Laporan Pendahuluan Made [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN TUMBUH KEMBANG ANAK



DISUSUN OLEH: MADE RAKE ARMAWE 195140093



FAKULTAS KESEHATAN PRODI KEPERAWATAN UNIVERSITAS MITRA INDONESIA 2022



LAPORAN PENDAHULUAN



A. DEFINISI Pertumbuhan (growth) adalah dengan perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang bisa diukur dengan ukuran berat (kg/gr) atau ukuran panjang (meter/centimeter) (Soetjiningsih : 1998). Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan yang bersifat kuantitas, yang mengacu pada jumlah, besar, dan luas, serta bersifat konkret yang menyangkut ukuran dan struktur biologis (Mansur, 2009).  Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran – ukuran tubuh yang meliputi BB, TB, LK, LD, dan lain-lain atau bertambahnya jumlah dan ukuran sel – sel pada semua sistem organ tubuh. (Vivian nanny, 2010). Menurut Whaley dan Wong, perkembangan menitik beratkan pada perubahan yang terjadi secara bertahap dari tingkat yang paling rendah ke tingkat yang paling tinggi dan kompleks melalui proses maturasi dan pembelajaran ( Supartini, Yupi: 2004). Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil proses pematangan (Soetjiingsih, 2005). Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan atau fungsi semua system organ tubuh sebagai akibat bertambahnya kematangan fungsi-fungsi system organ tubuh (Vivian nanny, 2010). Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian (Pemkot Malang Dinkes, 2007)



B. .Pertumbuhan normal anak 1. Pertumbuhan Selama tahun ke 2 masa kehidupan masih nampak kelanjutan perlambatan pertumbuhan fisis yaitu dengan kenaikan BB berkisar antara 1,5 – 2,5 kg ( rata – rata ) dan PB 6 –10 cm ( rata – rata 8 cm per tahun. Anak akan mengalami penurunan nafsu makan sampai usia 3 tahun, hal ini mengakibatkan jaringan sub kutan berkurang sehingga anak yang tadinya nampak gemuk dan montok akan menjadi lebih langsing dan berotot. Demikian pula dengan pertumbuhan otak yang akan mengalami perlambatan selama tahun ke 2, kenaikan lingkar pada tahun pertama mencapai pertambahan sebesar 12 cm dan selanjutnya pada tahun ke 2 hanya bertambah 2 cm, sedangkan lingkar dada pada tahun pertama berukuran sama. Namun demikian untuk lebih jelasnya bisa dilihat dalam tabel NCHS WHO dengan menggunakan rumus : Bila nilai riel hasil pengukuran nilai median BB/U, TB/U atau BB/TB. Bila nilai riel hasil pengukuran  nilai median BB/U, TB/U atau BB/TB.



2. Parameter penilaian pertumbuhan fisik : a. Ukuran antropometrik 1) Berat badan Berat badan merupakan ukuran antropometrik terpenting, karena dapat digunakan untuk menilai peningkatan/ penurunan semua jaringan yang ada dalam tubuh, antara lain tulang, otot, lemak, cairan tubuh dan lain – lain.



Untuk menilai berat badan normal yang sesuai  usia todler dapat dilihat di tabel NCHS terlampir.



2) Tinggi badan Keistimewannya adalah bahwa ukuran tinggi badan pada masa pertumbuhan meningkat terus sampai tinggi maksimal tercapai dan akhirnya berhenti pada umur 18 – 20 tahun. Untuk menilai tinggi badan yang sesuai dengan usia todler dapat dilihat ditabel NCHS terlampir. 3) Lingkar kepala Lingkaran kepala mencerminkan volume intrakranial, dipakai untuk menaksir pertumbuhan otak. Untuk rentang normal menurut nellhaus pada anak usia 1 tahun adalah 43,5 – 49( perempuan) & 43,5 – 49 ( laki – laki ) , kemudian anak usia 2 tahun adalah 45 – 51( perempuan ) & 46 – 51( laki – laki ) dan anak usia 3 tahun adalah 46,25 – 53 (perempuan) & 46,25 – 53 ( laki – laki ). namun demikian untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam grafik Nellhaus terlampir. 4) Lingkar lengan atas LLA mencerminkan tumbuh kembang jaringan lemak dan otot yang tidak terpengaruh banyak oleh keadaan cairan tubuh dibandingkan dengan berat badan, laju tumbuh lambat, dari 11 cm waktu lahir menjadi 16 cm pada satu tahun, selanjutnya tidak banyak berubah pada umur 1 – 3 tahun. 5) Lipatan kulit Tebalnya lipatan kulit pada daerah triseps dan subskapular merupakan refleksi tumbuh jaringan lemak dibawah kulit, yang mencerminkan kecukupan energi.



dalam keadaan defisiensi lipatan kulit akan menipis dan sebaliknya menebal jika masukan energi berlebihan. b. Gejala/tanda pemeriksaan fisik Keseluruhan fisik, jaringan otot, jaringan lemak, rambut, gigi geligi. c. Pemeriksaan laboratorium Hb, serum protein dan hormon. d. Pemeriksaan radiologis Umur tulang 3. Perkembangan Aspek perkembangan yang seharusnya dicapai anak pada usia todler adalah sebagai berikut : 1) Usia 12 – 18 bulan -



