. f) Diuresis, yaitu terjadinya oliguria (kurang 1 ml/kgBB/jam) bila terjadi dehidrasi. Urine sedikit gelap pada dehidrasi ringan atau sedang. Tidak ada urine dalam waktu 6 jam (dehidrasi berat) 3) Riwayat kesehatan terdahulu Menurut Wulandari & Erawati (2016) riwayat kesehatan dahulu meliputi: a) Riwayat alergi terhadap makanan atau obat-obatan (antibiotic) karena faktor ini merupakan salah satu kemungkinan penyebab diare. b) Riwayat penyakit yang sering terjadi pada anak berusia di bawah 2 tahun biasanya adalah batuk, panas, pilek, dan kejang yang terjadi sebelum, selama, atau setelah diare. Informasi ini diperlukan untuk melihat tanda dan gejala infeksi lain yang menyebabkan diare seperti OMS, tonsillitis, faringitis, bronkopneumonia, dan ensefalitis. 4) Riwayat penyakit keluarga Pada pengumpulan data tentang riwayat keluarga bagaimana riwayat kesehatan atau keperaawatan yang ada dimiliki pada salah satu anggota keluarga, apakah ada



yang menderita penyakit seperti yang dialami klien, atau mempunyai penyakit degeneratif lainnya. 5) Activity Daily a) Aktivitas/Istirahat Gejala : Kelemahan, kelelahan, malaise, cepat lelah. Insomnia, tidak tidur semalaman karena diare. Merasa gelisah dan ansietas. Pembatasan aktivitas/kerja s/d efek proses penyakit. b) Sirkulasi Tanda : Takhikardi (respon terhadap demam, dehidrasi, proses imflamasi dan nyeri). Kemerahan, area ekimosis (kekurangan vitamin K). Hipotensi termasuk postural. Kulit/membran mukosa : turgor buruk, kering, lidah pecahpecah (dehidrasi/malnutrisi). c) Eliminasi Gejala : Tekstur feses bervariasi dari bentuk lunak sampai bau atau berair. Episode diare berdarah tidak dapat diperkirakan, hilang timbul, sering tidak dapat dikontrol, perasaan dorongan/kram (tenesmus). Defakasi berdarah/pus/mukosa dengan atau tanpa keluar feces. Peradarahan perektal. Tanda : Menurunnya bising usus, tidak ada peristaltik atau adanya peristaltik yang dapat dilihat. Haemoroid, oliguria. d) Makanan/Cairan Gejala : Anoreksia, mual/muntah. Penurunan BB. Tidak toleran terhadap diet/sensitive mis. Buah segar/sayur, produk susu, makanan berlemak. Tanda : Penurunan lemak subkutan/massa otot. Kelemahan, tonus otot dan turgor kulit buruk. Membran mukosa pucat, luka, inflamasi rongga mulut. e) Higiene Tanda :Ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri. Stomatitis menunjukkan kekurangan vitamin. Bau badan. f) Nyeri/Kenyamanan Gejala : Nyeri/nyeri tekan pada kuadran kanan bawah (mungkin hilang dengan defakasi). Titik nyeri berpindah, nyeri tekan, nyeri mata, foofobia. Tanda :Nyeri tekan abdomen/distensi g) Keamanan Gejala : Anemia hemolitik, vaskulitis, arthritis, peningkatan suhu (eksaserbasi akut), penglihatan kabur. Alergi terhadap makanan/produk susu. Tanda :Lesi kulit mungkin ada, ankilosa spondilitis, uveitis, konjungtivitis/iritis.



6) Pemeriksaan Head Toe Toe a) Keadaan umum Dikaji mengenai tingkat kesadaran Tingkat kesadarn : composmentis , somnolen, stupor, apatis b) Pemeriksaan tanda-tanda vital Tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu c) Kepala : bentuk kepala, adanya pembengkakan atau tidak, adanya lesi atau tidak, warna rambut, bentuk rambut, bersih atau tidak. d) Wajah : adanya muka memerah atau tidak, adanya berjerawat dan berminyak atau tidak. e) Mata :cekung, kering, sangat cekung f) Hidung : simetris kiri dan kanan, sekret tidak ada, tidak ada polip, pernafasan cuping hidung. g) Mulut : membran mukosa pucat, bibir kering. h) Telinga : simetris kiri dan kanan, lubang telinga ada, tidak ada serumen i) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, vena jugularis (-), tidak ada pembengkakan kelenjar getah bening j) Thoraks  Paru-paru Inspeksi : tidak terlihat retraksi intercosta, pergerakan dada simetris atau tidak Palpasi : adanya terdapat nyeri tekan atau tidak Perkusi : sonor Auskultasi : tidak ada suara tambahan  Jantung Inspeksi : ictus cordis tidak nampak Palpasi : ictus cordis teraba pada ICS 4-5 midclavicula Perkusi : pekak Auskultasi : irama teratur k) Abdomen Inspeksi : simetris, tidak ada edema Palpasi : tidak ada nyeri tekan Perkusi : suara redup Auskultasi : adanya distensi abdomen dan peristaltic meningkat >35x/mnt, l) Ekstremitas : adanya keterbatasan dalam beraktifitas, adanya kekauan, adanya nyeri pada seluruh bagaian ekstremitas m) Integument : turgor kulit tidak elastis, terdapat bulu halus



