Laporan Pendahuluan Hiperemesis Gravidarum [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Maternitas



DI SUSUN OLEH:



WAWAN ADI SAPUTRA SAMSUL 14420202172



PERCEPTOR INSTITUSI



Ns. Wa ode sri asnaniar S.kep.,M.kes



PERCEPTOR KLINIK



Hj.Asnia Said,S.ST.,M.Kes



PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT



UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA 202 A. KONSEP MEDIS 1. Definisi Hiperemesis gravidarum (HG) merupakan komplikasi kehamilan yang ditandai dengan mual dan muntah secara terus menerus yang dapat menyebabkan penurunan berat badan lebih dari 5% dari berat badan sebelum hamil, dehidrasi, asidosis metabolik akibat kelaparan, alkalosis akibat kehilangan asam klorida, dan hipokalemia. Hiperemesis biasanya mulai terjadi pada kehamilan minggu ke 4 hingga minggu ke 6, kemudian tingkat keparahan meningkat pada minggu ke 8 hingga minggu ke 12, dan biasanya berakhir pada minggu ke 20. Mual dan muntah tersebut biasanya hilang setelah trimester pertama. Hiperemesis diperkirakan terjadi pada 5 per 1000 kehamilan. Menurut sumber lain hiperemesis gravidarum terjadi pada 0.5% hingga 2% kehamilan (Dinah Nurbaity et al. 2019). Hiperemesis gravidarum dapat terjadi sebagai interaksi antara faktor biologis, psikologis, dan sosiokultural. Diduga bahwa wanita yang memiliki indeks massa tubuh rendah memiliki tingkat estrogen sebelum hamil yang rendah dan memiliki respons berlebihan terhadap peningkatan kadar estrogen selama trimester pertama. Estrogen sendiri



memiliki banyak efek pada



saluran gastrointestinal (GI). Tingginya kadar estrogen menyebabkan waktu transit usus lebih lambat dan dapat menghambat pengosongan lambung (Dinah Nurbaity, Candra, dan Yudi Fitranti 2019). Mual dan muntah pada kehamilan terjadi karena pengaruh hCG, penurunan tonus otot-otot traktus digestivus sehingga seluruh traktus digestivus mengalami penurunan kemampuan bergerak. Peningkatan kadar Human Chorionic Gonadotropin (hCG) akan menginduksi ovarium untuk memproduksi estrogen yang dapat merangsang mual dan muntah. Hiperemesis Gravidarum merupakan suatu keadaan yang ditandai rasa mual dan muntah yang berlebihan, kehilangan berat badan dan gangguan keseimbangan elektrolit, ibu terlihat lebih kurus, turgor kulit berkurang dan mata terlihat



cekung. Apabila ibu hamil yang mengalami hal-hal tersebut tidak melakukan penanganan dengan baik dapat menimbulkan masalah lain yaitu peningkatan asam lambung dan selanjutnya dapat menjadi gastritis. Peningkatan asam lambung akan semakin memperparah hiperemesis gravidarum (Rofi’ah, Widatiningsih, dan Arfiana 2019). 2. Tingkatan Hiperemesis Gravidarum Menurut (Runiari 2010) berat ringannya gejala hiperemesis gravidarum dapat dibagi ke dalam tiga tingkatan sebagai berikut : 1. Tingkat I Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum. Pada tingkatan ini ibu hamil merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan merasa nyeri pada epigastrium. Nadi meningkat sekitar 100 kali per menit, tekanan darah sistolik menurun, dapat disertai peningkatan suhu tubuh, turgor kulit berkurang, lidah kering dan mata cekung. 2. Tingkat II Ibu hamil tampak lebih lemas dan apatis, turgor kulit lebih menurun, lidah kering dan tampak kotor, nadi kecil dan cepat, tekanan darah turun, suhu kadang-kadang naik, mata cekung dan sedikit ikterus, berat badan turun, hemokonsentrasi, oligouria, dan konstipasi. Aseton dapat tercium dari hawa pernapasan karena mempunyai aroma yang khas, dan dapat pula ditemukan dalam urine.



3. Tingkat III Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dari somnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun, serta suhu meningkat. Komplikasi fatal terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai wenickle ensefalopati. Gejala yang dapat timbul seperti nistagmus, diplopia, dan perubahan mental, keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B kompleks.



