Laporan Pendahuluan Perencanaan Kehamilan sehat [PDF]

  • Author / Uploaded
  • elza
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIK ASUHAN KEBIDANAN PADA PERENCANAAN KEHAMILAN SEHAT DENGAN INFERTIL YANG BERPUSAT PADA PEREMPUAN (Laporan Ini Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Praktik Klinik Stase II Program Studi Pendidikan Profesi) Dosen Pembimbing : Ir Ir Khairiyah P, SST, M. Keb



Disusun Oleh: Elza Dwi Asri Warisdiani NIM : P20624822011 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA JURUSAN KEBIDANAN TASIKMALAYA 2022



KATA PENGANTAR



Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan pendahuluan ini dengan judul “Laporan Pendahuluan Praktik Asuhan Kebidanan Pada Remaja Dengan Kecemasan Yang Berpusat Pada Perempuan”. Shalawat serta salam semoga senan tiasa tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Penulis banyak mendapat bimbingan, bantuan, dorongan, dan semangat dari berbagai pihak dalam penyusunan laporan pendahuluan ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Hj. Ani Radiati R, S. Pd, M. Kes., selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Tasikmalaya. 2. Nunung Mulyani, APP, M. Kes., selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Tasikmalaya. 3. Dr. Meti Widiya Lestari, SST, M. Keb., selaku ketua Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan Tasikmalaya Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Tasikmalaya. 4. Ir Ir Khairiyah, SST, M. Keb., selaku dosen pembimbing, yang telah membimbing penulis selama pembuatan laporan pendahuluan ini. 5. Seluruh petugas dan staff Puskesmas selaawi atas segala bantuan yang telah diberikan. 6. Rekan-rekan Profesi Bidan Kebidanan Politeknik Kesehatan Tasikmalaya yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan laporan ini. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan laporan ini. Penulis menyadari dalam penulisan laporan ini masih banyak kekurangan, baik dalam penulisan maupun tata bahasa. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya tanggapan, kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk perbaikan selanjutnya.



Semoga Alloh SWT senantiasa melimpahkan curhat rahmat-Nya kepada kita semua. Aamiin. Tasikmalaya, Oktober 2022



Penulis



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR...................................................................................................2 DAFTAR ISI.................................................................................................................4 BAB I.............................................................................................................................5 A. Latar Belakang....................................................................................................5 B. Tujuan.................................................................................................................6 1.



Tujuan Umum.............................................................................................6



2.



Tujuan Khusus............................................................................................6



C. Manfaat...............................................................................................................7 BAB II...........................................................................................................................8 A. Perencanaan Kehamilan.....................................................................................8 1.



Hak reproduksi dalam perencanaan kehamilan sehat.................................8



.2. Perencanaan kehamilan sehat.....................................................................9



B. Infertilitas..........................................................................................................16 1. Pengertian.....................................................................................................16 2. Klasifikasi.....................................................................................................16 3. Penyebab.......................................................................................................16 4. Faktor-Faktor................................................................................................17 5. Pemeriksaan...................................................................................................21 6.Masalah...........................................................................................................25 7.Penatalaksanaan..............................................................................................30 8.Pengobatan......................................................................................................31 DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................36



BAB I PENDAHULUAN A.



Latar Belakang Kehamilan adalah karunia besar yang Allah subhanahu wa ta’ala berikan kepada



setiap calon ibu. Atas kehendak dan takdir-Nya, selama 9 bulan janin akan menjalani kehidupan baru yang sangat menarik dalam perut ibunya. Sangat tepat apabila seorang wanita yang merencanakan hamil, bersemangat melakukan persiapan dengan menjaga kesehatan tubuhnya. Ini adalah bentuk ikhtiar untuk mendapatkan kemaslahatan. Adapun hasilnya, kita berharap yang terbaik dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebagian ibu hamil menjalani kehamilannya tanpa masalah, akan tetapi pada sebaian kasus dapat terjadi permasalahan yang menempatkan ibu dan janinnya dalam ancaman bahaya kematian. (Lockhart dan Saputra. 2014). Keberhasilan upaya kesehatan ibu dan bayi, di antaranya dapat dilihat dari indicator Angka Kematian IBu (AKI), dan Angka Kematian Bayi (AKB). Berdasarkan hasil survey Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015, AKI di Indonesia sebesar 305 per 100.000 kehamilan hidup dan AKB Sebesar 22,23 per 1.000 kelahiran hidup (Kementrian Kesehatan RI, 2015) Seorang ibu punya tanggung jawab yang besar untuk bisa membuat anaknya yang terlahir adalah anak-anak yang sehat dan cerdas. Bagaimana semua itu bisa terbentuk, salah satunya dengan mengupayakan persiapan kehamilan sehat. (BKKBN 2014) Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil, masa hamil, persalinan dan masa sesudah melahirkan, penyelenggarakan pelayanan kpntrasepsi serta pelayanan kesehatan seksual bahwa setiap perempuan berhak mendapatkan pelayanan kesehatan ibu untuk mencapai hidup sehat dan berkualitas serta mengurangi kematian ibu (Permenkes No.97 thn 2014)



Kontinuitas perawatan ibu dan anak berakar dari kemitraan klien dan bidan dalam jangka panjang dimana bidan mengetahui riwayat klien dari pengalaman dan hasil penelusuran informasi sehingga dapat mengambil suatu tindakan (Cunningham, 2013). World Health Organization (WHO) tahun 2012 menyatakan satu dari setiap empat pasangan di negara-negara berkembang telah mengalami infertilitas. Kejadian infertilitas primer di Asia banyak ditemukan pada usia 20-24 tahun yaitu 30.8% di Kamboja, 10% di Kazakhstan, 43.7% di Turkmenistan, 9.3% di Uzbekistan dan 21.3% di Indonesia. Prevalensi infertilitas menurut WHO diperkirakan 8-10% pasangan di dunia mempunyai riwayat sulit untuk memperoleh anak. Infertilitas adalah gangguan dari sistem reproduksi yang ditandai dengan kegagalan mengalami kehamilan setelah 12 bulan atau lebih dan telah melakukan hubungan sanggama tanpa kontrasepsi secara teratur (Cavallini & Beretta, 2015). Infertilitas tidak hanya merupakan suatu masalah kesehatan, tetapi juga suatu masalah sosial. Masalah infertilitas dapat mempengaruhi hubungan interpersonal, perkawinan dan sosial, serta dapat menyebabkan gangguan secara emosional dan psikologis yang signifikan (Karimi et al., 2015) B. Tujuan 1. Tujuan Umum Tujuan umum laporan pendahuluan ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan dari asuhan kebidanan perencanaan kehamilan sehat dengan infertil secara komprehensif dan berkesinambungan, menerapkan ilmu pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan asuhan kebidanan serta asuhan komplementernya. 2. Tujuan Khusus 1) Mampu melakukan asuhan kebidanan meliputi pengkajian, penegakan diagnosis



kebidanan,



mengidentifikasi



mengidentifikasi



tindakan



segera,



masalah



menyusun



potensial, perencanaan,



mengimplementasikan



dan



melakukan



evaluasi



berdasar



clinical



reasoning dan hasil kajian evidence based practice. 2) Mampu melakukan pendokumentasian asuhan dan pelaporan kebidanan. 3) Mampu melakukan KIE, promosi kesehatan dan konseling tentang kesehatan reproduksi. C. Manfaat 1) Bagi institusi pendidikan Diharapkan dapat dijadikan informasi bagi pihak pendidikan dan pengetahuan bagi mahasiswa serta dapat dijadikan suatu referensi dalam melakukan asuhan terhadap klien perencanaan kehamilan sehat dengan infertil. 2) Bagi petugas kesehatan Diharapkan dapat memberikan gambaran kepada petugas kesehatan terutama bidan mengenai pemberian terapi komplementer / non farmakologis terhadap perencanaan kehamilan sehat dengan infertile. 3) Bagi pendidikan kesehatan Hasil ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan, perkembangan teori dan sumber informasi terkait perencanaan kehamilan sehat dengan infertile.



