Laporan Pendahuluan Kesiapan Peningkatan Perkembangan Lansia [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS



Disusun Oleh: Nama



: Nurul Fahmi



Nim



: P07120118 028



Tingkat



: III Regular A



Dosen Pembimbing: Setio Budi Raharjo, S.Kp, M.Kp



KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLTEKKES KEMENKES ACEH PRODI DIII KEPERAWATAN BANDA ACEH 2020



1



LAPORAN PENDAHULUAN KESIAPAN PENINGKATAN PERKEMBANGAN BAYI . A. Pengertian Tahap bayi adalah tahap perkembangan bayi usia 0-18 bulan dimana pada usia ini bayi belajar terhadap kepercayaan dan ketidakpercayaan. Masa ini merupakan krisis pertama yang dihadapi oleh bayi. Fase Infancy/bayi adalah periode pertama kehidupan sesudah kelahiran ketika individu yang bersangkutan relatif sangat tidak berdaya dan bergantung sekali pada orang tuanya. Istilah ini biasanya diterapkan hanya pada tahun yang pertama. Skinner mengemukakan bahwa fase infancy adalah masa dua tahun pertama setelah kelahiran. Gibson (1988) mengemukakan ada serangkaian fase dalam perkembangan atensi selama masa infancy. Fase ini bukan merupakan fase yang kaku karena fase-fase tersebut saling tumpang tindih dalam waktu dan situasi. Pada setiap fase ini, anak menggunakan kemampuankemampuan motor yang telah dimilikinya untuk mengeksplorasi lingkungan. Menurut Erikson, infant merupakan tahap perkembangan bayi usia 0-18 bulan dimana pada usia ini bayi belajar terhadap kepercayaan dan ketidakpercayaan. Masa ini merupakan krisis pertama yang dihadapi oleh bayi. Dalam masa ini terjadi interkasi sosial yang erta antara ibu dan anak yang dapat menimbulkan rasa aman dalam diri si anak. Rasa aman yang dinikmati oleh anak tadi dapat kita lihat dari enaknya ia makan, nyenyaknya ia tidue, dan mudahnya ia defekasi. Berkembangnya perasaaan aman ini tidak tergantung dari kuantitas makanan dan demonstrasi rasa sayang yang diberikan pada anak, tetapi banyak dipengaruhi kualitas hubungan ibu dan anak. Dari rasa aman ini tumbuh rasa kepercayaan dasar terhadap dunia luar. 2



Secara umum, ada 3 (tiga) tahap perkembangan perceptual/ perkembangan atensi pada masa infancy (Gibson, 1998), yaitu : 1.



Tahap Pertama (awal kelahiran – 4 bulan) Bayi telah mampu mengendalikan kepala dan seluruh badannya sehingga



bayi



akan



dapat



mengarahkan



penglihatan



dan



pendengarannya kepada objek-objek yang dijumpai. 2.



Tahap kedua (4 bulan – 7 bulan) Pada tahap ini bayi telah mampu mengendalikan lengan dan tangannya, sehingga bayi dapat menjangkau dan menggenggam benda-benda.



3.



Tahap ketiga (8 bulan – 12 bulan) Pada tahap ini atensi bayi meluas kepada susunan stimulus yang lebih luas karena bayi sudah dapat merangkak, berpindah-pindah tempat (locomotion), serta mengeksplorasi hal-hal yang ada dibalik tabir/penghalang.



B. Perkembangan Bayi 1.



Perkembangan Emosional Kepercayaan dasar, urutan pertama dalam psikososialnya Erikson,



berkembang



mendesaknya



ketika



dipenuhi



bayi belajar



secara



bahwa kebutuhan



terus-menerus.



Kepentingan



emiosional dalam setiap pengalaman tergantung pada perangai anak itu sendiri dan juga respon orang tua. Bayi diberi makan sesuai “kebutuhannya” secara konsisten, pengalaman ini menghubungkan dengan rasa tidak nyaman mereka, kedatangan orang tuan dan perasaan lega dari rasa lapar. Hampir semua bayi yang diberi makanan sesuai dengan jadwal dengan capat mengadaptasi siklus rasa laparnya dengan jadwal yang telah ditetapkan. Bayi-bayi ini sering



menunjukkan



peningkatan 3



sifat,



lekas



marah,



dan



ketidakstabilan psikologis dan juga masalah tingkah laku di kemudian hari. 2.



Perkembangan Motorik Ketika bayi neonatus dalam keadaan suspensi ventral dengan tangan dibawah abdomen, hampir tidak terdapat pengendalian kepala. Pada umur sekitar 6 minggu ia mampu untuk mengangkat kepala untuk seketika dalam bidang yang sama dengan tubuh lainnya. Pada umur 8 minggu ia dapat mempertahankan posisi ini dan pada umur 12 minggu ia dapat mempertahankan kepalanya diluar bidang tubuh lainnya. Pada usia sekitar 2 sampai 3 bulan anggota gerak dapat digerakkan dan gerakannya menjadi lebih lancar dan kontinu. Tangan terbuka lebih longgar. Ketika berbaring dalam possisi tengkurap dia dapat mengankat dagunya dari atas tempat tidur. Pada minggu ke 8 sampai 12 ia menahan dagu dan bahunya diatasa tempat tidur dengan tungkai sepenuhnya terlentang.Ketika ditahan dalam posisi duduk ia menahan punggung dalam keadaan lurus, kecuali pada daerah lumbar. Ketika kakinya ditegakkan pada permukaan yang keras ia melongsor pada lututnya. Antara umur 12 sampai 24 minggu ia mampu untutk menganggkat kapala dari bantal, berangsur-angsur menopang kepalanya. Ia harus mampu duduk dengan topangan guling pada tempat tidur kecil atau kereta anak-anak dan menggerakkan kepalanya dari sisi ke sisi.



3.



Perkembangan Bicara Walaupun anak belum mencapai ulang tahun pertama, mereka mengetahui betapa pentingnya kemampuan berkomunikasi dengan 4



orang lain. Pada waktu mereka menemukan bahwa upaya awal merekauntuk berkomunikasi dengan menangis



atau dengan



menggunakan bahasa isyarat tidak selalu dipahami, mereka memiliki motivasi yang kuat untuk belajar bicara segera setalah mereka siap melakukan hal itu, mereka berusaha belajar bicara karena meraka telah mengetahui bahwa bicara merupakan alat komunikasi yang lebih baik ketimbang tangisan, atau isyarat prabicara ang telah mereka gunakan sebelumnya. Sebelum mereka mempelajari kata – kata yang cukup untuk digunakan sebagai bentuk komunikasi, mereka menggunakan empat bentuk komunikasi prabicara, yaitu : 1)



Tangisan Dalam hari-hari awaql kehidupan pasca lahir,sebagian beras suara bayi adalah menangis.Melalui tangisan bayi memberitahukan kebutuhannya kepada seseorang untuk menghilangkan rasa : lapar, pedih, lelah, dan keadaan tubuh yang tidak menyenangkan lainnya untuk keinginanya diperhatikan.



2)



Ocehan dan Celoteh Ocehan ; bunyi eksplosif awal disebabkan oleh perubahan gerakan mekanisme suara. Celotehan : jumlah bunyi yang dikeluarkan bayi meningkat secara perlahan. Karena meningkatnya kemampuannya mengendalikan arus udara yang melewati pita suara, bayi dapat mengucapkan bunyi seperti yang diinginkan. Oleh karena itu, celotehan adalah bentuk senam suara, yang timbul secara spontan, tetapi tidak ada arti atau asosiasi yang sesungguhnya bagi bayi.



3)



Isyarat 5



Isyarat adalah gerakan anggota badan yang berfungsi sebagai pengganti atau pelengkap bicara. Sebagai pengganti bicara, isyarat menggantikan kata atau gagasan yang disampaikan kepada orang lain melalui gerakan badan atau bagian tubuh tertentu. Sebagai pelengkap bicara, isyarat menekankan makna kata yang diucapkan. 4)



Ungkapan Emosional Ungkapan



emosional



adalah



bentuk



komunikasi



prabicara yang berguna karena alasan kedua, yakni apabila digunakan orang lain mudah ditafsirkan bayi. Bayi dengan segara mengetahui adanya perubahan ekspresi wajah dan tekanan suara orang lain. 4.



Perkembangan Kognitif Bayi belajar dari banyak pengalaman dan manipulasi lingkungan. Perkembangan keterampilan motorik dan peningkata perubahan pada lingkungan bayi dan, dengan perkmbangan visual atau



penglihatan



dan



kemampuan



mendengar,menambah



perkembangan kognitif. Kemampuan berbicara adalah aspek yang sangat penting dari pengamatan yang berkembang selama 1 tahun. Bayi berprilaku dari menangis dan tertawa untuk menirukan suara, memahami arti dari perintah singkat dan mengulang kata yang mereka mengerti seperti halnya menyubutkan 2-3 kata termasuk juga kata da-da, ma-ma, dll. Perawat membutuhkan kesempatan untuk menggunakan dan mengembangkan perasaan mereka. Perawat harus mengevaluasi kelayakan dan mencukupi kesempatan itu.



6



5.