Timbulnya ikterus menunjukkan terjadinya payah hati. Pada tingkatan ini juga terjadi perdarahan dari esofagus, lambung, dan retina. 3. Faktor Resiko Menurut (Dinah Nurbaity et al. 2019) ada beberapa faktor resiko penyakit hiperemesis gravidarum antara lain : 1. Usia ibu Usia ibu merupakan faktor resikodari hiperemesis gravidarum yang berhubungan dengan kondisi psikologis ibu hamil. Literatur menyebutkan bahwa ibu dengan usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun lebih sering mengalami hiperemesis gravidarum. 2. Usia gestasi Usia gestasi atau usia kehamilan juga merupakan faktor resiko hiperemesis gravidarum, hal tersebut berhubungan dengan kadar hormon korionik gonadotropin, estrogen dan progesteron di dalam darah ibu. Kadar hormone korionik gonadotropin merupakan salah satu etiologi yang dapat menyebabkan hiperemesis gravidarum. Kadar hormon gonadotropin dalam darah mencapai puncaknya pada trimester pertama, tepatnya sekitar mingu ke 14-16. Oleh karena itu, mual dan muntah lebih sering terjadi pada trimester pertama 3. Jumlah gravida Hal tersebut berhubungan dengan kondisi psikologis ibu hamil dimana ibu hamil yang baru pertama kali hamil akan mengalami stress yang lebih besar dari ibu yang sudah pernah melahirkan dan dapat menyebabkan hiperemesis gravidarum, ibu primigravida juga belum mampu beradaptasi terhadap perubahan korionik gonadotropin, hal tersebut menyebabkan ibu yang baru pertama kali hamil lebih sering mengalami hiperemesis gravidarum. 4. Patofisiologi Secara umum berdasarkan berbagai teori, pada hiperemesis gravidarum terjadi mual, muntah dan penolakan semua makanan dan minuman yang masuk, sehingga apabila terus-menerus dapat menyebabkan dehidrasi, tidak



imbangnya kadar elektrolit dalam darah, dengan alkalosis hipokloremik. Selain itu hiperemesis gravidarum mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi karena energi yang didapat dari makanan tidak cukup, lalu karena oksidasi lemak yang tidak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidroksi butirik dan aseton dalam darah sehingga menimbulkan asidosis. Selanjutnya, dehidrasi yang telah terjadi menyebabkan aliran darah ke jaringan berkurang, hal tersebut menyebabkan pasokan zat makanan dan oksigen berkurang dan juga mengakibatkan penimbunan zat metabolik yang bersifat toksik didalam darah. Kemudian, hiperemesis gravidarum juga dapat menyebabkan kekurangan kalium akibat dari muntah dan ekskresi lewat ginjal, yang menambah frekuensi muntah yang lebih banyak (Dinah Nurbaity et al. 2019) 5. Manifestasi klinis Menurut (Dinah Nurbaity et al. 2019) Hiperemesis gravidarum, menurut berat ringannya gejala dapat dibagi ke dalam 3 tingkatan. 1. Tingkat 1 (Ringan) Mual muntah terus menerus mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu merasa lemah, tidak nafsu makan, berat badan turun dan rasa nyeri pada epigastrium, nadi sekitar 100 kali per menit, tekanan darah sistolik menurun, turgor kulit mengurang, lidah kering, mata cekung. 2. Tingkat 2 (Sedang) Penderita lebih lemah dan apatis, turgor kulit lebih mengurang, lidah kering dan kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik, dan mata sedikit ikterik, berat badan turun, mata cekung, tensi turun, hemokonsentrasi, oliguri dan konstipasi. Dapat pula terjadi acetonuria dan nafas bau aceton. 3. Tingkat 3 (Berat) Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dari somnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat  kesadaran, suhu badan meningkat, tensi menurun, icterus, komplikasi fatal terjadi pada susunan syaraf pusat (ensefalopati wernicks) dengan gejala : nistagmus, diplopia,



perubahan mental. Keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B kompleks.Timbulnya ikterus menunjukkan adanya payah hati. 6. Penatalaksanaan Penatalaksaan pada ibu dengan hiperemesis gravidarum dapat dilakukan dimulai dengan (Agustina dan Suwarni 2018) : 1. Informasi Informasi yang diberikan pada ibu hamil adalah informasi bahwa mual dan muntah dapat menjadi gejala kehamilan yang fisiologis dan dapat hilang sendiri setelah kehamilan berlangsung beberapa bulan. Namun tidak ketinggalan diberikan informasi, bahwa apabila mual dan muntah yang terjadisudah mengganggu dan menyebabkan dehidrasi, maka ibu tersebut harus segera melaporkannya ke fasilitas kesehatan terdekat 2. Obat-obatan Yang dapat diberikan kepada ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum



akibat



stress



psikologis



adalah



obat



sedatif



seperti



phenobarbital. Dapat juga diberikan vitamin seperti vitamin B yang berfungsi mempertahankan kesehatan syaraf jantung dan otot serta meningkatkan perbaikan dan pertumbuhan sel. Lalu diberikan pula antihistamin atau antimimetik seperti disiklomin hidrokloride pada keadaan yang lebih berat untuk kondisi mualnya. Lalu untuk mual dan muntahnya dapat diberikan vitamin B6.



