Laporan Pendahuluan Post Craniotomy Ruang Sabar I Rs Al Huda Genteng - Banyuwangi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN POST CRANIOTOMY RUANG SABAR I RS AL HUDA GENTENG - BANYUWANGI



DISUSUN OLEH : I PUTU EKO YULI WIARTAMA (2015.01.013)



PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI 2018



ASUHAN KEPERAWATAN POST CRANIOTOMY (CRANIOPHARYNGIOMA) A. DEFINISI Tumor otak adalah lesi oleh karena ada desakan ruang baik jinak maupun ganas yang tumbuhdi otak, meningen dan tengkorak. Craniopharyngioma adalah Tumor otak yang terletak di area hipotalamus di atas sella tursica. Craniotomy adalah Operasi untuk membuka tengkorak (tempurung kepala) dengan maksuduntuk mengetahui dan memperbaiki kerusakan otak.



B. ETIOLOGI Kongenital : Beberapa tumor otak tertentu seperti kraniofaringioma, teratoma, berasal darisisa-sisa embrional yang kemudian mengalami pertumbuhan neoplastik



C. MANIFESTASI KLINIK Manifestasi klinik umum (akibat dari peningkatan TIK, obstruksi dari CSF) 1. Sakit kepala 2. Nausea atau muntah proyektil 3. Pusing 4. Perubahan mental 5. Kejang Manifestasi klinik lokal (akibat kompresi tumor pada bagian yang spesifik dari otak) 1. Perubahan



penglihatan,



misalnya:



hemianopsia,



nystagmus,



diplopia,



kebutaan, tanda-tanda papil edema. 2. Perubahan bicara, msalnya: aphasia 3. Perubahan sensorik, misalnya: hilangnya sensasi nyeri, halusinasi sensorik.



4. Perubahan motorik, misalnya: ataksia, jatuh, kelemahan, dan paralisis. 5. Perubahan bowel atau bladder, misalnya: inkontinensia, retensia urin, dan konstipasi. 6. Perubahan dalam pendengaran, misalnya : tinnitus, deafness. 7. Perubahan dalam seksual



D. PEMERIKSAAN PENUNJANG Untuk membantu menentukan lokasi tumor yang tepat, sebuah deretan pengujian dilakukan. 1. CT-Scan memberikan info spesifik menyangkut jumlah, ukuran, dan kepadatan jejastumor, serta meluasnya edema serebral sekunder. 2. MRI membantu mendiagnosis tumor potak. Ini dilakukan untuk mendeteksi jejas tumor yang kecil, alat ini juga membantu mendeteksi jejas yang kecil dan tumor-tumor didalam batang otak dan daerah hipofisis. 3. Biopsy stereotaktik bantuan computer (3 dimensi) dapat digunakan untuk mendiagnosiskedudukan tumor yang dalam dan untuk memberikan dasardasar pengobatan dan informasi prognosis. 4. Angiografi serebral memberikan gambaran tentang pembuluh darah serebral dan letak tumor serebral. 5. EKG dapat mendeteksi gelombang otak abnormal pada daerah yang ditempati tumor dandapat memungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal pada waktu kejang.



6. KOMPLIKASI POST OP 1. Edema cerebral 2. Perdarahan subdural, epidural, dan intracerebral 3. Hypovolemik syok 4. Hydrocephalus 5. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit (SIADH atau Diabetes Insipidus)



6. Gangguan



perfusi



jaringan



sehubungan



dengan



tromboplebitis.



Tromboplebitis post operasi biasanya timbul 7 - 14 hari setelah operasi. Bahaya besar tromboplebitis timbul bila darah tersebut lepas dari dinding pembuluh darah vena dan ikut aliran darah sebagai emboli ke paru-paru, hati, dan otak. Pencegahan tromboplebitis yaitu latihan kaki post operasi, ambulatif dini. 7. Infeksi Infeksi luka sering muncul pada 36 – 46 jam setelah operasi. Organisme yang paling sering menimbulkan infeksi adalah stapylococus auereus, organism garam positif stapylococus mengakibatkan pernanahan. Untuk menghindari infeksi



luka



yang



paling



penting



adalah



perawatan



luka



dengan



memperhatikan aseptic dan antiseptic. 8. Kerusakan integritas kulit sehubungan dengan dehisensi luka atau eviserasi. Dehisensi luka merupakan terbukanya tepi-tepi luka. Eviserasi luka adalah keluarnya organ-organ dalam melalui insisi. Faktor penyebab dehisensi atau eviserasi adalah infeksi luka, kesalahan menutup waktu pembedahan



7. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN a. Mengurangi komplikasi akibat pembedahan b. Mempercepat penyembuhan c. Mengembalikan fungsi pasien semaksimal mungkin seperti sebelum operasi. d. Mempertahankan konsep diri pasien e. Mempersiapkan pasien pulang f. Perawatan pasca pembedahan g. Tindakan keperawatan post operasi h. Monitor kesadaran, tanda – tanda vital, CVP, intake dan out put i. Observasi dan catat sifat drain (warna, jumlah) drainage. j. Dalam mengatur dan menggerakkan posisi pasien harus hati – hati jangan sampai drain tercabut.



k. Perawatan luka operasi secara steril a. Makanan Pada pasien pasca pembedahan biasanya tidak diperkenankan menelan makanan sesudah pembedahan, makanan yang dianjurkan pada pasien post operasi adalah makanan tinggi protein dan vitamin C. Protein sangat diperlukan pada proses penyembuhan luka, sedangkan vitamin C yang mengandung antioksidan membantu meningkatkan daya tahan tubuh untuk pencegahan infeksi. Pembatasan diit yang dilakukan adalah NPO (nothing peroral) Biasanya makanan baru diberikan jika: i. Perut tidak kembung j. Peristaltik usus normal k. Flatus positif l. Bowel movement positif b. Mobilisasi Biasanya pasien diposisikan untuk berbaring ditempat tidur agar keadaanya stabil. Biasanya posisi awal adalah terlentang, tapi juga harus tetap dilakukan perubahan posisi agar tidak terjadi dekubitus. Pasien yang menjalani pembedahan abdomen dianjurkan untuk melakukan ambulasi dini c. Pemenuhan kebutuhan eliminasi Sistem Perkemihan i. Control volunteer fungsi perkemihan kembali setelah 6 – 8 jam post anesthesia inhalasi, IV, spinal ii. Anesthesia, infus IV, manipulasi operasi → retensio urine. iii. Pencegahan : inpeksi, palpasi, perkusi → abdomen bawah (distensi buli – buli) iv. Dower catheter → kaji warna, jumlah urine, out put urine