PerkembanganPsikososial Selama satu tahun, bayi mulai membedakan dirinya dari yang lain seperti mampu menjadi dirinya sendiri. Awalnya, bayi tidak tahu batas dirinya, tapi seluruh pengalamanya diulang dari lingkungan, mereka belajar dimana akhir dari dirinya dan dimulainya dunia luar. Bayi mempercayakan pada orangtua mereka untuk perawatan fisik dan emosional. Meskipun bayi memiliki kemampuan yang tidak nyata untuk beralasan, mereka yang tiba-tiba merasakan emosi dan tingkah laku orang disekitar mereka. Tahap percaya versus tidak percaya merupakan arti atribut yang paling penting, perkembangan kepribadian yang sehat adalah kepercayaan (trust). Pada tahap ini bayi sudah membangun rasa percaya kepada seseorang, baik orangtua ataupun orang yang mengasuhnya. Kesalahan dalam mengasuh atau merawat dapat menimbulkan rasa tidak percaya. Erikson menggambarkan krisis perkembangan psikososial dari bayi seperti kepercayaan versus ketidakpercayaan. Dia menjelaskan bahwa kualitas dari interaksi antara orangtua dan bayi menentukan perkembangan dari kepercayaan dan ketidakpercayaan. Orangtua yang memenuhi kebutuhan kehangatan, kenyamanan, cinta, perlindungan, dan makanan ketika bayi menyatakan peningkatan kebutuhan perasaan dari kepecayaan, sedangkan memenuhi kebutuhan bayi pada kesenangan diri mereka sendiri atau tidak pada semua perasaan untuk perkembangan dari ketidakpercayaan. Perawat



menaksir



ketersediaan



dan



kelayakan



dari



pengalaman membantu perkembangan psikososial. Rawat inap bagi bayi mungkin mempunyai kesulitan menetapkan batasan fisik 7



karena mengulangi sensasi nyeri. Batas pengalaman negatif itu dan ketersediaan sensasi kesenangan adalah menghalangi dukungan pada awal perkembangan psikologi. Memperluas jarak dari orangtua akan menyulitkan proses penyaluran kasih sayang dan peningkatan angka atau jumlah dari perhatian. Idealnya orangtu harus memberikan banyak perhatian selam dirumah sakit. C. Perkembangan Bayi Selama Masa Bayi a.



Bulan I Motorik; Memilih posis fleksi dan pelvis tinggi tetapi lutut tidak dibawah abdomen bila telungkup (pada saat lahir,lutut fleksi di bawah abdomen). Dapat memutar kepala dari satu sisi ke sisi lain bila



telungkup.Mengangkat



kepala



sebentar



dari



tempat



tidur,Mengalami head lag yang nyata, khususnya bila menarik kepala dari posisi berbaring ke poisi duduk .Menahan kepala sebentar secara pararel dan dalam garis tengah dan tertahan dalam posisi telungkup. Menunjukkan posis refleks leher tonik asimetris bila terlentang, bila menahan dalam posisi berdiri, tubuh lemas pada lutut dan panggul. Pada posisis duduk,punggung memutar secar bersamaan,tidak ada control kepala. Tangan tertutup secara umum. Refleks menggenggam kuat tangan mengatup pada kontak dengan mainan. Sensori; Mampu memfiksasi objek bergerak dalam rentang 45 derajat bila digendong pada jarak 20 sampai 25 cm. ketajaman penglkihatan mendekati 20/100. Mengikuti sinar sampai garis tengah. Diam bila mendengar suara.



8



Vokalisasi; Menangis untuk mengekspresikan ketidaksenangan. Membuat bunyi kecil dengan suara tenggorok. Membuat bunyi selama makan. Sosialisasi; Ada dalam fase sensorimotorik tahap I, penggunaan refleks-refleks lahir (lahir sampai 1 bulan) , dan tahap II, reaksi sirkular utama (1 sampai 4 bulan). Memandang wajah orang tua secara terus-menerus saat mereka bicara pada bayi. b.



Bulan II Motorik; Menunjukkan posisi yang kurang fleksi bila telungkuppunggung datar,kaki terekstensi,lengan fleksi,kepala ke satu sisi. Head Lag berkurang bila menariknya keposisi duduk. Dapat mempertahankan kepala dalam kesejajaran yang sam dengan posis tubuh yang lain ketika ditahan dalam suspensi ventral. Bila telungkup, dapat mengangkat kepala hamper 45 derajat dari meja. Bila digendong dalam posis duduk, kepala ditahan ke atas tetapi menunduk kedepan. Mununjukkan posisi reflek leher tonik asimetris secara intermiten. Tangan sering terbuka. Refleks menggenggam menghilang. Sensori; Mulai memfiksasi binocular dan konvergen pada odjek dekat. Bila terlentang , mengikuti mainan yang tergangtung dari satu sisi ke titik garis tengah. Secara visual mencari untuk melokalisasi bunyi. Memutar kepala ke satu sisi bila bunyii dibuat pada ketinggian telinga. Vokalisasi; Bersuara, berbeda dari menangis ,tangisan menjadi berbeda, mendekut, bersuara pada wajah yang dikenal. 9



Sosialisasi; Menunjukkan senyum social sebgai respon terhadap berbagai stimulus. c.



Bulan III Motorik; Mampu menahan kepala lebih tegak bila duduk, tetapi masih menunduk kedepan. Hanya sedikit mengalami head lag yaitu bila menarik kepala ke posisi duduk. Mendapatkan posisi tubuh simetrik. Mampu mengangkat kepala dan bahu dari posisi telungkup sampai sudt 45-90 derajat dari meja, menahan berat badan pada lengan bawah. Bila digendong pada posis berdiri, mampu menahan sedikit fraksi beban berat badan pada kakinya. Memegang tangan sendiri. Secara aktif memegang mainan tetapi tidak akan menggapi mainan itu. Reflek menggenggam tidak ada. Tangan tetap tertutup rapat. Menggenggam tangan sendiri, menarik selimut atau pakaian. Sensori; Mengikuti objek perifer (180 derajat). Melokalisasi bunyi dengan memalingkan kepala kesamping dan melihat kearah yang sama. Mulai mempunyai kemampuan untuk mengkoordinasikan rangsang dari berbagai organ indera. Vokalisasi; Menjerit keras untuk menunjukkan kesenangan. Mendengkur, menggumam, tertawa. Bersuara bila tersenyum, “bicara “ banyak hal bila diajak berbicara. Menangis berkurang selama periode terbangun. Sosialisasi; Menunjukkan minat yang dapat dipertimbangkan terhadap sekitarnya. Berhenti menangis bila orang tua memasuki 10



ruangan. Dapat mengenali wajah dan objek yang dikenal, seperti botol minum. Menunjukkan kewaspadaan terhadap situasi asing. d.



Bulan IV Motorik; Hampir tidak mengalami head lag ketika menariknya ke posisi duduk. Keseimbangan kepala pada posisi duduk baik. Punggung sedikit melengkung, lengkung hanya dalam area lumbal. Mampu duduk tegak bila disangga. Mampu mengangkat kepala dan dada dari permukaan sampai sudut 90 derajat. Mengalami posisi simetri utama. Berguling dan telungkup ke posisi lain. Melihat dan mamainkan tangan , menarik pakaian atau selimut ke atas walah untuk bermain. Mencoba meraih objek dengan tangan tetapi melampaui. Menggenggam objek dengan kedua tangan. Bermain dengan mainan yang ditempatkan di tangan, mencarinya, tetapi tidak dapat mengambilnya bila dijatuhkan. Dapat memasukkan objek kemulut. Sensori; Mampu mengakomodasi pada objek dekat. Penglihatan binocular cukup baik terbentuk.Dapat memfokuskan pada blok yang berada pada jarak 1,25 cm. Dimulainya koordinasi matatangan. Vokalisasi;Mebuat bunyi-bunyi konsonan n, k, g, p, h. Tertawa keras,suara berubah sesuai alam perasaan. Sosialisasi; Ada dalam tahap III, reasi sirkular sekunder. Menuntut perhatian dengan rewel, menjadi bosan jika ditinggal sendirian. Menikmati interaksi sosial dengan orang. Mengantisipasi pemberian makan bila melihat botol atau ibu bila menyusui dengam ASI, 11



menunjukkan kesenangan denga seluruh tubuh, menjerit, bernafas dengan keras. Menunjukkan minat dalam rangsang kuat. Mulai menunjukkan memori. e.



Bulan V Motorik; Tidak ada head lag ketika menarik kepala untuk posisi duduk. Bila duduk, mampu menahan kepal tegak dan mantap. Mampu duduk untuk periode yang lebih lama bila punggung disokong denga baik punggung tegak. Bila telungkup, menunjukkan posis simetris dengan lengan ekstensi. Dapat membalik dari posisi telungkup ke terlentang. Bila terlentang,menempatkan kaki kemulut.



Mampu



Menggunakan



menggenggam



genggaman



telapak,



objek



secara



pendekatan



volunteer. bidextrous.



Memainkan jari-jari kaki. Mengambil objek secara langsung ke mulut. Memegang satu kotak sementara memperhatikan kotak lain. Sensori; Secara visual mengikuti objek yang dijatuhkan. Mampu melanjutka inspeksi visual terhadap suatu objek. Dapat melokalisasi bunyi yang dibuat dibawah telinga. Vokalisasi; Menjerit, membuat bunyi gumaman vocal yang diselingi dengan bunyi konsonan (misalnya, ah-goo) Sosialisasi; Tersenyum pada bayangan dicermin. Memegang botol atau payadara dengan kedua tangan. Lebih antusias bermain, tetapi mungkin mengalami perubahan alam perasaan yang cepat. Mampu membedakan



orang



asing



dari



keluarga.Memvokalisasikan



ketidaksenangan bila objek diambil. Menemukan bagian-bagian tubuh.



12



f.



Bulan VI Motorik; Bila telungkup, dapat mengangkat dada dan abdomen bagian atas dari meja, membebankan berat badan pada tangan. Bila akan menarik untuk posisi duduk, mengangkat kepala. Duduk pada kursi tinggi dengan punggung tegak. Berguling dari telungkup ke terlentang. Bila digendong dalam posisi berdiri, membebankan hamper semua berat badan.memegang tangan tidak ada lagi. Mengamankan objek yang jatuh. Menjatuhkan satu kotak bila kotak lainnya diberikan. Menggenggam dan memanipulasi objek kecil. Memegang botol. Sensori; Menyesuaikan postur untuk melihat objek. Lebih menyukai rangsang visual yang kompleks.Dapat melokalisasi bunyi yang dibuat diatas telinga.Akan memalingkan kepala pada sisi, kemudian melihat kebawah. Vokalisasi; Mulai mengikuti bunyi-bunyian.Mengoceh menyerupai ungkapan satu suku kata – ma, mu, da, di, hi.Memvokalisasi terhadap mainan,bayangan cermin. Menikmati mendengarkan suara sendiri (penguatan diri). Sosialisasi;



Mengenali



orang



tua,mulai



takut



pada



orang



asing.Memegang tangan untuk mengambil. Mempunyai kesuklaan dan ketidaksukaan pasti. Mulai meniru (batuk,menjulurkan lidah). Senang



mendengar



disembunyikan



ke



langkah handuk.



kaki. Mencari



Tertawa sejenak



bila objek



kepala yang



dijatuhkan(mulai menetapkan objek). Sering berubah alam perasaan dari senang menjadi tertawa dengan sedikit atau tanpa provokasi.



