Makalah Kesiapan Peningkatan Perkembangan Anak Pra Sekolah. [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH KESIAPAN PENINGKATAN PERKEMBANGAN ANAK PRA SEKOLAH “Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa di semester 4”



Dosen Pembimbing : Wahyudin S.Kep, M.Kes Disusun Oleh : Mohammad Sansan



KHGC19023



Muhammad Dzulfikar A



KHGC19024



Nadhila Nur Amalia



KHGC19025



Nadya Nur Aisyah



KHGC19026



Nalla Siti Sofiah



KHGC19027



Neng Diana Putri



KHGC19028



Nisrina Zalva Khoirunisa



KHGC19029



Kelompok 4 S1 Keperawatan (2A)



STIKes KARSA HUSADA GARUT Jl.Nusa Indah No.24 Jaya Raga Telp./Fax.0262-576327 Tarogong Kidul-Garut 44151 2021



KATA PENGANTAR



Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul Kesiapan Peningkatan Perkembangan Anak Pra Sekolah. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Wahyudin S.Kep, M.Kes yang telah memberikan tugas ini sehingga menambah pengetahuan kami. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah memberi kontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah. Kami sebagai penulis mengakui bahwa ada banyak kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari seluruh pihak senantiasa kami harapkan demi kesempurnaan makalah kami. Semoga makalah ini dapat membawa pemahaman dan pengetahuan bagi kita semua tentang Kesiapan Peningkatan Perkembangan Anak Pra Sekolah.



Garut, 19 April 2021



Penulis



i



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR .................................................................................................. i DAFTAR ISI................................................................................................................ ii BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................1 A. Latar Belakang .....................................................................................................1 B. Rumusan Masalah ................................................................................................7 C. Tujuan...................................................................................................................7 1. Tujuan Umum .................................................................................................. 7 2. Tujuan Khusus ................................................................................................. 7 BAB II PEMBAHASAN ..............................................................................................8 A. Konsep Perkembangan Anak Usia Prasekolah ...............................................8 1. Definisi Perkembangan .................................................................................... 8 2. Definisi Anak Usia Prasekolah ........................................................................ 8 3. Ciri-ciri Anak Prasekolah ................................................................................ 8 4. Perkembangan Anak Usia Prasekolah ........................................................... 10 5. Tingkat Perkembangan Anak Usia Prasekolah.............................................. 10 6. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan................................... 11 7. KPSP (Kuesioner Pra Skrining Perkembangan) ............................................ 14 8. Tugas Perkembangan Anak Usia Prasekolah Kemampuan Personal Sosial . 19 9. Sejarah Perkembangan Teknologi ................................................................. 22 B. Dampak Pengenalan Gadget pada Anak Prasekolah ...................................28 1. Dampak Positif .............................................................................................. 28 2. Dampak Negatif ............................................................................................. 28



ii



BAB III PENUTUP ....................................................................................................29 A. Kesimpulan.........................................................................................................29 B. Saran ...................................................................................................................29 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................30



iii



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan pada masa pra sekolah merupakan tahap dasar yang sangat berpengaruh dan menjadi landasan untuk perkembangan selanjutnya (Adriana, 2013). Masa ini berlangsung pendek sehingga disebut sebagai masa kritis (critical period) atau masa keemasan (golden gold). Gangguan tumbuh kembang sekecil apapun yang terjadi pada anak di usia prasekolah ini, apabila tidak terdeteksi dan diintervensi sedini mungkin akan mengurangi



kualitas



sumber



daya



manusia



di



masa



akan



datang



(Febrikaharisma, 2013). Anak usia pra sekolah adalah anak yang berada direntang usia 3-5 tahun atau 36-72 bulan, yang memiliki ciri khas tersendiri dalam segi pertumbuhan dan perkembangannya (Wong, 2008). Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan intraseluler, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh dalam arti sebagian atau keseluruhan, yang bersifat kuantitatif hingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat (IDAI, 2002 dalam Susilaningrum dkk, 2013). Pertumbuhan fisik anak pada tahun ketiga terjadi penambahan berat badan 1,8 sampai dengan 2,7 kg dan rata-rata berat badan anak usia pra sekolah adalah 14,6 kg dan penambahan tinggi badan anak usia pra sekolah sekitar 7,5cm dan rata-rata tinggi badan mereka adalah 95cm (Wong, 2008). Sedangkan perkembangan adalah perubahan mental yang berlangsung secara bertahap dan dalam waktu tertentu, seperti, kecerdasan, sikap dan tingkah laku (Susanto, 2011). Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan kualitatif yaitu perubahan yang progresif, koheren dan teratur (Somantri, 2012). Penilaian perkembangan anak pra sekolah oleh Frankerburt, (1981) dalam Soetjiningsih, (2012) dibagi menjadi empat domain yaitu personal sosial,motorik kasar, bahasa dan motorik halus, sedangkan menurut Piaget dalam Wong (2008) anak akan mengalami tahap perkembangan kognitif atau perkembangan kecerdasan atau berfikir.



1



Dalam rangka mengoptimalkan tumbuh kembang anak, maka dilakukan pendekatan pembelajaran yang terpusat pada anak yaitu pembelajaran melalui bermain, pembelajaran yang memungkinkan anak secara aktif berinteraksi dan mengeksplorasi lingkungannya. Pendidikan pada masa usia dini merupakan wahana pendidikan yang sangat fundamental dalam memberikan kerangka dasar terbentuk dan berkembangnya dasar-dasar pengetahuan, sikap dan keterampilan pada anak. Beberapa lembaga pendidikan untuk anak usia dini seperti Taman kanak-kanak, kelompok bermain, Paud dan Taman penitipan anak, merupakan dasar untuk proses pendidikan selanjutnya dan sangat tergantung pada sistem dan proses pendidikan yang dijalankan. Kemampuan motorik kasar anak usia pra sekolah antara lain anak sudah bisa meloncat dengan dua kaki, naik turun tangga, untuk motorik halusnya anak mampu mengambil benda ukuran kecil dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk, menggunting dan memegang pensil dengan benar (Soetjiningsih, 2012). Kemampuan bahasa anak pra sekolah akan berkembang sejalan dengan rasa ingin tahu anak serta sikap antusias yang tinggi, sehingga timbul pertanyaanpertanyaan dari anak dengan kemampuan bahasanya, kalimat anak sudah terdiri dari empat sampai lima kata dan mereka lebih banyak menggunakan kata kerja daripada kata benda (Wahyudin dan Agustin, 2011). Perkembangan personal sosial anak usia pra sekolah dapat dilihat dari kemandirian anak untuk memenuhi kebutuhan dirinya sendiri seperti memakai baju sepatu, menggosok gigi serta makan dan minum sendiri. Anak usia ini juga sudah mampu bersosialisasi dengan teman sebayanya seperti memilihkan warna krayon untuk temannya dan menilai hasil karya temannya tersebut (Dariyo, 2007). Menurut Hurlock (1993), salah satu hal penting yang harus dimiliki seorang anak pra sekolah adalah kemampuan sosialisasinya, tidak hanya mencakup keterampilan dan kecerdasan motorik, tetapi juga hal lain seperti mau menerima tokoh selain sosok orangtuanya, kesadaran akan tugasnya, mematuhi peraturan dan dapat mengendalikan emosi-emosinya (Susanto, 2012). Dalam setiap tahap perkembangan, memiliki potensi untuk terjadi gangguan, tergantung pada tugas perkembangan yang diemban pada masingmasing usia. Permasalahan pada perkembangan anak pra sekolah yang sering



