17 0 211 KB
LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI
DISUSUN OLEH : ANNISAH FITRY PANGESTIKA P1337420218121
TINGKAT II C POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHAATAN SEMARANG PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PURWOKERTO TAHUN 2019
A. Konsep Dasar 1. Definisi Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah arteri yang peristen. Hipertensi atau penyakit darah tinggi sebenarnya adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke
jaringan tubuh
yang
membutuhkan. Menurut WHO (World Health Organization) batas tekanan darah yang masih dianggap normal adalah 120-140 mmHg sistolik dan 8090 mmHg diastolik. Jadi, seseorang disebut mengidap hipertensi bila tekanan darahnya selalu terbaca di atas 140/90 mmHg. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyararakat yang serius, karena jika tidak terkendali akan berkembang dan menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Akibatnya bisa fatal karena sering timbul komplikasi, misalnya stroke (pendarahan otak), penyakit jantung koroner, dan gagal ginjal. 2. Patofisiologi Mekanisme
terjadinya
terbentuknya angiotensin II dari
hipertensi angiotensin
adalah
melalui
I oleh angiotensin
I
converting enzyme (ACE). ACE memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paruparu, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama. Aksi
pertama
adalah
meningkatkan
sekresi hormon
antidiuretik (ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar
pituitari)
dan
bekerja
pada
ginjal
untuk
mengatur
osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari
bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah. Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan
mengurangi ekskresi
NaCl (garam)
dengan
cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan
kembali
dengan
cara
meningkatkan
volume
cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah (Anggraini, Waren, et. al. 2009). B. Konsep Keperawatan 1. Pengkajian Keperawatan a. Pengkajian Pasien 1)
Identitas Pasien
2)
Riwayat Pekerjaan & Status Ekonomi
3)
Aktivitas Rekreasi
4)
Riwayat Keluarga
b. Pola Kebiasaan Sehari-hari (Virginia Handerson) Menurut teori Virginia Henderson, pengkajian terhadap kebutuhan pasien dapat dilakukan diantaranya dari segi: 1) Bernafas Pada saat pengkajian, pada umumnya pasien mengeluh sulit bernafas. 2) Makan Pada saat pengkajian pola makan biasanya pasien mengeluh mual . 3) Minum Pada saat pengkajian, pasien biasanya tidak mengeluhkan gangguan. 4) Eliminasi BAB & BAK Pada saat pengkajian, pasien biasanya tidak mengeluhkan gangguan.
5) Gerak aktivitas a) Kemampuan ADL : (1)
Kemampuan untuk makan
(2)
Kemampuan untuk mandi
(3)
Kemampuan untuk toileting
(4)
Kemampuan untuk berpakaian
(5)
Kemampuan untuk instrumentalia
b) Kemampuan mobilisasi: Pada saat pengkajian, pasien biasanya mampu mengubah posisi d itempat tidur, mampu duduk di tempat tidur, namun ketika pasien berdiri dan berpindah pasien merasakan pusing. 6) Istirahat tidur Pasien biasanya mengalami gangguan tidur akibat nyeri dada, sesak, dan pusing yang dirasakannya. 7) Pengaturan suhu tubuh Pada saat pengkajian suhu tubuh pasien biasanya berada dalam rentang normal yaitu 36o C - 37° C. 8) Kebersihan diri Pada saat pengkajian, pasien biasanya tidak mengalami masalah/ keluhan kebersihan diri. 9) Rasa nyaman Pada saat pengkajian, biasanya pasien mengatakan sakit pada bagian kepala, nyeri pada dada, merasa sesak, serta kesemutan pada ekstremitas. 10) Rasa aman Pada saat pengkajian pasien biasanya gelisah atau cemas dengan raut wajah pasien tampak tidak tenang. 11) Sosial Pada
umumnya
pasien
tidak
mengalami
gangguan
komunikasi atau hubungan social dengan lingkungan sekitarnya.
12) Pengetahuan belajar Meliputi kemampuan pasien dalam menerima informasi tentang penyakitnya, serta nasihat – nasihat yang diberikan oleh perawat atau dokter, berhubungan dengan penyakitnya. 13) Rekreasi Pada umumnya pasien lebih banyak beristirahat di rumah atau fasilitas kesehatan, dengan memanfaatkan fasilitas TV sebagai hiburan atau berkumpul bersama keluarga. Pada pasien hipertensi ringan biasanya dianjurkan untuk melakukan latihan fisik seperti lari, jogging, jalan santai atau bersepeda dan bersenangsenang. Pasien juga dianjurkan untuk melakukan teknik relaksasi untuk mengurangi ketegangan dan kecemasan. 14) Spiritual Pada umumnya, pasien tidak memiliki masalah dalam spiritual. 15) Status Kesehatan 1. Status Kesehatan Saat Ini Pada umumnya pasien hipertensi mengeluh nyeri kepala dan kelelahan. 2. Riwayat Kesehatan Masa Lalu Pasien memiliki riwayat hipertensi dengan pengobatan yang tidak terkontrol dan tidak berkesinambungan .Adanya riwayat penyakit ginjal dan adrenal. A. Pemeriksaan Fisik 1) Keadaan Umum TTV, BB, GCS 2) Keadaan Umum Kesadaran
: lemah
(E:M:V)
TTV, BB/TB 3) Integumen Kulit lansia keriput ( kerena proses penuaan yang terjadi), kelenturan dan kelembaban kurang.