13



g.



Bulan VII Motorik; Bila terlentang, secara spontan mengangkat kepala dari meja. Duduk, menyandar ke depan dengan kedua tangan. Bila telungkup, membebankan berat badan pada satu tangan. Duduk tegak sebentar. Membebankan seluruh berat badan pada kaki. Bila digendong



dalam



posisi



berdiri,



meloncat



secara



aktif.



Memindahkan objek dari satu tangan ke tangan lain. Mempunyai pendekatan unidextrous dan menggenggam. Memegang kedua kotak lebih dari sebentar. Membanting kotak ke meja, menggaruk pada objek kecil. Sensori; Dapat memfiksasi objek yang sangat kecil. Berespon terhadap nama sendiri. Melokalisasi bunyi engan memalingkan kepala pada lengkungan. Mulai menyadari kedalaman dan ruang. Mempunyai kesukaan rasa. Vokalisasi; Menghasilkan bunyi vocal dan menggabungka suku kata-baba,dada, kaka. Melokalisasi empat bunyi vocal berbeda. “Bicara” bila orang lain berbicara. Sosialisasi;



Meningkatkan



rasa



takut



pada



orang



asing,



menunjukkan tanda kekuatiran bila orangtua menghilang. Meniru tindakan dan bunyi sederhana. Mencoba untuk mencari perhatian dengan batuk atau mendengkur. Bermain cilukba. Menunjukkan ketidaksukaan makanan dengan mempertahankan bibir tetap tertutup. Menunjukkan keagresifan oral dalam menggigit dan mengunyah. Menunjukkan harapan dalam respons terhadap pengulangan rangsang.



14



h.



Bulan VIII Motorik; Duduk dengan mantap tanpa sokongan.Membebankan berat badan pada kaki dengan segera bila disokong, dapat berdiri berpegangan pada perabot. Menyesuaikan postur untuk meraih objek.Mulai menggenggam dengan menggunakan jari telunjuk, jari keempat, dan kelima terhadap bagian tungkai bawah.Melepaskan objek



sesuai



Memegang



keinginan.Membunyikan



dua



kotak



dan



bel



menginginkan



dengan



tujuan.



kotak



ketiga.



Mengamankan objek dengan menarik. Meraih secara mantap mainan yang berada di luar jangkauan. Vokalisasi; Membuat bunyi konsonan t, d, dan w, mendengar secara selektif kata-kata yang dikenalnya. Mengungkapkan tanda penekanan dan emosi. Menggabungkan suku kata, seperti dada tetapi tidak menunjukkan artinya. Sosialisasi; Meningkatkan ansietas terhadap kehilangan orang tua, terutama ibu, dan rasa takut terhadap orang asing. Berespon terhadap kata tidak. Tidak menyukai pakaian, penggantian popok. i.



Bulan IX Motorik; Creeps on hands and knees.Duduk dengan mantap dilantai untuk waktu lama (10 menit). Mengatasi keseimbanganbila bersandar kedepan tetapi tidak dapat melakukannya bila bersandar ke samping. Menarik badan ke posisi berdiri dan berdiri berpegangan pada perabot.Menggunakan ibu jari dan jari telunjuk dalam menggenggam kasar. Menyukai menggunakan tangan yang dominan



mulai



terlihat.



Menggenggam



membandingkan dua kotak membawanya. 15



kotak



ketiga,



Sensori; Melokalisasi bunyi dengan memalingkan kepala secara diagonal dan secara diagonal dan secara langsung terhadap bunyi. Persepsi dalam meningkat. Vokalisasi;



Berespon



terhadap



perintah



verbal



sederhana,



memahami “no – no”. Sosialisasi; Orang tua (biasanya ibu) makin penting untuk pencariannya.



Menunjukkan



peningkatan



minat



dalam



menyenangkan orangtua. Mulai menunjukkan rasa takut terhadap pergi tidur dan menjadi sendiri. Menempatkan tangan di depan wajah untuk menghindari dicuci wajahnya. j.



Bulan X Motorik; Mengubah dari telungkup menjadi duduk. Berdiri sementar memegang perabot, duduk dengan menjatuhkan diri. Melakukan keseimbangan dengan mudah pada saat duduk. Saat berdiri, mengangkat salah satu kaki untuk melangkah.Pelepasan sederhana terhadap suatu objek mulai. Menggenggam objek dengan tangan. Vokalisasi;



Mengatakan



“dada”,



“mama”



dengan



makna,



memahami “daag-daag”, dapat mengatakan satu kata (misalkan: hai, daag, tidak). Sosialisasi; Menghambat perilaku untuk perintah verbal dari tidak atau nama sendiri. Meniru ekspresi wajah, melambaikan untuk



16



daag-daag. Menunjukkan mainan pada orang lain tetapi tidak akan memberikannya. Membangun objek permanent. k.



Bulan XI Motorik; Bila duduk, berputar untuk meraih objek. Meluncur atau berjalan memeganga perabot atau dengan kedua tangan dipegang. Menjelajahi objek lebih seksama. Memiliki genggaman lebih erat. Menjatuhkan



objek



dengan



sengaja



untuk



mengambilnya.



Menempatkan suatu objek setelah objek lain di dalam satu wadah.Mampu memanipulasi objek untuk memindahkannya dari penjepit paha yang erat. Vokalisasi; Meniru bunyi pasti. Sosialisasi; Mengalami kesenangan dan kepuasan jika tidak dikuasai.



Bertindak



terhadap



pembatasan



dengan



frustasi.



Menggelindingkan bola pada orang lain sesuai permintaan. Mengantisipasi



gerak



irama



pengasuh



dikenal



atau



cerita



diceritakan. Memainkan permainan ke atas ke bawah, “besar” atau cilukba. Menggelengkan kepala untuk tidak. l.



Bulan XII Motorik; Berjalan dengan satu tangan dipegang, Meluncur dengan baik. Dapat berusaha untuk berdiri sejenak, dapat berusaha melangkah pertama sendiri. Dapat duduk dari posisi berdiri tanpa bantuan. Melepaskan kotak kedalam cangkir. Berusaha untuk membangun dua blok menara tetap gagal. Mencoba untuk memasukkan butir-butir ke dalam leher botol yang sempit tetapi



17



gagal. Dapat membalikkan halaman buku, banyak dalam sekali waktu. Sensori; Mendiskriminasi bentuk geometrik sederhana. Ambliobia dapat terjadi dengan kurangnya binokularitas. Dapat mengikuti objek yang bergerak dengan cepat. Mengontrol dan menyesuaikan respons terhadap bunyi, mendengarkan bunyi berulang. Vokalisasi; Mengatakan tiga sampai lima kata di samping “dada”, “mama”. Memahami makna beberapa kata. Mengenali objek berdasarkan nama. Meniru bunyi binatang. Memahami perintah verbal sederhana. Sosialisasi; Menunjukkan emosi seperti cemburu, perasaan marah,takut. Menikmati lingkungan yang dikenal dan menggali dari orang tua. Rasa takut dalam situasi asing,memegang erat orang tua. Dapat mengembangkan kebiasaan “selimut keamanan” atau mainan favorit.



Memiliki



keterampilan



peningkatan



lokomotor.



penentuan



untuk



objek



seolah-olah



Mencari



praktik tidak



disembunyikan, tetapi mencari dimana objek terlihat terakhir.



D. Karakteristik Perilaku Karakteristik Normal 1.



Menangis ketika ditinggalkan oleh ibunya



2.



Menangis saat basah, lapar, haus, dingin, panas, sakit.



3.



Menolak atau menangis saat digendong oleh orang yang tidak dikenalnya



4.



Segera terdiam saat digendong, dipeluk atau dibuai



18



5.



Saat menangis mudah dibujuk untuk diam kembali



6.



Menyembunyikan wajah dan tidak langsung menangis saat bertemu dengan orang yang tidak dikenalnya



7.



Mendengarkan musik atau bernyanyi dengan senang



8.



Menoleh mencari sumber suara saat namanya dipanggil



9.



Saat diajak bermain memperlihatkan wajah senang



10. Saat diberikan mainan meraih mainan atau mendorong dan membantingnya E. Diagnosa Keperawatan Kesiapan Peningkatan Perkembangan Bayi



F. Intervensi Intervensi Generalis a.



Segera menggendong, memeluk dan membuai bayi saat bayi menangis



b.



Memenuhi kebutuhan dasar bayi (lapar, haus, basah, sakit)



c.



Memberi selimut saat bayi kedingingan



d.



Mengajak berbicara dengan bayi



e.



Memanggil bayi sesuai dengan namanya



f.



Mengajak bayi bermain (bersuara lucu, menggerakkan benda, memperlihatkan benda berwarna menarik, benda berbunyi)



g.



Keluarga



bersabar



dan



tidak



melampiaskan



kekesalan



atau



kemarahan pada bayi h.



Segera membawa bayi kepada pusat layanan kesehatan bila bayi mengalami masalah kesehatan atau sakit.



19



Intervensi Spesialis Terapi stimulasi perkembangan psikososial anak usia 0-18 bulan. Pada usia ini perkembangan anak mulai dapat dilatih dengan adanya refleks: melatih kerja sama antara mata dan tangan atau mata dan telinga dalam berkoordinasi; melatih mencari objek yang ada tetapi tidak kelihatan; serta melatih mengenal suara, kepekaan perabaan dan keterampilan, dan keterampilan dengan perabaan yang berulang.



20



LAPORAN PENDAHULUAN KESIAPAN PENINGKATAN PERKEMBANGAN TODDLER A. Pengertian Toddler Usia Toddler adalah tahap perkembangan anak usia 1 – 3 tahun dimana pada usia ini anak akan belajar mengerjakan segala sesuatu yang berkaitan dengan kebutuhannya secara mandiri (otonomi). B. Perkembangan Toddler a.