2



ditemui antara lain adalah anak yang sulit berbicara seperti gagap atau mengalami keterlambatan bahasa, ada juga anak yang takut bertemu dengan orang asing atau bahkan menangis bila ditinggal ibunya dan termasuk juga gangguan perkembangan fisik dan motoriknya (Agustin dan Mubiar, 2011). Gangguan perkembangan lainnya yang sering muncul pada anak usia pra sekolah yaitu, keterbelakangan mental, lambat belajar,autisme dan gangguan pemusatan perhatian (Susanti dan Neneng, 2014). Di Indonesia, data mengenai penyimpangan perkembangan anak pra sekolah belum terdata secara akurat dan spesifik, namun UNESCO dapat memperkirakan anak yang memiliki kecenderungan menyimpang mencapai paling sedikit 10% dan hal ini dapat menjadi rujukan yang kuat, Sementara itu berdasarkan data Badan Statistik Pusat Nasional saat ini diperkirakan ada 351.000 anak berkebutuhan khusus berada bawah umur lima tahun. Gangguan perkembangan yang sering ditemui pada anak prasekolah adalah gangguan perkembangan bicara dan bahasa, diperkirakan angka kejadiannya berkisar antara 1% sampai 32% pada populasi normal, (Soetjiningsih dan Ranuh, 2014 dalam Kusbiantoro, 2015). Prevalensi keterlambatan bicara pada anak usia prasekolah bervariasi. Prevalensi keterlambatan bicara dan bahasa pada anak usia 2-4,5 tahun adalah 5-8% (Rosalia dkk, 2009). Dari penelitian yang dilakukan di Sanglah Bali oleh Rosalia dkk tahun (2009), ditemukan angka keterlambatan bicara pada anak usia 25-36 bulan adalah 55,1%. Anak yang mengalami gangguan perkembangan bahasa sekitar 40% hingga 60% akan mengalami kesulitan belajar dalam pelajaran bahasa, menulis dan pelajaran akademik (Rosalia dkk, 2009). Masalah perkembangan lainnya yang terjadi pada anak usia pra sekolah adalah masalah mental. Menurut penelitian Davien dan Teifion, (2009), Di Amerika terdapat 20% anak yang datang ke dokter umum dengan gangguan psikologis yang biasanya bersumber dari keluhan fisik, dan 30% anak yang datang ke klinik dokter spesialis anak dengan gangguan psikiatri, penelitian yang pernah dilakukan di Jombang didapatkan prevalensi gangguan mental emosional pada anak usia 3-5 tahun sebanyak 74,2% (Maramis, 2013 dalam Farida dan Naviati, 2014). Apabila masalah ini tidak dapat diselesaikan akan berdampak terhadap pematangan karakter anak.



3



Salah satu perkembangan yang tak kalah pentingnya pada anak pra sekolah adalah perkembangan kognitif, dimana perkembangan ini berfokus pada keterampilan berfikir, memecahkan masalah dan mengingat. Perkembangan kognitif ini berhubungan juga dengan keterampilan komunikasi, motorik dan emosi. Gangguan pada perkembangan kognitif ini akan berdampak pada ketidakmampuan untuk mengembangkan keterampilan berfikir pada anak. Penelitian yang dilakukan di Cibanten Bogor oleh Solihin dkk tahun 2013 menemukan bahwa dari 73 anak yang diteliti terdapat 54,8% anak dikategorikan perkembangan kognitifnya tergolong rendah, begitupun dengan perkembangan motorik halusnya (68,5%). Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan pada anak pra sekolah sangat bervariasi, menurut Wong, (2008) ada beberapa faktor yaitu keturunan, neuroendokrin, hubungan interpersonal, tingkat sosial ekonomi, penyakit, bahaya lingkungan, stress pada anak, dan pengaruh media massa. Menurut Hidayat, 2008 faktor- faktor yang mempengaruhi perkembangan anak antara lain adalah faktor herediter, faktor lingkungan pranatal dan lingkungan postnatal yang terdiri dari budaya, sosial ekonomi, nutrisi, iklim/cuaca, olahraga/latihan fisik, posisi anak dalam keluarga, status kesehatan dan faktor hormonal. Menurut Susilaningrum dkk, (2013) ada dua faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak yaitu faktor internal (genetic dan hormon) dan faktor eksternal (factor prenatal, intranatal dan postnatal) faktor prenatal meliputi: nutrisi ibu hamil, mekanis/posisi janin, toksin/zat kimia, kelainan endokrin, infeksi penyakit, kelainan imunologi dan psikologis ibu. Faktor intranatal meliputi: riwayat persalinan yang menyebabkan trauma kepala pada bayi sehingga menyebabkan kerusakan jaringan otak, seperti tindakan vakum ekstraksi dan forceps, dan faktor pascanatal meliputi gizi, penyakit kronis/kelainan kongenital, lingkungan fisik dan kimia, psikologis, obat-obatan, sosial ekonomi, lingkungan pengasuhan, stimulasi dan obat-obatan. Status gizi merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Status gizi yang kurang akan menghambat laju perkembangan yang di alami individu, akibatnya proporsi



4



struktur tubuh menjadi tidak sesuai dengan usianya yang pada akhirnya akan berimplikasi pada perkembangan aspek lainnya (Lindawati, 2013). Pada usia prasekolah rentan terjadi kekurangan gizi atau status gizi yang kurang, karena pada usia ini anak menjadi konsumen aktif yaitu mereka sudah dapat memilih makanan yang disukainya, dan mereka cenderung tidak tahu bahkan tidak mengerti tentang ada atau tidaknya zat gizi apa yang terkandung dalam makanan yang mereka konsumsi (Proverawati dan Kusumawati, 2011). Oleh karena itu peran orangtua sangat penting dalam memilih makanan yang bergizi dan menciptakan suasana makan yang menyenangkan, sehingga anak berselera untuk menyantap makanan yang telah disediakan oleh orangtua mereka. Kecukupan gizi pada anak manifestasinya dapat dilihat dari pertumbuhan anak. Penilaian terhadap pertumbuhan anak dapat dilakukan dengan berbagai cara salah satunya adalah pengukuran antropometrik. Adapun parameter ukuran antropometrik yang dipakai pada penilaian pertumbuhan fisik adalah tinggi badan, berat badan, lingkar kepala, lipatan kulit, lingkar lengan atas, panjang lengan, proporsi tubuh, lingkar kepala dan panjang tungkai (IDAI, 2002). Selain pemeriksaan antropometri, untuk menilai pertumbuhan dapat juga dilakukan pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiologi. Berat badan dan tinggi badan merupakan parameter yang paling sering digunakan dalam pengukuran antropometri gizi untuk menilai pertumbuhan fisik atau keadaan gizi. Berat badan dan tinggi badan akan lebih bermakna bila diperhitungkan dengan umur, BB/U, TB/U dan BB/TB merupakan tiga indikator utama antropometri gizi yang banyak dipakai untuk menentukan status gizi pada balita (Febrikaharisma, 2012). Menurut data Riskesdas 2013 gangguan pertumbuhan yang dicirikan dengan rendahnya tinggi badan menurut umur (stunting) pada anak balita di Indonesia mencapai 35,7%. Masih menurut data Riskesdas 2013 menyatakan bahwa status gizi balita menurut indikator BB/U menyatakan bahwa prevalensi berat-kurang pada tahun 2013 adalah 19,6%, terdiri dari 5,7% gizi buruk dan 13,9% gizi kurang, dan sumatera barat berada diurutan ke 18 yaitu 20,1%. Tentu saja data tersebut masih jauh dari sasaran MDGs tahun 2015 yaitu 15,5%. Status gizi anak balita berdasarkan indikator TB/U atau dikatakan prevalensi pendek (stunting) di Indonesia adalah



