Laporan Pendahuluan DVT (Siswanto) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN & LAPORAN KASUS “ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN PADA SISTEM KARDIOVASKULAR PADA KASUS DEEP VEIN THROMBOSIS”



Disusun Oleh: 1). Siswanto (27)



YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT SMK YARSI MATARAM TAHUN PELAJARAN 2020/2021



LEMBAR PENGESAHAN



Makalah laporan pendahuluan dan laporan kasus dengan judul Deep Vein Thrombosis di setujui pada tanggal: 25 –September- 2020. Hari/tgl : Jumat, 25 –September- 2020 Tahun: 2020 Mengetahui, Guru Mapel IPPD



(Zuhdi, S.Kep, Ners, CWCCA)



DAFTAR IS



COVER.......................................................................................................................................i KATA PENGANTAR.............................................................................................................ii Daftar Isi.....................................................................................................................………..iii BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1 A. Latar belakang................................................................................................................... B. Rumusan Masalah............................................................................................................. C. Tujuan Penulisan Laporan.......................................................................................……. BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................. A. Definisi.............................................................................................................................. B. Anatomi & Fisiologi........................................................................................………...... C. Etiologi............................................................................................................................. D. Klasifikasii........................................................................................................................ E. Patofisiologi...................................................................................................................... F.



Manifestasi Klinis ............................................................................................................



G. Pemeriksaan Penunjang..................................................................................................... H. Pencegahan…………………………….…….…………………………........ I.



Penanganan…………………………………………………………………..



J.



Komplikasi……………………………………………………………..........



BAB III KONSEP DASAR KEPERAWATAN......................................................................... A. Pengkajian......................................................................................................................... B. Diagnosa Keperawatan...................................................................................................... C. Rencana Asuhan Keperawatan.......................................................................................... BAB IV PENUTUP.................................................................................................................... A. Kesimpulan....................................................................................................................... B. Saran.................................................................................................................................. DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................



KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan YME, karena dengan rahmat dan karunia-Nya  penulis masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan Laporan ini. Puji syukur penulis telah berhasil menyelesaikan makalah Laporan Pendahuluam tentang “Deep Vein Thrombosis”. Laporan ini disusun agar dapat menambah informasi kepada para pembaca tentang Deep Vein Thrombosis . Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sedalamdalamnya kepada : 1. Bapak Zuhdi.S,Kep.Ners. Selaku Guru IPPD Keperawatan SMK Yarsi Mataram. 2. Orang tua kami yang telah membantu baik moril maupun materi. 3. Rekan-rekan satu kelompok yang telah membantu dalam penyusunan Laporan ini. Semoga Laporan ini memberi wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun Laporan ini memiliki kelebihan dan kekurangan, namun penulis menyadari bahwa Laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan. Semoga Laporan ini bermanfaat bagi yang membutuhkan dan mendapat keberkahan dari Tuhan YME. Amin.



Penyusun,



BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Deep vein thrombosis (DVT) merupakan suatu kondisi dimana trombus terbentuk pada vena dalam (deep vein) yang diikuti oleh reaksi inflamasi dinding pembuluh darah dan jaringan disekitar vena. DVT merupakan penyakit yang sulit didiagnosa, kesalahan diagnosis dengan diagnosa klinis saja mencapai 50%. DVT dapat berlanjut menjadi emboli paru, separuh dari penyakit ini tidak menimbulkan gejala sehingga menyebabkan penderita menuju kematian bila tidak dikenali dan diterapi secara efektif. Insiden DVT di Amerika Serikat adalah 159 per 100.000 atau sekitar 398.000 pertahun, sedangkan insiden DVT pada pasien tanpa profilaksis adalah: stroke (56%), elective hip replacement (51%), trauma multipel (50%), total knee replacemet (47%), fraktur panggul (45%), cedera medulla spinalis (35%), operasi umum (25%), infark miokard (22%), operasi bedah saraf (22%), operasi ginekologi (14-22%), dan kondisi medis umum (17%). Insiden DVT pasca operasi ortopedi tanpa profilaksis pada pasien Asia adalah: pada total knee replacement (76,5%), total hip replacement (64,3%) dan fiksasi fraktur femur proksimal (50%).1,2,3 Insiden DVT pada pasien diabetes mellitus lebih tinggi daripada populasi umum (12,0 vs 7,51 per 1000 / tahun). Tatalaksana profilaksis DVT dibagi menjadi dua yaitu dengan cara inaktifasi koagulasi darah (profilaksis farmakologis) atau pencegahan stasis vena (profilaksis mekanis). Profilaksis farmakologis (Low Molecular Weight Heparin/ LMWH) secara nyata menurunkan insiden DVT pada bedah ortopedi sebesar 71%. Diagnosa DVT dapat ditegakkan baik secara klinis maupun radiologis dengan menggunakan doppler ultrasound atau venografi. Dengan diberikan terapi LMWH, gejala-gejala DVT sebagian besar akan berkurang sejak hari ke 4 dan bebas gejala sama sekali pada hari ke 10. Untuk meminimalkan resiko fatal terjadinya emboli paru diagnosis dan penatalaksanaan profilaksis yang tepat sangat diperlukan.4,5



B.



RUMUSAN MASALAH 1. Apa definisi dari Deep vein thrombosis (DVT)? 2. Bagaimanakah etiologi dari Deep vein thrombosis (DVT)? 3. Bagaimana patofisiologi dari Deep vein thrombosis (DVT)? 4. Apa saja manifestasi klinis dar Deep vein thrombosis (DVT) i? 5.



Apa saja klasifikasi dari Deep vein thrombosis (DVT)?



6. bagaimana penatalaksanaan klinis dari Deep vein thrombosis (DVT)? 7. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada penderita Deep vein thrombosis (DVT)?



C.



TUJUAN A. Tujuan umum : Mengetahui secara menyeluruh mengenai konsep teori dan konsep asuhan keperawatan dari Deep vein thrombosis (DVT). B. Tujuan khusus : 1. Mengetahui apa definisi dari Deep vein thrombosis (DVT). 2. Mengetahui etiologi dari Deep vein thrombosis (DVT). 3. Mengyetahui klasifikasi Deep vein thrombosis (DVT). 4. Mengetahui patofisiologi dari Deep vein thrombosis (DVT). 5. apa saja manifestasi klinis dari Deep vein thrombosis (DVT). 6. Mengetahui bagaimana penatalaksanaan klinis dari Deep vein thrombosis (DVT)



BAB II PEMBAHASAN A.



DEFINISI Deep vein trombosis (DVT) merupakan suatu kondisi dimana trombus



terbentuk pada vena dalam (deep vein) yang diikuti oleh reaksi inflamasi dinding pembuluh darah dan jaringan disekitar vena. DVT terjadi terutama di tungkai bawah dan inguinal. Bekuan darah dapat menghambat darah dari tungkai bawah kembali ke jantung. Trombus adalah bekuan abnormal didalam pembuluh darah yang terbentuk walaupun tidak ada kebocoran, proses pembentukan trombus dinamakan trombosis. Trombus vena merupakan deposit intravaskuler yang tersusun dari fibrin dan sel darah merah disertai berbagai komponen trombosit dan leukosit.1,5,6 B.