Perkembangan Motorik Motorik kasar: Keterampilan motorik utama masa toddler adalah lokomotor. 1) Toddler berjalan tanpa bantuan pada usia 15 bulan. 2) Toddler berjalan menaiki tangga dengan berpegangan pada stu tangan saat usia 18 bulan. 3) Toddler berjalan menaiki dan menuruni tangga dengan satu langkah pada saat usia 24 bulan. 4) Toddler melompat dengan dua kaki pada usia 30 tahun. Motorik halus 1)



Toddler membangun menara dua blok dan mencoret-coret secar spontan pada usia 15 bulan.



2)



Toddler membangun menara tiga sampai empat blok pada usia 18 bulan.



3)



Toddler meniru coretran vertical pad usia 24 bulan.



4)



Toddler membangun delapan blok dan meniru tanda silang pada usia 30 bulan.



21



b.



Perkembangan  Psikososial 1)



Tinjauan (erikson) Erikson memberi istilah krisis psikososial yang dihadapi toddler antara usia 1-3 tahun sebagai “otonomi versus rasa malu dan ragu”. a) Tema psikososial pada tahap ini adalah untuk memegang untuk melepaskan. b) Toddler telah mengembangkan rasa percaya dan siap menyerahkan



ketergantungannya



untuk



membangun



perkembangan kemampuan pertamanya dalam mengendalikan dan otonomi. Orang tua juga mendorong toddler melakukan hal tersebut akan mengembangkan kemandirian toddler. c) Toddler dapat mengembangkan rasa malu dan ragu jika orang tua membiarkan toddler bergantung pada orang tua di area yang seharusnya toddler dapat mencoba ketermpilan barunya atau membuat toddler merasa tidak mampu saat mencoba keterampilan ini. Toddler mulai menguasai keterampilan sosial 1) Individulisasi (membedakan diri dari orang lain). 2) Berpisah dari orang tua. 3) Pengendalian seluruh fungsi tubuh. 4) Komunikasi dengan kata-kata. 5) Perilaku yang diterima secara sosial. a) Toddler mulai  belajar bahwa perilakunya memiliki efek yang tidak dapat diperkirakan dan dipercaya kepada orang lain.



22



b) Toddler belajar menunggu lebih lama untuk memenuhi kebutuhannya. c) Interaksi egosentris dengan orang lain. ( toddler tidak dapat menguasai beberapa keterampilan interaktif sampai anak mencapai masa remaja ketika ia menjumpai tugas yang



tidak



terselesaikan



terkait



dengan



periode



perkembangan awal. Erikson merujuk hal ini sebagai “moratorium psikososial”). d) Toddler sering menggunakan kata “tidak” bahkan ketika bermaksud “ya”, untuk mengungkapkan kebebasannya (perilaku negativistik). e) Toddler sering terus menerus mencari benda familiar yang melambangkan rasa aman, seperti selimut, selama waktu stress dan perasaan tidak menentu. Rasa takut umum pada toddler antara lain: 1) Kehilangan orang tua (dikenal sebagai ansietas perpisahan). 2) Ansietas terhadap orang asing. 3) Suara-suara yang keras (mis, vacuum cleaner). 4) Pergi tidur. 5) Binatang besar. Dukungan emosional, kenyamanan, dan penjelasan sederhana yang dapat menghalau rasa takut toddler. 2)



Sosialisasi a) Ritualisme, negativism, interaksi pada toddler.



23



dan kemandirian



mendominasi



b) Ansietas



perpisahan



mamuncak



saat



toddler



mulai



membedakan dirinya dari orang terdekat. Objek transisi adalah penting, terutama selama periode berpisah, seperti tidur siang. c) Toddler dapat menggunakan tantrum untuk menunjukkan kemandiriannya. Cara terbaik pengasuh menghadapi mereka adalah dengan cara “membiarkan” (mengabaikan). d) Negativisme juga merupakan hal yang umum. Cara terbaik untuk menurunkan jumlah kata “tidak”, yaitu dengan menurunkan jumlah pertanyaan yang mengarah pada jawaban “tidak”. 3)



Bermain dan Mainan a) Toddler terlibat dalam permainan paralel, yaitu bermain berdampingan, tetapi tidak bermain dengan yang lain. Meniru adalah salah satubentuk permainan yang paling umum. b) Rentang perhatian yang pendek menyebabkan toddler seriing mengganti mainan. Tujuan mainan pada masa toddler adalah untuk meningkatkan keterampilan lokomotor (mainan yang ditarik dan didorong) untuk meningkatkan imitasi, perkembangan bahasa, dan keterampilan motorik kasar dan halus. Mainan harus aman (tidak mempunyai bagian yang dapat terlepas atau kecil). Contoh-contoh mainan yang dan sesuai untuk toddler adalah sebagai berikut: a) Boneka dan mainan peralatan rumah tangga. b) Telepon mainan dan buku pakaian. c) Mainan kuda goyang dan mobil mainan yang dapat dikendrai (sesuai usia), cat tangan, bermain dengan tanah liat, 24



permainan puzzle ukuran besardari plastic atau kayu, dan blok-blok besar. 4)



Disiplin Kebebasan yang tidak diatasi merupakan ancaman untuk keamanan toddler meskipun membatasi toddler dalam mencoba perilakunya. Tindakan disiplin seharusnya: a) Konsisten. b) Segera setelah kesalahan dilakukan. c) Direncanakan terlebih dahulu. d) Berorientasi pada perilaku, bukan anak. e) Pribadi (tidak di depan umum) dan tidak menyebabkan toddler malu. Timeouts merupakan tindakan disiplin yang efektif. a) Orang tua harus mengajak toddler pergi keluar ke lingkungan yang aman tanpa stimulasi. b) Durasi sebaiknya 1 menit per tahun usia anak. Orang tua dapat menggunakan alat penghitung waktu yang bersuara untuk memantau durasi.



5)



Bahasa a) Toddler menggunaka bahasa ungkapan khusus . b) Toddler menggunakan sekitar 300 kata, menggunakan dua atau tiga frase, dan menggunakan kata ganti pada usia 2 tahun. c) Toddler



menyebutkan



nama



dapan



dan



akhir,



menggunakan kata benda jamak pada usia 2,5 tahun. 25



dan



C. Diagnosa Keperawatan Kesiapan Peningkatan Perkembangan Toddler D. Intervensi Intervensi Generalis a. Memberikan mainan sesuai perkembangan anak b. Melatih dan membimbing anak untuk melakukan kegiatan secara mandiri c. Memberikan pujian pada keberhasilan anak d. Tidak menggunakan kalimat perintah tetapi memberikan alternatif pilihan e. Tidak melampiaskan kemarahan atau kekesalan dalam bentuk penganiayaan fisik pada anak (memukul, menjambak, menendang dll) f. Melibatkan anak dalam kegiatan agama keluarga g. Hindarkan suasana yang dapat membuat anak merasa tidak aman (menakut-nakuti, membuat terkejut, kalimat negatif, mencela) h. Bila anak mengamuk, lindungi dari bahaya cidera, terjatuh, terluka i. Membimbing anak untuk BAK/BAB di toilet Intervensi Spesialis Terapi stimulasi perkembangan psikososial anak usia 1-3 tahun



26



LAPORAN PENDAHULUAN KESIAPAN PENINGKATAN PERKEMBANGAN USIA PRA SEKOLAH (Usia 3-6 th) A. Pengertian Usia pra sekolah adalah tahap perkembangan anak usia 3-6 tahun dimana pada usia ini anak akan belajar berinteraksi dengan orang lain, berfantasi dan berinisiatif, pengenalan identitas kelamin, meniru.



B. Batasan Karakteristik: 1. Anak suka mengkhayal dan kreatif 2. Anak punya inisiatif bermain dengan alat-alat di rumah 3. Anak suka bermain dengan teman sebaya 4. Anak mudah berpisah dengan orang tua 5. Anak mengerti mana yang benar dan yang salah 6. Anak belajar merangkai kata dan kalimat 7. Anak mengenal berbagai warna 8. Anak membantu melakukan pekerjaan rumah sederhana 9. Anak mengenal jenis kelaminnya 10. Belajar ketrampilan baru melalui permainan C. Diagnosa Keperawatan: Berdasarkan data yang didapat melalui wawancara, observasi, maka perawat dapat merumuskan diagnosa keperawatan sebagai berikut: Kesiapan peningkatan perkembangan pre school



27



E. Intervensi Tujuan 1. Mempertahankan pemenuhan kebutuhan fisik yang optimal 2. Mengembangkan ketrampilan motorik kasar dan halus 3. Mengembangkan ketrampilan berbahasa 4. Mengembangkan ketrampilan adaptasi psikososial 5. Pembentukan indentitas dan peran sesuai jenis kelamin 6. Mengembangkan kecerdasan 7. Mengembangkan nilai-nilai moral 8. Meningkatkan peran serta keluarga dalam meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan Tindakan keperawatan 1. Pemenuhan kebutuhan fisik yang optimal a.



Kaji pemenuhan kebutuhan fisik anak



b.



Anjurkan pemberian makanan dengan gizi yang seimbang



c.



Kaji pemberian vitamin dan imunisasi ulangan (booster)



d.



Ajarkan kebersihan diri 2. Mengembangkan ketrampilan motorik kasar dan halus a.



Kaji kemampuan motorik kasar dan halus anak



b.



Fasilitasi anak untuk bermain yang menggunakan motorik kasar (kejar-kejaran, papan seluncur, sepeda, sepak bola, tangkap bola dll)



c.



Fasilitasi anak untuk kegiatan dengan menggunakan motorik halus (belajar menggambar, menulis, mewarnai, menyusun balok dll)



d.