3. Isolasi Isolasi dilakukan di ruangan yang tenang, cerah dan ventilasi udara yang baik. Lalu dicatat pula cairan yang masuk dan keluar dan tidak diberikan. makan dan minum selama 24 jam, karena kadang-kadang dengan isolasi saja gejala-gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan.



4. Terapi psikologik Pada terapi psikologik, perlu diyakinkan pada pasien bahwa penyakit dapat disembuhkan,hilangkan rasa takut oleh kehamilan, dan mengurangi masalah yang dipikirkan. 5. Diet a. Tujuan Diet 1) Mengganti persediaan glikogen tubuh dan mengontrol asidosis. 2) Secara berangsur memberikan makanan berenergi dan zat gizi yang cukup. b. Syarat Diet 1) Karbohidrat tinggi, yitu 75-80% dari kebutuhan energy total 2) Lemak rendah, yaitu ≤10% dari kebutuhan energy total 3) Protein sedang, yaitu 10-15% dari kebutuhan energy total 4) Makanan diberikan dalam bentuk kering; pemberian cairan disesuaikan dengan keadaan pasien, yaitu 7-10 gelas per hari 5) Makanan mudah cerna, tidak merangsang saluran cerna, dan diberikan dalam porsi kecil 6) Bila makan pagi dan siang sulit diterima, dioptimalkan makan malam selingan malam 7) Makanan secara berangsur ditingkatkan dalam porsi dan nilai gizi sesuai keadaan dan kebutuhan gizi pasien c. Macam diet dan indikasi pemberian 1) Diet Hiperemesis I Diet Hiperemesis I diberikan kepada pasien dengan hiperemesis berat. Makanan hanya terdiri dari roti kering, singkong bakar atau rebus, ubi bakar atau rebus, dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan, tetapi 1-2 jam sesudahnya. Semua zat gizi pada makanan ini kurang kecuali vitamin C, sehingga hanya diberikan selama beberapa hari 2) Diet Hiperemesis II



Diet Hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah sudah berkurang. Secara berangsur mulai diberika bahan makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman tidak diberikan bersama makanan. Pemilihan bahan makanan yang tepat pada tahap ini dapat memenuhi kebutuhan gizi, kecuali kebutuhan energy 3) Diet Hiperemesis III Diet Hiperemesis III diberikan kepada pasien dengan hiperemesis ringan. Sesuai dengan kesanggupan pasien, minuman boleh diberikan bersama makanan. Makanan ini cukup energy dan semua zat gizi 6. Pemberian cairan pengganti Cairan pengganti dapat diberikan dalam keadaan darurat sehingga keadaan dehidrasi dapat diatasi. Cairan pengganti yang diberikan adalah glukosa 5% sampai 10% dengan keuntungan dapat mengganti cairan yang hilang dan berfungsi sebagai sumber energi sehingga terjadi perubahan metabolism dari lemak menjadi protein menuju kearah pemecahan glukosa. Cairan tersebut dapat ditambah vitamin C, B kompleks, atau kalium yang diperlukan untuk kelancaran metabolism.



Selama



pemberian



cairan



harus



memerhatikan



keseimbangan cairan yang masuk dan keluar melalui kateter, nadi, tekanan darah, suhu, dan pernapasan. Lancarnya pengeluaran urine member petunjuk bahwa keadaan ibu hamil berangsur-angsur membaik. Pemeriksaan yang perlu dilakukan adalah pemeriksaan darah, urine, dan bila memungkinkan pemeriksaan fungsi hati dan ginjal. Bila muntah berkurang dan kesadaran membaik, ibu hamil dapat diberikan makan minum monilisasi 7. Menghentikan kehamilan Pada beberapa kasus, pengobata hiperemesis gravidarum yang tidak berhasil justru mengakibatkan terjadinya kemunduran dan keadaan semakin menurun sehingga diperlukan pertimbangan untuk melakukan



pengguguran kandungan. Keadaan yang memerlukan pertimbangan penggugura kandungan adalah: 1) Gangguan kejiwaan (delirium, apati, somnolen sampai koma, terjadi gangguan jiwa ensefalopati Wenicke) 2) Gangguan