Berjalan sendiri tidak jatuh



-



Mengambil benda kcil dengan ibu jari dan telunjuk



-



Mengungkapkan keinginan secara sederhana



-



Minum sendiri dari gelas dan tidak tumpah



2) Usia 18 – 24 bulan -



Berjalan mudur setidaknya lima langkah



-



Mencoret – coret dengan alat tulis



-



Menunjuk bagian tubuh dan menyebut namanya



-



Meniru melakukan pekerjaan rumah tangga



3) Usia 2 – 3 tahun -



Berdiri satu kaki tanpa berpegangan minimal 2 hitungan



-



Meniru membuat garis lurus



-



Menyatakan keinginan sedikitnya dengan 2 kata



-



Melepas pakaian sendiri



4. Parameter penilaian perkembangan dengan DDST Aspek yang perlu diperhatikan dalam melakukan pemeriksaan DDSTadalah : a. Alat yang Digunakan -



Alat peraga : benang wol merah, kismis/manik-manik, kubus warna merahkuning-hijau- biru, permainan anak, botol kecil, bola tenis, bel kecil, kertas, dan pensil.



-



Lembar formulir DDST



-



Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara-cara melakukan tes dan cara menilainya.



b. Prosedur DDST terdiri dari dua tahap, yaitu: - Tahap pertama : secara periodik dilakukan pada semua anak yang berusia 3 – 6 bulan, 9 – 12 bulan, 18 – 24 bulan, 3 tahun, 4 tahun, 5 tahun. - Tahap kedua : dilakukan pada mereka yang dicurigai adanya hambatan perkembangan pada tahap pertama kemudian dilarutkan dengan evaluasi diagnostik yang lengkap. c. Penilaian Penilaian apakah lulus (Passed: P), gagal (Fail: F), ataukah anak tidak mendapat kesempatan melakukan tugas (No Opportunity: N.O). Kemudian ditarik garis berdasarkan umur kronologis, yang memotong garis horisontal tugas perkembangan pada formulir DDST. Setelah itu dihitung pada masing-masing sektor, berapa yang P dan berapa yang F, selanjutnya berdasarkan pedoman, hasil tes diklasifikasi dalam normal, abnormal, meragukan (Questionable) dan tidak dapat dites (Untestable).



1) Abnormal -



Bila didapatkan 2 atau lebih keterlambatan, pada 2 sektor atau lebih



-



Bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebih keterlambatan plus 1 sektor atau lebih dengan 1 keterlambatan dan pada sektor yang sama tersebut tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia.



2) Meragukan -



Bila pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau lebih.



-



Bila pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan pada sektor yang sama tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia.



3) Tidak dapat dites -



Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes menjadi abnormal atau meragukan.



4) Normal -



Semua yang tidak tercantum dalam kriteria tersebut di atas.



Tahapan Tumbuh Kembang Proses tumbuh kembang dimulai sejak sel telur dibuahi dan akan berlangsung sampai dewasa. 1. Tahap prenatal -



Masa embrio : mulai konsepsi – 8 minggu



-



Masa tengah fetus : 9 minggu – 24 minggu



-



Masa fetus lanjut : 24 minggu – lahir



2. Tahap postnatal



-



Masa neonatal : lahir – 1 bulan



-



Masa bayi awal : 1 bulan – 1 tahun



-



Masa bayi lanjut : 1 tahun – 2 tahun



3. Masa anak 2-12 tahun : -



Masa prasekolah : 2 – 6 tahun



-



Masa sekolah : 6 – 12 tahun



4. Masa remaja (adolesen) : 10-18 tahun -



Pra pubertas : wanita 10-12 tahun,laki-laki 10-14 tahun



-



Pubertas : wanita 12-14 tahun,laki-laki 14-15 tahun



-



Post pubertas :wanita 14-18 tahun,laki-laki 16-20 tahun



Ciri-ciri Tumbuh Kembang Anak Menurut Nursalam (2005 : 32-33) menjelaskan bahwa pada umumnya pertumbuhan mempunyai ciri-ciri tertentu, yaitu: 1.



Perubahan proporsi tubuh yang dapat diamati pada masa bayi dan dewasa. Sebagaimana pada usia 2 tahun besar kepala hampir seperempat dari panjang badan keseluruhan, kemudian secara berangsur-angsur proporsinya berkurang.



2.



Hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru yang ditandai dengan lepasnya gigi susu dan timbulnya gigi permanen, hilangnya reflex primitif pada masa bayi, timbulnya tanda seks sekunder, dan perubahan lainnya.



3.



Kecepatan pertumbuhan tidak teratur yang ditanda dengan adanya masa-masa tertentu yaitu masa pranatal, bayi dan adolesensi, dimana terjadi pertumbuhan cepat. Dan masa prasekolah dan masa sekolah dimana pertumbuhan berlangsung lambat.