Menciptakan lingkungan aman dan nyaman bagi anak untuk bermain di rumah



3. Mengembangkan ketrampilan bahasa a. Kaji ketrampilan bahasa yang dikuasai anak b. Berikan kesempatan anak bertanya dan bercerita 28



c. Sering mengajak komunikasi d. Ajari anak belajar membaca e. Belajar bernyanyi 4. Mengembangkan ketrampilan adaptasi psikososial a. Kaji ketrampilan adaptasi psikososial anak b. Berikan kesempatan anak bermain dengan teman sebaya c. Berikan dorongan dan kesempatan ikut perlombaan d. Latih anak berhubungan dengan orang lain yang lebih dewasa 5. Membentuk indentitas dan peran sesuai jenis kelamin a. Kaji identitas dan peran sesuai jenis kelamin b. Ajari mengenal bagian-bagian tubuh c. Ajari mengenal jenis kelamin sendiri dan membedakan dengan jenis kelamin anak lain d. Berikan pakaian dan mainan sesuai jenis kelamin 6. Mengembangkan kecerdasan a.



Kaji perkembangan kecerdasan anak



b.



Bimbing anak dengan imajinasinya untuk menggali kreatifitas, bercerita



c.



Bimbing anak belajar ketrampilan baru d. Berikan kesempatan dan bimbing anak membantu melakukan pekerjaan rumah sederhana



e.



Ajari pengenalan benda, warna, huruf, angka



f.



Latih membaca, menggambar dan berhitung 7. Mengembangkan nilai moral a. Kaji nilai-nilai moral yang sudah diajarkan pada anak b. Ajarkan dan latih menerapkan nilai agama dan budaya yang positif c. Kenalkan anak terhadap nilai-nilai mana yang baik dan tidak d. Berikan pujian atas nilai-nilai positif yang dilakukan anak e. Latih kedisplinan



29



8.



Meningkatkan



peran



serta



keluarga



dalam



meningkatkan



pertumbuhan dan perkembangan a. Tanyakan kondisi pertumbuhan dan perkembangan anak b. Tanyakan upaya yang sudah dilakukan keluarga terhadap anak c. Berikan reinforcement atas upaya positif yang sudah dilakukan keluarga d. Anjurkan keluarga untuk tetap rutin membawa anaknya ke fasilitas kesehatan (posyandu, puskesmas dll) e. Anjurkan pada keluarga untuk memberikan makan bergizi seimbang f. Berikan pendidikan kesehatan tentang tugas perkembangan normal pada usia pra sekolah g. Berikan informasi cara menstimulasi perkembangan pada usia pra sekolah



30



LAPORAN PENDAHULUAN KESIAPAN PENINGKATAN PERKEMBANGAN USIA SEKOLAH (Usia 6-12 th) A. Pengertian Perkembangan usia sekolah adalah tahap perkembangan anak usia 6-12 th dimana pada usia ini anak akan belajar memiliki kemampuan bekerja dan mendapat ketrampilan dewasa, belajar menguasai dan menyelesaikan tugasnya, produktif belajar, kenikmatan dalam berkompetisi kerja dan merasakan bangga dalam keberhasilan melakukan sesuatu yang baik. Bisa membedakan sesuatu yang baik/tidak dan dampak melakukan hal yang baik/tidak. B. Batasan Karakrteristik: 1. Mampu menyelesaikan tugas dari sekolah/rumah 2. Mempunyai rasa bersaing misal ingin lebih pandai dari teman, meraih juara pertama 3. Terlibat dalam kegiatan kelompok 4. Mulai mengerti nilai mata uang dan satuannya 5. Mampu menyelesaikan pekerjaan rumah tangga sederhana misal merapikan tempat tidur,menyapu dll 6. Memiliki hobby tertentu, misal naik sepeda, membaca buku cerita, menggambar 7. Memliliki teman akrab untuk bermain 8. Tidak ada tanda bekas luka penganiayaan



31



C. Diagnosa Keperawatan: Berdasarkan data yang didapat melalui wawancara, observasi, maka perawat dapat merumuskan diagnosa keperawatan sebagai berikut: Kesiapan peningkatan perkembangan usia sekolah



D. Intervensi Tujuan 1. Mempertahankan pemenuhan kebutuhan fisik yang optimal 2. Mengembangkan ketrampilan motorik kasar dan halus 3. Mengembangkan ketrampilan adaptasi psikososial 4. Mengembangkan kecerdasan 5. Mengembangkan nilai-nilai moral 6. Meningkatkan peran serta keluarga dalam meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan Tindakan keperawatan 1. Mempertahankan pemenuhan kebutuhan fisik yang optimal a. Kaji pemenuhan kebutuhan fisik anak b. Anjurkan pemberian makanan dengan gizi yang seimbang c. kolaborasi pemberihan vitamin dan vaksinasi ulang (booster) d. Ajarkan kebersihan diri 2. Mengembangkan ketrampilan motorik kasar dan halus a. Kaji ketrampilan motorik kasar dan halus anak b. Fasilitasi anak untuk bermain yang menggunakan motorik kasar (kejarkejaran, papan seluncur, sepeda, sepak bola, tangkap bola, lompat tali) c. Fasilitasi anak untuk kegiatan dengan menggunakan motorik halus (belajar menggambar/melukis, menulis, mewarna, membuat kerajinan tangan seperti vas, kotak pensil, lampion dsb, ) 32



d. Menciptakan lingkungan aman dan nyaman bagi anak untuk bermain 3. Mengembangkan ketrampilan adaptasi psikososial a. Kaji ketrampilan adaptasi psikososial anak b. Sediakan waktu bagi anak untuk bermain keluar rumah bersama teman kelompoknya c. Berikan dorongan dan kesempatan ikut berbagai perlombaan d. Berikan hadiah atas prestasi yang diraih e. Latih anak berhubungan dengan orang lain yang lebih dewasa 4. Mengembangkan kecerdasan a. Kaji perkembangan kecerdasan anak b. Mendiskusikan kelebihan dan kemampuannya c. Memberikan pendidikan dan ketrampilan yang baik bagi anak d. Memberikan bahan bacaan dan pemainan yang meningkatkan kreatifitas e. Bimbing anak belajar ketrampilan baru f. Libatkan anak melakukan pekerjaan rumah sederhana misalnya masak, membersihkan mobil, menyirami tanaman, menyapu g. Latih membaca, menggambar dan berhitung h. Asah dan kembangkan hobby yang dimiliki anak 5. Mengembangkan nilai-nilai moral a. Kaji nilai-nilai moral yang sudah diajarkan pada anak b. Ajarkan dan latih menerapkan nilai agama dan budaya yang positif c. Ajarkan hubungan sebab akibat suatu tindakan d. Bimbing anak saat menonton TV dan membaca buku cerita e. Berikan pujian atas nilai-nilai positif yang dilakukan anak f. Latih kedisplinan 6. Meningkatkan peran serta keluarga dalam meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan a. Tanyakan kondisi pertumbuhan dan perkembangan anak b. Tanyakan upaya yang sudah dilakukan keluarga terhadap anak 33



c. Berikan reinforcement atas upaya positif yang sudah dilakukan keluarga d. Anjurkan pada keluarga untuk memberikan makan bergizi seimbang e. Berikan pendidikan kesehatan tentang tugas perkembangan normal pada usia sekolah f. Berikan informasi cara menstimulasi perkembangan pada usia sekolah



34



LAPORAN PENDAHULUAN KESIAPAN PENINGKATAN PERKEMBANGAN REMAJA



A. Pengertian Perkembangan remaja adalah tahap perkembangan remaja usia 12-18 thn dimana pada saat ini remaja harus mampu mencapai identitas diri meliputi peran, tujuan pribadi, keunikan dan ciri khas diri. Bila hal ini tidak tercapai maka remaja akan mengalami kebingungan peran yang berdampak pada rapuhnya kepribadian sehingga akan terjadi gangguan konsep diri. B.



Karakteristik perilaku Karakteristik Normal 1.



Menilai diri secara objektif, kelebihan dan kekurangan diri



2.



Bergaul dengan teman



3.



Memiliki teman curhat



4.



Mengikuti kegiatan rutin (olah raga, seni, pramuka, pengajian, bela diri)



5.



Bertanggung jawab dan mampu mengambil keputusan tanpa tergantung pada orang tua



6.



Menemukan identitas diri, memiliki tujuan dan cita-cita masa depan



7.



Tidak menjadi pelaku tindak antisosial dan tindak asusila



8.



Tidak menuntut orang tua secara paksa untuk memenuhi keinginan yang berlebihan dan negatif



9.



Berperilaku santun, menghormati orang tua, guru dan bersikap baik pada teman



10. Memiliki prestasi yang berarti dalam hidup C. Diagnosa Keperawatan Kesiapan Peningkatan Perkembangan Remaja



35



D. Intervensi 1. Intervensi generalis : a. Memfasilitasi remaja untuk mengikuti kegiatan yang positif dan bermanfaat b. Tidak membatasi atau terlau mengekang remaja melainkan membimbingnya c. Menciptakan suasana rumah yang nyaman untuk pengembangan bakat dan kepribadian diri d. Menyediakan waktu untuk diskusi, mendengarkan keluhan, harapan dan cita-cita remaja e. Tidak menganggap remaja sebagai junior yang tidak memiliki kemampuan apapun 2. Intervensi spesialis a.



Terapi kelompok terapeutik : remaja



36



LAPORAN PENDAHULUAN KESIAPAN PENINGKATAN PERKEMBANGAN USIA DEWASA AWAL (USIA 20-30 TAHUN)



A. Pengertian Usia dewasa awal merupakan tahap perkembangan manusia yang berada pada 20-30 tahun dan pada usia ini individu harus mampu berinteraksi akrab dengan oranglain (Erickson, 1963). Pada masa ini penekanan utama dalam perkembangan identitas diri untuk membuat ikatan dengan oranglain yang menghasilkan hubungan intim. Orang dewasa mengembangkan pertemanan abadi dan mencari pasangan atau menikah dan terikat dalam tugas awal sebuah keluarga. Levinson (1978) mengatakan bahwa pada masa ini seseorang berada pada puncak intelektual dan fisik. Selama periode ini kebutuhan untuk mencari kepuasan diri tinggi. Selain itu masa dewasa awal seseorang berpindah melalui tahap dewasa baru, dari asumsi peran yunior pada pekerjaan, memulai perkawinan dan peran orangtua dan memulai pelayanan pada komunitas ke suatu tempat yang lebih senior dirumah, pekerjaan dan di komunitas. Kegagalan dalam berhubungan akrab dan memperoleh pekerjaan dapat menyebabkan individu menjauhi pergaulan dan merasa kesepian lalu menyendiri



B. Karakteristik Perilaku 1.



Karakteristik Prilaku Normal a. Menjalin interaksi yang hangat dan akrab dengan oranglian b. Mempunyai hubungan dekat dengan orang-orang tertenti (pacar, sahabat) c. Membentuk keluarga d. Mempunyai komitmen yang jelas dalam bekerja dan berinteraksi e. Merasa mampu mandiri karena sudah bekerja f. Memperlihatkan tanggungjawab secara ekonomi, sosial dan emosional g. Mempunyai konsep diri yang realistis h. Menyukai diri dan mengetahui tujuan hidup



37



i. Berinteraksi baik dengan keluarga j. Mampu mengatasi strss akibat perubahan dirinya k. Menganggap kehidupan sosialnya bermakna l. Mempunyai nilai yang menjadi pedoman hidupya 2.