ANATOMI FISIOLOGI



ANATOMI SISTEM VASKULAR PERIFER Sirkulasi darah terjadi melalui satu lengkungan arteri dan vena yang kontinu serta terbagi menjadi sirkuit pulmonal dan sistemik (Gambar 2.1.1). Sirkuit pulmonal menghantarkan darah dari jantung ke paru, di mana darah dioksigenasi dan kemudian dikembalikan ke jantung. Sirkulasi sistemik, atau sistem vaskular perifer, meliputi arteri, arteriol, vena, venula, dan kapiler, dimana sistem ini membawa darah dari jantung ke seluruh organ dan jaringan lain dan kemudian membawa darah kembali ke jantung.



Gambar 2.1.1 Sistem sirkulasi 2.1.1 Arteri Jantung memompa darah baru yang telah teroksigenasi melalui arteri, arteriol, dan bantalan kapiler menuju seluruh organ dan jaringan. Arteri tersusun atas otot polos yang tebal dan serat elastis. Serat yang kontraktil dan elastis membantu menahan tekanan yang dihasilkan saat jantung mendorong darah menuju sirkulasi sistemik. Arteri utama/mayor dari sirkulasi sistemik meliputi aorta, karotis, subklavia dan iliaka (Gambar 2.1.2). Aorta melengkung membentuk seperti busur di belakang jantung dan turun ke bawah hingga pertengahan tubuh. Arteri lain merupakan cabang dari aorta dan mengalirkan darah menuju kepala, leher dan organ-organ utama di dalam abdomen. Arteri karotis bergerak naik di dalam leher dan mengalirkan darah ke organ di dalam kepala dan leher, termasuk otak. Arteri subklavia mengalirkan darah menuju lengan, dinding dada, bahu,



punggung, dan sistem saraf pusat. Arteri iliaka mengalirkan darah menuju pelvis dan kaki.



2.1.2 Arteri di Lengan Setelah meluas melalui rongga dada/toraks, arteri subklavia menjadi arteri aksilaris (Gambar 2.1.3). Arteri aksilaris kemudian menyeberangi aksila dan menjadi arteri brakhialis, yang terletak di dalam lekukan/sulkus bisep-trisep pada lengan atas. Arteri brakhialis mengalirkan sebagian besar darah menuju lengan. Pada fosa kubiti (yaitu lipatan siku), arteri brakhialis bercabang menjadi arteri radialis dan arteri, yang meluas ke lengan bawah dan, selanjutnya bercabang menjadi arkus palmaris yang mengalirkan darah ke telapak tangan.



Gambar 2.1.3 Arteri pada lengan



2.1.3 Arteri di Kaki Setelah melewati daerah pelvis, arteri iliaka selanjutnya menjadi arteri femoralis, yang bergerak turun di sebelah anterior paha (Gambar 2.1.4). Arteri femoralis mengalirkan darah ke kulit dan otot paha dalam. Pada bagian bawah paha, arteri femoralis menyilang di posterior dan menjadi arteri poplitea. Di bawah lutut, arteri poplitea terbagi menjadi arteri tibialis anterior dan tibialis posterior. Arteri tibialis bergerak turun di sebelah depan dari kaki bagian bawah menuju bagian dorsal/punggung telapak kaki dan menjadi arteri dorsalis pedis. Arteri tibialis posterior bergerak turun menyusuri betis dari kaki bagian bawah dan bercabang menjadi arteri plantaris di dalam telapak kaki bagian bawah.



Gambar 2.1.4 Arteri pada kaki



2.1.4 Vena Setelah dihantarkan melalui sistem vaskular arteri dan menuju jaringan tubuh dan organ, darah “dikosongkan” menuju jaringan vena yang tersusun menyebar (Gambar 2.1.5) yang dan pada akhirnya mengembalikan darah ke atrium kanan jantung. Sistem vena berjalan berdampingan dengan sistem arteri dan memiliki nama yang sama; walaupun terdapat perbedaan mayor antara sistem arteri dan sistem vena di leher dan ekstremitas. Arteri di daerah ini terletak dalam di bawah kulit dan terlindung oleh tulang dan jaringan lunak.Sebaliknya, dua set vena perifer biasanya ditemukan di leher dan ekstremitas: satu superfisial dan satu lagi terletak lebih dalam. Vena superficial terletak dekat dengan permukaan kulit, mudah untuk dilihat, dan membantun untuk mengatur suhu tubuh. Saat suhu tubuh, menjadi rendah, aliran darah arteri menjadi berkurang, dan vena vena



superfisial dilewati. Sebaliknya, saat tubuh menjadi kelebihan panas, aliran darah ke kulit meningkat, dan vena superfisialis berdilatasi.



Gambar 2.1.5 Vena-vena mayor dari sirkulasi sistemik meliputi vena kava superior, vena kava inferior, dan vena jugularis. Vena kava superior menerima darah dari jaringan dan organ di kepala, leher, dada, bahu, dan ekstremitas atas. Vena kava inferior mengumpulkan darah dari sebagian besar organ yang terletak di bawah diafragma. Darah vena dari kepala dan wajah dialirkan menuju vena jugularis, yang terletak di dalam leher.



2.1.5 Vena di Lengan Arkus vena palmaris meluas dari tangan menuju lengan bawah, dimana vena-vena ini menjadi vena radialis dan vena ulnaris (Gambar 2.1.6). Saat vena ulnaris dan radialis mencapaifosa kubiti (yaitu lipatan siku), vena-vena ini bergabung untuk membentuk vena brakhialis. Saat vena brakhialis meluas melalui lengan atas, vena ini bergabung dengan vena superfisialis lenan untuk membentuk vena aksilaris, yang berjalan melalui aksila dan menjadi vena subklavia di dalam rongga toraks. Vena subklavia membawa arau dari lengan dan area toraks/dada menuju vena kava superior.



Gambar 2.1.6 Vena pada lengan



2.1.6 Vena di Kaki Darah yang meninggalkan kapiler-kapiler di setiap jari kaki bergabung membentuk jaringan vena plantaris (Gambar 2.1.7). Jaringan plantar mengalirkan darah menuju vena dalam kaki (yaitu vena tibialis anterior, tibialis posterior, poplitea, dan femoralis). Vena safena magna dan safena parva superfisial mengalirkan darah di telapak kaki dari arkus vena dorsalis menuju vena poplitea dan femoralis.



Gambar 2.1.7 Vena pada kaki



C.