C. Perkembangan 1. Motorik Kasar dan Halus Perkembangan motorik dibagi menjadi dua, kemampuan motorik kasar atau gross motor skill dan kemampuan motorik halus atau soft motor skill (Santrock, 2002). Pada umumnya perkembangan motorik dibedakan menjadi dua yaitu motorik kasar dan motorik halus: 1. Motorik kasar adalah bagian dari aktivitas motorik yang mencakup keterampilan otot-otot besar, misalnya merangkak, tengkurap, mengangkat leher dan duduk. 2. Motorik halus adalah bagian dari aktivitas motorik yang melibatkan gerak otot- otot kecil, seperti mengambil benda kecil dengan ibu jari dan telunjuk, menggambar dan menulis (Nevvy H: 2013).



2. Perkembangan Motorik Kasar dan Motorik Halus a. Perkembangan Motorik Kasar Tugas perkembangan jasmani berupa koordinasi gerakan tubuh, seperti berlari, berjinjit, melompat, bergantung, melempar dan menangkap,serta menjaga keseimbangan. Kegiatan ini diperlukan dalam meningkatkan keterampilan koordinasi gerakan motorik kasar. Pada anak usia 4 tahun, anak sangat menyenangi kegiatan fisik yang menantang baginya, seperti melompat dari tempat tinggi atau bergantung dengan kepala menggelantung ke bawah. Pada usia 5 atau 6 tahun keinginan untuk melakukan kegiatan tersebut bertambah. Anak pada masa ini menyenangi kegiatan lomba, seperti balapan sepeda, balapan lari atau kegiatan lainnya yang mengandung bahaya.



Menurut Rusli Lutan (1988) bahwa kemampuan motorik kasar adalah kapasitas seseorang yang berkaitan dengan pelaksanaan dan peragaan suatu ketrampilan yang relatif melekat setelah masa kanak-kanak. Motorik kasar merupakan gerakan fisik yang membutuhkan keseimbangan dan koordinasi antar anggota tubuh, dengan menggunakan otot- otot besar. Sedangkan perkembangan kemampuan motorik kasar adalah perkembangan gerak gerakan tubuh yang menggunakan otot – otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. (Hurlock: 1978). Kemampuan motorik kasar anak berkembang sesuai dengan kematangan anak itu sendiri. Namun di dalam proses tersebut terdapat beberapa faktor – faktor yang juga mempengaruhi perkembangan motorik kasar anak tersebut. Menurut Soetjiningsih (1998), faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik kasar anak yaitu : 1) Motivasi belajar anak 2) Stimulasi ibu 3) Kelompok sebaya 4) Cinta dan kasih sayang 5) Jumlah saudara 6) Ganjaran atau hukuman 7) Tingkat gizi. b. Perkembangan Gerakan Motorik Halus Perkembangan motorik halus anak taman kanak-kanak ditekankan pada koordinasi gerakan motorik halus dalam hal ini berkaitan dengan kegiatan meletakkan atau memegang suatu objek dengan menggunakan jari tangan. Pada usia 4 tahun koordinasi gerakan motorik halus anak sangat berkembang, bahkan hampir sempurna. Walaupun demikian anak usia ini masih



mengalami kesulitan dalam menyusun balok-balok menjadi suatu bangunan. Hal ini disebabkan oleh keinginan anak untuk meletakkan balok secara sempurna sehingga kadang- kadang meruntuhkan bangunan itu sendiri. Pada usia 5 atau 6 tahun koordinasi gerakan motorik halus berkembang pesat. Pada masa ini anak telah mampu mengkoordinasikan gerakan visual motorik, seperti mengkoordinasikan gerakan mata dengan tangan, lengan, dan tubuh secara bersamaan,antara lain dapat dilihat pada waktu anak menulis atau menggambar (Anonim: 2011). Melalui ketrampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang. Seperti anak merasa senang memiliki ketrampilan memainkan boneka, melempar bola dan memainkan alat alat mainan. 1) Dengan keterampilan motorik anak dapat beranjak dari kondisi tidak berdaya pada bulan bulan pertama dalam kehidupanya, kondisi yang independent. Anak dapat bergerak dari satu tempat ketempat yang lain, dan dapat berbuat sendiri untuk dirinya sendiri. Kondisi in akan menunjang perkembangan rasa percaya diri. 2) Melalui



peningkatan



potensi



perkembangan



psikomotorik



anak



dapat



menyesuaikan dangan lingkungan sekolah. Pada masa pra sekolah atau pada masa awal sekolah dasar, anak sudah dapat silatih menulis menggambar melukis dan baris berbaris 3)



Melalui peningkatan potensi perkembangan psikomotorik yang normal memungkinkan anak dapat bermain dan bergaul dengan teman sebayanya, sedangkan yang tidak normal akan menghambat untuk anak akan bergaul dengan teman sebayanya, bahkan dia akn terkucilkan atau menjadi anak yang finger (terpinggirkan)