5



37,2% yang berarti mengalami peningkatan dibanding tahun 2010 yaitu 35,6%. Sumatera barat berada diurutan ke 17 yaitu sekitar 35%. Status gizi anak balita berdasarkan indikator BB/TB untuk keseluruhan prevalensi anak balita kurus dan sangat kurus menurun dari 13,6% pada tahun 2007 menjadi 12,1 persen pada tahun 2013, dan Sumatera Barat termasuk dari 17 provinsi dimana prevalensi kurus diatas angka nasional. Khususnya di Wilayah Puskesmas Lubuk Buaya menurut data Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2014 ditemukan 32 kasus gizi buruk, dan Kecamatan Koto Tangah termasuk ke dalam salah satu kecamatan yang rawan gizi, dengan persentase gizi kurang berdasarkan BB/U adalah 18,24%. Pemantauan pertumbuhan balita dapat dilakukan dengan membawa balita ke posyandu untuk dilakukan penimbangan berat badan minimal sekali dalam sebulan. Berdasarkan data DKK kota Padang tahun 2013 cakupan balita yang ditimbang di kota Padang hanya 58,7% dan balita yang berada di bawah garis merah (BGM) berjumlah 0,8% dari jumlah balita yang ditimbang. Menurut laporan tahunan DKK kota Padang tahun 2013 cakupan Stimulasi Dini Intervensi Tumbuh Kembang (SDIDTK) balita dan anak pra sekolah di kota Padang tahun 2013 baru mencapai 69,3%. Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa salah satu faktor yang menyebabkan penyimpangan perkembangan pada anak prasekolah adalah status gizi. Secara teori, status gizi berdasarkan pengukuran antropometri mempunyai hubungan dengan perkembangan anak. Tetapi hasil penelitian dari Febrikaharisma, (2013) menunjukkan hal yang berbeda, yaitu tidak terdapat hubungan antara TB/U dengan fungsi motorik anak baik kasar maupun motorik halus, namun hasil penelitian yang dilakukan oleh Solikhin dkk, (2013) menyatakan bahwa status gizi berhubungan signifikan terhadap perkembangan kognitif, motorik kasar dan motorik halus. Untuk menilai perkembangan anak khususnya anak pra sekolah dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain: observasi, wawancara, skrinning dengan menggunakan Kuesioner Pra Skrinning (KPSP), tes skrinning perkembangan anak dengan DDST (Denver Developmental Screening Test ), test IQ dan test psikologi (Hidayat, 2008). Metode pengkajian yang digunakan peneliti untuk menilai perkembangan anak pra sekolah pada penelitian ini



6



adalah KPSP (Kuesioner Pra Skrinning). KPSP adalah salah satu alat deteksi dini yang sudah baku dan di keluarkan oleh Depkes serta sudah teruji validitasnya (Susanti, 2014). Dari observasi awal yang dilakukan oleh peneliti tanggal 4 Januari 2016 di salah satu Paud yang ada di Kelurahan Lubuk Buaya dengan jumlah siswa 15 orang, diperoleh data bahwa 46,6% siswa dengan status gizi normal memiliki perkembangan yang sesuai, 26,6% siswa dengan status gizi normal memiliki perkembangan yang tidak sesuai dengan usianya, dan persentase untuk siswa kurus dengan perkembangan yang sesuai dan meragukan adalah sama yaitu 6,6%. Dari data dapat terlihat bahwa anak dengan status gizi normal bisa saja memiliki perkembangan yang tidak sesuai dengan usianya. Berdasarkan fenomena diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di seluruh TK/Paud yang ada di Kelurahan Lubuk Buaya, yaitu dengan menghubungkan status gizi dengan empat dimensi perkembangan anak pra sekolah yaitu perkembangan personal sosial, motorik kasar, bahasa dan motorik halus anak pra sekolah, yang mana penelitian-penelitian sebelumnya hanya menghubungkan status gizi dengan salah satu dimensi perkembangan. B. Rumusan Masalah Rumusan permasalahan dari penelitian ini adalah : “Apakah ada hubungan antara status gizi dengan perkembangan pada anak prasekolah ?” C. Tujuan 1. Tujuan Umum Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara status gizi dengan perkembangan anak pra sekolah. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui gambaran status gizi anak usia pra sekolah b. Untuk mengetahui gambaran perkembangan anak pra sekolah c. Untuk mengetahui hubungan antara status gizi dengan perkembangan anak pra sekolah



7



BAB II PEMBAHASAN



A. Konsep Perkembangan Anak Usia Prasekolah 1. Definisi Perkembangan Wong (2002) dalam buku Supartini (2004) mengatakan perkembangan menitik beratkan pada perubahan yang terjadi secara bertahap dari tingkat yang paling rendah ke tinggi dan kompleks melalui proses maturasi dan pembelajaran, perkembangan berhubungan dengan peningkatan kapasitas individu untuk berfungsi yang dicapai melalui proses pematangan, pertumbuhan dan pembelajaran. 2. Definisi Anak Usia Prasekolah Patmonodewo (2008) dikutip dalam jurnal skripsi Gunawan (2017) mengatakan anak prasekolah adalah mereka yang berusia 3- 6 tahun. Anak prasekolah adalah anak yang berusia 3 sampai 6 tahun yang mempunyai berbagai macam potensi. Potensi-potensi itu di rangsang dan dikembangkan agar pribadi anak tesebut berkembang secara optimal (Supartini, 2004). 3. Ciri-ciri Anak Prasekolah ciri-ciri anak prasekolah meliputi aspek fisik, sosial, emosi dan kognitif anak: a. Ciri Fisik Penampilan atau gerak-gerik prasekolah mudah di bedakan dengan anak yang berada dalam tahapan sebelumnya. Anak prasekolah umumnya sangat aktif. Mereka telah memiliki penguasaan (kontrol) terhadap tubuhnya dan sangat menyukai kegiatan-kegiatan yang dapat di lakukan sendiri. Berikan kesempatan pada anak untuk lari, memanjat, dan melompat. Usahakan kegiatan tersebut sebanyak mungkin sesuai dengan kebutuhan anak dan selalu di bawah pengawasan. Anak laki-laki lebih besar, namun anak perempuan lebih terampil dalam tugas yang bersifat pratis, khususnya dalam tugas motorik halus, tetapi sebaiknya jangan mengeritik anak laki-laki apabila tidak terampil. Ciri fisik pada



8



anak usia 3-6 tahun tinggi badan bertambah ratarata 3 inci. Saat usia 6 tahun tinggi anak 46,6 inci cm. Anak prasekolah usia 3-6 tahun laki-laki adalah mempunyai berat badan 49 pon dan perempuan 48,5 pon, tulang dan otot menjadi besar, lebih kuat dan berat, sehingga anak tampak kurus meskipun berat badan bertambah (Hurlock, 1980). b. Ciri Sosial Anak prasekolah biasanya juga mudah bersosialisasi dengan orang sekitarnya. Anak pada tahapan ini umumnya memiliki satu atau dua sahabat yang cepat berganti. Mereka umumnya dapat menyesuaikan diri secara sosial, mereka mau bermain dengan teman atau bermain dengan dirinya sendiri. Sahabat yang biasa di pilih yang sama jenis kelaminnya, tetapi kemudian berkembang menjadi sahabat yang terdiri dari jenis kelamin berbeda. Pada usia 2-3 tahun anak menunjukan minat yang nyata utuk melihat anakanak lain dan berusaha mengadakan kontak sosial dengan mereka. Ini dikenal sebagai bermain sejajar, yaitu bermain sendiri-sendiri, tidak bermain dengan anak lain-lain.Bermain sejajar merupakan bentuk kegiatan sosial yang pertama-tama dilakukan dengan teman sebaya (Hurlock, 1980). c. Ciri Emosional Anak prasekolah cenderung mengekspresikan emosinya dengan bebas dan terbuka, sikap marah, iri hati, takut, cemburu, gembira pada anak prasekolah sering terjadi. Mereka sering kali memperebutkan perhatian guru dan orang sekitar (Hurlock, 1980). d. Ciri Kognitif Anak prasekolah umumya sudah terampil berbahasa, sebagian dari mereka senang berbicara, khususnya pada kelompoknya. 17 Sebaiknya anak di beri kesempatan untuk menjadi pendengar yang baik. Anak usia 2-4 tahun sudah dapat menghubungkan satu kejadian dengan kejadian yang simultan dan anak mampu menampilkan pemikiran yang egosentrik, pada usia 4-7 tahun



anak



mampu



membuat



klasifikasi,



menjumlahkan,



dan



menghubungkan objek-objek anak mulai menunjukkan proses berfikir intuifif (anak menyadari bahwa sesuatu adalah benar tetapi dia tidak dapat mengatakan alasanya), anak menggunakan banyak kata yang sesuai tetapi