4) Kepala Normal cephali, distribusi rambut merata, beruban, kulit kepala dalam keadaan bersih, tidak terdapat ketombe ataupun kutu rambut, wajah simetris, nyeri tekan negatif. 5) Mata Pasien umumnya mengeluh pandangan kabur. 6) Telinga Pasien umumnya tidak mengeluhkan gangguan pendengaran yang berkaitan dengan hipertensi. 7) Hidung dan sinus Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan. 8) Mulut dan tenggorokan Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan. 9) Leher Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan. 10) Dada Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan. 11) Pernafasan Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan. 12) Kardiovaskular TD= 160/100 mmHg, Nadi = 88x/menit (nadi teraba cukup kuat). Lansia biasanya mengeluh dadanya berdebar – debar. Terkadang terasa nyeri dada. 13) Gastrointestinal Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan. 14) Perkemihan Pada umumnya pasien mengalami proteinuria. 15) Genitourinaria Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan. 16) Muskuloskeletal Lansia biasanya merasakan kesemutan dan keram pada lutut saat cuaca dingin sehingga sulit berdiri. Tonus otot berkurang, tulang
dada, pipi, klavikula tampak menonjol, terjadi sarkopenia, ekstremitas atas bawah hangat. 17) Sistem saraf pusat Lansia biasanya mengalami sedikit penurunan daya ingat, tidak ada disorientasi, emisi tenang, siklus tidur memendek. 18) Sistem endokrin Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan. 2. Rumusan Diagnosa keperawatan a. Penurunan curah jantung b/d peningkatan afterload, vasokonstriksi, hipertropi/rigiditas ventrikuler, iskemia miokard b. Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen c. Nyeri (sakit kepala) b/d agen cidera fisik d. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b/d infark miokardium e. Ansietas b/d stressor, ancaman pada status terkini 3. Perencanaan No Diagnosa
1.
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (NIC)
Keperawatan
(NOC)
Penurunan curah
NOC
jantung
1. Keefektifan Pompa Jantung 2. Status Sirkulasi Kriteria Hasil 1. Tanda vital dalam rentang normal 2. Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan 3. Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak ada asites 4. Tidak ada penurunan
NIC Perawatan Jantung 1. Evaluasi adanya nyeri dada 2. Monitor status kardiovaskuler 3. Monitor status pernapasan yang menandakan gagal jantung 4. Monitor abdomen sebagai indikator penurunan perfusi 5. Monitor adanya perubahan tekanan darah 6. Anjurkan untuk menurunkan stres
kesadaran 2.
Intoleransi aktivitas
NOC 1. Energy Conservation
Activity Therapy: 1. Kolaborasikan dengan Tenaga
2. Activity Tolerance
Rehabilitas Medik dalam
3. Self Care : ADLs
merencanakan program terapi yang tepat
Kriteria Hasil : 1. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan
2. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktifitas yang mampu dilakukan 3. Bantu untuk mengidentifikasi
tekanan darah, nadi dan
dan mendapatkan sumber
RR
yang diperlukan untuk
2. Mampu melakukan aktivitas sehari-hari (ADLs) secara mandiri 3. Tanda-tanda vital normal 4. Mampu berpindah : dengan atau tanpa bantuan alat 5. Status kardiopulmunari adekuat 6. Sirkulasi status baik 7. Status respirasi:
aktivitas yang diinginkan 4. Bantu untuk mendapat alat bantu aktivitas seperti kursi roda, krek 5. Bantu untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas 6. Bantu pasien untuk mengembankan motivasi diri dan penguatan 7. Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual
pertukaran gas dan ventilasi adekuat 3.
Nyeri
NOC 1. Pain Level
Pain Management 1. Lakukan pengkajian nyeri
2. Pain Control
secara komprehensif termasuk
3. Comfort Level
lokasi, karakterisitik, durasi, frekuensi, kualitas dari faktor
Kriteria Hasil : 1. Mampu mengontrol nyeri
presipitasi 2. Kontrol lingkungan yang dapat
(tahu penyebab nyeri,
mempengaruhi nyeri seperti
mampu menggunakan
suhu ruangan, pencahayaan
teknik nonfarmakologi
dan kebisingan
untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan) 2. Melaporkan bahwa nyeri
3. Kurangi faktor presipitasi nyeri 4. Pilih dan lakukan penanganan
berkurang dengan
nyeri (farmakologi,
menggunakan
nonfarmakologi, dan
manajemen nyeri
interpersonal)
3. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas,
5. Ajarkan tentang teknik nonfarmakologi
frekuensi, dan tanda
6. Tingkatkan istirahat
nyeri)
7. Monitor penerimaan pasien
4. Menyatakan rasa nyaman
tentang manajemen nyeri
setelah nyeri berkurang Analagesic Administration 1. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat. 2. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi. 3. Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri 4. Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal. 5. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
4. Evaluasi Evaluasi merupakan tahap akhir proses asuhan keperawatan. Pada tahap ini kita melakukan penilaian akhir terhadap kondisi pasien dan disesuaikan dengan kriteria hasil yang sebelumnya telah dibuat. Evaluasi yang diharapkan pada pasien yaitu : a. Tekanan vena sentral, tekanan kapiler paru, output jantung, dan vital sign dalam batas normal b. Tekanan sistole dan diastole dalam rentang normal c. Tidak ada ortostatik hipertensi d. Tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial (tidak lebih dari 15 mmHg) e. Mampu mengidentifikasi strategi tentang koping