4) Peningkatan



potensi



perkembangan



psikomotorik



sangat



penting



bagi



perkembangan self concept (kepribadian anak) (Dwi: 2010). Peningkatan potensi psikomotorik anak akan lebih teroptimalkan jika lingkungan tumbuh kembang anak mendukung mereka untuk bergerak secara bebas. Kegiatan diluar ruangan bisa menjadi pilihan terbaik karena dapat memberikan stimulasi perkembangan otot. Kegiatan anak dalam ruangan, pemaksimalan ruangan dapat sijasikan strategi untuk menyediakan ruang gerak yang bebas bagi anak untuk berlari melompat dan menggerakkan seluruh anggota tubuhnya dengan cara cara yang tidak terbatas, selain itu penyediaan alat bermain diluar ruangan bisa mendoromg anak untuk meningkatkan koordinasi dan pengembangan kekuatan tubuhnya, stimulasi stimulasi tersebut akan membantu pengoptimalan kemampuan psikomotorik kasar. Sedangkan koordinasi, fisik dan stamina secara bertahap bisa dikembangkan secara sendiri. Kemampuan motorik halus bisa dikembangkan dengan cara anak menggali pasir dan tanah, menuangkan air mengambil dan mengumpulkan batu batu, dedaunan atau benda kecil lainya, dan bermain permainan luar ruangan seperti kelerang, peningkatan potensi kemampuan psikomotorik halus ini merupakan modal dasar untuk menulis. (YollyMulya: 2013) 3. Karakteristik anak usia 4 – 6 tahun Anak usia 4 – 6 tahun memiliki karakteristik antara lain : 1) Berkaitan dengan perkembangan fisik, anak sangat aktif melakukan berbagai kegiatan. Hal ini bermanfaat untuk mengembangkan otot-otot kecil maupun besar.



2) Perkembangan bahasa juga semakin baik. Anak sudah mampu memahami pembicaraan orang lain dan mampu mengungkapkan pikirannya dalam batasbatas tertentu. 3) Perkembangan kognitif (daya pikir) sangat pesat, ditunjukkan dengan rasa ingin tahu anak yang luar biasa terhadap lingkungan sekitar. Hal itu terlihat dari seringnya anak menanyakan segala sesuatu yang dilihat. 4)



Bentuk permainan anak masih bersifat individu, bukan permainan sosial. Walaupun aktifitas bermain dilakukan anak secara bersama (Febriani Utami: 2012).



Konsep Sosialisasi Menurut Vander Zande, sosialisasi adalah proses interaksi sosial melalui mana kita mengenal cara-cara berpikir, berperasaan dan berperilaku, sehingga dapat berperan serta secara efektif dalam masyarakat. Menurut David A. Goslin, sosialisasi adalah proses belajar yang dialami seseorang untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai dan normanorma agar ia dapat berpartisipasi sebagai anggota dalam kelompok masyarakatnya. 9 Sosialisasi adalah proses mempelajari norma, nilai, peran, dan semua persyaratan lainnya yang diperlukan untuk memungkinkan partisipasi yang efektif dalam kehidupan sosial.10 Melalui proses sosialisasi individu diharapkan dapat berperan sesuai dengan nilai yang berlaku dalam masyarakat dimana ia berada. Oleh karena itu barulah kita mengetahui betapa pentingnya sosialisasi itu dalam keberlangsungannya suatu masyarakat. peraturan-peraturan yang kaku dalam mengasuh anaknya. Setiap pelanggaran dikenakan hukuman. Sedikit sekali atau tidak pernah ada pujian atau tanda-tanda yang membenarkan tingkah laku anak apabila mereka melaksanakan aturan tersebut. Tingkah laku anak dikekang secara kaku dan tidak ada kebebasan berbuat kecuali perbuatan yang sudah ditetapkan oleh



peraturan. Tidak pernah ada pujian atau tandatanda yang membenarkan tingkah laku anak apabila mereka melaksanakan aturan tersebut. Orang tua tidak mendorong anak untuk mengambil keputusan sendiri atas perbuatannya, tetapi menentukan bagaimana harus berbuat. Dengan demikian anak tidak memperoleh kesempatan untuk mengendalikan perbuatanperbuatannya. Macam-Macam Pola Sosialisasi Pada penelitian ini, digunakan teori-teori relevan berdasarkan permasalahan yang diteliti. Adapun teori yang digunakan adalah teori pola sosialisasi Elizabeth B. Hurlock. Teori pola sosialisasi yang dikembangkan oleh Elizabeth B. Hurlock, diantaranya: 1. Otoriter Dalam pola asuhan otoriter lebih menekankan pada kaidah-kaidah dan 9 T.O. Ihromi, Op. cit., hlm. 30. 10 Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi (Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya), Bandung: Kencana Prenada Media Group 2. Demokratis Pola sosialisasi demokratis menekankan pada disikusi, penjelasan dan alasan-alasan yang membantu anak agar mengerti mengapa ia dimintai untuk mematuhi suatu aturan. Hukuman tidak pernah kasar dan hanya diberikan apabila anak dengan sengaja menolak perbuatan yang harus ia lakukan. Lebih menekankan aspek pendidikan ketimbang aspek hukuman. Apabila perbuatan anak sesuai dengan apa yang patut ia lakukan, orang tua memberikan pujian. Orang tua yang demokratis adalah orang tua yang berusaha untuk menumbuhkan kontrol dari dalam diri anak sendiri. 3. Permisif Pola sosialisasi permisif membiarkan atau mengizinkan setiap.