ETIOLOGI Penyebab utama thrombosis vena belum jelas, tetapi ada 3 faktor yang dianggap berperan



penting dalam pembekuannya. Statis darah, cedera dinding pembuluh darah dan gangguan pembekuan darah. Adanya paling tidak 2 faktor tersebut penting untuk terjadinya thrombosis. Statis vena terjadi bila aliran darah melambat, seperti pada gagal jantung/syok; ketika vena berdilatasi, sebagai akibat terapi obat dan bila kontraksi otot sekrental berkurang seperti pada istirahat lama, paralisis ekstermitas atau anesthesia. Tirah baring terbukti memperhambat aliran darah tungkai sebesar 50%. Kerusakan lapisan intima pembuluh darah menciptakan tempat pembekuan darah. Trauma langsung pada pembuluh darah, seperti pada fraktur atau dislokasi, penyakit vena dan iritasi bahan kimia terhadap vena, baik akibat obat atau larutan intravena, semuanya dapat merusak vena. Kenaikan koagulabilitas terjadi paling sering pada pasien dengan penghentian obat antikoagulan secara mendadak. Kontrasepsi oral dan sejumlah besar diskrasia dapat menyebabkan hiperkoagulabilitas. Tromboflebitis adalah peradangan dinding vena dan biasanya disertai pembentukan bekuan darah. Ketika pertama kali terjadi bekuan pada vena akibat stasis atau hiperkoagulabilitas, tanpa disertai peradangan, maka proses ini dinamakan flebotrombosis. Thrombosis vena dapat terjadi pada semua vena, namun paling sering terjadi pada vena ekstremitas. Gangguan ini dapat menyerang vena superfisial maupun vena dalam tungkai. Pada vena superfisial, vena safena adalah yang paling sering terkena. Pada vena dalam tungkai, yang sering terkena adalah vena iliofemoral, popliteal dan betis. Thrombus vena tersusun atas trombosit yang menempel pada dinding vena, di sepanjang bangunan tambahan seperti ekor yang mengandung fibrin, sel darah putih dan sel darah merah. “ekor” dapat tumbuh membesar atau memanjang sesuai aliran darah akibat terbentuknya lapisan bekuan darah. Thrombosis vena yang terus tumbuh ini sangat berbahaya karena sebagian bekuan dapat terlepas dan mengakibatkan oklusi emboli pada pembuluh darah paru. Fragmentasi thrombus dapat terjadi spontan karena bekuan darah secara alamiah bisa larut, atau dapat terjadi



sehubungan dengan peningkatan tekanan vena, seperti saat berdiri tiba-tiba atau melakukan aktivitas otot setelah lama istirahat. Semua pasien bedah beresiko mengalami thrombosis vena dalam (DVT). Berbagai penelitian telah dilakukan selama bertahun-tahun untuk mencatat insidensi DVT dan manfaat profilaktik sebagai tindakan pencegahan. D.



KLASIFIKASI Klasifikasi umum DVT terbagi menjadi 2 yaitu:



1.



Venous thromboembolism (VTE), yang terjadi pada pembuluh balik



2.



Arterial thrombosis, yang terjadi pada pembuluh nadi.



E.



PATOFISIOLOGI Statis aliran darah vena terjadi bila aliran darah melambat,seperti pada gagal jantung dan



syok,ketika vena berdilatasi sebagai akibat terapi obat dan bila kontraksi otot skeletal berkurang seperti pada istirahat yang lama,paralysis ekstremitas atau anastesi . Tirah baring terbukti memperlambat aliran darah tungkai sebesar 50%. Kerusakan lapisan intim pembuluh darah menciptakan tempat pembentukan bekuan darah. Trauma langsung pada pembuluh darah, seperti pada traktur atau dislokasi,penyakit vena dan iritasi bahan kimia terhadap vena, baik akibat obat atau larutan intravena, semuanya dapat merusak vena. Kenaikan koagulabilitas terjadi paling pada pasien dengan penghentian obat antikoagulan secara mendadak. Kontrasepsi oral dan sejumlah besar diskrasia dapat menyebabkan hiperkoagulabilitas. Tromboflebitis adalah peradangan dinding vena dan biasanya disertai pembentukan bekuan darah. Ketika pertama kali terjadi bekuan pada vena akibat stasis atau hiper kongulabilitas, tanpa disertai peradangan, maka proses ini dinamakan flebotrombosis. Thrombosis vena dapat terjadi pada semua vena, namun paling sering terjadi pada vena ekstremitas. Gangguan ini dapat menyerang baik vena superficial maupun vena dalam tungkai.



Pada vena superficial, vena safena adalah yang paling sering terkena. Pada vena dalam tungkai, yang paling sering terkena adalahvena iliofemoral, popliteal dan betis. Thrombus vena tersusun atas agregat trombosit yang menempel pada dinding vena, di spanjang bangunan tambahan seperti ekor yang mengandung fibrin, sel darah putih dan sel darah merah. “ Ekor” dapat tumbuh membesar atau memanjang sesuai aliran darah akibat terbentuknya lapisan bekuan darah. Thrombosis vena dapat terus tumbuh ini sangat berbahaya karena sebagian bekuan dapat terlepas dan mengakibatkan oklusi emboli pada pembuluh darah paru.(Smeltzer & Brenda. 2002).



F.



MANIFESTASI KLINIS Sebanyak 50% pasien dengan thrombosis vena ektremitas bawah tidak menunjukan



gejala, sedangkan yang lain, menunjukan gejala yang bervariasi dan biasanya tidak khas tromboflebitis. Namun meskupun bermacam-macam setiap tanda klinis harus di selidiki dengan cermat. Vena dalam obstruksi vena dalam tungkai menyebabkan edema dan menyebabkan ektremitas karena aliran darah tersumbat. Besarnya pembengkakan dapat ditentukan dengan mengukur keliling tungkai sebelahnya pada berbagai tingkat denga pita pengukur. Suatu tungkai dibandingkan dengan tungkai lainnya untuk menentukan perbedaan ukurannya. Apabila kedua tungkai bengkok, sulit diketahui perbedaan ukurannya. Tungkai yang terkena terasa lebih hangat dan vena superfisialnya lebih menonjol nyeri tekan biasanya terjadi kemudian adalah akibat dari implamasi dinding vena dan dapat diteksi dengan palpasi lembut pada tungkai. Tanda human (nyeri pada betis ketika kaki di-dorosfleksikan secara mendadak) tidak spesifik untuk thrombosis vena dalam karena bisa ditimbulnya oleh berbagai kondusi nyeri pada betis. Pada beberapa kasus emboli paru merupakan tanda pertama thrombosis vena dalam. Vena superfisial. Thrombosis vena superfisial mengakibatkan nyeri atau nyeri tekan, kemerahan dan hangat pada daerah yang terkena. Resiko terjadinya fragmentasi thrombus menjadi emboli pada vena superfisial sangat jarang karena thrombus dapat larut secara spontan jadi kondisi ini disini dapat ditangani dirumah dengan tirah baring, peninggian tungkai, analgetik dan obat anti radang. Perbandingan tromboflebitis superfisial. (brunner&suddarth, 2001).