BAB II TINJAUAN TEORI



A. Perencanaan Kehamilan



1. Hak Reproduksi Dalam Perencanaan Kehamilan Sehat Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan yang menunjukkan kondisi kesehatan fisik, mental, dan sosial seseorang dihubungkan dengan fungsi dan proses reproduksinya termasuk di dalamnya tidak memiliki penyakit atau kelainan yang mempengaruhi kegiatan reproduksi tersebut. (Kemenkes 2021) Salah satu proses reproduksi adalah kehamilan. Kehamilan merupakan anugerah Tuhan yang harus direncanakan dan dipersiapkan dengan baik. Agar dapat merencanakan kehamilan yang sehat, serta menjamin kesejahteraan ibu, anak dan keluarga, pasangan suami istri hendaknya memahami hak reproduksi, yaitu: 



Kedua pasangan baik suami dan istri memiliki hak yang sama dalam:



- Memutuskan kapan akan mempunyai anak, berapa jumlah anak, dan jarak



kelahiran. - Mendapatkan informasi yang lengkap tentang kesehatan reproduksi, serta



efek samping obat- obatan, alat, dan tindakan medis yang digunakan untuk mengatasi masalah kesehatan reproduksi dan seksual. - Mendapatkan informasi yang mudah, lengkap, dan akurat tentang penyakit



menular seksual, agar perempuan dan laki-laki terlindungi dari infeksi menular seksual (IMS) dan infeksi saluran reproduksi (ISR) serta memahami upaya pencegahan dan penularannya yang dapat berakibat buruk terhadap kesehatan reproduksi dan seksual bagi laki-laki, perempuan, dan keturunannya.



- Memperoleh informasi dan pelayanan KB yang aman, efektif, terjangkau,



dapat diterima, sesuai dengan pilihan tanpa paksaan.  Perempuan berhak mendapatkan pelayanan kesehatan reproduksi yang



dibutuhkan yang memungkinkannya sehat dan selamat dalam menjalani kehamilan, persalinan, dan nifas, serta memperoleh bayi yang sehat.  Hubungan suami istri harus didasari penghargaan terhadap pasangan masing-



masing dan dilakukan dalam kondisi dan waktu yang diinginkan bersama tanpa unsur pemaksaan, ancaman, dan kekerasan. 2. Merencanakan Kehamilan Sehat 1) Pengertian Kehamilan yang sehat membutuhkan persiapan fisik dan mental, oleh karena itu perencanaan kehamilan harus dilakukan sebelum masa kehamilan. Proses kehamilan yang direncanakan dengan baik akan berdampak positif pada kondisi janin dan adaptasi fisik dan psikologis ibu pada kehamilan menjadi lebih baik. Kesejahteraan suatu bangsa di pengaruhi oleh kesejahteraan ibu dan anak, kesejahteraan ibu dan anak di pengaruhi oleh proses kehamilan, persalinan, nifas, neonatus dan juga pada saat pemakaian alat kontrasepsi. Proses tersebut akan menentukan kualitas sumber daya manusia yang akan datang. Pelayanan kesehatan maternal neonatal merupakan salah satu unsur penentu status kesehatan (Saifuddin, 2013). Merencanakan kehamilan merupakan perencanaan



kehamilan untuk



mempersiapkan kehamilan guna mendukung terciptanya kehamilan yang sehat dan menghasilkan keturunan yang berkualitas yang diinginkan oleh keluarga (Nurul, 2013). 2) Mengapa Kehamilan Harus Direncanakan? a. Anak merupakan titipan Tuhan yang harus dijaga dan dipenuhi hak dan kebutuhannya, sehingga sangat dibutuhkan kesiapan orang tua b. Agar ibu dapat menjalani kehamilan dan persalinan yang aman, sehingga ibu



sehat, dan melahirkan bayi yang sehat dan dapat tumbuh berkembang menjadi anak yang berkualitas c. Untuk mendeteksi risiko atau masalah kesehatan yang mungkin terjadi pada ibu dan janin sedini mungkin 3) Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Sebelum Merencanakan Kehamilan a. Kesehatan Fisik dan mental dalam kondisi layak untuk hamil 



Umur (20-35 tahun), jarak kehamilan 2 tahun, jumlah anak kurang dari 3







Tanpa penyakit penyerta







Status gizi baik







Kesiapan mental menjadi orang tua yang bertanggung jawab agar keluarga terhindar dari tindak kekerasan dalam rumah tangga



b. Mudah mencapai fasilitas pelayanan kesehatan dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas c. Kesiapan keuangan (terpenuhinya kebutuhan dasar, memiliki jaminan kesehatan, dan kebutuhan transportasi ke fasilitas pelayanan kesehatan) d. Dukungan suami, keluarga dan lingkungan masyarakat 4)



Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perencanaan Kehamilan Ada



beberapa hal yang perlu dipersiapkan dalam merencanakan



kehamilan, antara lain: a. Kesiapan aspek psikologis Apabila memutuskan untuk hamil, sebaiknya mulai menjalani konseling prahamil. Konseling ini merupakan berisi saran dan anjuran, seperti dengan cara melakukan pemeriksaan fisik (pemeriksaan umum dan kandungan) dan laboratorium. Sebab, tujuan dari konseling prahamil ini akan mempersiapkan calon ibu beserta calon ayah dan untuk menyiapkan kehamilan yang sehat sehingga bisa menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Dengan begitu, bisa segera dideteksi bila ada penyakit yang diturnkan secara genetis, misalnya: diabetes militus, hipertensi, dan sebagainya. Konseling prahamil dilakukan untuk mencegah cacat bawaan akibat kekurangan zat gizi tertentu atau terpapar zat berbahaya.



b. Kesiapan fisik Pengaruh fisik juga sangat mempengaruhi proses kehamilan. Tanpa ada fisik yang bagus, kehamilan kemungkinan tidak akan terwujud dan bahkan kalau kehamilan itu terwujud, kemungkinan fisik yang tidak prima akan memengaruhi janin. Oleh karena itu ada beberapa hal yang harus dilakukan, yaitu: a)



Mulai menata pola hidup Selain kondisi tubuh, gaya hidup dan lingkungan juga memengaruhi



keprimaan fisik. Akan lebih baik lagi, bila persiapan fisik ini dilakukan secara optimal kira-kira 6 bulan menjelang konsepsi. b) Mencapai berat badan ideal Berat badan sangat besar pengaruhnya pada kesuburan. Karena berat badan kurang atau berlebihan, keseimbangan homon dalam tubuh akan ikutikutan terganggu. Akibatnya siklus ovulasi terganggu. Berat badan yang jauh dari ideal juga memicu terjadinya berbagai gangguan kesehatan. c)



Menjaga pola makan Disiplin membenahi pola makan bukannya tanpa alasan. Karena, zat-zat gizi



akan mengoptimalkan fungsi organ reproduksi, mempertahankan kondisi kesehatan selama hamil, serta mempersiapkan cadangan energy bagi tumbuh kembang janin. Caranya sebagai berikut: 



Mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang Masukkan karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air dalam menu makanan sehari-hari secara bervariasi dan dalam jumlah yang pas, sesuai kebutuhan







Hindari zat pengawet atau atau tambahan pada makanan, karena dapat menyebabkan kecacatan pada janin dan alergi.