tingkah laku anak, dan tidak pernah memberikan hukuman kepada anak. Pola ini ditandai oleh sikap orang tua yang membiarkan anak mencari dan menemukan sendiri tata cara yang memberi batasan-batasan dari tingkah lakunya. Pada saat terjadi hal yang berlebihan barulah orang tua bertindak. Pada pola ini pengawasan menjadi sangat longgar. 1. Kemandirian Kemandirian berasal dari kata mandiri yang berarti dalam keadaan dapat berdiri sendiri, tidak tergantung pada orang lain, tapi menggunakan kekuatan sendiri. Menurut Masrun Kemandirian adalah suatu sikap yang memungkinkan seseorang untuk bertindak bebas, melakukan sesuatu atas dorongan sendiri dan untuk kebutuhan sendiri tanpa bantuan orang lain, maupun berpikir dan bertindak original/kreatif, dan penuh inisiatif, mampu mempengaruhi lingkungan, mempunyai rasa percaya diri dan memperoleh kepuasan dari hasil usahanya.12 Kartini Kartono (1990) kemandirian diartikan sebagai selfstanding yaitu kemampuan berdiri diatas kaki sendiri dengan kemampuan sendiri dan tanggung jawab atas segala tingkah laku sebagai manusia dewasa dalam melaksanakan segala macam kewajiban guna memenuhi kebutuhan sendiri. Seseorang yang telah mampu mengurus dan mengolah dirinya sendiri, memimpin dirinya sendiri, mampu memenuhi segala kebutuhan pribadinya yang berasal dari berbagai macam kemampuan dalam dirinya, maka ia dapat dikatakan sebagai seorang yang mandiri. 13 Kemandirian merupakan sikap diri yang tanpa menggantungkan diri dengan orang lain memandang manusia sebagai suatu kesatuan jasmani dan rohani yang sempurna untuk dapat direalisasikan dalam kehidupan. Dengan demikian kemandirian yang dimiliki seseorang dapat dilihat dari dua aspek yaitu aspek jasmani dan rohani yang dituangkan dalam kehidupan seharihari.



2. Ciri-Ciri Kemandirian Ciri-ciri kemandirian menurut Gea (2002) yaitu percaya diri, mampu bekerja sendiri, menguasai keahlian dan keterampilan, menghargai waktu dan bertanggung jawab.15 Menurut Parker pribadi yang mandiri memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a) Tanggung jawab, berarti memiliki tugas untuk menyelesaikan sesuatu dan diminta hasil pertanggung jawaban atas hasil kerjanya. b) Independensi adalah suatu kondidi dimana seseorang tidak tegantung pada otoritas dan tidak membutuhkan arahan. Independensi juga mencakup ide, adanya kemampuan mengurus diri sendiri dan menyelesaikan masalahnya sendiri. c) Otonomi dan kebebasan untuk menentukan keputusan sendiri, berarti mampu untuk mengendalikan atau mempengaruhi apa yang akan terjadi kepada dirinya sendiri. d) Keterampilan memecahkan masalah, dengan dukungan dan arahan yang menandai, individu akan terdorong untuk mencapai jalan keluar bagi persoalanpersolan praktis relasional mereka sendiri (Parker, 2006). D. Bicara dan bahasa Pengertian Perkembangan Bahasa Perkembangan bahasa merupakan kemampuan khas manusia yang paling kompleks dan mengagumkan.Kemampuan berbahasa anak tidak diperoleh secara tiba-tiba atau sekaligus, tetapi bertahap.Kemajuan berbahasa mereka berjalan seiring dengan perkembangan fisik, mental, intelektual, dan sosialnya.Perkembangan bahasa anak ditandai oleh keseimbangan dinamis atau suatu rangkaian kesatuan yang bergerak dari bunyi-bunyi atau ucapan yang sederhana menuju tuturan yang lebih kompleks.



a. Tahap-tahap Perkembangan Bahasa Anak Tahapan perkembangan bahasa anak dapat dibagi atas: a. Tahap Pralingustik (0 – 12 bulan) Sebelum mampu mengucapkan suatu kata, bayi mulai memperoleh bahasa ketika berumur kurang dari satu tahun.Namun pada tahap ini, bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan anak belumlah bermakna.Bunyi-bunyi itu berupa vokal atau konsonan tertentu tetapi tidak mengacu pada kata atau makna tertentu. Untuk itulah sehingga perkembangan bahasa anak pada masa ini disebut tahap pralinguistik (Tarigan, 1988; Tarigan dkk., 1998; Ellies dkk.,1989). Bahkan pada awalnya, bayi hanya mampu mengeluarkan suara yaitu tangisan.Pada umumnya orang mengatakan bahwa bila bayi yang baru lahir menangis, menandakan bahwa bayi tersebut merasa lapar, takut, atau bosan.Sebenarnya tidak hanya itu saja terjadi. Para peneliti perkembangan mengatakan bahwa lingkungan memberikan mereka halangan tentang apa yang dirasakan oleh bayi, bahkan tangisan itu sudah mempunyai nilai komunikatif. Bayi yang berusia 4 – 7 bulan biasanya sudah mulai mengahasilkan banyak suara baru yang menyebabkan masa ini disebut masa ekspansi (Dworetzky, 1990). Suara-suara baru itu meliputi: bisikan, menggeram, dan memekik. Setelah memasuki usia 7 – 12 bulan, ocehan bayi meningkat pesat dikenal dengan masa connical. b. Tahap Satu-Kata (12 – 18 bulan) Pada masa ini, anak sudah mulai belajar menggunakan satu kata yang memiliki arti yang mewakili keseluruhan idenya.Satu-kata mewakili satu atau bahkan lebih frase atau kalimat.Kata-kata pertama yang lazim diucapkan berhubungan dengan objek-objeknyata atau perbuatan.Kata-kata yang sering diucapkan orang tua sewaktu mengajak bayinya berbicara