G.



PEMERIKSAAN PENUNJANG



a)      Ultrasonografi kompresi umumnya disukai sebagai awal pemeriksaan karena cara ini non invasive dan da atau thrombus dapat diulang secara berurutan (berguna untuk mengamati kecurigaan DVT akut); ultrasonografi mempunyai sensitivitas baik untuk mengetahui thrombosis vena proksimal (divena poplite atau vena femoralis). Kerugiannya adalah sukar melihat vena iliaka profunda dan vena pelvis dalam dan sensitivitas rendah pada thrombus vena yang terpisah atau thrombus vena betis yang tersumbat. b)      Venografi kontras merupakan standar baku untuk menilai DVT pada ektremitas bawah. Namun, tindakan ini invasive dan meimbulkan rasa sakit. Kerugian lainnya adalah meningkatkan resiko flebitis, thrombosis paru, gagal ginjal dan reaksi hipersensitivitas terhadap media kontras; tindakan ini juga memberi visualisasi buruk pada vena femoralis dalam di femur dan vena iliaka interna dan percabangannya. c)      Magnetic resonance langsung lihat pada thrombus merupakan tes non invasive yang tepat untuk diagnosis DVT. Hambatan sekarang adalah biaya dan tidak selalu tersedia di semua rumah sakit. H.



PENCEGAHAN Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya DVT, antara lain: 



Bila ingin menjalani operasi dan pasien rutin mengonsumsi pil KB atau terapi pengganti hormon, perlu menghentikan obat tersebut 4 minggu sebelum operasi. Tergantung dari faktor risiko lainnya, dokter juga dapat memberikan obat antikoagulan atau stoking kompresi untuk mencegah DVT akibat prosedur operasi.







Bila melakukan perjalanan panjang yang mengharuskan duduk dalam waktu lama, dapat lakukan gerakan kaki sederhana seperti menekuk punggung kaki ke atas, atau sesekali bangun dari tempat duduk untuk jalan (bila memungkinkan), serta banyak minum air putih untuk mencegah dehidrasi.







Berhenti merokok.



I.    







Makan makanan dengan gizi seimbang.







Olahraga teratur.







Mempertahankan berat badan ideal. PENANGANAN



a)      Tinggikan tungkai pasien sesuai dengan instruksi untuk meningkatkan drainase vena, mengurangi pembengkakan dan mengurangi nyeri



b)      Beri kompres hangat atau bantalan panas sesuai dengan instruksi untuk meningkatkan sirkulasi dan mengurangi nyeri c)      Memberikan analgetik sesuai dengan instruksi dan sesuai kebutuhan. Hindari penggunaan aspirin dan produk-produk yang mengandung NSAID selama terapi antikoagulan untuk mencegah resiko lebih lanjut terjadinya pendarahan d)     Cegah statis vena dengan posisi yang tepat ditempat tidur. Topan seluruh panjang tungkai pada saat di tinggikan. e)      Lakukan latihan aktif, kecuali jika di kontraindikasikan, maka gunakan latihan pasif. f)       Anjurkan asupan cairan yang adekuat, seringnya berubah posisi, batuk efektif dan latihan pernafasan dalam untuk mencegah komplikasi tirah baring g)      setelah fase akut (5-7 hari) pakaikan stocking elastis, sesuai instruksi. Lepas 2 kali sehari dan periksa adanya peruabahan kulit dan nyeri tekan pada betis h)      anjurkan ambulansi jika sudah di izinkan (biasanya setelah 5-7 hari ketika bekuan sudah melekat sepenuhnya ke dinding pembuluh darah).



J.



KOMPLIKASI Yang akan terjadi apabila thrombus timbul di dalam vena betis yang letaknya dalam



adalah vena tersebut akan tersumbat total, sehingga darah tidak bisa melewatinya secara otomatis. Namun, keadaan ini tidak terlalu mengkhawatirkan terhadap sirkulasi darah untuk dapat bisa kembali ke jantung, sebab disana selalu ada vena-vena kecil yang berjalan parallel dengan vena yang tersumbat dan memberi jalan bagi darah untuk kembali kearah jantung. Venavena kecil ini disebut vena kolateral.



Vena-vena kolateral memberi tahan yang lebih besar terhadap aliran darah daripada vena yang mengalami oklusi. Karena tekanan vena serta kapiler yang menuju ke atas meninggi, maka terjadi pengisian vena yang berlebihan, sehingga pembengkakan pada kaki pasti terjadi. Hal ini tentunya akan diikuti oleh timbulnya edema yang membuat sumuran.



Efek terjadinya



thrombosis pada betis dalam ini adalah kaki bagian bawah pasti akan mengalami pembengkakan dan terasa keras karena tekanan vena meninggi. Selain itu juga akan terjadi edema, karena darah yang datang kembali dari kaki harus melalui vena-vena kecil kulit sehinga kulit tungkai tersebut menjadi sianosis dan teraba lebih hangat akibatya banyaknya darah di dalamnya. Hal yang juga diperlu diperhatikan pada penyakit ini adalah dengan melihat seorang penderita yang berbaring lama dengan keluhan sakit pada salah satu kaki, maka lakukanlah pemeriksaan kaki tersebut dengan sangat teliti. Vena yang mengalami thrombosis ditekan dengan hati-hati maka akan timbul rasa nyeri yang hebat. Nyeri ini mungkin akibat spasme otot polos oleh rangsangan serotonin yang berasal dari thrombosis (trombosit).



BAB III KONSEP DASAR KEPERAWATAN A.    Pengkajian Faktor resiko tinggi untuk tromboflebitis mencakup keganasan, insufisiensi vena sebelumnya, kondisi yang menyebabkan tirah baring lama, trauma tungkai, bedah umum, obesitas, merokok. Data Pengkajian (Dasar Data Pengkajian Pasien) : 1.   Aktivitas/Istirahat Gejala : Tanda : a)      tindakan yang memerlukan duduk a)      kelemahan umum atau ekstremitas atau berdiri lama. b)      Immobilitas lama (contoh trauma ortopedik,



tirah



baring/perawatan



dirumah sakit lama) c)      Nyeri Karena aktivitas/berdiri lama, Lemah/kelemahan pada kaki yang



sakit



2.      Sirkulasi Gejala : Tanda : a)      riwayat thrombosis vena sebelumnya, a)      Takikardi ada varises.



b)      Penurunan nadi perifer pada



b)      Adanya factor pencetus lain, contoh ekstremitas yang sakit (TVD) hipeertensi diabetes



(karena mellitus)



kehamilan; c)      Varises/atau pengerasan, gelembung/ikatan vena (thrombus)



c)      IM/penyakit katup jantung, cedera d)     kulit/suhu pada ekstremitas yang sakit serebrovaskuler trombotik.