9



kurang memahami makna sebenarnya serta anak tidak mampu untuk melihat sudut pandang orang lain (Patmonodewo, (2008) dalam jurnal skripsi Gunawan, (2017). 4. Perkembangan Anak Usia Prasekolah Perkembangan pada anak terjadi mulai pertumbuhan dan perkembangan secara fisik, intelektual, emosi, sosialisasi, moral dan kepribadian. Peristiwa pertumbuhan secara fisik dapat terjadi dalam perubahan ukuran besar kecilnya fungsi organ mulai dari tingkat sel hingga perubahan organ tubuh. Pertumbuhan secara intelektual dapat dilihat dari kemampuan secara simbol maupun abstrak seperti berbicara, bermain, berhitung, dan membaca, sedangkan perkembangan secara emosional dapat dilihat dari perilaku sosial di lingkungan anak. Perkembangan moral dilihat dari belajar bagimana bertindak tanpa mengetahui mengapa 18 sedangkan perkembangan kepribadian dilihat dari pada saat masa bayi karena orang tua merupakan dunia sosial bagi anak-anak. Maka bagimana perlakuan perasaan mereka kepada anak-anak dan bagaiamana perlakuan mereka merupakan faktor penting dalam pembentukan konsep diri yaitu inti pola kepribadian (Hurlock, 1980). 5. Tingkat Perkembangan Anak Usia Prasekolah Menurut Wong (2008), perkembangan anak prasekolah di bagi atas perkembangan kepribadian dan perkembangan fungsi mental. a. Perkembangan Kepribadian Perkembangan kepribadian terdiri dari perkembangan psikososial, perkembangan psikoseksual, dan perkembangan mental. 1) Perkembangan Psikososial Supartini (2004) mengatakan masalah psikososial, merupakan krisis yang dihadapi anak pada usia 3 dan 6 tahun di sebut “inisiatif versus rasa bersalah”. Orang terdekat anak usia prasekolah adalah keluarga, perkembangan inisiatif diperoleh dengan cara mengkaji lingkungan melalui kemampuan indranya. Anak mengembangkan keinginan dengan cara eksplorasi terhadap apa yang ada disekelilingnya. Hasil akhir yang diperoleh adalah kemampuan untuk menghasilkan sesuatu 19 sebagai prestasinya. Perasaan



10



bersalah akan timbul pada anak apabila anak tidak mampu berprestasi sehingga merasa tidak puas atas perkembangan yang tidak tercapai. 2) Perkembangan Psikoseksual Anak prasekolah termasuk pada tahap falik, selama fase ini genetalia menjadi area menarik dan area tubuh yang sensitif. Anak mulai mempelajarinya adanya perbedaan jenis kelamin perempuan dan laki-laki dengan mengetahui adanya perbedaan alat kelamin. Seringkali anak perasan dengan pernyataan yang diajukannya berkaitan dengan perbedaan ini. 3) Perkembangan Moral Pada perkembangan kognitif salah satu tugas yang berhubungan dengan periode prasekolah adalah kesiapan untuk sekolah dan pelajaran sekolah. Disini terdapat fase preconventional pada tahapan ini anak belajar baik dan buruk, atau benar dan salah melalui budaya sebagai dasar dalam peletakan nilai moral. Ada 3 tahapan yaitu : a) Tahap satu disadari oleh adanya rasa egosentris pada anak yaitu rasa cinta dan kasih sayang akan menolong memahami tentang kebaikan dan sebaliknya ekspresi kurang perhatian bahkan 20 membencinya akan membuat mereka mengenal keburukan b) Tahap dua, yaitu orentasi hukuman dan ketaatan baik buruk sebagai konsekuensi dan tindakan. c) Tahap tiga yaitu anak berfokus pada motif yang menyenangkan sebagai suatu kebaikan. Anak menjalankan aturan sebagai sesuatu yang memuaskan mereka sendiri. 6. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan (Wong 2000 dalam buku Supartini 2004) faktor tersebut adalah faktor herediter, lingkungan, internal a. Keturunan (herediter) Faktor pertumbuhan yang dapat diturunkan (herditer) adalah jenis kelamin, ras dan kebangsaan Marlow 1998 dalam buku Supartini 2004. Jenis kelamin ditentukan sejak awal dalam kandungan (fase konsepsi) dan setelah lahir, anak laki-laki lebih tinggi dan berat daripada



11



perempuan. Ras atau suku bangsa memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. b. Faktor Lingkungan Faktor lingkungan yang dapat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak adalah lingkungan pranatal dan lingkungan internal anak. 1) Lingkungan pranatal Lingkungan di dalam uterus sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan fetus, terutama karena ada selaput yang menyelimuti dan melindungi fetus dari lingkungan luar. Beberapa kondisi lingkungan dalam uterus dapat menggangu pertumbuhan dan perkembangan janin adalah gangguan nutrisi karena ibu mendapat gizi adekuat baik secara kualitas maupun kuantitas. 2) Pengaruh budaya lingkungan Budaya keluarga dan masyarakat akan mempengaruhi bagaimana mereka mempresepsikan dan memahami kesehatan dan berperilaku sehat. Pola perilaku ibu yang sedang hamil dipengaruhi oleh budaya yang dianutnya. 3) Status sosial dan ekonomi keluarga Anak yang berada dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang sosial ekonominya rendah, bahkan punya banyak keterbatasan untuk memberi makanan bergizi, membayar biaya pendidikan, dan memenuhi kebutuhan primer lainya, tentunya keluarga akan dapat mendapat kesulitan untuk membantu anaknya dalam mecampai tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. 4) Nutrisi Khususnya selama periode pertumbuhan dan perkembangan yang cepat misalnya seperti masa prenatal, usia bayi atau remaja akan membutuhkan banyak protein dan kalori. Anak dapat mengalami hambatan pertumbuhan dan perkembangan hanya karna kurangnya asupan nutrisi. Penyebab status nutrisi kurang pada anak adalah asupan nutrisi yang tidak adekuat secara kuantitatif maupun kualitatif, Hiperaktivitas fisik atau istirahat yang kurang adekuat,



12



adanya penyakit yang menyebabkan peningkatan kebutuhan nutrisi, adanya penyakit yang menyebabkan peningkatan kebutuhan nutrisi, stres emosi yang menurunkan nafsu makan. 5) Iklim dan cuaca Iklim tertentu dapat memengaruhi status kesehatan anak, seperti pada musim penghujan yang dapat menimbulkan bahaya banjir pada daerah tertentu, akan menyebabkan sulitnya transportasi untuk mendapatkan bahaya makanan, penyakit menular, seperti diare dan penyakit kulit yang mengancam semua orang termasuk bayi dan anak-anak. 6) Olahraga/ latihan fisik Olahraga dan latihan fisik berdampak pada pertumbuhan fisik maupun perkembangan psikososial anak. Manfaat olahraga dapat meningkatkan sirkulasi darah sehingga akan meningkatkan suplai oksigen ke seluruh tubuh. 7) Posisi anak dalam keluarga Posisi anak sebagai anak tunggal, anak sulung, anak tengah atau anak bungsu akan memengaruhi bagaimana pola anak tersebut diasuh dan dididik dalam keluarga. Anak tunggal akan lebi cepat berkembang dan mengembangkan harga diri yang positif karena secara terus-menerus berinteraksi dengan orang dewasa. Anak tunggal mereka lebih tergantung dan kurang mandiri. Anak pertama mendapatkan perhatian penuh karena belum ada saudara lain. Segala kebutuhan dipenuhi, tetapi dilain pihak biasanya orang tua belum punya pengalaman dalam mengasuh anak. Anak petama cenderung perfeksionis dan cenderung sering cemas. Anak tengah berada diantara anak tertua dan bungsu. Orang tua biasanya lebih percaya diri dalam merawat anak, bahkan cenderung agak kurang perduli. Anak tengah cenderung lebih mandiri, tetapi biasanya kurang maksimal dalam mencapai prestasi.Sesuai dengan posisi anak 24 terkecil adalah anak termuda usianya dalam keluarga biasanya mendapat perhatian dari semua anggota sehingga anak mempunyai kepribadian hangat, ramah dan penuh perhatian kepada orang lain.