Perbanyak makan-makanan yang segar dan tidak terlalu lama diolah, sehingga kandungan zat-zat gizinya tidak hilang.



d) Olahraga secara teratur Olahraga memang berkhasiat untuk melancarkan aliran darah. Peredaran nutrisi dan pasokan oksigen ke seluruh organ tubuhpun jadi efisien, sebab benar-



benar bebas hambatan. Jadi, kondisi seperti ini dibutuhkan untuk pembentukan sperma dan sel telur yang baik. Berolahraga secara rutin bisa pula memperbaiki mood karena meningkatnya produksi hormon endoprin. Tubuh juga jadi sehat dan bugar. Kalau ini yang terjadi, proses kehamilan, persalinan, serta kembalinya bentuk tubuh ke keadaan semula jadi lebih mudah. Yang cocok dilakukan yaitu, olahraga joging, jalan kaki, berenang, bersepeda dan senam. e)



Menghilangkan kebiasaan buruk Kebiasaan buruk seperti merokok, minum-minuman beralkohol, serta



mengkonsumsi kafein (kopi, minuma bersoda), sebaiknya dihentikan saja. Sebab, zat yang terkandung didalamnya bisa memengaruhi kesuburan. Akibatnya, peluang terjadinya pembuahan makin kecil. Sering stress juga bukan kebiasaan yang baik. Apalagi, kalau sibuk kerja dan lupa istirahat. f) Bebas dari Penyakit Bila mengidap penyakit tertentu, seperti cacar, herpes, campak jerman, atau penyakit berbahaya lain, sebaiknya periksakan diri ke dokter. Sebab, penyakit tersebut bisa membahayakan diri dan janin. g) Stop pakai kontrasepsi Apabila memutuskan untuk hamil, hentikan penggunaan kotrasepsi. Apabila belum berkeinginan untuk hamil maka harus memakai kontrasepsi. Misalnya, pil, obat suntik, serta susuk KB mengandung hormone yang brtugas terjadinya ovulasi. h) Meminimalkan bahaya lingkungan



Lingkungan, termasuk lingkungan kerja, bisa juga berdampak buruk sebelum hamil. Misalnya, gangguan hormonal atau gagguan pada pembentukan sel telur. Lingkungan yang sarat mikroorganisme (jamur, bakteri, dan virus), bahan kimia



beracun (timah hitam dan pestisida), radiasi (sinar X, sinar ultraviolet, monitor komputer, dan lainnya), dan banyak lagi. c. Kesiapan Finansial Persiapan finansial bagi ibu yang akan merencanakan kehamilan merupakan suatu kebutuhan yang mutlak yang harus disiapkan, dimana kesiapan finansial atau yang berkaitan dengan penghasilan atau keuangan yang dimiliki untuk mencukupi kebutuhan selama kehamilan berlangsung sampai persalinan. Ada beberapa hal yang berkaitan dengan kesiapan finansial, diantaranya: a) Sumber Keuangan Memiliki anak memang tidak murah. Makanya, perlu merancang keuangan keluarga sejak jauh-jauh



hari. Disadari atau tidak, anak ternyata



membutuhkan alokasi dana yang cukup besar. b) Dana yang wajib ada Inilah beberapa dana yang wajib disiapkan sebagai calon orang tua, yaitu: 1. Saat hamil Yaitu biaya memeriksakan kehamilan, pemeriksaan penunjang (laboratorium, USG, dan sebagainya), serta mengatasi penyakit (bila ada). 2. Saat bersalin Meliputi biaya melahirkan (secara normal atau operasi caesar), “menginap” di rumah sakit pilihan, obat- obatan, serta biaya penolong persalinan. 3. Setelah bayi lahir Prioritas



keuangan



keluarga



jadi



berubah



dan



perlu



memperhitungkan masa depan anak. d. Persiapan Pengetahuan Dalam merencanakan kehamilan yang sehat dan aman, maka setiap pasangan suami istri harus mengetahui hal-hal yang berpengaruh dalam perencanaan kehamilan atau dalam kehamilan. Diantaranya : a) Masa subur



Masa subur adalah masa dimana tersedia sel telur yang siap untuk dibuahi. Masa subur berkaitan erat dengan menstruasi dan siklus menstruasi. Adanya hasrat antara suami dan istri adalah sesuatu yang wajar, penyaluran hasrat tersebut akan memulai hasil yang baik jika pertemuan antara suami dan istri diatur waktunya. b) Kecenderungan memilih jenis kelamin anak Setiap pasangan yang menikah pastilah mendambakan anak di tengah kehidupan keluarganya. Bagi yang telah mempunyai anak berjenis kelamin tertentu, pastilah menginginkan anak dengan jenis kelamin yang belum mereka miliki, sehingga lengkap yaitu laki-laki dan perempuan (Nurul, 2013). c) Kesiapan aspek usia Pada usia dibawah 20 tahun merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perencanaan kehamilan, karena pada usia dibawah 20 tahun apabila terjadi kehamilan maka akan beresiko mengalami tekanan darah tinggi, kejang-kejang, perdarahan bahkan kematian pada ibu atau bayinya, dan beresiko terkena kanker serviks. 5)



Kondisi Layak Hamil Menurut KemenkesRI tahun 2021 kondisi yang dikatakan layak hamil adalah : 1.



Umur



Ideal : 20-35 tahun Jika : 



Usia < 20 tahun : Tunda kehamilan







Usia >35 tahun : Dianjurkan tidak hamil lagi. Jika belum mempunyai



anak, boleh hamil dalam pengawasan 2.



Jumlah Anak



Ideal : < 3 orang Jika :> 3 orang : dianjurkan tidak hamil lagi



3.



Jarak Kehamilan



Ideal : > 2 tahun Jika : < 2 tahun : tunda kehamilan sampai usia anak 2 tahun 4.



Status Gizi



Ideal : 18,5-24,9 (normal), LiLA > 23,5 cm Jika : 



IMT < 18,5 cm dan LiLA < 23,5 (KEK): tunda kehamilan, rujuk ke



fasyankes 



IMT > 25,0 – 27,0 (kelebihan BB tingkat ringan) dan > 27,0



(kelebihan BB tingkat berat/obesitas): tunda kehamilan dan rujuk ke fasyankes 5.



Tidak ada Riwayat kehamilan dengan penyulit/komplikasi



sebelumnya Jika ada riwayat kehamilan dengan penyulit atau komplikasi sebelumnya, periksa terlebih dahulu ke fasyankes 6.



Kondisi Kesehatan



Ideal : Tidak mempunyai masalah kesehatan Jika mempunyai masalah kesehatan : tunda kehamilan dan anjuran ditatalaksana sampai sembuh atau terkontrol dibawah pengawasan Kondisi Kesehatan yang diperhatikan 



Kadar Hb







Penyakit menular (HIV, Sifilis, Hepatitis, TB, malaria, kecacingan



dll) 



Penyakit tidak menular (DM, Hipertensi, Jantung, auto imun, kanker,



stroke, dll) 



Kesehatan Jiwa







Penyakit genetic : talasemia, Hemofilia



B.



Infertilitas 1. Pengertian Infertilitas atau ketidaksuburan adalah ketidakmampuan Pasangan Usia Subur (PUS) untuk memperoleh keturunan setelah melakukan hubungan seksual secara teratur dan benar tanpa usaha pencegahan lebih dari satu tahun (Kumalasari, 2012) Infertilitas adalah ketidakmampuan untuk hamil sesudah 12 bulan atau enam bulan pada wanita berusia lebih dari 35 tahun tanpa menggunakan kontrasepsi dan melakukan hubungan seksual aktif (Kusmiran, 2013). Infertilitas



adalah



kurangnya



atau



hilangnya



kemampuan



menghasilkan keturunan.Satu dari beberapa jenis infertilitas yang dipercaya disebabkan adanya antibody di dalam tubuh wanita yang mengganggu fungsi sperma (Kamus Saku Kedokteran Dorland) . 2. Klasifikasi Infertilitas Infertilitas dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Infertilitas primer adalah suatu keadaan ketika pasangan usia subur (PUS) yang telah menikah lebih dari satu tahun melakukan hubungan seksual secara teratur dan benar tanpa usaha pencegahan, tetapi belum juga terjadi kehamilan, atau belum pernah melahirkan anak hidup. 2. Infertrilitas sekunder adalah



suatu keadaan ketika PUS yang sudah



mempunyai anak, sulit untuk memperoleh anak lagi, walaupun sudah melakukan hubungan seksual secara tertur dan benar tanpa usaha pencegahan (Kumalasari, 2012). 3. Penyebab terjadinya infertilitas Menurut Kumalasari, Andhyantoro (2012), kenyataan menunjukan 40% masalah yang membuat sulit mempunyai anak terdapat pada perempuan, 40% pada pria, dan 20% pada keduanya.