(betis/paha);pucat, dingin, edema (TVD); merah. e)      Muda kemerahan, hangat sepanjang vena (superfisial) f)       Tanda human positif (bila tidak ada tidak berarti TVD).



3.      Makanan/Cairan Tanda : a)      turgor kulit buruk b)      membrane mukosa kering (dehidrasi pencetus untuk hiperkoagulasi). c)      Kegemukan (pencetus untuk stasis dan tahanan vena pelvis). d)     Edema pada kaki yang sakit (tergantung pada lokasi thrombus). 4.      Nyeri/Kenyamanan Gejala : a)      Berdenyut b)      nyeri tekan, makin nyeri bila berdiri atau bergerak (ekstremitas yang sakit).



5.      Keamanan



Tanda : a)      melindungi ekstremitas yang sakit



Gejala : Tanda : a)      riwayat cedera langsung atau tak langsung pada a)      Demam ekstremitas atau vena (contoh trauma mayor/fraktur



b)      menggigil.



b)      bedah ortopedik/pelvis, kelahiran dengan tekanan kepala bayi lama pada vena pelvik, terapi intravena). c)      Adanya keganasan (khususnya prankeas, paru, sistem GI). 6.      Penyuluhan/Pembelajaran Gejala : a)      penggunaan kontrasepsi/estrogen oral, adanya terapi antiokoagulan ( pencetus hiperkoagulasi) kambuh atau kurang teratasinya periode tromboflebolik sebelunya. b)      Pertimbangan : DRGB menunjukan rerata lama rawat : 7,7 hari c)      Rencan pemulangan : bantuan untuk belanja, transpotasi dan perawatan/ pemeliharaan rumah kusus kaki antiembolik yang tepat 7.      Pemeriksaan Diagnostic Hemetrokrit



:



hemokonsenterasi ( peningkatan Ht ) potrnsial resiko



pembentukan thrombus. Pemeriksaan koagulasi : dapat menyatakan hiperkoagulasi Pemeriksaan vaskuler noninvasive ( oskilometri Doppler, toleransi latihan, plestismografi impendan dan skan duplek); pertumbbuhan pada aliran darah dan identifikasi volume vena tersumbat, kerusakan vaskuler dan kegagalan vaskuler. Tes trendelenbung : dapat menunjukan tidak kompoten pembulu kutup Venografi : secara radiografi memastikan dianosa melalui MRI



:



perubahan aliran atau ukuran saluran dapat berguna mengkaji aliran turbulen darah dan gerakan, kompentensi vena kutp



8.      Prioritas Keperawatan a)      Mempertahankan perfusi jaringan b)      Meningkatkan kenyamanan ooptimal



c)      Mencegah komplikasi d)     Memberikan informasi tentang proses penyakit/prognosis dan program pengobatan. 9.      Tujuan Pemulangan



a)      Perfusi jaringan memperbaiki kaki yang sakit, b)      Nyeri/ketidaknyamanan hilang.’ c)      Komplikasi tercegah/teratasi. d)     Proses penyakit/prognosis dan kebutuhan terapeuik dipahami



B.     DIAGNOSA KEPERAWATAN 1.      Diagnosa Keperawatan dapat dihubungkan dengan



:



 Perfusi Jaringan, Kerusakan, Perfusi penurunan aliran darah/statis vena (obstruksi vena



sebagian/penuh). kemungkinan dibuktikan oleh :1.      edema jaringan, nyeri. 2.     



Peurunan



nadi



perifer,



pengisian



kapiler



lambat/menurun. 3.      Perubahan warna kulit (pucat, eritema). 1.      menunjukan kebaikan perfusi yang dibuktikan



Hasil Yang Diharapkan atau Kriteria Evaluasi Pasien Akan:



oleh adanya nadi perifer/sama, warna kulit dan suhu normal, tak ada edema.  2.      Peningkatan perilaku/tindakan yang meningkatkan  perfusi jaringan. 3.      Menunjukkan peningkatan toleransi terhadap :



aktivitas. Nyeri, [Akut], dan [Ketidak Nyamanan]



:



penurunan sirkulasi arteri dan oksigenasi jaringan



2.      Diagnosa Keperawatan dapat dihubungkan dengan



dengan produksi/akumulasi asam laktat pada kemungkinan dibutuhkan



jaringan. :1.      laporan nyeri, nyeri tekan, sakit atau terbakar. 2.      Hati-hati pada kaki yang sakit



Hasil Yang Diharapkan atau Kriteria Evaluasi Pasien Akan:



3.      Gelisah, parilaku distraksi 1.      Melaporkan nyeri/ ketidak nyamanan hilang/ terkontrol 2.      Menyatakan metoda yang memberi penghilang nyeri Menunjukan tindakan rileks; mampu tidur atau istirahat diingikan



dan



meningkatkan



aktifitas



yang



3.      Diagnosa Keperawatan



:



Kurang Pengetahuan [Kebutuhan Belajar],



Tentang Kondisi, Progam Pengobatan :1.      Kurang tercapai



dapat dihubungkan dengan



2.      Kesalahan interpentasi informasi 3.      Tidak mengenal sumber informasi 4.      Kurang pengingat kemungkinan dibuktikan oleh :1.      Minta informasi 2.      Penyataan kesalahan konsep 3.      Tidak dapat menikuti intruksi Hasil Yang Diharapkan atau Kriteria Evaluasi Pasien Akan:



4.      Terjadinya komplikasi yang dapat dicegah 1.      Menyatakan pemahan proses penyakit, progam pengobatan dan pembatasan 2.      Berpartisipasi dalam proses pembelajaran 3.      Mengidentifikasi /tanda /gejala yang memerlukan evaluasi medis



D.    INTERVENSI DAN RASIONAL MENURUT DIAGNOSA KEPERAWATAN 1.      Diagnose Keperawatan : Perfusi Jaringan, Kerusakan, Perfusi TINDAKAN / INTERVENSI RASIONAL mandiri : lihat ekstermitas untuk warna kulit gejala-gejala



membantu



pembedahan



antara



dan perubahan suhu, juga edema tromboflebitis superfisial dan TVD. Kemerahan, (dari lipat paha sampai telapak panas, nyeri dan edema local adalah krakteristik kaki). Catat simestermitas betis; adalah karakteristik TVD. Vena betis mengalami ukur



dan



laporkan



catat



lingkar



kemajuan



betis TVD sehungan dengan tak adanya edema; terkena



proksimal vena femoralis sehhubungan dengan adanya



proses inflamasi, penyebab nyeri.



edema ringan sampai sedang; trombosit vena



ilioflebitis dikarakterlikan oleh edema berat. kaji ekstermitas untuk penonjolan disensi vena supervisial dapat terjadi pada TVD vena yang jelas.



karena aliran balik melalui vena percabangan.



Palpasi ( perlahan) untuk tegangan Bukti tromboflebitis pad vena super fisial dapat jaringan



local



regangan



kulit, terlihat atau teraba.



ikatan/tonjolan vena. kaji pengisian kapiler dan



penurunan pengisian kapiler biasanya ada pada



pemeriksaan tanda human.