Karakteristik penyimpangan perkembangan a. Tidak mempuyai hubungan akrab b. Tidak mandiri dan tidak mempunyai komitmen hidup c. Konsep diri tidak realistis d. Tidak menyukai diri sendiri e. Tidak mengetahui arah hidup f. Tidak mampu mnegatasi stres g. Hubungan dengan orangtua tidak harmonis h. Bertindak semaunya sendiri dan tidak bertanggungjawab i. Tidak memiliki nilai dan pedoman hidup yang jelas, mudah terpengaruh j. Menjadi pelaku tindak antisosial (kriminal, narkoba, tindak asusila)



C. Diagnosa Keperawatan Kesiapan Peningkatan Perkembangan Dewasa Awal



38



LAPORAN PENDAHULUAN KESIAPAN PENINGKATAN PERKEMBANGAN USIA DEWASA (GENERATIVITY Vs SELF-ABSORPTION AND STAGNATION, 30 – 60 TAHUN) A.



Pengertian Usia dewasa adalah tahap perkembangan manusia usia 30 – 60 tahun dimana pada tahap ini merupakan tahap dimana individu mampu terlibat dalam kehidupan keluarga, masyarakat, pekerjaan, dan mampu membimbing anaknya. Individu harus menyadari hal ini, apabila kondisi tersebut tidak terpenuhi dapat menyebabkan ketergantungan dalam pekerjaan dan keuangan.



B.



Karakteristik Perilaku Karakteristik Normal a.



Menilai pencapaian hidup



b.



Merasa nyaman dengan pasangan hidup



c.



Menerima perubahan fisik dan psikologis yang terjadi



d.



Membimbing dan menyiapkan generasi di bawah usianya secara arif dan bijaksana



e.



Menyesuaikan diri dengan orang tuanya yang sudah lansia



f.



Kreatif : mempunyai inisiatif dan ide-ide melakukan sesuatu yang bermanfaat



g.



Produktif : mampu menghasilkan sesuatu yang berarti bagi dirinya dan orang lain, mengisi waktu luang dengan hal yang positif dan bermanfaat



h.



Perhatian dan peduli dengan orang lain : memperhatikan kebutuhan orang lain.



i.



Mengembangkan minat dan hobi.



39



C. Diagnosa Keperawatan



Kesiapan Peningkatan Perkembangan Dewasa



D.



Intervensi Keperawatan 1.



Intervensi Generalis : a. Menjelaskan perkembangan usia dewasa yang normal dan perkembangan yang menyimpang b. Menerima proses penuaan dan perubahan peran dalam keluarga c. Berinteraksi dengan baik dengan pasangan dan menikmati kebersamaan dengan keluarga d. Memperluas dan memperbaharui minat/kesenangan e. Memanfaatkan kemandirian dan kemampuan/potensi diri secara positif



2.



Intervensi Spesialis : terapi stimulasi perkembangan psikososial usia 30 – 60 tahun.



40



LAPORAN PENDAHULUAN KESIAPAN PENINGKATAN PERKEMBANGAN LANSIA A. Pengertian Lansia Lansia merupakan suatu proses alami yang tidak dapat dicegah dan merupakan hal yang wajar dialami orang yang diberi karunia umur panjang, dimana semua orang berharap akan menjalani hidup dengan tenang, damai, serta menikmati masa pensiun bersama anak, cucu tercinta dengan penuh kasih sayang (Rohmah, Purwaningsih, & Khoridatul, 2012). Lansia adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Reny, 2014). Berdasarkan beberapa definisi tersebut, penulis menyimpulkan bahwa lansia merupakan suatu proses alamiah yang tidak bisa dihindari oleh setiap manusia dan hal tersebut merupakan suatu hal yang diberikan dari Tuhan yang didalamnya terdapat berkah yang luar biasa. B. Klasifikasi Lansia Klasifikasi Lansia terdiri dari: 1.



Pralansia (Prasenilis) Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun



2.



Lansia Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih 41



3.



Lansia Resiko Tinggi Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan



4.



Lansia Potensial Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa



5.



Lansia Tidak Potensial Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain



C. Karakteristik Lansia Menurut (Maryam R.S, 2009)lansia memiliki karakteristik sebagai berikut:



1.



Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai pasal 1ayat (2) UU No. 13 tentang Kesehatan



2.



Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga kondisi maladaptive



3.



Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi



D. Perubahan Lanjut Usia Ada beberapa perubahan pada lanjut usia, yaitu: 1.



Perubahan Kondisi Fisik Setelah orang memasuki masa lansia mulai adanya kondisi fisik yang bersifat patologis berganda, misalnya tenaga berkurang, energi menurun, kulit makin keriput, gigi makin rontok, tulang makin rapuh, dan sebagainya.Secara umum kondisi fisik seseorang yang sudah memasuki masa lansia mengalami penurunan secara berlipat ganda. Hal ini semua dapat menimbulkan gangguan kelainan fungsi fisik, psikologik maupun sosial 42



2.



Perubahan Kondisi Psikososial Kesepian yang dialami dapat berupa kesepian emosional, situasional, kesepian sosial atau gabungan ketiganya. Berdasarkan penelitian beberapa hal dapat mempengaruhi perasaan kesepian antara lain: merasa tidak adanya figur kasih sayang yang diterima seperti suami atau istri dan anak, kehilangan integrasi secara sosial dalam komunikasi yang diberikan sekumpulan teman, keluarga dilingkungan sekitar, mengalami perubahan situasi (Septiningsih, D.S & Na’imah, 2012) Ketakutan menjadi tua dan ketidakmampuan bagi kebanyakan orang untuk menghadapi proses penuaan mereka sendiri yang dapat mencetuskan



kepercayaan



ageist.



Pensiun



dan



gambaran



non-



produktivitas yang menyebabkan kepercayaan negatif. Pekerja usia muda mungkin memandang individu lansia sebagai seorang yang tidak punya sumbangan bagi masyarakat dan memboroskan sumber daya ekonomi 3.



Perubahan Mental Faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah perubahan fisik, kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan, lingkungan perubahan pribadi yang drastis.



4.



Perubahan yang berkaitan dengan pekerjaan Perubahan ini diawali ketika masa pensiun.Meskipun tujuan pensiun adalah agar para lansia dapat menikmati hari tua atau jaminan hari tua, namun dalam kenyataan sering diartikan sebaliknya, karena pensiun sering diartikan sebagai kehilangan penghasilan,kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status dan harga diri.Reaksi setelah orang memasuki masa pensiun lebih tergantung dari model kepribadiannya yang seperti yang telah diuraikan pada poin diatas.Dalam kenyataan ada yang menerima, ada juga yang takut kehilangan, ada yang merasa senang memiliki jaminan hari tua dan ada juga yang seolah-olah acuh terhadap pensiun.Masing-masing sikap tersebut sebenarnya punya dampak bagi 43



masing- masing individu, baik positif maupun negatif. Dampak positif lebih menentramkan diri lansia dan dampak negatif akan mengganggu kesejahteraan hidup lansia. Agar pensiun lebih berdampak positif sebaiknya ada masa persiapan pensiunyang bena-benar diisi dengan kegiatan-kegiatan untuk mempersiapkan diri, bukan hanya diberi waktu untuk masuk kerja atau tidak dengan memperoleh gaji penuh. Persiapan tersebut dilakukan secara berencana, terorganisasi dan terarah bagi masing-masing orang yang akan pensiun (Nurul F, 2017). 5.



Perubahan dalam peran sosial di masyarakat Masalah umum yang dialami para lansia adalah rentannya kondisi fisik seperti berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak fisik dan sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia.Misalnya badannya menjadi bungkuk, penglihatannya mulai kabur, pendengarannya mulai berkurang, dan tak jarang lansia diperlakukan sebagai beban, tidak sedikit juga lansia tidak disukai, sering dikucilkan dipanti-panti jompo.Adanya anggapan yang cenderung negatif tersebut secara tidak langsung membentuk lansia menjadi pribadi yang merasa tidak berharga, kesepian, harga diri rendah.Kondisi psikologis yang demikian mengindikasikan adanya frustasi ekstensial dimana seseorang tidak mempunyai tujuan hidup yang jelasdan merasa hampa.Kebermaknaan hidup lansia berkaitan dengan persepsi terhadap kualitas hidup, yang mencakup kesejahteraan psikologis, fungsi fisik yang baik, hubungan dengan orang lain, kesehatan dan aktivitas sosial. Memiliki makna hidup berarti dapat meningkatkan semangat hidupdan meletakkan dasar untuk kesejahteraan (Elviana K, Bidjuni H, 2015).