n) Genitalia : genetalia lengkap, tidak terpasang kateter, BAK dan BAB encer dan berlendir atau berdarah. 2. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada diare akut adalah diare akut (nurarif dan kusuma,2016): a. (D.0023) Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif b. (D.0019) Defisit Nutrisi berhubungan penurunan intake makanan c. (D.0129) Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan eksresi d. (D.0039) Risiko Syok berhubungan dengan kehilangan cairan dan elektrolit



3. Intervensi Keperawatan No Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional . keperawatan hasil 1. (D.0023) Setelah dilakukan 1. Observasi tanda1. Untuk mengetahui keadaan Hipovolemia asuhan keperawatan tanda vital tubuh secara dini Hipotensi berhubungan selama … x …. Jam 2. Pertahankan catatan (termasuk postural), dengan diharapkan masalah intake dan output takhikardia, demam dapat kehilangan kekurangan volume yang akura menunjukan respon terhadap cairan aktif cairan klien dapat 3. Monitor status dan /atau efek kehilangan teratasi dengan kriteria hydrasi (kelembaban cairan hasil : membran mukosa, 2. Memberikan informasi tentang 1. Mempertahankan nadi adekuat, turgor keseimbangan cairan urine output sesuai kulit), jika 3. Untuk mengetahui keadaan dengan usia dan diperlukan, monitor dehidrasi BB vitl sign 4. Untuk mengganti cairan yang 2. Tekanan darah, 4. Berikan Cairan IV hilang dan mempertahankan nadi, dan suhu kristaloid atau volume sirkulasi serta tekanan tubuh dalam batas koloid sesuai osmotik normal kebutuhan 5. Untuk merawat pemberian 3. Tidak ada 5. Pelihara IV line cairan infus dan tetesan infus tandatanda 6. Dorong masukan 6. Mengetahui pemasukan nutrisi dehidrasi, oral pada pasien elastisitas turgor 7. Berikan penggantian 7. Memenuhi status cairan dan kulit baik, nasogatrik sesuai nutrisi pasien dapat membran mukosa output meningkatkan proses lembab, tidak ada 8. Kaji Berat badan penyembuhan rasa haus yang 8. Indikator cairan dan status berlebihan nutrisi 2. (D.0019) Setelah dilakukan 1. Kaji adanya alergi 1. Mengetahui faktor penyebab Defisit Nutrisi asuhan keperawatan makanan ketidakseimbangan nutisi



berhubungan penurunan intake makanan



selama … x … jam diharapkan masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan klien dapat teratasi dengan kriteria hasil: 1. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan 2. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan 3. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi 4. Tidak ada tandatanda malnutrisi 5. Menunjukan peningkatan fungsi pengecapan dan menelan 6. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti



2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori da n nutrisi yang dibutuhkan klien 3. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi 4. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori 5. Berikan suplemen elektrolit sesuai kebutuhan atau yang sudah diresepkan 6. Berikan informasi tentang kebutuhan nutisi 7. Kaji kemampuan klien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan 8. Berat badan klien dalam batas normal 9. Monitor adanya penurunan BB 10. Monitor jumlah dan tipe aktivitas yang bisa dilakukan 11. Monitor turgor kulit



2. Memperbaiki status nutrisi klien 3. Memungkinkan saluran usus untuk mematikan kembali proses pencernaan,protein perlu untuk menyembuhkan integrits jaringan. 4. Mengetahui pemasukan dan pengeluatran nutrisi klien 5. Disaat diare elekrolit tubuh banyak terbuang,sehingga membutuhkan asupan dari luar. 6. Mengetahui pentingnya nutrisi bagi proses penyembuhan 7. Mengetahui keinginan klien terhadap nutrisi 8. Memberikan rasa control 9. Mengetahui perubahan BB 10. Melibatkan klien dalam pemilihan menu 11. Mengetahui pemenuhan nutrisi 12. Mengatahui jumlah nutrisi yang masuk dan keluar 13. Mengetahui kekurangan kebutuhan nutrisi klien 14. Mengetahui status nutrisi klien



3.