Sebagian besar kasus infertilitas wanita disebabkan oleh masalah dengan ovulasi. Tanpa ovulasi, tidak ada telur yang dapat dibuahi. Beberapa tanda-tanda bahwa wanita tidak berovulasi biasanya mencakup tidak teratur atau tidak adanya menstruasi (Kusmiran, 2013). Masalah ovulasi biasanya disebabkan oleh beberapa hal, sebagai berikut : 1. Polycystic Ovarium Syndrome (PCOS) yaitu masalah ketidakseimbangan hormon yang dapat mengganggu ovulasi normal. PCOS adalah penyebab paling umum pada infertilitas wanita. 2. Ketidakcukupan ovarium primer (POI), terjadi ketika ovarium seorang wanita berhenti bekerja normal sebelum usia 40 tahun. POI tidak sama dengan menopouse dini. 3. Adanya hambatan pada saluran tuba karena penyakit radang panggul, endometriosis, atau operasi pengangkatan kehamilan ektopik. 4. Masalah fisik dari rahim. 5. Uterine fibroidyaitu gumpalan jaringan non-kanker dan penebalan otot pada dinding rahim. 4. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi infertilitas. Menurut Kumalasari (2012) Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi infertilitas adalah sebagai berikut : 1. Faktor suami dan istri 



Gangguan senggama



a. Gangguan kesehatan reproduksi yang dialami suami atau istri. b. Ketidaktahuan teknik senggama yang benar. c. Pengaruh psikologis terhadap pasangan. d. Ketidaktahuan pasangan suami istri pada siklus masa subur. Hal ini sering terjadi pada pasangan suami istri yang siklus menstruasinya tidak teratur, sehingga waktu ovulasi menjdi tidak teratur. Hubungan intim tidak menghasilkan kehamilan apabila dilakukan pada waktu yang tidak tepat.







Reaksi imunologis (kekebalan).



1. Reaksi imun yang nonspesifik setelah berhubungan, misalnya timbul gatal-gatal, bercak merah pada kulit, atau keluar cairan yang berlebihan dari vagina. 2. Reaksi spesifik, yaitu timbul antibodi terhadap sperma suami, sehingga sperma tidak bergerak/tak mampu membuahi. 



Adanya tumor otak.



Tumor ini mempengaruhi kerja hormon yang berhubungan dengan proses pematangan sel telur pada indung telur, sedang pada pria dapat menghambat produksi sel sperma pada testis. 



Adanya gangguan fungsi kelenjar tiroid.



2. Faktor suami a. Varikokel yaitu pelebaran pembuluh darah vena di sekitar skrotum (buah zakar), merupakan penyebab terbanyak infertilitas pria. b. Sumbatan/obstruksi saluran sperma menyebabkan spermatozoa tidak dapat disalurkan, walaupun di produksi dengan baik. c. Faktor lain yang tidak dapat di ketahui yaitu 20-3 persen dari kasus infertilitas. Keungkinan dipengaruhi faktor genetik, kelainan di kromosom gangguan hormon, pengaruh obat, gangguan ereksi, radiasi, keracunan pestisida, gangguan imunologi, operasi di daerah panggul, dan lain-lain. 3. Faktor istri Berdasarkan catatan WHO, diketahui penyebab infertilitas pada perempuan di antaranya faktor tuba fallopi 36%, gangguan ovulasi 33%, endometriosis 6%, dan hal lain yang tidak di ketahui sekitar 40%. Ini berarti sebagian besar masalah infertilitas pada perempuan di sebabkan oleh gangguan pada alat reproduksi atau gangguan pada proses ovulasi. Deteksi ovulasi merupakan bagian integral pemeriksaan infertilitas karena kehamilan tidak mungkin terjadi tanpa ovulasi. Ovulasi yang jarang terjadipun dapat menyebabkan infertilitas. Siklus haid yang teratur dan



lama haid yang sama biasanya merupakan siklus haid



haid yang



berovulasi. Menurut ogino, haid berikutnya akan terjadi 14 + 2 hari setelah ovulasi. Siklus haid yang tidak teratur, dengan lama haid yang tidak sama, sangat mungkin di sebabkan oleh anovulasi. Haid dikatakan normal bila di dapatkan siklus haid, tidak kurang dari 24 hari, tetapi tidak melebihi 35 hari, lama haid 3-7 hari, dengan jumlah darah selama haid berlangsung tidak melebihi 80ml, ganti pembalut 2-6 kali per hari. a. Umur Umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun. Jika dilihat dari sisi biologis, usia 18-25 tahun merupakan saat terbaik untuk hamil dan bersalin. Karena pada usia ini biasanya organ-organ tubuh sudah berfungsi dengan baik dan belum ada penyakit-penyakit degenerative seperti darah tinggi, diabetes, dan lainnya serta daya tahan tubuh masih kuat (Dini Kasdu, dkk, 2003). Kemampuan reproduksi wanita menurun drastis setelah umur 35 tahun. Hal ini dikarenakan cadangan sel telur yang makin sedikit. Fase reproduksi wanita adalah masa sistem reproduksi wanita berjalan optimal sehingga wanita berkemampuan untuk hamil. Fase ini dimulai setelah fase pubertas sampai sebelum fase menopause. Pada fase reproduksi, wanita memiliki 400 sel telur. Semenjak wanita mengalami menarche sampai menopause, wanita mengalami menstruasi secara periodik yaitu pelepasan satu sel telur.Jadi, wanita dapat mengalami menstruasi sampai sekitar 400 kali. Pada umur 35 tahun simpanan sel telur menipis dan mulai terjadi perubahan keseimbangan hormon sehingga kesempatan wanita untuk bisa hamil menurun drastis. Semakin bertambahnya umur dapat mempengaruhi kesuburan seorang wanita. Sekitar sepertiga dari pasangan dimana wanita berusia di atas 35 tahun memiliki masalah kesuburan. Faktor umur berisiko



menurunkan kesuburan seperti kondisi seperti kondisi ovarium menurun untuk melepaskan sel telur, ovarium kiri mengeluarkan sedikit sel telur, dan kualitas sel telur menurun. Selain itu juga berisiko untuk mengalami masalah kesehatan yang menurunkan kesuburan dan terjadinya keguguran (Kusmiran, 2013). b. Berat badan Perempuan dengan indeks masa tubuh lebih dari 29, yang termasuk di dalam kelompok obesitas, terbukti mengalami keterlambatan hamil. Usaha yang paling baik untuk menurunkan berat badan adalah dengan cara menjalani olahraga teratur serta mengurangi asupan kalori di dalam makanan. c. Masalah kesehatan Masalah kesehatan yang menyebabkan perubahan hormon seperti sindrome ovarium polikistik dan insufisiensi ovarium primer. Masalah kesehetan



yang



memperberat



masalah



kesuburan



wanita



adalah



ketidakteraturan periode menstruasi, nyeri yang berat saat menstruasi, endometriosis, penyakit inplamasi pelviks, dan lebih dari satu kali riwayat keguguran. d.