E. Tugas Perkembangan Lansia Adapun tugas perkembangan lansia antara lain penyesuaian diri terhadap ketahanan dan kesehatan fisik yang berkurang, penyesuaian diri 44



terhadap masa pensiun dan berkurangnya pendapatan, penyesuaian diri terhadap kemungkinan ditinggal pasangan hidup karena kematian, membina hubungan dengan teman sebaya dengan berperan serta dalam organisasi sosial kemasyarakatan. F. Masalah-masalah Kesehatan yang Sering Terjadi pada Usia Lanjut Masalah-masalah kesehatan yang sering terjadi pada usia lanjut terkait dengan beberapa aspek antara lain sebagai berikut: 1. Fungsi fisiologis: masalah pendengaran, penglihatan, pencernaan dan nutrisi, perkemihan, kardiovaskular, pernafasan, mobilitas, dan keamanan. 2. Rasa nyaman: kulit, tidur dan istirahat, suhu tubuh, fungsi seksual. 3. Fungsi psikososial 4. Fungsi kognitif G. Respon Usia Lanjut Terhadap Proses Penuaan Respon usia lanjut terhadap proses penuaan berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan dan perkembangan individu tersebut, latar belakang sosial budaya termasuk ekonomi, pendidikan, sosial budaya masyarakat, besarnya dukungan keluarga dan lain sebagainya. Menurut Erickson (dikutip dari Stuart & Sundeen, 1993) bahwa kesiapan usia lanjut untuk beradaptasi atau menyesuaikan diri terhadap tugas perkembangan usia lanjut dipengaruhi oleh proses tumbuh kembang sebelumnya. Apabila seseorang pada tahap tumbuh kembang sebelumnya melakukan kegiatan sehari-hari dengan teratur dan baik serta membina hubungan yang serasi dengan orang-orang di sekitarnya, maka pada usia lanjut dia akan tetap melakukan kegiatan yang biasa dilakukan pada usia mudanya, misalnya olah raga, ikut dalam organisasi sosial kemasyarakatan dan masih dapat mengembangkan hobinya. Dengan demikian ia tidak mudah sakit dan masih bisa menunjukkan integritas diri yang baik. 45



Sebaliknya, jika seseorang tersebut tidak berhasil dalam tahap tumbuh kembang sebelum lansia dan tidak melakukan hal-hal yang telah disebutkan diatas dan lebih banyak stress dan keyakinan terhadap agama kurang, maka individu tersebut akan cepat mengalami perubahan struktur dan fungsi tubuh yang ditandai dengan sering sakit, lekas pikun, merasa terisolasi, maka proses penuaan ini terjadi lebih cepat. Usia lanjut akan tetap produktif apabila ia dapat melakukan tugas perkembangannya



dengan



baik.



Tugas



perkembangan



ini



meliputi



penyesuaian diri terhadapp ketahanan dan kesehatan fisik yang berkurang, penyesuaian diri terhadap masa pensiun dan berkurangnya pendapatan, penyesuaian diri terhadap kemungkinan ditinggal pasangan hidup karena kematian, membina hubungan dengan teman sebaya dengan berperan serta dalam organisasi sosial kemasyarakatan. Apabila tugas perkembangan tersebut tidak dapat dilakukan dengan baik oleh usia lanjut, maka mereka akan bisa mengalami berbagai masalah antara lain: kecemasan, sakit-sakitan, merasa kesepian, depresi, penolakan, bermusuhan dengan orang disekitarnya, harga diri rendah, dan bahkan ada yang putus asa sampai bunuh diri, terutama apabila keyakinan agamanya kurang kuat. Selain USILA sendiri harus mampu melakukan perawatan dirinya sendiri, keluarga dan orang-orang disekitarnya pun perlu memahami bagaimana melakukan asuhan keperawatan yang tepat pada usia lanjut tersebut. Karena hal ini akan membantu USILA untuk lebih bergairah hidup dan melakukan kegiatan dengan penuh semangat dan ia akan tetap produktif dan berbahagia pada usianya yang lanjut. H. Perkembangan Psikososial Lanjut Usia Menurut Erikson perkembangan psikososial adalah perkembangan kepribadian manusia yang terjadi sepanjang kehidupan dipengaruhi oleh 46



interaksi sosial dan hubungan dengan orang lain. Perkembangan psikososial lanjut usia adalah tercapainya integritas diri yang utuh. Pemahaman terhadap makna hidup secara keseluruhan membuat lansia berusaha menuntun generasi (anak dan cucunya) berdasaarkan sudut pandangnya. Integritas diri ini merupakan tahap lanjut usia tahap yang sulit dilewati orang karena pada masa ini cenderung melakukan instropeksi diri. Mereka akan memikirkan kembali hal-hal yang telah terjadi pada masalah sebelumnya, baik itu keberhasilan maupun kegagalan. Kondisi psikososial lansia terdapat aspek-aspek yang mendukung perkembngan psikososial lansia yaitu: 1.



Aspek Kognitif Aspek yang meliputi aspek yang mencakup kegiatan pikiran,kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah



2.



Aspek Afektif Aspek yang berkaitan dengan sikap dan nilai, afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai



3.



Aspek Psikomotor Aspek yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu, aspek ini banyak mengalami penurunan seiring dengan kemunduran aspek fisik.



4.



Aspek spiritual Aspek yang berkaitan dengan keagamaan, kepercayaan, keyakinan yang telah ada di dalam diri sehingga memperkuat keimanan kita terhadap yang Maha Kuasa



5.



Aspek Sosial aspek yang berkaitan dengan norma-norma, moral dan tradisi meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan kerja sama



6.



Aspek Emosional



47



Aspek emosi adalah perasaan-perasaan tertentu yang dialami pada saat menghadapi suatu situasi tertentu, seperti rasa senang, bahagia, benci, kangen, terkejut, tidak puas, tidak senang dan sebagainya 7.



Aspek Kepribadian Aspek yang meliputi perkembangan kepribadian bersifat dinamis, yang artinya



selama



individu



tersebut



masih



mampu



bertambah



pengetahuannya dan mau belajar serta menerima pengalaman baru atau hal-hal positif maka kepribadiannya semakin matang dan mantap.



I. Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian Pengkajian merupakan tahap awal proses keperawatan yang meliputi pengumpulan data, analisis data, dan perumusan masalah pasien. Data yang dikumpulkan adalah data pasien secara holistik, meliputi aspek biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Seorang perawat jiwa diharapkan memiliki kesadaran atau kemampuan tilik diri (self awareness), kemampuan



mengobservasi dengan



akurat,



berkomunikasi



secara



terapeutik, dan kemampuan merespon secara efektif karena hal tersebut menjadi kunci utama dalam menumbuhkan hubungan saling percaya dengan pasien. Hubungan saling percaya antara perawat dengan pasien akan memudahkan perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Oleh karena itu, perawat dapat membantu pasien menyelesaikan masalah sesuai kemampuan yang dimilikinya. Faktor predisposisi dan faktor presipitasi, penilaian terhadap stresor, sumber koping, dan kemampuan koping yang dimiliki pasien adalah aspek yang harus digali selama proses pengkajian. Identifikasi faktor yang menimbulkan lansia mengalami penurunan integritas diri seperti merasa kehilangan, merasa kehidupannya selama ini



48



tidak berarti, merasa dirinya rendah. Membina hubungan saling percaya awali pertemuan dengan selalu mengucapkan salam, berkenalan dengan klien, bersikap empati kepada klien dan mendengarkan keluhan klien. Mengkaji data subjektif dan objektif, data objektif dikaji dengan mengobservasi perilaku klien, memeriksa, mengukur, sedangkan data subjektif didapatkan dengan cara wawancara atau ungkapan dari klien. 2. Diagnosa Keperawatan Kesiapan peningkatan perkembangan Lansia 3. Intervensi dan Implementasi Keperawatan a.



Lansia 1) Tujuan a) Lansia



dapat



menyebutkan



karakteristik



perkembangan



psikososial yang normal (merasa disayangi dan dibutuhkan keluarganya dan mampu mengikuti kegiatan social dan keagamaan di lingkungannya. b) Lansia dapat menjelaskan



cara mencapai



perkembangan



psikososial yang normal dan merasa hidupnya bermakna. c) Lansia melakukan tindakan untuk mencapai perkembangan psikososial yang normal. 2) Tindakan Keperawatan Tindakan Keperawatan bagi Perkembangan Psikososial Lansia a) Jelaskan ciri perilaku perkembangan lansia yang normal dan menyimpang b) Mendiskusikan cara yang dapat dilakukan oleh lansia untuk mencapai integritas diri yang utuh : 1) Mendiskusikan makna hidup lansia selama ini



49



2) Melakukan life review (menceritakan kembali masa lalunya, terutama keberhasilannya) 3) Mendiskusikan keberhasilan yang telah dicapai lansia 4) Mengikuti kegiatan sosial di lingkungannya 5) Melakukan kegiatan kelompok c) Membimbing lansia membuat rencana kegiatan untuk mencapai integritas diri yang utuh. d) Memotivasi lansia untuk menjalankan rencana yang telah dibuatnya b. Keluarga 1)



Tujuan a) Keluarga dapat menjelaskan perilaku lansia yang menggambarkan perkembangan psikososial yang normal dan menyimpang b) Keluarga dapat menjelaskan cara memfasilitasi perkembangan lansia c) Keluarga melakukan tindakan untuk memfasilitasi perkembangan lansia d) Keluarga



merencanakan



stimulasi



untuk



mengembangkan



kemampuan psikososial lansia 2)



Tindakan Keperawatan a) Menjelaskan



perkembangan



psikososial



yang



normal



dan



menyimpang pada keluarga b) Mendiskusikan cara memfasilitasi perkembangan lansia yang normal dengan keluarga 1) Bersama lansia mendiskusikan makna hidupnya selama ini 2) Mendiskusikan keberhasilan yang telah dicapai lansia 3) Mendorong lansia untuk mengikuti kegiatan sosial (arisan, menengok yang sakit, dll) di lingkungannya 4) Mendorong lansia untuk melakukan kegiatan



50



5) Mendorong lansia untuk melakukan life review (menceritakan kembali masa lalunya terutama keberhasilannya) c) Melatih keluarga untuk memfasilitasi perkembangan psikososial lansia d) Membuat stimulasi perkembangan psikososial lansia STRATEGI PELAKSANAAN PENDAHULUAN KESIAPAN PENINGKATAN PERKEMBANGAN LANSIA A. Alat yang Perlu Disiapkan 1.



Lingkungan/tempat yang nyaman



2.



Majalah/buku



3.



Foto



4.



Leaflet



B. Langkah-langkah Tahap Pra Interaksi 1.



Mempersiapkan alat dan tempat



2.