13



c. Faktor internal 1) Kecerdasan Kecerdasan dimilki anak sejak ia dilahirkan. Anak akan di lahirkan kecerdasan yang rendah tidak akan mencapai prestasi yang cemerlang. Walaupun stimulus yang diberikan lingkungan tinggi. 2) Pengaruh hormonal Ada tiga hormon utama yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak yaitu hormon somatotropik adalah hormon pertumbuhan yang memengaruhi tinggi badan karena menstimulasi terjadinya proliferasi sel kartilago dan sistem skeletal. Hormon tiroid



adalah



menstimulasi



metabolisme



tubuh.



Hormon



gonadotropin adalah hormon untuk menstimulasi pertumbuhan sel interstisial dan testis untuk memproduksi testosteron, dan ovarium untuk memproduksi estrogen. 3) Pengaruh emosi Orang tua dan ibu orang terdekat tempat anak belajar untuk bertumbuh dan berkembang. Dengan demikian 25 apabila orang tua memberi contoh membentak saata anak rewel, marah saat jengkel, anak akan menirukan perilaku orang tua tersebut. 7. KPSP (Kuesioner Pra Skrining Perkembangan) a. Definisi Formulir KPSP adalah alat/instrument yang digunakan untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan. Adapun tujuan dari KPSP adalah yaitu : Untuk mengetahui ada tidaknya hambatan dalam perkembangan anak. b. Jadwal skrinning/pemeriksaan



KPSP



rutin



adalah



pada



umur



3,6,9,12,15,18,21,24,30,36,42,48,54,60,66 dan 72 bulan. Apabila ada orangtua atang dengan keluhan anaknya mengalami tumbuh kembang sedangkan umur anak bukan umur skrinning maka memeriksa menggunakan KPSP dengan umur skrinning terdekat yang lebih muda. c. Aspek yang di nilai



14



Aspek yang dinilai meliputi 4 kelompok besar yang disebut sektor perkembangan, yaitu: 1) Personal sosial (perilaku sosial) Aspek yang berhubungan dengan kemandirian, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. 2) Fine motor adaptive (gerak motorik halus) Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati



sesuatu,



melakukan



gerakan-gerakan



yang



melibatkan bagian tubuh tertentu dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat. 3) Language (bahasa) Kemamapuan untuk memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan 4) Gross motor (gerak motorik kasar) Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh. d. Alat/instrumen yang digunakan adalah : Formulir KPSP menurut umur, formulir ini berisikan 9-10 pertanyaan sasaran KPSP adalah umur 0-72 bulan. e. Cara penilaian KPSP 1) Pada waktu pemeriksaan anak dilakukan, anak harus dibawa. 2) Tentukan usia anak dengan menanyakan tanggal bulan dan tahun anak lahir bila umur anak lebih dari 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan. Contoh: bayi umur 3 bulan 16 hari dibulatkan menjadi 4 bulan. Bila umur bayi 3 bulan 15 hari dibulatkan menjadi 3 bulan. 3) Setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang sesuai dengan umur anak. 4) KPSP terdiri dari 2 macam pertanyaan, yaitu : pertanyaan yang dijawab ibu/pengasuh anak, dan perintah kepada ibu/pengasuh anak atau petugas untuk melakukan tugas perkembangan pada KPSP.



15



5) Jelaskan kepada orang tua agar tidak ragu-ragu atau takut menjawab, oleh karena itu pastikan ibu/pengasuh anak mengerti apa yang ditanyakan kepadanya. 6) Tanyakan pertanyaan tersebut secara berurutan, satu per satu setiap pertanyaan hanya ada satu jawaban ya atau tidak catat jawaban tersebut. 7) Ajukan pertanyaan yang berikutnya setelah ibu/pengasuh anak menjawab pertanyaan sebelumnya dengan jelas. 8) Teliti kembali pertanyaan yang sudah dijawab. Meneliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab. Menghitung jumlah jawaban ya. f.



Interpretasi Hasil KPSP 1) Hitung jawaban ya a) Jawaban ya, bila ibu/ pengasuh anak menjawab: anak bisa atau pernah sering atau kadang-kadang melakukanya. Hitung jawaban tidak (bila jawaban belum pernah atau tidak pernah). b) Jawaban tidak bila ibu/ pengasuh anak menjawab: anak belum pernah melakukan atau tidak pernah atau ibu/ pengasuh anak tidak tahu. 2) Bila jawaban ya = 9-10, perkembangan anak sesuai dengan tahapan perkembangan sesuai (S) 3) Bila jawaban ya = 7 atau 8, perkembangan anak meragukan meragukan (M) 4) Bila jawaban ya = 6 atau kurang, kemungkinan ada penyimpangan (P). 5) Rincilah jawaban tidak pada nomer berapa saja. Sesuai dengan keterlambatan (gerak kasar, gerak halus, bahasa dan personal sosial) (Kementrian RI, 2012)



g.



Tugas Perkembangan Anak Usia Prasekolah 1) Perkembangan Bahasa pada anak Usia Prasekolah Kemampuan bicara dan bahasa dialami oleh anak prasekolah umur 60-72



16



bulan melalui tahapan-tahapan tertentu tahapan tersebut dijabarkan oleh Kementrian kesehatan (2012) seperti berikut : a) Stimulasi yang perlu dilanjutkan : -



Teruskan berlanggananan majalah anak atau meminjam buku- buku anak dari taman bacaan/ perpustakaan. Buat agar anak sering melihat dan membaca buku.



-



Sering- sering membaca buku, kemudian dibicarakan bersama. Setelah selesai membaca sebuah cerita pendek, tanya pada anak beberapa pertanyaan.



b) Mengenal benda yang serupa dan berbeda Bantu anak mengenal benda yang serupa dan yang berbeda. Tanya pada anak perbedaanya radio- televisi, kursi- bangku, pisau- garpu, bunga – pohon, cermin – kaca jendela. Tanyakan



persamaannya



sepeda-sepeda



roda



tiga,



kapalkapal terbang, panci- dandang, dan lain-lain. c) Bermain tebak-tebakan Minta anak menbak/ menyebutkan nama benda yang ada di dekatnya, setelah anda menjelaskan tanda-tanda benda tersebut misalnya : sedang duduk di meja makan, didekatnya ada keranjang buah apel hijau kesukaan ayah. Ajukan pertanyaan : coba tebak benda apakah ini? Bentuknya bulat seperti bola kasti, berwarna hijau, dapat dimakan, ayah suka sekali dengan benda tersebut. Diharapkan anak bisa menjawab “ Apel “. Mula- mula orang tua perlu membantu anak. d) Berlatih mengigat-ingat Sediakan benda-benda yang diperlukan. Ajak anak bermain, mula-mula katakan “ kita isi keranjang ini dengan barang30 barangmu, dilihat dan diingat ya, apa saja yang dimasukkan kedalam keranjang ini. Nah ini.... mu “. Minta anak mengulangi menyebut nama benda tersebut. Kemudian giliran anak menyebutkan nama benda dan memasukkan ke keranjang.



Secara



17



bergantian



memasukan



barang.