TVD. Tanda human positif (nyri betis dalam pada kaki yang sakit pada posisi kaki dorsolfeksi) tidak konsisten sebagai manifestasi klinik yang dapat



ada atau tidak ada. tingkat tirah baring selama fase sampai pengobatan akut.



diselesaikan,



pembatasan



aktivitas menurunkan kebutuhan oksigen dan nutrisi



pada



ekstermitas



yang



sakit



dan



meminimalkan kemungkinan penyebab thrombus / pembentukan emboli. tinggikan kaki bila ditempat tidur menurunkan pembengkakan



jaringan



dan



atau duduk, sesuai indikasi secara pengosongan cepat vena superfisial dan tibial. periodic



tingkatkan



kaki



dan Mencegah distensi berlebihan dan sehingga



telapak kaki di atas tinggi jantung.



meningkatkan aliran balik vena. catatan : beberapa dokter meyakini bahwa meninggikan



kaki



berpontensi



meninggikan



thrombus jadi meningkatkan risiko embolisasi dan penurunan sirkulasi ke bagian distalekstremitas. lakukan latihan efektif atau pasif tindakan ini dilakukan untuk meningkatkan aliran sementara di tempat tidur (contoh : balik vena dari ekstermitas yang lebih rendah dan secara



periodic, menurunkan statis vena, juga memperbaiki tonus



fleksi/ekstensi/rotasi memlaukan



kai)



ambulasi



bantu otot umum/regangan.



bertahap



(contoh : jalan 10 menit/jam) segera setelah pasien di izinkan turun dari tempat tidur. peningkatan pasien



untuk pembatasana fisik terhadap sirkulasi menggangu



menghindari menyilang kaki atau aliran darah dan meningkatkan stasis vena pada hiperfleksi lutut (posisi duduk pelvis,popliteal dengan



kaki



berbaring menyilang)



bergantung dengan



atau meningkatkan posisi ketidaknyamanan.



dan



pembulu pembengkakan



kaki



jadi dan



anjurkan menghindari



pasien



untuk aktivitas



pijat/urut



ini



potensial



memecahkan



atau



pada menyebabkan thrombus, menyebabkan embolisasi



ekstremitas yang sakit. dorongan latihan nafas dalam.



dan peningkatan resiko komplikasi. meningkatkan tekanan negative pada toraks yang



membantu pengosongan vena besar. tingkat pemasukan cairan sampai dehidrasi meningkatkan viskositas darah dan statis sedikitnya



2000ml/hari



dalam vena, pencetus terbentuk thrombus.



toleransi jantung. kolabirasi : lakukan kompres hangat, basah dapat diberikan untuk meningkatkan vasodilatasi atau panas pada esktremitas yang dan aliran balik vena dan perbaikan edema local. catatan :



sakit bila diindikasikan



dapat dikontraindikasikan pada adanya infusiensi arteri



dapat



meningkatkan



kebutuhan komsumsi oksigen/nutrisi. Selanjutnya mengakibatkan ketidak



seimbangan



antara suplai dan kebutuhan. berikan antikoagulan contoh : 1.      Hepering melalui IV kontinu atau heparin intermiter,



injeksi



diperluka



karena



cara



kerja,



kerja



subkutan antagonis yang dapat diperkirakan pada thrombin



intermiten; atau derifat koumarin seperti pembekuan dan juga membuat kerja factor (Coumadine)



koagulan XII,XI,IX,X (jalur interistik) mencegah pembentukan mempunyai



bekuan efek



lanjut.



depresan



Coumadin poten



pada



pembentukan protombin hati dari vitamin K dan gangguan pembentukan factor VII,IX,X (jalan eksrinsik). Comadin 2.     



dapat



digunakan



untuk



jangka



panjang/terapi pasca pulang. Agen trombolitik, streptokinase, dapat digunakan untuk pengobatan akut (kurang urokinase.



dari 10 hari) atau TVD massif untuk mencegah kerusakan kutup dan terjadinya kegagalan vena kronis. Heparin biasanya mulai beberapa jam



setelah terapi trombolitik selesai. pantau pemeriksaan laboratorium pantau terapi antikoagulan dan adanya factor sesuai indikasi: masa protombin resiko contoh hemokontrasi dan hidrasi, yang (PT), masa tromboplastin (PTT), potensial membentuk bekuan. masa



tromboplastin



teraktifasi



parsial (APTT), darah lengkap. lakukan/aturan stoking penekan penekanan terhadap dengan alat dapat digunakan bertapa,



penekan



pneumatic untuk memperbaiki aliran darah dan pengosongan



intermiten, bila dibandingkan. pembulu memberikan tindakan pompa otot buatan. berikan dukungan kaus kaki elastic dukungan kaus kaki penekan yang tepat berguna setelah fase akut. Hati-hati untuk bila menghindari efek torniket.



(bila



ambulasi



telah



dimulai)



untuk



memimalkan atau memperlambat pembekuan sindrom



pascaflebotik.



Harus



berkelanjutan,



meskipun penyebab tekanan keseluruh permukaan betis



dan



paha



menurunkan



besanya



vena



superfisial dan meningkatkan aliran darah ke vena siapkan



intervensi



bedah



diindikasikan.



dalam. bila trombektomi (eksis thrombus) kadang-kadang perlu bila inflamasi meluas secara proksimal atau sirkulasi



terbatas



luas/berulang



tidak



sekali.episode



trombotik



responsive



terhadap



pengobatan medis (atau bila terapi koagulan dikontradikasi ) dapat memerlukan inseri vena kava layar/payung.



2.      Dignosa Keperawatan : Nyeri, [Akut], dan [Ketidak Nyamanan] TINDAKAN/INTERVENSI RASIONAL mandiri : kaji derajat nyamanan /nyeri. Catat derajat nyeri secara langsung berhubungan dengan perilaku melindungi ekstermitas. meluasnya kekurangan sirkulasi, proses inflasi, Palpasi kaki dengan hati-hati



dengan hipoksia dan edema luas sehubungan



dengan tentukanya thrombus. pertahankan tirah baring selama menurunkan ketidak nyamanan



sehubungan



fase akut. tinggikan ektremitas yang sakit.



dengan krontraksi otot dan gerak. mendorong aliran balik vena untuk memudahkan sirkulasi. Menurunkan pembentukan statis/edema.



berikan ayunan kaki.



ayunan mempertahankan tekanan baju tidur pada kak yang sakit sehingga menurunkan ketidak



dorong



pasien



mengubah posisi. pantau tanda



untuk



nyamana tekanan. sering menurunkan/ mencegah kelemahan otot membantu



vital,



meminilmalkan spasme otot. catat peningkatan frekuensi jantung dapat meninjukan



peningkatan suhu.



peningkatan nyeri/ketidak nyamanan atau terjadi respons terhadap demand an proses inflamasi. Dengan



yang



terjadi



meningkatkan



ketidak



nyamanan pasien. selidiki laporan nyeri dada tiba- tanda/gajala ini menunjukan adanya emboli paru tiba atau tajam disertai dengan sebagai akibat TVD. dyspnea, takikardia dan ketakutan. kolaborasi : berikan obat, sesuai indikasi : 1.      Analgesic (narkotin/non 



mengurangi nyeri dan menurunkan teggang otot.



narkotin) 2.      Antipiretik contoh aseta



menurunkan nyeri dan inflamasi.



minofen



catatan : resiko pendarahan



mungkin



meningkat



oleh



adanya penggunaan obat yang mempengaruhi lakukan



kompres



panas



fungsi trombosit contoh ASA dan NSAID. pada penyebab vasodilatasi yang meningkatkan



eksremitas sesuai indikasi.



sirkulasi; merilekskan otot dan dapat merangsang pengeluaran endrofil natural.