Menyiapkan klien



Tahap Orientasi 1. Salam terapeutik 2. Memperkenalkan diri 3. Menanyakan perasaan klien 4. Menjelaskan tujuan kegiatan 5. Menjelaskan manfaat kegiatan 6. Menanyakan persiapan klien Tahap Kerja 1. Membina hubungan saling percaya dengan lansia dan keluarga dengan waktu 51



a.



Memperkenalkan diri



b.



Menanyakan nama klien, kabar klien, suasana hati klien



c.



Menjelaskan



tujuan



pertemuan d.



Memperhatikan



dan



memberikan empati 2. Menjelaskan karakteristik perkembangan psikososial lansia yang normal dan menyimpang (dengan waktu 1x30 menit) a. Menanyakan apakah klien memiliki harga diri yang tinggi b. Menanyakan cara pandang pasien terhadap sesuatu hal c. Menanyakan apakah merima nilai dan keunikan orang lain d. Menanyakan kesiapan tentang kematian e. Menanyakan apakah hidup yang dijalani memiliki arti dan makna 3. Menjelaskan cara mencapai perkembangan psikososial lansia yang normal dengan waktu 30 menit a. Menanyakan keikut sertaan dalam kegiatan masyarakat b. Menanyakan apakah klien mengikuti kegiatan secara berkelompok c. Menanyakan apakah klien menilai kehidupan yang dijalani selama ini bermakna d. Menanyakan penilaian diri lansia e. Menanyakan sistem pendukung keagamaan f. Menanyakan apakah klien menerima dan menyesuaikan diri dengan kematian pasangan/orang berarti g. Menanyakan cerita tentang masa lalu, terutama keberhasilan 4. Melakukan tindakan untuk mencapai perkembangan psikososial lansia yang normal (dengan waktu 30 menit) a. Mengikuti kegiatan sosial seperti pengajian, arisan, senam, posyandu lansia



52



Tahap Terminasi 1. Melakukan evaluasi tindakan 2. Rencana tindak lanjut 3. Kontrak waktu, kontrak tempat



LAPORAN KASUS Asuhan Keperawatan Jiwa Komunitas dengan Asuhan Keperawatan Kesiapan Peningkatan Perkembangan Lansia pada Ny. R yang berumur 65 tahun. A. Pengkajian Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada tanggal 16 November 2020 diperoleh data melalui hasil observasi, wawancara langsung dengan klien, dan pemeriksaan fisik. Data yang diperoleh dari hasil pengkajian adalah sebagai berikut: Nama klien Ny. R umur 65 tahun, pendidikan SLTP, klien tinggal sendiri suami sudah meninggal dunia sejak 4 tahun yang lalu dan tidak memiliki anak, klien tinggal berdampingan dengan adiknya, alamat Gampong Lam Dom, Kecamatan Lueng Bata, Kota Banda Aceh, agama Islam. Pemeriksaan fisik dan vital sign klien sebagai berikut: tanda-tanda klinis rambut sudah beruban panjang sebahu, kulit keriput, mukosa bibir lembab, conjungtiva tidak anemis, penglihatan klien mulai berkurang klien menggunakan kaca mata plus, klien mengatakan kekuatan tangannya tidak seperti dulu waktu masih muda yang sering membawa beban berat sekarang sudah mulai menurun, tekanan darah: 130/80 mmHg, nadi: 80x/menit, respirasi: 20x/menit, berat badan: 53 kg, tinggi badan: 150 cm, klien belum pernah dirawat dirumah sakit, klien juga tidak 53



memiliki riwayat penyakit keturunan. Dalam segi kebersihan, klien mandi dua kali dalam sehari, keramas dua hari sekali, memotong kuku satu minggu sekali dan mampu memenuhi perawatan diri dengan baik.Dalam segi kegiatan sehari-hari klien tidak ada masalah, kegiatan sehari-hari dilakukan secara mandiri. Status mental dalam berpenampilan klien tampak rapi sesuai ketentuan, ganti baju dua kali sehari, kontak mata fokus, klien antusias dengan apa yang dikerjakan, klien bicara dengan nada yang normal, tenang dan tidak tergesa-gesa selama wawancara klien juga kooperatif, klien tidak mengalami disorientasi waktu, tempat ataupun orang, klien menerima dan ikhlas jika suaminya sudah meninggal dunia dan klien juga mengatakan kalau suatu saat klien akan dipanggil Yang Maha Kuasa. Daya ingat jangka panjang klien baik karena masih dapat mengingat, daya ingat jangka pendek juga baik karena klien mampu mengingat kegiatan yang baru saja dilakukan, klien juga menceritakan kembali masa keberhasilannya ketika suami beliau masih hidup klien dan suami berdagang dan berkembang pesat hingga suatu hari usahanya menjadi bangkrut, tingkat konsentrasi klien baik, fokus klien tidak mudah beralih, klien mampu menjawab pertanyaan yang telah ditanyakan, klien dapat berkomunikasi dengan baik, klien juga dapat memenuhi kebutuhannya sendiri. Dalam segi makanan, klien makan tiga kali sehari dengan porsi sedang, klien mampu menyiapkan makanan, membersihkan alat-alat makan dengan baik, klien melakukan aktifitas secara mandiri tanpa bantuan orang lain. Klien mengatakan tidak mengalami kesulitan tidur, klien tidur kurang lebih jam 21.00 dan bangun pagi pukul 05.00. Pola komunikasi klien terjalin dengan baik dan tidak ada pertentangan dengan saudara-saudaranya, klien mempunyai saudara seperti adik, cucu keponakan, tetangga dan teman sebaya, sehingga klien merasa dirinya tidak sendirian, klien dengan saudaranya saling menghargai dan saling mendukung satu sama lain, saudara klien sering mengunjunginya seminggu sekali. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, klien dibiayai oleh adiknya yang merupakan seorang PNS.



54



B.



Analisa Data Data Subyektif yaitu klien mengatakan interaksi dengan keluarga dan orang lain baik, klien mengatakan sering dijenguk saudaranya, klien mengatakan kasih sayang klien tercukupi, klien mengatakan tidak ada penyakit keturunan, klien mengatakan belum pernah dirawat dirumah sakit ataupun klinik, klien mengatakan tidak ada masalah dengan anggota tubuhnya, klien mengatakan peran sebagai lansia tidak terganggu, klien mengatakan jika menyelesaikan masalah dibantu dengan keluarganya, klien mengatakan sudah ikhlas menerima jika suaminya sudah meninggal. Sedangkan data obyektif yaitu: klien terlihat sehat walaupun mengalami perubahan lanjut usia, klien bercerita tentang keberhasilannya, klien tampak rapi, pembicaraan tenang, kontak mata fokus, TB: 150 cm, BB: 53 Kg, TD: 130/80 mmHg, N: 80x/menit, RR: 20x/menit, S: 36 oC.



C.



Diagnosa Keperawatan Kesiapan peningkatan perkembangan Lansia



D.



Perencanaan dan Tindakan Keperawatan 1.



Lansia Tujuan : a. Lansia dapat menyebutkan karakteristik perkembangan psikososial yang normal (merasa disayangi dan dibutuhkan keluarganya dan mampu mengikuti kegiatan social dan keagamaan di lingkungannya. b. Lansia dapat menjelaskan cara mencapai perkembangan psikososial yang normal dan merasa hidupnya bermakna. c. Lansia melakukan tindakan untuk mencapai perkembangan psikososial yang normal.



Tindakan Keperawatan Tindakan Keperawatan bagi Perkembangan Psikososial Lansia a.



Jelaskan ciri perilaku perkembangan lansia yang normal dan menyimpang 55



b.



Mendiskusikan cara yang dapat dilakukan oleh lansia untuk mencapai integritas diri yang utuh : 1)



Mendiskusikan makna hidup lansia selama ini



2)



Melakukan life review (menceritakan kembali masa lalunya, terutama keberhasilannya)



3)



Mendiskusikan keberhasilan yang telah dicapai lansia



4)



Mengikuti kegiatan sosial di lingkungannya



5)



Melakukan kegiatan kelompok



c. Membimbing lansia membuat rencana kegiatan untuk mencapai integritas diri yang utuh. d. Memotivasi lansia untuk menjalankan rencana yang telah dibuatnya 2.



Keluarga Tujuan : a. Keluarga



dapat



menjelaskan



perilaku



lansia



yang



menggambarkan



perkembangan psikososial yang normal dan menyimpang b. Keluarga dapat menjelaskan cara memfasilitasi perkembangan lansia c. Keluarga melakukan tindakan untuk memfasilitasi perkembangan lansia d. Keluarga merencanakan stimulasi untuk mengembangkan kemampuan psikososial lansia 1)



Tindakan Keperawatan a) Menjelaskan



perkembangan



psikososial



yang



normal



dan



menyimpang pada keluarga b) Mendiskusikan cara memfasilitasi perkembangan lansia yang normal dengan keluarga c)



Bersama lansia mendiskusikan makna hidupnya selama ini



d) Mendiskusikan keberhasilan yang telah dicapai lansia e)



Mendorong lansia untuk mengikuti kegiatan sosial (arisan, menengok yang sakit, dll) di lingkungannya



f)



Mendorong lansia untuk melakukan kegiatan 56



g) Mendorong lansia untuk melakukan life review (menceritakan kembali masa lalunya terutama keberhasilannya) h) Melatih keluarga untuk memfasilitasi perkembangan psikososial lansia i)



E.



Membuat stimulasi perkembangan psikososial lansia



Evaluasi Data subjektif dari klien yaitu klien mengatakan mengerti ciri perkembangan psikososial lanjut usia yang normal dan menyimpang. Kemudian didapatkan data objektif klien kooperatif, klien tampak mengerti dan klien mampu menyebutkan kembali perkembangan psikososial yang normal ataupun yang menyimpang. Jadi dapat disimpulkan bahwa masalah kesiapan peningkatan perkembangan lansia teratasi sebagian Evaluasi yang dilakukan didapatkan data subyektif dari klien klien mengatakan mengerti tentang perkembangan lanjut usia yang normal dan menyimpang. Didapatkan data obyektif klien kooperatif dan klien tampak membuat rencana untuk kedepannya.



57