Tambahkan 1-2 jenis benda lagi. Minta anak menyebutkan nama- nama benda tersebut. Jika anak sering di latih, maka semakin banyak pengethauan anak yang dimiliki. e) Menjawab pertanyaan “ mengapa ?” Ajari anak menjawab pertanyaan dengan” mengapa rumah mempunyai atap ? “. Bantu anak menjawab pertanyaan tersebut. f) Mengenal rambu/ tanda lalu lintas. Ajari anak mengenal rambu/ tanda lalu lintas, misalnya dilarang parkir”, jalan berliku. Tanda kereta api lewat dan sebaliknya. g) Mengenal uang logam Ajari anak anda mengenal berbagai jenis uang logam Rp. 500.- Ajari anak untuk membedakan beberapa uang logam bantu anak menjawab membedakan uang tersebut. h) Mengamati / meneliti keadaan sekitarnya Pada umur ini, anak-anak senang bertanya. Tulis beberapa pertanyaan di selembar kertas dan bacakan kepada anak, 31 kemudian minta ia menjawabnya. Contohnya : “ berapa buah lampu yang ada di rumah ini ? “ 2) Faktor-faktor yang dapat menghambat perkembangan bahasa seseorang Perkembangan bahasa pada tahun pertama dapat dihambat oleh 3



hal.



Hal



ini



dipaparkan



leaguguehearing-asociaition



oleh



American-specch



(2005) dikutip



dalam



jurnal



Pujaningsih (2010). Ke-3 hal tersebut adalah a) Fokus belajar: perkembangan bahasa kadang terhambat ketika



anak



belajar



keterampilan-keterampilan



lain



misalnya: ketika anak belajar berjalan, berdiri, pada saat anak belajar keterampilan lain, konsentrasi dan energi yang ia miliki sudah banyak terfosir sehingga cadangan energi untuk belajar bahasa hanya sedikit.



18



b) Jumlah maupun macam bahasa yang anak dengar. Anak dalam kesehariannya mendengarkan lebih dari satu macam bahasa dirumah maka ia akan kesulitan dalam memahami kosakata, bunyi bahasa maupun aturan grammer dari masing-masing bahasa. Hal ini sering menyebabkan anak lama untuk mulai berbicara. c) Rangsang lingkungan. Rangsang lingkungan ini berupa respon dan orang terdekat di sekitar anak. Bila anak tidak sering diajak berkomunikasi tentang segala sesuatu di sekitarnya maka ia tidak akan memahami apa yang terjadi. 8. Tugas Perkembangan Anak Usia Prasekolah Kemampuan Personal Sosial a. Kemampuan bersosialisasi dan kemandirian usia prasekolah Kemampuan bersosialisasi dan kemandirian dialami oleh anak prasekolah umur 60-72 bulan melalui tahapan-tahapan tertentu tahapan tersebut dijabarkan oleh Kementrian kesehatan (2012) seperti berikut : 1) Stimulasi kegiatan yang perlu dilanjutkan a) Dorong agar anak berpakaian sendiri, menyimpan mainanya tanpa bantuaan, dan membantu kegiatan di rumah seperti memasak, bersih-bersih rumah dan sebagainya. b) Ajak anak bicara tentang apa yang dirasakan anak, ikutkan anak dalam acara makan sekeluarga. c) Rencanakan kegiatan ke luar sering-sering, beri anak kesempatan mengunjungi tetangga, teman dan saudara tanpa ditemani anda. d) Beri kesempatan memilih televisi yang ingin dilihat, tetapi orang tua tetap membantu memelihkan acara. Batas waktu menonton televisi durasi 2 jam sehari. Lihat 33 dan bicarakan beberapa acara yang dilihat di dengar bersama. 2) Berkomunikasi dengan anak Luangkan waktu sehari untuk bercakap-cakap dengan anak. Dengarkan ketika anak berbicara dan tunjukan bahwa anda



19



mengerti



pembicaraan



anak.



Jangan



menyalahkan,



mempengaruhi, memarahi arau mencaci anak. 3) Berteman dan bergaul Pada umur ini anak-anak senang sekali bergaul dan membutuhkan teman sebaya untuk bermain. Bantu dan beri anak kesempatan dan berkumpul dengan teman-temanya. Ajari anak dalam memakai kata yang tepat ketika menyampaikan maksudnya pada teman-temanya. 4) Mematahui peraturan keluarga Buat persetujuan dengan suami/istri anda mengenai peraturan keluarga. Sertakan anak pada “pertemuan” keluarga ketika memberikan peraturan tersebut. Adakan pertemuan untuk membicarakan acara keluarga minggu ini/ minggu depan rencana jalan- jalan menentukan mandi sore, sembhayang/ ibadah. Bentuk perkembangan sosial dan tidak sosial anak usia prasekolah Hurlock (1980) mengatakan bahwa ada 2 pola perilaku yaitu perilaku sosial dan tidak sosial anak usia prasekolah antara lain: Pola perilaku sosial : a) Meniru Agar sama dengan kelompok, anak meniru sikap dan perilaku orang yang sangat ia kagumi. b) Persaingan Keinginan untuk mengungguli dan mengalahkan orangorang lain sudah tampak pada usia empat tahun. Ini dimulai di rumah dan kemudian berkembang dalam bermain dengan anak di luar rumah. c) Kerja sama Pada akhir tahun ketiga bermain kooperatif dan kegiatan kelompok mulai berkembang dan meningkat baik dalam frekuensi maupun lamanya langsung bersamaan dengan meningkatnya kesempatan untk bermain dengan anak. d) Simpati Karena simpati membutuhkan pengertian tentang perasaan-perasaan dan emosi orang lain maka hal ini hanya



20



kadang-kadang timbul sebelum 3 tahun. Semakin banyak kontak bermain semakin banyak simpati yang akan berkembang. e) Empati Seperti halnya simpati, empati membutuhkan pengertian tentang perasaan dan emosi orang-orang. Relatif hanya sedikit anak yang melakukan hal hal ini sampai awal masa anak-anak berakhir. f) Dukungan sosial Menjelang berakhirnya awal masa anakanak dukungan dari teman-teman menjadi penting daripada persetujuan orang-orang dewasa. Anak beranggapan bahwa perilaku nakal dan mengganggu merupakan cara untuk memperoleh dukungan dari teman-teman sebaya. g) Membagi Dari pengalaman bersama orang-orang lain, anak mengetahui bahwa salah satu cara untuk memperoleh persetujuan sosial adalah dengan membagi miliknya terutama mainan untuk anak-anak lain. h) Perilaku akrab Anak pada waktu bayi memperoleh kepuasan dari hubungan hangat, erat, dan personal dengan orang lain berangsur-angsur memberikan kasih sayang kepada orang lain di sekitar rumah, dari teman, keluarga dan guru. 2). Perilaku tidak social (1) Negativisme Negativisme atau melawan otoritas orang dewasa mencapai puncaknya antara umur 3-4 tahun dan kemudian menurun. Perlawanan fisik lambat laun berubah menjadi perlawanan verbal dan pura-pura tidak mendengar tidak mengerti permintaan orang dewasa. (2) Agresif Perilaku agresif meningkat pada usia 2-4 tahun kemudian menurun. Serangan serangan fisik berubah menjadi verbal seperti memaki-maki atau menyalahkan orang lain. (3) Perilau berkuasa Perilaku berkuasa atau meraja mulai usia 3 tahun semakin meningkat dengan bertambah banyaknya kesempatan untuk kontak social.



21



(4) Memikirkan diri sendiri Anak seringkali memikirkan dirinya sendiri. Lambat laun memikirkan dirinya sendiri berkurang tetapi murah hati sangat sedikit. (5) Memetingkan dirinya sendiri Memetingkan dirinya sendiri lambat laun akan berubah menjadi minat dan perhatian kepada orang lain. Cepatnya perubahan ini bergantung pada banyaknya kontak dengan orang-orang di lingkunganya. (6) Merusak Ledakan amarah sering disertai dengan tindakan merusak benda-benda di sekitarnya. Tidak perduli miliknya atau orang lain. Makin hebat amarhnya makin luas tindakanya. (7) Pertentangan seks Umur 4 tahun anak laki-laki dan perempuan masih berhubungan dengan baik. Setelah itu anak laki-laki mengalami tekanan sosial yang tidak menghendaki aktivitas bermain yang dianggap bermain dengan wanita seperti ’’ banci’’. (8) Prasangka Kebanyakan anak prasekolah lebih suka bermain dengan teman yang berasal dari ras yang sama tetapi, mereka jarang menolak bermain dengan ras lain. 9. Sejarah Perkembangan Teknologi a. Konsep gadget Gadget adalah sebuah perangkat atau instrumen elektronika yang memiliki tujuan dan fungsi praktis terutama untuk membantu pekerjaan manusia. Gadget adalah suatu benda atau barang yang dicipatakan khusus di era yang serba maju ini dengan tujuan untuk membantu segala sesuatu menjadi mudah dan praktis dibandingkan teknologi sebelumnya. Beberapa contoh dari gadget yaitu: 1) Smarthphone Smartphone pertama kali ditemukan pada tahun 1992 oleh IBM di Amerika serikat, smartphone pada zaman itu tak secanggih itu karna smartphone pertama kali hanya dilengkapi fasiilitas, kalender, buku telpon, jam dunia.