penglihatan



(pendarahan



retina,



kemunduran



penglihatan) 3) Gangguan faal (hati [ikterus], ginjal [anuria], jantung dan pembuluh darah [nadi meningkat, tekanan darah menurun]). Dengan memerhaikan keadaan tersebut, pengguguran kandungan dapat dipertimbangkan pada hiperemesis gravidarum 7. Komplikasi Pada mual dan muntah yang parah, lama dan sering dapat menyebabkan tubuh mengalami defisensi 2 vitamin penting yaitu thiamin dan vitamin K. Pada defisiensi thiamin, dapat terjadi Wernicke encephalopathy, yaitu suatu keadaan gangguan sistem saraf pusat yang ditandai dengan pusing, gangguan penglihatan, ataxia dan nistagmus. Penyakit ini dapat berkembang semakin parah dan menyebabkan kebutaan, kejang dan koma. Pada defisiensi vitamin K, terjadi gangguan koagulasi darah danjuga disertai dengan epistaksis (Dinah Nurbaity et al. 2019) 8. Pemeriksaan Diagnostik Menurut (Dinah Nurbaity et al. 2019) pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan adalah : 1. Laboratorium darah



:



hb,



haemotokrit,



golongan



darah,



kadar



estriol



urin : kemungkinan ditemui protein, aceton dan kadar estriol yang berkurang, reduksi. Pada pemeriksaan hiperemesis gravidarum grade I yang dilakukan : elektrolit darah dan urinalisis. pada hiperemesis gravidarum urin terdapat aseton 2. USG untuk mengetahui keadaan janin hidup, intrauterine, tunggal, cairan amnion berkurang, derajat kematangan plasenta



3. Pemeriksaan cardiotokografi (CTG) untuk mengetahui DJJ yang abnormal 4. pemeriksaan Amnioskopi untuk mengetahui air ketuban berkurang, bercampur mekonium dan mengandung sel-sel



B. KONSEP KEPERAWATAN 1. PENGKAJIAN 1) IDENTITAS KLIEN Nama Umur                                   Agama                                  Pendidikan                             Pekerjaan                               Suku/Bangsa                           No. Med. Rec                        Diagnosa Medis                     Tanggal pengkajian                Golongan Darah Alamat                          2) IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB Nama                                    Umur                                      Agama                                  Pendidikan                             Pekerjaan                               Suku/ Bangsa                         Alamat                                   Hubungan dengan klien         3) RIWAYAT KESEHATAN a. Keluhan Utama                      b. Riwayat kesehatan sekarang   c. Riwayat kesehatan dahulu      d. Riwayat kesehatan keluarga   e. Riwayat Keperawatan Prenatal          1) GPA                                  



2) Riwayat penggunaan kontrasepsi             a) Jenis                                   b) Mulai menggunakan           c) Terakhir menggunakan       d) Keluhan                              3) Riwayat menstruasi a) Menarche                           b) Siklus                                c) Keluhan                              d) Banyak darah                     e) HPHT                                 4) Riwayat perkawinan         a) Status perkkawinn                         b) Berapa kali menikah           c) Usia pernikahan                 d) Lama pernikahan           5) Riwayat kehamilan sekarang a) Usia kehamilan                   b) Test kehamilan                   c) Keluhan atau masalah        d) Mulai pergerakan anak       e) Pemakaian obat-obatan     : f) Kebiasaan (merokok/minum alkohol)        g) Pemeriksaan kehamilan (ANC)                 h) Keikutsertaan pada kelas persalinan          i) Imunisasi                                                    6) Riwayat kehamilan/persalinan dahulu      : No 1



Tahun



Usia



Usia



ibu



kehamilan



Lahir di



Tindakan persalinan



Kondisi bayi PB



BB



Patologis



4) ASPEK BIOLOGIS (PEMERIKSAAN FISIK) a. Keadaan Umum 1) Penampilan                   2) Kesadaran         Kualitas                  Kuantitas   E = , M = , V =               GCS = Fungsi kortikal       3) Tanda-tanda vital TD



:



R



:



P



:



S



:



BB sebelum hamil                 : BB sekarang                           : TB                                          : 4) Rambut dan kulit kepala 5) Muka                                       6) Mata 7) Hidung 8) Leher                                       9) Dada 10) Abdomen                                a) TFU = b) DJJ = c) Ballotemen            d) Letak janin            e) Presentasi              f) Masuknya presentasi g) Linea dan striae gravidarum h) Pergerakan janin     i) HIS                       