Gaya hidup Gaya hidup ternyata pegang peranan penting dalam menyumbang



angka kejadian infertilitas, yakni sebesar 15-20%. Gaya hidup yang serba cepat dan kompetitif dewasa ini rentan membuat seseorang terkena stress. Padahal kondisi jiwa yang penuh gejolak bisa menyebabkan gangguan ovulasi, gangguan spermatogenesis, spasme tuba fallopii, dan menurunnya frekuensi hubungan suami istri. e.



Alcohol Pada perempuan tidak terdapat cukup bukti ilmiah yang menyatakan



adanya hubungan antara minuman yang mengandung alcohol dengan peningkatan resiko kejadian infertilitas. Namun, pada lelaki terdapat



sebuah laporan yang menyatakan adanya hubungan antara minum alcohol dalam jumlah yang banyak dengan penurunan kualitas sperma. 5. Pemeriksaan Pasangan Infertilitas a. Adapun Syarat-syarat Pemeriksaan Setiap pasangan infertilitas harus diperlakukan sebagai satu kesatuan. Itu berarti kalau istri saja sedangkan suami tidak mau diperiksa, maka pasangan itu tidak diperiksa Adapun syarat-syarat pemeriksaan pasangan infertilitas adalah sebagai berikut: 1. Istri yang berumur antara 20-30 tahun baru akan diperiksa setelah berusaha untuk mendapat anak selama 12 bulan. Pemeriksaan dapat dilakukan lebih dini apabila: a. Pernah mengalami keguguran berulang b. Diketahui mengidap kelainan endokrin c. Pernah mengalami peradangan rongga panggul atau rongga perut d. Pernah mengalami bedah ginekologik 2. Istri yang berumur antara 31-35 tahun dapat diperiksa pada kesempatan pertama pasangan itu datang ke dokter. 3. Istri pasangan infertil yang berumur 36-40 tahun hanya dilakukan pemeriksaan infertilitas kalau belum mempunyai anak dari perkawinan ini. 4. Pemeriksaan infertilitas tidak dilakukan pada pasangan infertil yang salah satu anggota pasangannya mengidap penyakit yang dapat membahayakan kesehatan istri atau anaknya. b. Pemeriksaan Infertilitas Menurut Aprillia (2012) dalam pemeriksaan infertilitas, kondisi istri dan suami harus diperiksa secara menyeluruh, untuk mengetahui secara pasti penyebab infertilitas tersebut dan pengobatan yang tepat. Saat ini ada



beberapa metode yang bisa menjadi pilihan bagi pasangan suami istri yang mengalami kesulitan fertilisasi dan kehamilan secara alami, yaitu melalui cara rekayasa reproduksi Assisted Reproduction Techniques (ART) seperti berikut ini. 1. Intra Uterine Insemination (IUI), atau di Indonesia sering disebut Artificial Insemination Husband (AIH), donor sperma. 2. InVitro Fertilization (IVF) atau bayi tabung. 3. Cloning Pemeriksaan pasangan infertil di rancang dengan urutan seperti dibawah ini : 1. Anamnesa Pada pengumpulan data dengan anamnesis (Tanya-jawab) akan diketahui tentang keharmonisan hubungan keluarga, lamanya kawin, hubungan seksual yang dilakukan (frekuensi dalam seminggu, tingkat kepuasan yang dicapai, teknik hubungan seksual). 2. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik umum untuk pasangan infertil meliputi pemeriksaan tekanan darah, nadi, suhu tubuh, dan pernafasan.Juga dilakukan foto toraks pada kedua pihak. 3. Pemeriksaan laboratorium Dilakukan pemeriksaan laboratorium dasar secara rutin (darah, urine lengkap, fungsi hepar dan ginjal, gula darah).Pemeriksaan laboratorium pada suami meliputi pemeriksaan dan analisis sperma. Untuk pemeriksaan ini diperlukan syarat yaitu tidak boleh berhubungan seks selama 3-5 hari, di tampung dalam gelas, modifikasi dengan bersenggama memakai kondom yang telah dicuci bersih, dan bahkan yang ditampung harus mencapai laboratorium dalam waktu ½ sampai 1 jam, pemeriksaan setelah ejakulasi dalam waktu 2 jam di laboratorium. Jumlah spermatozoa di harapkan minimal 20 juta/ml. pemeriksaan sperma untuk mengetahui jumlah, volume, viskositas, bau,



rupanya,



fruktosa,



kemampuan



menggumpal



dan



mencair



kembali.Pemeriksaan yang masih perlu dilakukan di antaranya uji kontak sperma, uji antibody imobilisasi, uji pasca senggama. Bila jumlah dan kemampuan gerak spermatozoa mengalami gangguan maka konsultasi suami dilakukan dilakukan pada ahli urologi (ginjal dan perkemihan).Bila kemampuan



melakukan



tugasnya mengalami



gangguan maka dapat



berkonsultasi dengan ahli andrologi. Sebelum melanjutkan pemeriksaan pada istri, factor suami yang menyebabkan infertilitas (sekitar 40%) harus diobati terlebih dahulu. 4. Pemeriksaan Sperma Untuk menilai sperma maka dilakukan pemeriksaan atas jumlah spermatozoa, bentuk dan pergerakannya. Sebaiknya sperma yang diperiksa, ditampung setelah pasangan tidak melakukan coitus sekurang-kurangnya selama 3 hari dan sperma tersebut hendaknya diperiksa dalam satu jam setelah keluar. Eyakulat yang normal sifatnya sebagai berikut : Volume



: 2 – 5 cc



Jumlah spermatozoa : 100 – 200 juta per cc Pergerakan



: 60% dari spermatozoa masih bergerak selama 4 jam setelah dikeluarkan.



Bentuk abnormal



: 25%.



Pria yang fertile spermatozoanya



: 60 juta per ccatau lebih.



Subfertil



: 20 – 60 juta per cc



Steril



: 20 juta per cc atau kurang



Sebab-sebab kemandulan pada pria : gizi, penyakit-penyakit, kelainan metabolis, keracunan, dysfungsi hypofise, kelainan traktus genitalis (vas deferens, testes pada klinefelter syndrome). Untuk penilaian yang lebih lanjut perlu di periksa 17 ketosteroid, gonadotrofin dalam urine, dan biofsi dari testis.



Jika penyebab pasangan infertil terdapat pada wanita, rancangan pemeriksaan yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Pemeriksaan dalam Dengan pemeriksaan dalam di peroleh gambaran umum tentang alat kelamin wanita yaitu liang senggama, kelainan mulut rahum (serviks uteri), kelainan pada rahim, kemungkinan kelainan pada saluran telur (tubafallopi) atau indung telur (ovarium). Sedangkan dengan pemeriksaan sonde (memasukan alat duga kedalam rahim) dapat diketahui dalamnya rahim dan kedudukan serta arah rahim, kelainan fungsi alat kelamin secara kasar, adanya perlekatan dengan organ sekitarnya, ( tumor terutama pada indung telur) atau rah mulut rahim. 2. Pemeriksaan terhadap ovulasi Dilakukan untuk membuktikan ovulasi (pelepasan telur).Tindakan ini dilakukan dengan anggapan bahwa pada pemeriksaan dalam tidak dijumpai kelainan alat kelamin wanita.Untuk membuktikan terjadi ovulasi (pelepasan telur), dilakukan pemeriksaan suhu basal badan.Progesterone yang dikeluarkan oleh korpus luteum dapat meningkatkan suhu basal badan yang diukur segera setelah bangun tidur. Kapan sebenarnya terjadi ovulasi, apakah saat suhu basal badan rendah atau meningkat masih belum jelas.Dengan terjadinya pelepasan telur(ovulasi) suhu badan basal menjadi bifasik. Waktu perubahan tersebut dianggap terjadi ovulasi, sehingga harus dimanfaatkan untuk melakukan hubungan seksual dengan kemungkinan hamil yang lebih besar.Rasa nyeri saat pertengahan siklus menstruasi karena ovulasi disebut “mittle schmer”. Uji lendir serviks dan sitologi vagina dilakukan untuk mempelajari pengaruh hormone estrogen dan progesterone pada lender serviks dan sel vagina. Lender serviks menjelang ovulasi lebih jernih, daya membenang bertambah, kondisi ini member kesempatan spermatozoa untuk menyerbu masuk kedalam rahim dan selanjutnya menuju sel telur (tuba).Perubahan lender serviks dan sitologi vagina, secara langsung dapat diketahui apakah telah terjadi ovulasi dan spermatozoa), zigot menjadi “desidua” yang lebih gembur dan siap menerima nidasi (implantasi) yaitu tertanamnya hasil konsepsi dalam rahim.