22



2) Laptop Alan kay bisa dikatakan sebagai penemu gadget yang disebut laptop. pada tahun 1970 telah merancang komputer portable. Didukung oleh Adam Osborne sebagai penerbit software di Amerika serikat. 3) Tablet pc Elisa grey disebut sebagai penemu perangkat yang kini di sebut PC Tablet. Perangkat ini berfungsi untuk mengenali tulisan tangan, namun alat tersebut bukan disebut sebagai PC Tablet tetapi Teleautograph. Mulai tahun 2000 Gates mengembangkan hasilnya adalah gadget yang di sebut Pctablet atau sering disingkat menjadi tablet. 4) Video game Penemu game adalah Stven russel pada tahun 1962. ia memproduksi beberapa permainan yang terkenal adalah star wars. Lalu dikembangkan di tahun 2000an teknologi tampilan game berubah, mulai dari efek suara hingga gambar. Keberadaan gadget yang merupakan salah satu wujud kemajuan dalam bidang teknologi baru membuat seseorang yang mampu mengaplikasikanya sebelumya.



merasa



Karena



selangkah



bagaimanapun



lebih



juga,



maju



dari



keberadaannya



mempermudah kehidupan dan memiliki pengaruh yang luar biasa bagi kehidupan. Semenjak adanya gadget, komunikasi menjadi lebih mudah. Gadget juga dapat mempengaruhi perilaku sosial



seseorang,



memanfaatkan



tergantung



gadget.



bagaimana



Apabila



orang



orang tersebut tersebut



dapat



memanfaatkannya dengan baik, gadget bisa sangat membantu dan mempermudah segalanya. Akan tetapi, apabila orang tersebut menyalahgunakan penggunaannya, maka fungsi gadget yang seharusnya bersifat mempermudah hubungan sosial atau komunikasi seseorang malah menjadikan hubungan sosial tersebut semakin buruk hanya karena tidak mau bersilaturrahmi secara langsung dan sibuk dengan gadget masing-masing ketika sedang berkumpul dengan orang lain (Isuidharmanjaya, 2014).



23



b. Penggunaan Gadget pada Anak Prasekolah Gadget tidak hanya beredar dikalangan usia dewasa, tetapi juga beredar dikalangan anak usia dini ataupun prasekolah. Seiring perkembangan zaman, masyarakat modern termasuk anak-anak, memang tidak bisa dilepaskan dari keberadaan gadget yang semakin beredar luas. Sehingga saat ini tidak aneh lagi apabila anak kecil berusia balita bahkan prasekolah di zaman sekarang sudah menggunakan gadget. Gadget yang merupakan wujud nyata dari teknologi baru yang berisi aneka aplikasi dan program yang menyenangkan seolaholah telah menjadi sahabat bagi anak, bahkan bisa menyihir anak-anak untuk duduk manis berjam-jam dengan bermain gadget. Menurut penelitian (Rideout, 2013 dalam jurnal skripsi Gunawan 2017) didapatkan hasil bahwa terdapat anak usia 2 sampai 4 tahun telah menghabiskan waktunya di depan layar selama 1 jam 58 menit perharinya dan anak usia 5 hingga 8 tahun menghabiskan waktu didepan layar selama 2 jam 21 menit setiap harinya. Hal ini tak bertentangan dengan pendapat Starburger (2011) dalam jurnal skripsi Gunawan (2017) yang menyatakan bahwa anak hanya boleh berada di depan laya r< 1 jam setiap harinya. Manusia beraktifitas sebanyak 960 menit sehari, dengan demikian orang dewasa yang kecanduan gadget akan menyentuh perangkatnya itu setiap 4,8 menit sekali di kala senggang. Anakanak, tidak akan jauh berbeda apabila orang tua tidak memiliki ketegasan dalam pembatasan durasi dan anak sudah terlalu bergantung dengan penggunaan gadget. Kecanduan gadget pada anak dapat terlihat dari beberapa tanda seperti saat diminta berhenti bermain gadget, tidak mau merespon panggilan baik dari orang tua ataupun orang lain (kemampuan komunikasi) ketika sedang bermain gadget, dan apabila anak tersebut sudah masuk tahap sekolah, nilai akademis (kemampuan anak) menurun dikarenakan anak sudah tidak tertarik lagi dengan materi pembelajaran yang ada disekolah.



24



c. Durasi Penggunaan Gadget Menurut Kamus Besar Indonesia, intensitas adalah suatu keaadaan tingkatan atau ukuran intensitasnya. Intesitas dalam penelitian ini yaitu tingkat lamanya (durasi) dan seringnya (Frekuensi) seseorang dalam kegiatan berulang-ulang. Orang tua harus mempertimbangkan berapa banyak waktu yang diperbolehkan untuk anak usia prasekolah dalam bermain gadget, karena total lama penggunaan gadget dapat mempengaruhi perkembangan anak. The American Academy Of pediatrics (AAP) menyatakan harus ada batas waktu ketika anak-anak menghabiskan waktu di depan layar/gadget, yaitu satu atau dua jam per hari dan mencegah paparan media Screen pada anak usia di bawah 2 tahun A. S. Page, et all (2010) dikutip dalam jurnal skripsi Nurmasari (2016). Starburger (2011) dalam jurnal skripsi Gunawan (2017) berpendapat bahwa seorang anak hanya boleh berada di depan layar < 1 jam setiap harinya. Pendapat tersebut didukung oleh Sigman (2010) dalam jurnal skripsi Gunawan (2017) yang mengemukakan bahwa waktu ideal lama anak usia prasekolah dalam menggunakan gadget yaitu 30 menit hingga 1 jam dalam sehari. Sedangkan menurut asosiasi dokter anak Amerika dan Canada, mengemukakan bahwa anak usia 0-2 tahun alangkah lebih baik apabila tidak terpapar oleh gadget, sedangkan anak usia 3-5 tahun diberikan batasan durasi bermain gadget sekitar 1 jam perhari, dan 2 jam perhari untuk anak usia 6-18 tahun. Akan tetapi, faktanya di Indonesia masih banyak anak-anak yang menggunakan gadget 4 – 5 kali lebih banyak dari jumlah yang direkomendasikan. Pemakaian gadget yang terlalu lama dapat berdampak bagi kesehatan anak, selain radiasinya yang berbahaya, penggunaan gadget yang terlalu lama dapat mempengaruhi tingkat agresif pada anak.



Penelitian yang dilakukan Wendy W. L.