berpotensi lebih besar menjadi kata pertama yang diucapkan si bayi.Memahami makna kata yang diucapkan anak pada masa ini tidaklah mudah.Untuk menafsirkan maksud tuturan anak harus diperhatikan aktivitas anak itu dan unsur-unsur non-linguistik lainnya seperti gerak isyarat, ekspresi,dan benda yang ditunjuk si anak.Mengapa begitu?Menurut Tarigan dkk, (1998)ada dua penyebab, yaitu sebagai berikut. Pertama, bahasa anak masih terbatas sehingga belum memungkinkan mengekspresikan ide atau perasaannya secara lengkap. Keterbatasan berbahasanya diganti dengan ekspresi muka, gerak tubuh, atau unsur-unsur nonverbal lainnya. Kedua, apa yang diucapkan anak adalah sesuatu yang paling menarik perhatiannya saja. Sehingga, tanpa mengerti konteks ucapan anak, kita akan kesulitan untuk memahami maksud tuturannya.Walaupun memahami makna kata yang diucapkan anak pada masa ini tidaklah mudah, tetapi komunikasi aktif dengan si anak sangat penting dilakukan. Untuk dapat berbicara, anak perlu mengetahui perbendaharaan katayang akan disimpan di otaknya dan ini bisa didapat ketika orang tua mengajak bicara. Selain itu, yang perlu diperhatikan dalam menghadapi anak yang memasuki usia ini adalah“jangan memakai bahasa bayi untuk anak-anak, melainkan dengan orang dewasa.” Maksudnya, ucapkanlah dengan bahasa yang seharusnya di dengar sehingga si anak juga terpacu untuk berkomunikasi dengan baik. c. Tahap dua-kata (18 – 24 bulan) Pada masa ini, kebanyakan anak sudah mulai mencapai tahap kombinasi dua kata. Katakata yang diucapkan ketika masih tahap satu kata dikombinasikan dalam ucapan-ucapan pendek tanpa kata penunjuk, kata depan, atau bentuk-bentuk lain yang seharusnya digunakan. Pada tahap dua kata ini anak mulai mengenal berbagai makna kata tetapi belum dapat menggunakan bentuk



bahasa yang menunjukkan jumlah, jenis kelamin, dan waktu terjadinya peristiwa. Selain itu, anak belum dapat menggunkan pronomina saya, aku, kamu, dia, mereka, dan sebaginya. d. Tahap banyak-kata (3 – 5 tahun) Pada saat anak mencapai usia 3 tahun, anak semakin kaya dengan perbendaharaan kosakata. Mereka sudah mulai mampu membuat kalimat pertanyaan, penyataan negatif, kalimat majemuk, dan berbagai bentuk kalimat. Terkait dengan itu, Tompkins dan Hoskisson dalam Tarigan dkk. (1998) menyatakan bahwa pada usia 3 – 4 tahun, tuturan anak mulai lebih panjang dan tatabahasanya lebih teratur. Dia tidak lagi menggunakan hanya dua kata, tetapi tiga atau lebih. Pada umur 5 – 6 tahun, bahasa anak telah menyerupai bahasa orang dewasa.Sebagian besar aturan gramatika telah dikuasainya dan pola bahasa serta panjang tuturannya semakin bervariasi. Anak telah mampu menggunakan bahasa dalam berbagai cara untuk berbagai keperluan, termasuk bercanda atau menghibur. INTERVENSI KEPERAWATAN A. Pengkajian Data Tanggal….. jam…… tempat…….. 1. Data subyektif a. Biodata Nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan orang tua, pekerjaan, alamat. b. Riwayat kesehatan 1) Riwayat kesehatan sekarang keadaan anak pada saat akan diperiksa, anak sehat atau menderita suatu penyakit tertentu akan menghambat proses pemeriksaan tumbuh kembang. 2) Riwayat kesehatan dahulu



pada riwayat perjalanan penyakit ini disusun cerita yang kronologis. Terinci dan jelas mengenai keadaan kesehatan anak sejak sebelum terdapat keluhan sampai ia dibawa berobat. Pengobatan yang diterima anak saat sakit ditanyakan kapan berobat, kepada siapa serta obat apa saja yang telah diberikan dan bagaimana hasil pengobatan tersebut. 3) Riwayat kesehatan keluarga untuk mengetahui gambaran kondisi keluarga, ada tidaknya anggota keluarga yang menderita penyakit menular seperti TBC, hepatitis B, serta penyakit menurun seperti asma, hipertensi, penyakit jantung koroner dan kencing manis. 4) Riwayat imunisasi  pemberian imunisasi pada anak adalah penting untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas terhadap penyakit – penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi – imunisasi apa saja yang telah diterima oleh anak dan bagaimana reaksinya apa saat lahir langsung diimunisasi. 5) Riwayat pemberian MP-ASI untuk mengetahui anak diberi ASI, susu formula atau sudah diberi makanan tambahan. Nutrisi memegang peran yang penting dalam tumbuh kembang anak, karena anak sedang tumbuh. 6) Riwayat perkembangan merupakan factor yang penting untuk mengetahui perkembangan anak. Tidak selalu perkembangan anak mulus seperti pada teori, ada kalanya perkembangan anak normal sampai usia tertentu, kemudian mengalami keterlambatan. Ada juga



yang mulainya terlambat ataukarena sakit.Perkembangan terhenti yang kemudian normal kembali.Dapat juga perkembangan yang langsung pesat misalnya bahasa. 7) Pola kebiasaan sehari – hari : -