3. Pemeriksaan terhadap saluran telur Saluran telur (tuba fallopi) mempunyai fungsi yang sangat vital dalam proses kehamilan yaitu tempat saluran spermatozoa dan ovum, tempat terjadinya konsepsi (pertemuan sel telur dan spermatozoa), tempat tumbuhnya dan berkembangnya hasil konsepsi, tempat saluran hasil konsepsi menuju rahim, untuk dapat bernidasi (menanamkan diri). Saluran telur mempunyai ukuran sangat kecil sehingga sedikit saja terjadi gangguan karena infeksi atau desakan pertumbuhan keadaan patologi dapat menghalangi fungsinya.Gangguan fungsi saluran telur menyebabkan infertilitas, gangguan perjalanan hasil konsepsi menimbulkan kehamilan di luar kandungan (ektopik) utuh atau terganggu (pecah).Pemeriksaan untuk menentukan potensi tuba dilakukan dengan partubasi yaitu pemeriksaan dengan memasukan gas CO 2 ke dalam mulut rahim, rahim, dan selanjutnya kesaluran tuba tanpa tersumbat, tersumbat sebagian atau tersumbat total. Gangguan saluran tuba dapat ditandai dengan keluranya cairan tersebut kembali keliang senggama. Dan pemeriksaan histerosalpingografi, adalah pemeriksaan dengan memasukan bahan kontras kedalam mulut rahim, rahim, dan selanjutnya ke saluran tuba dan diikuti dengan foto ronsen. Melalui seri foto ini dapat di buktikan dengan jelas tentang kelainan yang terdapat pada mulut rahim, kelainan pada ruangan rahim (apakah terdapat penyimpangan bentuk normal, terdapat polip, atau mioma uteri), kelainan pada saluran telur .kebocoran kontras menunjukan saluran mempunyai potensi yang baik. 4. Pemeriksaan Khusus Pemeriksaan khusus yang dilakukan untuk dapat menetapkan kelainan pada pasangan infertil meliputi : a. Histeroskopi Pemeriksaan histeroskopi adalah pemeriksaan dengan melakukan alat optic kedalam rahim untuk mendapatkan keterangan tentang mulut saluran telur dalam rahim (normal, edema, tersumbat oleh kelainan dalam rahim), lapisan dalam rahim (situasi umum lapisan dalam rahim karena pengaruh



hormone, polip atau mioma dalam rahim), dan keteranangan lain yang diperlukan. b. Laparaskopi Pemeriksaan lapaskopi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan memasukan alat optic kedalam rahim untuk mendapatkan keterangan tentang keadaan indung telur yang meliputi ukuran dan situasi permukaannya, adanya graaf folikel, korpus liteum atau korpus albikantes, abnormalitas bentuk, keadaan tubafallopi (yang meliputi, kelainan anatomi atau terdapat perlekatan). c. Ultrasonografi Pemeriksaan ultrasonografi (USG) sangat penting bagi pasangan infertil terutama ultrasonografi vaginal yang bertujuan mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang anatomi alat kelamin bagian dalam, mengikuti tumbuh kembang folikel de Graaf yang matang, sebagai penuntun aspirasi (pengambilan) telur (ovum) pada folikel de Graff untuk pembiakan bayi tabung. Ultrasonografi vaginal dilakukan sekitar waktu ovulasi yang di dahului dengan pemberian pengobatan dengan klimofen sitrat atau obat perangsang telur lainnya. d. Uji pasca senggama Pemeriksaan uji pasca semnggama di maksudkan untuk mengetahui kemampuan tembus spermatozoa dalam lender serviks. Pasangan dianjurkan melakukan hubungan seksual di rumah dan setelah dua jam datang ke rumah sakit untuk pemeriksaan. Lender serviks di ambil dan selanjutnya dilakukan pemeriksaan jumlah spermatozoa yang di jumpai dalam lendir tersebut. Pemeriksaan ini dilakukan sekitar perkiraan masa ovulasi yaitu hari ke 12,13 dan 14 dengan perhitungan menstruasi hari pertama di anggap ke-1. e. Pemeriksaan hormonal Setelah semua pemeriksaan dilakukan, bila belum dapat dipastikan penyebab infertilitas, dapat di lakukan pemeriksaan hormonal untuk mengetahui hubungan aksis hipotalamus, hipofise, dan ovarium.Hormone



yang diperiksa adalah gonadotropin (follicle stimulatiom hormone (FSH), hormone luteinisasi (LH) dan hormone estrogen, progesterone, dan prolaktin). Pemeriksaan hormonal ini dapat menetapkan kemungkinan infertilitas dari kegagalan melepaskan telur (ovulasi).Pemeriksaan harus selesai dalam waktu 3 siklus menstruasi, sehingga rencana pengobatan dapat dilakukan. 6. Masalah-Masalah Infertilitas 1. Masalah air mani Penampungan air mani Air mani ditampung dengan jalan masturbasi langsung ke dalam botol gelas bersih yang bermulut lebar, setelah abstinensi 3-5 hari. Sebaiknya penampungan air mani itu dilakukan di rumah pasien sendiri, kemudian dibawa ke laboratorium selama 2 jam setelah dikeluarkan. Air mani yang dimasukan kedalam kondom dahulu, yang biasanya mengandung zat spermatizid, akan mengelirukan penilaian mortilitas spermatozoa. 2. Karakteristik air mani a. Koagulasi danlikuefaksi. Air mani yang diejakulasikan dalam bentuk cair akan segera menjadikan “agar” atau koagulum, untuk kemudian melikuefaksi lagi dalam 5-20 menit menjadi cairan yang agak pekat guna memungkinkan spermatozoa bergerak dengan leluasa. Proses koagulasi dan likuefaksi ini diatur oleh enzim. b. Viskositas. Setelah berlikuefaksi, ejakulat akan menjadi cairan homogen yang agak pekat, yang dapat membenang kalau dicolek dengan sebatang lidi. Daya membenangnya dapat mencapai 3-10 cm. makin panjang membenangnya, makin tinggi viskositasnya. Pada umumnya viskositas tinggi tidak menimbulkan masalah infertilitas, kecuali kalau pada pemeriksaan tampak spermatozoa seperti bergerak dalam lumpur atau bergerak di tempat. c. Rupa dan bau. Airmani yang baru diejakulasikan rupanya putih kelabu, seperti agar-agar. Setelah berlikuefaksi menjadi cairan