GOH et al (2015) dikutip dalam jurnal skripsi Nurmasari (2016), batas waktu mengaplikasikan game di komputer pada anak di singapura berkisar antara 5 menit sampai 5 jam sehari. Batas waktu



25



paling umum berkisar 30 menit sampai 2 jam per hari. Anak- Anak usia 4-8 tahun rata-rata menggunakan telepon 20-37 menit per hari dan oline 27-44 menit perhari (Rosen et al, 2014 dikutip dalam jurnal skripsi Nurmasari 2016). Anak akan cenderung malas bergerak dan dan lebih memilih duduk atau terbaring sambil menikmati cemilan yang nantinya dapat menyebabkan anak kegemukan atau berat badan bertambah secara berlebihan. Selain itu, anak menjadi tidak peka terhadap lingkungan di sekelilingnya. Anak yang terlalu asik dengan gadgetnya berakibat lupa untuk berinteraksi ataupun berkomunikasi dengan orang sekitar maupun keluarga dan itu akan bedampak sangat buruk apabila dibiarkan secara terus menerus. d. Faktor Faktor Penyebab kecanduaan Gadget Faktor resiko dalam menggunakan smartphone adalah menyebabkan kecanduandalam menggunakan smartphone (Yuswanto, 2010 dalam jurnal Agusta, 2016) ada 4 faktor penyebab : 1) Faktor internal



a) Tingkat sensation seeking yang tinggi pada dasarnya sikap ini



terbentuk



karena



adanya



aktifitas



rutin



yang



menyebabkan kebosanan serta kebutuhan untuk mencari perhatian orang lain atau membuat suasana menjadi gempar Reeve (2009) dalam jurnal Agusta (2016). Sifat sensation seekingditandaai oleh kebutuhan berbagai macam sensasi dan pengalaman yang baru, luar biasa dan kompleks, serta kesediaan untuk mengambil resiko baik secara fisik, sosial, hukum maupun finansial (Agusto, 2014 dalam jurnal Agusta, 2016) b) self esteem yang rendah Self evaluasi diri individu terhadap kualitas atau keberadaan diri sebagaimana manusia. c) Kontrol diri yang rendah Kemampuan indvidu untuk menyusun, membimbing, mengatur dan mengarahkan



26



langkah dan tindakanya untuk mencapai sesuatu yang di inginkan. 2) Situasional



Faktor ini terdiri atas faktor-faktor penyebab yang mengarah pengguan telepon genggam sebagai sarana membuat individu nyaman secara psikologis ketika menghadapi situasi yang tidak nyaman. Dalam hal ini indvidu akan cepat bertindak ketika berada pada situasi yang tidak nyaman dan merasa terganggu aktivitas bila ada situasi yang tidak di inginkan dan mengalihkan perhatian pada smartphone. 3) Faktor social



Terdiri atas faktor penyebab kecanduaan telepon genggam sebagai sarana berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. 4) Faktor eksternal Berasal dari luar individu



Faktor ini terkait dengan tingginya paparan media tentang telpon genggam dan berbagai fasilitasnya (Frontier consulting group, 2012 dalam jurnal Agusta, 2016). a) Pola pengasuhan Wong (2000) dalam buku Supartini (2004) pola pengasuhan parenting atau perawatana anak sangat bergantung kepada nilai-nilai yang dimiliki keluarga. Pada budaya timur seperti di indonesia, peran pengasuhan dan perawatan lebih banyak dipegang oleh istri dan ibu perubahan



status



ibu



sebagai



wanita



karier



dapat



mempengaruhi pengasuhan ini. b) Orang tua yang menggunakan gadget Shin (2014) orang tua pecandu gadget penyebab anak menggunakan gadget karena perangkat digital melemahkan otak anak dan mengacau kan proses tumbuh- kembangnya. Perangkat tersebut membuat hubungan anak dan ibu kacau. Anak mempelajari kemampuan mengontrol emosi dan berempati dari ibu. Namun ibu adalah pecandu perangkat digital sehingga tidak bisa menjalankan perananan sebagai ibu.



27



c) Friedmen (1998) dalam buku Supartini (2004) stuktur komunikasi menunjukkan bagaimana pola anggota keluarga dalam berkomunikasi satu dengan yang lain. B. Dampak Pengenalan Gadget pada Anak Prasekolah 1. Dampak Positif Penggunaan gadget memiliki dampak tersendiri bagi para penggunanya, baik orang dewasa ataupun anak-anak. Dampak yang timbul bergantung dengan bagaimana orang tersebut menggunakannya dan memanfaatkannya. Adapun beberapa dampak positif gadget pada anak (Isuidharmanjaya, 2014) yaitu : a. Meningkatkan ketajaman pengelihatan b. Merangsang untuk mengikuti perkembangan teknologi terbaru c. Mendukung aspek akademis d. Meningkatkan kemampuan berbahasa e. Meningkatkan keterampilan mengetik f. Mengurangi tingkat stress g. Meningkatkan keterampilan matematis 2. Dampak Negatif Selain memiliki dampak positif, penggunaan gadget juga dapat berdampak negatif bagi anak menurut (Isuidharmanjaya, 2014) yaitu : a. Kesehatan otak terganggu b. Kesehatan mata terganggu c. Kesehatan tangan d. Gangguan tidur e. Suka menyendiri f. Perilaku kekerasan g. Pudarnya kreativitas h. Menjadi pribadi tertup i. Terpapar radiasi ancaman cyberbulliying (Isuidharmanjaya, 2014). Penggunaan gadget yang berlebihan (kecanduan), apalagi dengan akses konten yang tidak baik, seperti adegan kekerasan yang anak lihat dalam game dan film, serta pornografi, dipercaya mempengaruhi secara negatif baik perilaku atapun kemampuan anak



28



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Pertumbuhan dan perkembangan pada masa pra sekolah merupakan tahap dasar yang sangat berpengaruh dan menjadi landasan untuk perkembangan selanjutnya (Adriana, 2013). Masa ini berlangsung pendek sehingga disebut sebagai masa kritis (critical period) atau masa keemasan (golden gold). Gangguan tumbuh kembang sekecil apapun yang terjadi pada anak di usia prasekolah ini, apabila tidak terdeteksi dan diintervensi sedini mungkin akan mengurangi



kualitas



sumber



daya



manusia



di



masa



akan



datang



(Febrikaharisma, 2013). Ciri-ciri Anak Prasekolah eliputi aspek : 1. Ciri Fisik 2. Ciri Social 3. Ciri Emosi 4. Kognitif Anak Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan 1. Faktor Keturunan 2. Faktor Lingkungan 3. Faktor Internal B. Saran Diharapkan setelah membaca makalah ini pembaca dapat menambah wawasan yang baru mengenai Kesiapan Peningkatan Perkembangan Anak Pra Sekolah.



29



DAFTAR PUSTAKA Medise,



B.



E.



2013.



Seputar



Kesehatan



Anak.



Diunduh



dari



http://www.idai.or.id pada tanggal 18 Maret 2014. Notoatmodjo, S. 2007. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. 2012. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. Permatasari, F. D. 2011. Hubungan Stimulasi Dini dengan Perkembangan Motorik Kasar pada Anak Usia Toddler di Taman Sejati Sarihusada Kotabaru Yogyakarta.



Diunduh



dari



http://opac.unisayogya.ac.id/1057/1/NASKAH%20PUBLIKASI%20FEBRI ANA.pdf Potter, P, A. & Perry, A. G. 2010. Fundamental of Nursing Ed. 7. Jakarta: EGC. Rohmah, I. 2012. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Tentang Pemberian Stimulasi Alat Permainan Edukatif (APE) dengan Perkembangan Motorik Anak Usia



1-2



Tahun.



Diunduh



dari



https://lppmunigresblog.files.wordpress.com/2013/06/jurnal-skripsi3.pdf Santrock, J. W. 2009. Topical Life-Span Development (4th ed.). New York: McGraw-Hill. Santrock, J. W. 2011. Life Span Development: Perkembangan Masa Hidup. Jakarta: Erlangga. Saraswati. 2012. Dalam Informasitips. Diunduh tahun 2012, dari http://www.informasitips.com/stimulasi-motorik-kasar-anak-usia-2-3-tahun Sitoresmi, S. 2014. Perkembangan Motorik Anak Toddler pada Ibu Bekerja dan Ibu Tidak Bekerja. Jurnal Pediomatermal, Vol. 3, No. 1, Hal 66-72. Soedjatmiko. 2009. Cara Praktis Membentuk Anak Sehat, Tumbuh Kembang Optimal, Kreatif dan Cerdas Multipel. Kompas Media Nusantara: Jakarta. Soetjiningsih. 2014. Tumbuh Kembang Anak Edisi 2. Jakarta: EGC. 30