(D.0129) Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan eksresi



Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama … x… jam diharapkan masalah kerusakakn integritas kulit klien dapat teratasi dengan kriteria hasil: 1. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi, pigmentasi) 2. Tidak ada luka/lesi pada kulit 3. Perfusi jaringan baik 4. Menunjukkan pemahaman dalam proses



12. Monitor mual dan muntah 13. Monitor pucat, kemerahan, kekeringan jaringan konjungtiva 14. Monitor kalori dan intake nutrisi 1. Anjurkan klien untuk menggunakan pakaian yang longgar 2. Hindari kerutan pada tempat tidur 3. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering 4. Mobilisasi klien (ubah posisi klien) setiap dua jam sekali 5. Monitor kulit akan adanya kemerahan 6. Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada derah yang tertekan 7. Memandikan klien dengan sabun dan air hangat



1. Mencegah iritasi dan tekanan dari baju 2. Kerutan di tempat di tempat tidur dapat menyebabkan kerusakan integritas kulit 3. Area yang lembab dan terkontaminasi merupakan media untuk pertumbuhan organisme patogenik 4. Meningkatkan sirkulasi dan perfusi kulit dengan mencegah tekanan lama pada jaringan 5. Area ini meningkat risikonya untuk kerusakan dan memerlukan pengobatan lebih intensif. 6. Agar kerusakan tidak meluas 7. Agar klien merasa nyaman



4.



(D.0039) Risiko Syok berhubungan dengan kehilangan cairan dan elektrolit



perbaikan kulit dan mencegah terjadinya sedera berulang 5. Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama … x … jam diharapkan masalah resiko syok hipovolemia klien dapat teratasi dengan Kriteria hasil : 1. Nadi dalam batas yang dihrapkan 2. Irama jantung dalam batas yang diharapkan 3. Frekuensi nafas jantung dalam batas yang diharapkan 4. Natrium serum dalam batas



1. Monito status sirkulsi BP,warna kulit, suhu kulit, denyut jantung, HR, dan ritme, nadi perifer dan cafilari refil 2. Monitor suhu dan pernafasan 3. Monitor input dan autput 4. Monitor tanda awal syok 5. Monitor inadekuat oksigenasi jaringan 6. Lihat dan pelihara kepatenan jalan nafas 7. Monitor tekanan nadi 8. Monitor status cairan, input output



1. Mengetahui aliran darah yang mengalir pada tubuh 2. Hipotensi (termasuk postural), takhikardia, demam dapat menunjukanrespon terhadap dan /atau efek kehilangan cairan 3. Mengetahui pemasukan dan pengeluaran 4. Untuk mencegah dan mengantisipasi komplikasi 5. Mengatahui kelancaran sirkulasi 6. Untuk menghindari syok 7. Hipotensi (termasuk postural),takhikardia,demam dapat menunjukanrespon terhadap dan /atau efek kehilangan cairan 8. Mengetahui kebutuhan status cairan



normal 5. Kalium serum dalam batas normal 6. Klorida serum dalam batas normal 7. Kalsium serum dalam batas normal 8. PH darah serum dalam batas normal 9. Mata cekung tidak ditemukan 10. Demam tidak ditemukan 11. TD dalam batas normal 12. Ht dalam batas normal



9. Monitor fungsi neurologis 10. Monitor fungsi renal 11. Memonitor gejala gagal pernafasan (misaknya,rendah PaO2 peningkatan PaO2 tingkat, kelelahan otot pernafasan)



9. Mengetahui keadaan neurologis 10. Mengetahui fungsi renal 11. Untuk mencegah komplikasi



DAFTAR PUSTAKA Alimul, d. U. (2016). Buku Pengantar Keperawatan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika. Brunner & Suddarth. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Volume 2. Jakarta : EGC Brunner & Suddarth. 2016. Keperawatan Medikal – Bedah, Edisi 12. Jakarta – EGC. Muttaqin, Arif & Sari, Kurmala. 2011. Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal bedah. Jakarta : Salemba medika Nursalam. (2015). Manajemen Keperawatan, Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Medika Sodikin, 2011. Asuhan Keperawatan Anak Gangguan Sistem Gastrointestinal Dan Hepatobilier. Jakarta : Salemba Medika. Wulandari , D., & Erawati, M. (2016). Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.