3.      Diagnosa Keperawatan : Kurang Pengetahuan [Kebutuhan Belajar],Tentang Kondisi, Progam Pengobatan TINDAKAN/INTERVENSI Mandiri :



RASIONAL



kaji ulang patofisiologis kondisi memberikan dasar pengetahuan dimana pasien dan



tanda/gejala



komplikasi



kemungkinan dapat membuat pilihan berdasarkan informasi dan



contoh



emboli memahami/mengidentifikasi



kebutuhan



paru,kegagalan vena kronik, luka perawatan kesehatan. stasis vena (sindrom pascaflebook) jelaskan tujuan pembatasan istirahat menurunkan kebutuhan oksigen dan aktivitas



dan



kebutuhan nutrisi jaringan yang rusak dan menurunkan



keseimbangan aktivitas/tidur.



risiko



pemecahan



thrombus.



Keseimbangan



istirahat mencegah kelelahan dan ganguan lanjut adakan



perfusi seluler. latihan membantu dalam



latihan/program



yang tepat.



mengembangkan



sirkulasi



koleteral, meningkatkan aliran balik vena dan



mencegah kambuh. selesaikan maslah factor pencetus melibatkan pasien secara aktif dalam identifikasi yang mungkin ada contih tindakan dan melakukan perubahan pola hidup /perilaku yang lama; (korsel



memerlukan



berdiri/duduk untuk meningkatkan kesehatan dan pencegahan



mengunakan /kaus



baju



kaki);



keset kambuhnya kondisi /terjadinya komplikasi.



pengunaan



kontrasepsi oral; kegemukan, tirah baring lama /imonilisasi; dehidrasi diskursikan tujuan, sosis meningkatkan antikoagulan.Tekangkan pentingny



keamanan



pasien



menurunkan risiko tidak adekuantnya respoons



a mengunakan obat sesuai resep teraupetik /lambatnya efek sampig identifikasi pencegahan keamanan, menurunkan risiko cedera traumatic contoh



penggunaan



sikat



dengan



yang



gigi, potensial pendarahan /pembekuan.



pencukur jenggot elektrik, sarung tangan



untuk



menghiandari (termaksuk dengan



berkebun, objek



tusuk



sandal,



gigi),



tajam jalan



meningkatkan



latihan olah raga /aktivitas atau hidup dengan keras. kaji ulang kemungkanan interaksi salisial dan kelebihan alcohol penurunan aktivitas



obat



dan



tekankan



perlunya pretrombin juga vitamin K (multivitamin, pisang,



membaca label kandungan obat sayuran yang dijual bebas



indentifikasi



efek



hijau).



protrombin.



Barbilatase



metabolisme



obat



mengganggu



flora



aktivitas



meningkatkan



koumarin intersinal



antibiotic dan



mempangaruhi metesis vitamin K. antikoagulan deteksi dini kerusakan efek



selama memerukan perhatian medis (memanjangnya contohnya



Meningkatkan



pendarahan



dari intervensi



pembekuan)



berkala



dan



dapat terapi



memungkankan



dapat



mencagah



membrane mukosa (hidung, gusi). komplikasi serius. Perdarahan dari kuku / tusukan. Kemerahan berat setelah trauma minimal terjadinya petekie. tekankan peningkatanya evalusi pemahaman bahwa pengawasan ketat terhadap medis /tes laboraturium dorongan /gelang



terapi anti koagunalan adalah (rentang dosis



mengunakan inditifikasi



traupeutik partisipasi pasien kartu mewaspadakan pemberi perawtan



kewaspadan- untuk menggunakan antikoagulan



medik sesuai indikasi. kaji ulang tujuan dan tunjukan pemahaman tindakan



/pekepasan



kesehatan



kaus



dapat



meningkatkan



kerjasama



kaki dengan sama yang diprogamkan dan mencegah



antiembolik yang benar pengunaan tidak tepat /tidak efektif anjurkan perawatan kulit ektremitas kongesti vena /sindrom pascaflebotik kronis bawah contoh pencegahan / upaya dapat pengobatan



luka



kulit



terjadi



(khususnya



pada



adanya



dan keterlibahtan vaskuler berat dan episode kambuh)



melaporkan adanya lesi /luka atau potensial risiko stasis luka /infeksi perubahan warna kulit E.     Setelah tindakan keperawatan diberikan pada pasien trombosis ,maka hasil evaluasi yang diharapkan 1.      perfusi adekuat 2.      rasa nyaman terpenuhi 3.      komplikasi tidak terjadi



4.      pengetahuan pasien meningkat tentang asuhan keperawatan trombosis baik yang bersifat pencegahan maupun pengobatan yang sedang dilakukan



DAFTAR PUSTAKA Naga, S Sholeh. 2012. Ilmu Penyakit Dalam. Banguntapan Yogyakarta : DIVA Press Kimberly A.J Bilotta. 2011. Kapita Selecta Penyakit. Jakarta : EGC Nettina M. Sandra. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta : EGC Doenges, Marlynn E. 1993. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta



.



LAPORAN KASUS “DEEP VEIN THROMBOSIS” 1. IDENTITAS PASIEN Nama



: IMR



Umur



: 73 tahun



Jenis Kelamin



: Perempuan



Kewarganegaraaan : Indonesia Alamat



: JL. Gunung Kidul No.11A Denpasar



Agama



: Hindu



Pekerjaan



: Pedagang



Status Pernikahan



: Menikah



Tgl MRS



: 26 Oktober 2015



Tgl Pemeriksaan



: 29 Oktober 2015



2. ANAMNESIS Keluhan Utama : Bengkak



Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang dalam keadaan sadar ke UGD RSUD Wangaya diantar oleh keluarganya pada tanggal 26 Oktober 2015. Pasien datang dengan keluhan utama berupa kaki kiri bengkak. Dikatakan keluhan ini dialami pasien sejak kurang lebih 2 minggu SMRS. Keluhan bengkak ini dirasakan pada pergelangan kaki hingga betis kiri dan dikatakan berwarna merah serta terasa panas. Keluhan ini dirasakan terus menerus sejak 2 minggu SMRS, pada awalnya bengkak terlihat pada pergelangan kaki kiri, kemudian makin lama meluas ke betis kiri, dan beberapa hari kemudian kaki kiri pasien berubah menjadi merah dan panas, tidak ada rasa nyeri pada kaki yang awalnya dirasakan pasien. Pasien mengatakan tidak ada hal yang membuat keluhan tersebut membaik ataupun memburuk. Semenjak dirawat di RSUD Wangaya dikatakan keluhan bengkak sudah banyak berkurang, namun kini pasien merasakan nyeri pada kaki kiri dan seperti rasa terbakar.



