Laporan Pendahuluan Stroke [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN STROKE



1. DEFINISI STROKE Stroke adalah gangguan peredaran darah otak yang menyebabkan defisit neurologis mendadak sebagai akibat iskemia atau hemoragie sirkulasi saraf otak. Istilah stroke biasanya digunakan secara spesifik untuk menjelaskan infark serebrum. Terdapat dua tipe utama dari stroke yaitu stroke iskemik akibat berkurangnya aliran darah sehubungan dengan penyumbatan (trombosis, emboli), dan hemoragik akibat perdarahan (WHO, 2014). Darah yang keluar dan menyebar menuju jaringan parenkim otak, ruang serebrospinal, atau kombinasi keduanya adalah akibat dari pecahnya pembuluh darah otak yang dikenal dengan stroke hemoragi (Goetz, 2007). 2. ETIOLOGI STROKE 1) Trombosis Bekuan darah dalam pembuluh darah otak atau leher Arteriosklerosis Serebral 2) Embolisme serebral Bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak dari bagian tubuh yang lain : endocarditis, penyakit jantung rematik, infeksi pulmonal. 3) Iskemia Penurunan aliran darah ke otak : kontriksi atheroma pada arteri 4) Hemmoragie serebral Pecahnya pembuluh darah serebral dengan pendarahan ke dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak. 3. DEFINISI STROKE HEMORAGIK Stroke hemoragik adalah kondisi pecahnya salah satu arteri dalam otak yang memicu perdarahan di sekitar organ tersebut sehingga aliran darah pada sebagian otak berkurang atau terputus. Tanpa pasokan oksigen yang dibawa sel darah, sel otak dapat cepat mati sehingga fungsi otak dapat terganggu secara permanen. Perdarahan saat pecahnya pembuluh darah dalam otak disebut dengan perdarahan intraserebral, sedangkan perdarahan pada pembuluh darah pada ruang di antara lapisan pembungkus otak bagian tengah dan dalam disebut dengan perdarahan subarachnoid.



4. GEJALA STROKE HEMORAGIK Gejala yang muncul karena serangan stroke hemoragik dapat berbeda-beda, tergantung seberapa besar jaringan yang terganggu, lokasi, serta tingkat keparahan perdarahan yang terjadi. Gejala stroke hemoragik intraserebral (perdarahan otak), di antaranya adalah: 



Sakit kepala berat.







Mual dan muntah.







Penurunan kesadaran.







Kejang. Gejala lainnya yang dapat terjadi adalah lemah, kelumpuhan pada satu sisi tubuh,



gangguan berbicara, mata tidak dapat digerakkan menuju arah tertentu, gangguan penglihatan, dan terlihat bingung. Sementara itu, stroke hemoragik subarachnoid (perdarahan subarachnoid) ditunjukkan dengan gejala awal berupa penglihatan ganda dan sakit kepala yang terjadi tiba-tiba. Gejala tersebut terjadi sebelum pembuluh darah pecah. Setelah pecahnya pembuluh darah, beberapa gejala yang dapat muncul antara lain: 



Nyeri di daerah wajah atau sekitar mata.







Penglihatan kabur.







Leher kaku.







Penurunan kesadaran. Gejala pada perdarahan subarachnoid dapat memburuk dalam waktu 24 jam, di



mana cairan serebrospinal mengiritasi selaput pelindung otak (meningens) sehingga mengakibatkan gejala kaku leher, nyeri punggung, pusing, serta dapat diikuti dengan muntah. Gejala perdarahan berat hingga penurunan kesadaran dapat terjadi secara mendadak, sehingga penderita harus segera dilarikan ke rumah sakit. Tidak jarang penderita menjadi koma atau bahkan meninggal sebelum sampai di rumah sakit