kelihatannya



jernih



atau



keruh,



tergantung



dari



konsentrasi



spermatozoa yang dikandungnya. Baunya langu seperti bau bunga akasia. d. Volum. Setelah abstinensi selama 3 hari volume air mani berkisar antara 2,0-5,0 ml. Volum kurang dari 1 ml atau lebih dari 5 ml biasanya disertai kadar spermatozoa rendah. Pada volum kurang dari 1,5 ml sesungguhnya baik untuk dilakukan inseminasi buatan suami (IBS) karena volum yang kurang itu tidak cukup untuk menggenangi lendir yang menjulur ke serviks, sehingga dapat merupakan masalah infertilitas. e. Ph. Air mani yang baru diejakulasikan pH-nya berkisar antara 7,3-7,7, yang bila dibiarkan lebih lama, akan meningkat karena penguapan CO₂-nya. Apabila pH lebih dari 8, hal itu mungkin disebabkan oleh peradangan mendadak klenjar atau saluran genital, sedangkan pH yang kurang dari 7,2 mungkin disebabkan oleh peradangan menahun kelenjar tersebut. Sekret kelenjar prostat pH-nya lebih rendah dari 7. f. Fruktosa. Fruktosa air mani adalah hasil vesikula seminalis yang menunjukan adanya rangsangan androgen. Fruktosa terdapat pada semua air mani, kecuali pada: 1) Azoospermia karena tidak terbentuknya kedua vas deferens. Air maninya tidak berkoagolasi, segera ejakulasi karena vesikula seminalisnya pun tidak terbentuk. 2) Kedua duktus ejakulatoriusnya tertutup. 3) Kedaan luar biasa dari ejakulasi retrograd, dimana sebagian kecil ejakualat yang tidak mengandung spermatozoa sempat keluar. 3. Masalah Vagina Kemampuan menyampaikan air mani kedalam vagina sekitar serviks perlu untuk fertilitas. Masalah vagina yang dapat menghambat penyampaian ini adanya sumbatan atau peradangan.



4. Masalah Serviks Terdapat berbagai kelainan anatomi serviks yang dapat berperan dalam infertilitas, yaitu cacat bawaan (atresia),polip serviks, stenosis akibat trauma, peradangan, sinekia setelah konisasi, dan inseminasi yang tidak adekuat. 5. Masalah Uterus Masalah yang dapat mengganggu transportasi spermatozoa melalui uterus ialah distorsi kavum uteri karena sinekia, mioma, atau polip, peradangan endometrium dan gangguan kontraksi uterus. 6. Masalah Tuba Frekuensi faktor tuba dalam infertilitas sangat bergantung pada populasi yang diselidiki. Peranan factor tuba yang masuk akal ialah 2550%. Dengan demikian, dapat dikatakan factor tuba paling sering ditemukan dalam masalah infertilitas.Oleh karena itulah, penilaian patensi tuba dianggap sebagai salah satu pemeriksaan terpenting dalam pengelolaan infertilitas. 7. Masalah Ovarium Deteksi ovulasi merupakan bagian integral pemeriksaan infertilitas kehamilan tidak mungkin terjadi tanpa ovulasi. Ovulasi yang jarang terjadipun dapat menyebabkan infertilitas. Deteksin tepat ovulasi kini tidak seberapa penting lagi setelah diketahui spermatozoa dapat hidup dalam lendir serviks sampai 8 hari. Deteksi tepat ovulasi baru diperlukan kalau akan dilakukan inseminasi buatan, menentukan saat senggama yang jarang dilakukan, atau kalau siklus haidnya sangat panjang. Bagi pasangan infertil yang bersenggama teratur, cukup dianjurkan senggama 2 hari sekali pada minggu dimana ovulasi diharapakan akan terjadi, dengan demikian nasehat senggama yang terlampau ketat tidak diperlukan lagi.



8. Masalah Peritoneum Laparoskopi diagnostik telah menjadi bagian integral terakhir pengelolaan infertilitas untuk memeriksa masalah peritoneum. Pada umumnya untuk mendiagnosis kelainan yang samar khususnya pada istri pasangan infertile yang berumur 30 tahun lebih, atau yang mengalami infertilitas selama 3 tahun. Esposito belum menganjurkan agar laparoskopi diagnistik di lakukan 6 – 8 bulan setelah pemeriksaan infertilitas dasar seleksi dilakukan. Lebih terperinci lagi, Menurut Albano, indikasi untuk melakukan laparoskopi diagnostic adalah: a. Apalagi selama 1 tahun pengobatan belum juga terjadi kehamilan b. Kalau siklus haid tidak teratur, atau suhu basal badan monofasik c. Apabila istri pasangan infertil berumur 28 tahun lebih, atau mengalami infertilitas selama 3 tahun lebih d. Kalau terdapat riwayat laparotomi e. Kalau pernah dilakukan histerosalpingografi dengan media kontras larut minyak f. Kalau terdapat riwayat apendisitis g. Kalau pertubasi berkali-kali abnormal h. Kalau disangka endometriosis dan kalau akan dilakukan inseminasi buatan. 7. Penatalaksanaan infertilitas Suami sebaiknya di periksa terlebih dahulu dan dinyatakan sehat rohani dan jasmani. Penyebab infertilitas pada suami sekitar 40% sedangkan sisanya pada istri. Penyebab infertilitas yaitu pasangan infertil idiopatik artinya keduanya baik, tetapi belum juga terjadi kehamilan, factor alergi yang menyebabkan ketidakmampuan pasangan menjadi hamil, atau factor stress



karena tidak hamil. Factor lain adalah factor hormonal yang meliputi gangguan pelepasan telur (ovulasi), gangguan kesuburan lapisan dalam rahim yang menyebabkan kurang mampu menerima nidasi, defisiensi fase luteal, atau hormone prolaktin yang terlalu tinggi sehingga menghalangi proses ovulasi. Setelah mengetahui factor penyebab pasangan infertil pada pihak wanita dapat dilakukan pengobatan berdasarkan penyebabnya. 8. Pengobatan Infertilitas Ada beberapa cara yang dilakukan untuk mengatasi kemandulan, diantaranya menggunakan obat penyubur, pembedahan, dan inseminasi (bayi tabung). Namun, pada situasi tertentu bisa juga dilakukan gabungan dari semua tindakan yang merupakan gabungan dari tindakan di atas. Umumnya sepertiga dari pasangan yang mandul biasanya bisa memperoleh keturunan setelah dilakukan pengobatan yang baik dan tepat.Pada umumnya sebagian besar dari kasus kemandulan ditangani dengan pemberian obat penyubur dan pembedahan. Para dokter biasanya akan melakukan tindakan terhadap pasien yang kurang subur berdasarkan pada : 1. Hasil tes kesuburan 2. Usia dari pasangan mandul 3. Kondisi kesehatan pasangan secara umum 4. Keinginan pasien Pada pria yang mandul, dokter akan melakukan langkah sebagai berikut : 1. Masalah seksual Jika pria mengalami ejakulasi dini, tahap awal yang biasanya dilakukan seorang dokter adalah berusaha mengatasinya sendiri terlebih dahulu. Jika sudah tidak bisa diatasi, selanjutnya akan diambil tindakan lebih lanjut. 2. Sel sperma yang terlalu sedikit



Jika seorang pria memiliki jumlah sel sperma yang terlalu sedikit, maka perlu dilakukan pemeriksaan penyebabnya. Beberapa kasus memerlukan operasi. Kasus lain menggunakan antibiotik untuk mengatasi infeksi yang menyebabkan terganggunya produksi sperma. Pada wanita yang mandul, biasanya dokter akan melakukan tindakan sebagai berikut : 1.



Memberi obat-obatan untuk mengatasi masalah ovulasi. Namun, perlu berhati-hati terhadap obat yang dijual bebas dipasaran. Sebagian dari obat-obat tersebut dapat menimbulkan efek samping. Kerena itu, perlu melakukan konsultasi dengan dokter agar tidak menjadi korban.