11) Genetalia                                 12) Flour albus             13) Perdarahan             14) Kebersihan             15) Keluhan                  5) AKTIFITAS SEHARI-HARI a. Nutrisi                         b. Istirahat/tidur c. Personal Hygiene d. Eliminasi e. Pola aktivitas 6) ASPEK PSIKOLOGIS a. Persepsi klien terhadap kehamilan b. Persepsi keluarga terhadap kehamilan. c. Konsep diri 7) ASPEK SOSIAL 8) ASPEK SPIRITUAL 9) PENGETAHUAN KLIEN DAN KELUARGA TENTANG : a. Perawatan payudara b. Perawatan kehamilan c. KB d. Persiapan persalinan 10) PEMERIKSAAN LAB DAN DIAGNOSTIK No



Jenis pemeriksaan Hematologi Darah perifer lengkap



1. 2. 3. 4.



Haemoglobin Leucosit Trombosit Hematokrit



Hasil



Nilai normal



Satuan



5. 6.



Eritrosit Golongan darah



11) THERAPY (Indriyani, Diyan, dan Asmuji 2016) 2. DIAGNOSIS KEPERAWATAN YANG BISA MUNCUL 1. Devisit nutrisi berhubungan dengan anoreksia, mual-muntah 2. Hipovilemia berhubungan dengan kehilangan cairan terhadap mual muntah 3. Ansietas berhubungan dengan Koping tidak efektif; perubahan psikologi kehamilan 4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidak adekuatan sumber energi sekunder (Tim Pokja SDKI PPNI 2017) 3. INTERVENSI KEPERAWATAN 1. Devisit nutrisi berhubungan dengan anoreksia, mual-muntah Manajemen Nutrisi Observasi 1) Identifikasi status nutrisi 2) Monitor asupan makanan 3) Monitor berat badan Terapeutik 1) Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. piramida makanan) 2) Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein 3) Berikan suplemen makanan, jika perlu Edukasi 1) Anjarkan diet yang di programkan 2) Anjurkan posisi duduk, jika mampu Kolaborasi



1) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan, jika perlu 2. Hipovilemia berhubungan dengan kehilangan cairan terhadap mual muntah Manajemen Hipovolemia Observasi 1) Periksa tanda dan gejala hopovolemia (mis. frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun, membran mukosa kering, volume urine menurun, hematokrit meningkat, haus, lemah) 2) Monitor intakedan output cairan Terapeutik 1) Hitung kebutuhan cairan 2) Berikan asupan cairan oral Edukasi 1) Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral Kolaborasi 1) Kolaborasi pemberian produk darah, jika perlu 3. Ansietas berhubungan dengan Koping tidak efektif; perubahan psikologi kehamilan Redukasi Ansietas Observasi 1) Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan nonbverbal) Terapeutik 1) Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika memungkinkan 2) Paham situasi yang membuat ansietas 3) Dengarkan dengan penuh perhatian Edukasi 1) Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami 2) Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan



Kolaborasi 1) Kolaborasi pemberian antiansietas, jika perlu 4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidak adekuatan sumber energi sekunder Manajemen Energi Obeservasi 1)



Identifikasi



gangguan



fungsi



tubuh



yang



mengakibatkan kelelahan 2)



Monitor pola jam tidur



Terapeutik 1) Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (misl.cahaya, suara, kunjungan Edukasi 1) Anjurkan tirah baring Kolaborasi 1) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makan (Tim Pokja SIKI PPNI 2018)



DAFTAR PUSTAKA Agustina, Wulandari dan Tri Suwarni. 2018. “Penatalaksanaan Ibu Hamil Dengan Hiperemesis Gravidarum Di Rumah Sakit Umum Daerah Wonogiri.” Journal On Medical Science 5:149–55. Dinah Nurbaity, Annisa, Aryu Candra, dan Deny Yudi Fitranti. 2019. “Faktor Risiko Hiperemesis Gravidarum Pada Ibu Hamil Di Semarang.” Journal Of Nutrition College 8:123–30. Indriyani, Diyan, dan Asmuji. 2016. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Rofi’ah, Siti, Sri Widatiningsih, dan Arfiana. 2019. “Studi Fenomenologi Krjadian Hiperemesis Gravidarum Pada Ibu Hamil Trimester I.” Jurnal Riset Kesehatan 8:41–52. Runiari. 2010. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Hiperemesis Gravidarum. Jakarta: Salemba Medika. Tim Pokja SDKI PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. 1 ed. Jakarta: DPP PPNI. Tim Pokja SIKI PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. 1 ed. Jakarta: DPP PPNI.