Pola nutrisi nutrisi memegang peran yang penting dalam tubuh kembang anak, karena anak sedang tumbuh sehingga kebutuhannya berbeda dengan orang dewasa kekurangan makanan yang bergizi akan menyebabkan retradasi pertumbuhan anak. Makanan yang berlebihan juga tidak baik karena menyebabkan obesitas.



-



Pola istirahat : istirahat sangat dibutuhkan setelah seharian melakukan aktivitas yang didapat.



-



Pola kebiasaan : kebersihan baik kebersihan perorangan maupun kebersihan lingkungan memegang peranan penting pada tumbuh kembang anak. Kebersihan perorangan yang kurang akan memudahkan terjadinya penyakit kulit dan saluran pencernaan.



-



Pola eliminasi : pada anak adakah gangguan saat BAB karena rawan terjangkit kuman karena aktivitas di luar rumah. Untuk BAK juga sangat penting untuk mengetahui akan kebutuhan cairan sudah cukup belum.



-



Riwayat psikososial : suasana damai dan kasih sayang dalam keluarga sangat penting dalam tumbuh kembang anak. Interaksi orang tua anak merupakan suatu proses yang majemuk dan dapat dipengaruhi banyak factor yaitu kepribadian orang tua, interaksi antar anggota dan pengaruh luar. Selain itu,



riwayat perkawinan orang tua, jumlah anggota keluarga, urutan anak ini dan yang mengasuh mempengaruhi dalam tumbuh kembang anak. 2. Data Obyektif a.



Pemeriksaan umum 



Keadaan umum           : baik / cukup / lemah







Kesadaran                   : composmentis / letargis / somnolen / apatis / koma







TTV







 







Nadi



Tekanan darah



Usia neonatus 6-12 bulan 1-5 tahun 5-10 tahun 10-15 tahun



Umur Bayi lahir 1 minggu 3 bulan 3 bulan – 2



Sistolik 80 mmHg 90 mmHg 95 mmHg 100 mmHg 115 mmHg



Istirahat/bangu n 100-180 x/menit 100-220 x/menit 80-150 x/menit



Diastolic 45 mmHg 60 mmHg 65 mmHg 60 mmHg 60 mmHg



Denyut nadi / menit Istirahat/tidur



Aktif/demam



80-160 x/menit 80-200 x/menit



Sampai 220



70-120 x/menit



Sampai 220



Sampai 220



tahun` 2-10 tahun >10 tahun



75-110 x/menit



60-90 x/menit 55-90 x/menit



55-90 x/menit



Sampai 220 Sampai 220



         Pernafasan Umur Neonatus 1 bulan – tahun 1-2 tahun 3-4 tahun 5-9 tahun ≥10 tahun



Rentang



0



30-60 x/menit 30-60 x/menit



Rata-rata waktu tidur 35 x/menit 30 x/menit



25-50 x/menit 20-30 x/menit 15-30 x/menit 15-30 x/menit



25 x/menit 22 x/menit 18 x/menit 15 x/menit



         Suhu tubuh Umur 3 bulan 1 tahun 3 tahun 5 tahun



Suhu 37,5 °C 37,7 °C 37,2 °C 37 °C              



b. . Pemeriksaan antropometri 1) Berat badan normal 



Usia 3-12 bulan 







Usia 1-6 tahun  2n+8



2) Tinggi badan : normal usia 1 tahun yakni 45 cm Tinggi badan rata – rata pada waktu lahir adalah 50 cm. Secara garis besar, dapat diperkirakan sebagai berikut : 1 tahun  1,5 x TB lahir        = 1,5 x 50        = 75 cm



4 tahun  2 x TB lahir           = 2 x 50           = 100 cm 14 tahun  1,5 x TB setahun   = 1,5 x 75        = 112,5 cm 13 tahun  3 x TB lahir         = 3 x 50           = 150 cm (soetjiningsih, 2005) 3) Lingkar kepala Lingkar kepala saat lahir normal 34-35 cm, bertambah 0,5 cm/bulan. Pada 6 bulan pertama menjadi ± 44 cm. umur 1 tahun 47 cm. 2 tahun 49 cm dan dewasa 54 cm. 4) Lila Bila saat lahir 11 cm, tahun pertama 16 cm selanjutnya ukuran tersebut tidak banyak berubah sampai usia 3 tahun. c.



Pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi) 



Kepala        : ada / tidak benjolan abnormal







Mata           : sclera putih/tidak, konjungtiva merah muda/tidak







Mulut         : lembab/tidak, ada/tidak labioskisis/labiopalatoskisis, gigi susu tubuh/belum







Telinga        : ada serumen/tidak, gendang telinga utuh/tidak







Dada           : tampak/tidak tarika dinding dada, ada/tidak benjolan abnormal, ronchi +/-, wheezing +/-.Pernafasan teratur / tidak







Perut           :  ada/tidak benjolan abnormal, teraba/tidak pembesaran hepar, ada/tidak nyeri tekan, kembung/tidak







integument  : turgor kulit baik bila kembali 2 detik



Penilaian perkembangan menggunakan format DDST Menghitung umur anak



Tanggal pemeriksaan         : 08 – 12 – 2010 Tanggal lahir                     : 14 – 07 – 2010



Cara menghitung umur     : 2010 – 12 – 08  2010 – 11 - 38                                             2010 – 07 – 14  2010 – 07 – 14                                           ---------------------------------------------                                           04 – 24  4 bulan 24 hari Jadi usia anak “….” 5 bulan Hasil pemeriksaan (personal sosial, motorik halus, bahasa, dan motorik kasar ) 1.      Personal sosial Berusaha mencari mainan       : P 2.      Motorik halus Merah



:P



Mengamati manik – manik



:P



3.      Bahasa Menoleh ke bunyi icik-icik



:P



Menoleh kearah suara



:P



Meniru bunyi kata-kata



:P



Satu silabel



:P



4.      Motorik kasar Bangkit kepala tegak



:P



Membalik



:P



B. Identifikasi diagnose dan masalah Berdasarkan hasil penilaian perkembangan anak “….” Berusia 5 bulan menggunakan DDST didapatkan pada sector personal social, motorik halus, bahsa, dan motorik kasar semuanya dapat dilakukan/ tidak sehingga disimpulkan perkembangan anak “…..” dalam kondisi normal/ tidak normal (suspect). C. Intervensi Tujuan : a. terdeteksi sejak dini bila ada kelainan pada pertumbuhan dan perkembangan anak b. agar tumbuh kembang anak sesuai dengan usia dan tidak ada hambatan Kriteria hasil :    anak dapat melakukan tugas perkembangannya sesuai usia ukuran tumbuh kembang anak dalam batas normal Intervensi : 1. Jelaskan pada ibu tentang kegunaan dan penilaian perkembangan dan jadwal dilakukan pemeriksaan selanjutnya. R:   pengetahuan ibu bertambah, ibu lebi kooperatif terhadap pemeriksaan yang dilakukan 2. Beritahu ibu hasil pemeriksaan mengenai tumbuh kembang anak R:   ibu mengetahui tumbuh kembang anak ada kelainan/tidak 3. Informasikan pada ibu untuk ebih kooperatif dan telaten menjadikan motivasi tersendiri bagi anak karena ada dukungan dari orang tua R: dengan lebih kooperatif dan telaten menjadikan motivasi tersendiri bagi anak karena ada dukungan dari orang tua



4. Sarankan ibu untuk mengawasi pola dan cara makan anak R:   pola dan cara makan akan mempengaruhi tumbuh kembang



DAFTAR PUSTAKA   Engel, joyce. (1998). Pengkajian Pediatrik, Alih Bahasa Teresa, Jakarta : EGC Beth cecily L, sowden Linda A. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatrik, Jakarta : EGC. Sacharin Rosa M. (1996). Prinsip Keperawatan Pediatrik. Alih bahasa : Maulanny R.F. Jakarta : EGC Markum, A.H. (1991). Buku Ajar Anak. Jilid I, Jakarta : Fakultas Kedokteran  Universitas Indonesia. Soetjingsih. (1995). Tumbuh Kembang Anak, jakarta : EGC Suherman ( 1999 ). Buku Saku Perkembangan Anak. Jakarta : EGC Nanny, Vivian. 2010. Asuhan Neonatus, Bayi, dan Anak balita. Jakarta : Salemba Medika Pemkot Malang, Dinkes. 2007. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Malang Soetjiningsih. 2005. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC Mansur, Herawati. 2009. Psikologi Ibu dan Anak untuk Kebidanan.Jakarta : Salemba Medika Febriani



Utami.



(2012).



Karakteristik



perkembangan



http://febrianiutami0711.wordpress.com/2012/12/17/karakteristik-



anak



usia



dini.



perkembangan-anak-usia-



dini/. Diakses tanggal 23 April 2014. Hurlock, Elizabeth. (1978). Perkembangan Anak jilid 1 edisi keenam. Jakarta : Erlangga. Nevvy Haryustianne. (2013). Motorik kasar dan motorik halus. http://www.ibudanbalita.com/diskusi/MOTORIK-KASAR-DAN-MOTORIK- HALUS. Diakses tanggal 27 November 2014. Rusli Lutan. (1988). Belajar Keterampilan Motorik Pengantar Teori dan Metode. Jakarta: P2LPTK Dirjen Dikti Depdikbud. Santrock, J.W. (2002). Life Span Development (5th ed) : Perkembangan Masa Hidup jilid 1. Jakarta: Erlangga. Soetjiningsih.



(1998). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC Yolly Mulya. (2012). Perkembangan motori kasar



dan



halus.



http://yollymulya1992.blogspot.com/2012/12/motorik-kasar-dan-motorik-



halus.html. Diakses tanggal 24 April 2014.