Selain rasa lemas pasien juga mengeluhkan mengalami banyak kencing, keluhan tersebut dirasakan pasien secara tiba-tiba semenjak kurang lebih 1 hari SMRS. Dikatakan pada hari itu pasien menjadi sering ingin buang air kecil hingga 6-7 kali dalam sehari dengan volume kira-kira ¼ gelas aqua (60ml). urin pasien dikatakan berwarna kuning keruh, namun dikatakan tidak bercampur adanya darah. Pasien mengatakan tidak mengalami demam. Pasien mengatakan tidak ada hal yang membuat keluhannya membaik ataupun memburuk. Semenjak dirawat di RSUD Wangaya dikatakan keluhan banyak kencing menjadi lebih berkurang dibandingkan saat pertama kali datang. Untuk buang air besar (BAB) dikatakan masih lancar dan tidak nyeri. Dimana frekuensi BAB pasien dikatakan tidak menentu dengan feses yang padat berwarna kuning kecoklatan tanpa ada darah ataupun lendir. Nafsu makan dan minum pasien dikatakan menurun semenjak sakit.



Riwayat Penyakit Sebelumnya 1 minggu sebelum dibawa ke RSUD Wangaya, pasien sempat dibawa ke sebuah rumah sakit swasta karena keluhan bengkaknya. Di rumah sakit tersebut dikatakan pasien disarankan untuk kontrol ke poli saraf. Namun keluhan pasien tidak kunjung membaik sehingga akhirnya dibawa ke RSUD Wangaya untuk mendapat pertolongan. Pasien mengatakan memiliki riwayat hipertensi sejak 2 tahun yang lalu, dikatakan sudah teratur kontrol dan meminum obat berupa captopril 1 x 12,5 mg. Riwayat penyakit seperti kencing manis, penyakit jantung ataupun asma disangkal oleh pasien.



Riwayat Keluarga Di keluarga dikatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama seperti pasien. Riwayat hipertensi, kencing manis, ataupun gangguan jantung pada anggota keluarga disangkal oleh pasien.



Riwayat Sosial Pasien bekerja sebagai pedagang sembako di toko milik pribadi. Namun 2 minggu terakhir tidak membuka toko dan beristirahat di rumah oleh karena keluhan yang dialaminya. Riwayat



mengkonsumsi alkohol, rokok, maupun obat-obat terlarang disangkal oleh pasien. Pasien mengatakan ia biasa meminum 1-2 gelas kopi per harinya



3. PEMERIKSAAN FISIK Kondisi Umum -



Kondisi umum



-



Kesadaran : Compos mentis (GCS: E4V5M6)



-



Berat badan



: 75 kg



-



Tinggi Badan



: 155 cm



-



BMI



: 31,22 kg/m2



-



Gizi



: Cukup



: Sakit Sedang



Tanda-Tanda Vital -



Tekanan darah



: 150/90 mmHg



-



Nadi



: 80 kali/menit



-



Respirasi



: 18 kali/menit



-



Suhu aksila



: 36,2oC



-



Skor nyeri : 1 (VAS)



Pemeriksaan Umum Mata



: anemis +/+, ikterus -/-, reflek pupil +/+ Isokor



THT



:



Leher



-



Telinga : daun telinga N/N, sekret tidak ada, pendengaran normal



-



Hidung : sekret tidak ada



-



Tenggorokan : tonsil T1/T1 hiperemis (-), faring hiperemis (-)



-



Lidah : ulkus (-), papil lidah atrofi (-)



-



Bibir : basah, stomatitis (-) : JVP + 0 cm H2O, pembesaran kelenjar getah bening (-)



Thoraks : Cor



:



Inspeksi



: Iktus kordis tidak tampak



Palpasi



: Iktus kordis tidak teraba, kuat angkat (-)



Perkusi : -



batas atas jantung ICS 2 sinistra



-



batas kanan jantung PSL dekstra



-



batas kiri jantung MCL ICS 5 sinistra



Auskultasi : S1 S2 tunggal regular, murmur (-) Pulmo : - Inspeksi



: simetris saat statis dan dinamis



- Palpasi



: vokal fremitus N/N, pergerakan simetris



- Perkusi



: sonor/sonor



- Auskultasi



: vesikuler +/+, ronki -/-, wheezing -/-



Abdomen : -



Inspeksi



-



Auskultasi : bising usus (+) normal



-



Palpasi



: distensi (-), shifting dullness (-)



: hepar tidak teraba, lien tidak teraba, ginjal tidak teraba,



epigastrium (-) -



Perkusi



Ekstremitas



: timpani (+), ascites (-)



: Akral hangat +/+, +/+



edema -/+/-



nyeri tekan



4. PEMERIKSAAN PENUNJANG



Hematologi Darah Lengkap Parameter



Hasil



Satuan



Nilai



RBC



(26 Oktober 2015) 3,78 (L)



M/UL



Rujukan 4,2-5,4



Hb



11,7 (L)



g/dL



12-16



Hematokrit



32,5 (L)



%



37-47



MCV



86,0



fL



80-100



MCH



31,0



Pg



27-32



MCHC



36,0



%



31-36



RDW-CV



16,9 (H)



%



11,5-14,5



Trombosit



232



K/UL



150-400



MPV



9,8



fL



7,8-11



Leukosit



19,44 (H)



K/UL



4-10,2



Eosinofil %



1,2



%



0-5



Basofil %



0,2



%



0-2



Neutrofil %



69,7



%



47-80



Limfosit %



20,2



%



13-40



Monosit %



8,7 (H)



%



2-8



Diff



Kimia Klinik (26 Oktober 2015) Parameter



Hasil



Satuan



Nilai



SGOT



14,56



U/L



Normal 11-33



SGPT



27,86



U/L



11-50



BS Acak



125



mg/dL



70-140



BUN



25



mg/dL



10-50



Creatinin



1,1



mg/dL



0,6-1,2



*H : Diatas nilai rujukan *L : Dibawah nilai rujukan



Kimia Klinik (27 Oktober 2015) Parameter D-Dimer



Hasil 16,91



Satuan ug/dL



Nilai Rujukan