2. Selain dengan obat, dokter juga bisa melakukan tindakan pembedahan untuk mengatasi penyebab kemandulan pada wanita yang berhubungan dengan ovarium, tuba pallofi, dan rahim. 3. Inseminasi intra uterin merupakan alternatif lain yang dilakukan oleh dokter dalam menangani kasus infertil. Caranya dengan menyuntikkan sperma pilihan ke dalam rahim. Sebelum dilakukan tindakan inseminasi intra uterin, terlebih dahulu diberikan obat perangsang ovulasi pada wanita. Inseminasi ini akan dilakukan jika ditemukan masalah sebagai berikut : a. Ada masalah kemandulan ringan pada pria. b. Ada permasalahan lendir serviks pada wanita. c. Kemandulan yang tidak diketahui penyebabnya. Nutrisi yang dapat membantu mengatasi masalah kemandulan pada wanita 1. Vitamin E membantu menormalkan produksi hormon dengan mempernaiki sistem endokrin. 2. Vitamin A meningkatkan kadar progesteron. 3. Vitamin C membantu meningkatkan sekresi progesteron, pertumbuhan folikel, korpus luteum. 4. Asam Folat (kelompok vitamin B) membantu proses pembuahan dan kehamilan.



5. Selenium dibutuhkan dalam produksi progesteron. Sangat penting menghambat infertilitas, abortus, dan retensio plasenta. 6. Seng (Zinc) dibutuhkan dalam produksi progesteron. Difisiensi seng menyebabkan gangguan sintesa dan sekresi hormon FSH dan LH, perkembangan ovarium yang normal, gangguan siklus haid, abortus, waktu kehamilan(gestation) yang lama, kelainan janin, janin lahir mati, kesulitan saat persalinan, pre-eklamsi, toksemia, dan bayi lahir dengan berat badan rendah. 7. Tembaga Sangat



penting



untuk



mendukung



kerja



enzim



yang



menghasilkan jaringan elastin dan jaringan ikat yang membentuk arteri dan



jaringan



stuktural



tubuh



lainnya.



Difisiensinya



dapat



menyebabkan abortus spontan. 8. Kalsium dan Magnesium dapat mengatasi keluhan haid. 9. Faktor-faktor yang diteliti dapat mempengaruhi infertilitas 1. Siklus Haid Pada pengertian klinik, haid di nilai berdasarkan tiga hal. Pertama siklus haid yaitu jarak antara hari pertama haid dengan hari pertama haid berikutnya. Kedua, lama haid yaitu jarak dari hari pertama haid sampai perdarahan haid berhenti, dan ketiga jumlah darah yang keluar selama satu kali haid. Haid dikatakan normal bila di dapatkan siklus haid, tidak kurang dari 21 hari, tetapi tidak melebihi 35 hari, lama haid 3-7 hari, dengan jumlah darah selama haid berlangsung tidak melebihi 80ml, ganti pembalut 2-6 kali per hari. Deteksi ovulasi merupakan bagian integral pemeriksaan infertilitas karena kehamilan tidak mungkin terjadi tanpa ovulasi. Ovulasi yang jarang terjadipun dapat menyebabkan infertilitas. Siklus haid yang teratur dan lama haid yang sama biasanya merupakan siklus haid



haid yang



berovulasi. Menurut ogino, haid berikutnya akan terjadi 14 + 2 hari setelah ovulasi. Siklus haid yang tidak teratur, dengan lama haid yang tidak sama, sangat mungkin di sebabkan oleh anovulasi. 10. Faktor-faktor yang tidak diteliti dapat mempengaruhi infertilitas 1. Psikologis Faktor psokologis infertilitas, sekalipun tidak jelas tetapi dapat menghambat kehamilan. Perasaan tertekan karena masalah sosial ekonomi belum stabil, masih dalam pendidikan. Emosi karena didahului orang lain hamil (Manuaba, 2009). 2. Gangguan Hubungan Seks Hubungan seks yang normal akan menghasilkan timbunan semen di vagina. Gangguan seksual yang menyebabkan infertilitas meliputi : 1. Kesalahan teknik senggama (penetrasi tidak sempurna ke vagina) 2. Gangguan psikososial (impotensi, ejakulasi prekoks, vaginismus) 3. Ejakulasi abnormal (kegagalan ejakulasi akibat pengaruh obat, ejakulasi retrograd kedalam vesika urinaria pasca-prostatektomi) 4. Kelainan anatomi (hipospadia, epispadia, dan penyakit peyronie). 3. Usia Menikah Umur adalah rentang kehidupan yang diukur dengan tahun, dikatakan masa awal dewasa adalah usia 18 tahun sampai 40 tahun, dewasa madya adalah 41 sampai 60 tahun, dewasa lanjut >60 tahun, umur adalah lamanya hidup dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan. Umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun.Jika dilihat dari sisi biologis, usia 18-25 tahun merupakan saat terbaik untuk hamil dan bersalin. Karena pada usia ini biasanya organ-organ tubuh sudah berfungsi dengan baik dan belum ada penyakit-penyakit degenerative seperti darah tinggi, diabetes, dan lainnya serta daya tahan tubuh masih kuat.



Kemampuan reproduksi wanita menurun drastis setelah umur 35 tahun.Hal ini dikarenakan cadangan sel telur yang makin sedikit.Fase reproduksi wanita adalah masa sistem reproduksi wanita berjalan optimal sehingga wanita berkemampuan untuk hamil.Fase ini dimulai setelah fase pubertas sampai sebelum fase menopause. Fase pubertas wanita adalah fase di saat wanita mulai dapat bereproduksi, yang ditandai dengan haid untuk pertama kalinya (disebut menarche) dan munculnya tanda-tanda kelamin sekunder, yaitu membesarnya payudara, tumbuhnya rambut di sekitar alat kelamin, dan timbunan lemak dipinggul. Fase pubertas wanita terjadi pada umur 11-13 tahun. Adapun fase menopause adalah fase disaat haid berhenti.Fase menopause terjadi pada umur 45-55 tahun. Pada fase reproduksi, wanita memiliki 400 sel telur. Semenjak wanita mengalami menarche sampai menopause, wanita mengalami menstruasi secara periodik yaitu pelepasan satu sel telur.Jadi, wanita dapat mengalami menstruasi sampai sekitar 400 kali. Pada umur 35 tahun simpanan sel telur menipis dan mulai terjadi perubahan keseimbangan hormon sehingga kesempatan wanita untuk bisa hamil menurun drastis. Kualitas sel telur yang dihasilkan pun menurun sehingga tingkat keguguran meningkat. Sampai pada akhirnya kira-kira umur 45 tahun sel telur habis sehingga wanita tidak menstruasi lagi alias tidak dapat hamil lagi. Pemeriksaan cadangan sel telur dapat dilakukan dengan pemeriksaan darah atau USG saat menstruasi hari ke-2 atau ke-3.



DAFTAR PUSTAKA 1. Nurul, jannah. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Kehamilan. Yogyakarta: Andi 2. Siti



Setiati,



D.



editor:



siti



setiati,



dkk.



2014.



Ilmu



Penyakit



Dalam. Jakarta:internapublising. hlm.2260 jilid II. (2014). 3. BKKBN. 2014. Mempersiapkan Kehamilan Sehat. http://www.bkkbn.com 4. Matthijs, dkk. 2017. The use of the mHealth program Smarter Pregnancy in preconception care: rationale, study design and data collection of a randomized controlled 23 Oktober



trial.



(online)



diakses



pada



tanggal



2022



https://www.biomedcentral.com 5. KemenkesRI. 2021. Buku saku merencanakan kehamilan sehat. 6. https://sitihendriani91.blogspot.com/2013/05/makalah-infertilitas.html diakses pada tanggal 23 Oktober 2022 7. HIFERI. Konsensus penanganan infertilitas: Himpunan Endokrinologi Reproduksi dan Fertilitas Indonesia; 2013. 83 p. 8. Datta J, Palmer MJ, Tanton, Gibson LJ, Jones KG, Macdowall W, et al. Prevalence of infertility and help seeking among 15 000 women and men. Human Reproduction. 2016;31(9):2108-18. Epub 30 juni 2016. 9. Saraswati A. Infertility. 2015;4(5):5-9. Epub februari 2015. 10. Web RS Universitas Airlangga. Penyebab infertilitas pada pria dan wanita. 2013. Epub 14 juli 2013.