5. MANIFESTASI KLINIS 1) Tiba-tiba mengalami kelemahan atau kelumpuhan separuh badan 2) Tiba-tiba hilang rasa peka 3) Bicara cadel atau pelo 4) Gangguan bicara dan bahasa 5) Gangguan penglihatan 6) Mulut mencong atau tidak simetris ketika menyeringai 7) Gangguan daya ingat 8) Nyeri kepala hebat 9) Vertigo 10) Kesadaran menurun 11) Proses kencing terganggu 12) Gangguan fungsi otak



6. PATOGENESIS STROKE HEMORRAGIK 1) Perdarahan Intraserebral Perdarahan intraserebral paling sering terjadi ketika tekanan darah tinggi kronis melemahkan arteri kecil, menyebabkannya robek. Penggunakan kokain atau amfetamin dapat menyebabkan tekanan darah dan perdarahan sementara tapi sangat tinggi. Pada beberapa orang tua, sebuah protein abnormal yang disebut amiloid terakumulasi di arteri otak. Akumulasi ini (disebut angiopati amiloid) melemahkan arteri dan dapat menyebabkan perdarahan. Penyebab umum yang kurang termasuk kelainan pembuluh darah saat lahir, luka, tumor, peradangan pembuluh darah (vaskulitis), gangguan perdarahan, dan penggunaan antikoagulan dalam dosis yang terlalu tinggi.



Pendarahan gangguan dan penggunaan



antikoagulan meningkatkan resiko kematian dari perdarahan intraserebral 2) Perdarahan Subaraknoid Perdarahan subaraknoid biasanya hasil dari cedera kepala.



Namun,



perdarahan karena cedera kepala menyebabkan gejala yang berbeda dan tidak dianggap sebagai stroke. Perdarahan subaraknoid dianggap stroke hanya jika



terjadi secara spontan yaitu, ketika perdarahan tidak hasil dari kekuatan-kekuatan eksternal, seperti kecelakaan atau jatuh. Sebuah perdarahan spontan biasanya hasil dari pecahnya aneurisma mendadak di sebuah arteri otak, yaitu pada bagian aneurisma yang menonjol di daerah yang lemah dari dinding arteri itu. Aneurisma biasanya terjadi di percabangan arteri. Aneurisma dapat muncul pada saat kelahiran (bawaan), atau dapat berkembang kemudian, yaitu setelah bertahun-tahun dimana tekanan darah tinggi melemahkan dinding arteri. Kebanyakan perdarahan subaraknoid adalah hasil dari aneurisma kongenital. Mekanisme lain yang kurang umum adalah perdarahan subaraknoid dari pecahnya koneksi abnormal antara arteri dan vena (malformasi arteri) di dalam atau di sekitar otak. Sebuah malformasi arteri dapat muncul pada saat kelahiran, tetapi biasanya hanya diidentifikasi jika gejala berkembang. Jarang sekali suatu bentuk bekuan darah pada katup jantung yang terinfeksi, perjalanan (menjadi emboli) ke arteri yang memasok otak, dan menyebabkan arteri menjadi meradang. arteri kemudian dapat melemah dan pecah.



7. PATOFISIOLOGI Telah disebutkan sebelumnya bahwa stroke haemoragik adalah perdarahan ke dalam jaringan otak. Perdarahan dari sebuah arteri intrakranium biasanya disebabkan oleh aneurisma (arteri yang melebar) yang pecah atau karena suatu penyakit. Gambaran patologik menunjukkan ekstravasasi darah karena robek/pecahnya pembuluh darah otak, diikuti pembentukan oedema dalam jaringan otak disekitar hematoma, akibatnya terjadinya diskontinuitas jaringan dankompresi oleh hematoma dan oedema pada struktur sekitar sehingga menyempitkan atau menyumbat pembuluh darah yang lain disekitarnya sehingga terjadi ishemik pada jaringan yang dilayaninya. Gejala klinis yang timbul bersumber dari destruksi jaringan otak, kompresi pembuluh darah otak/ishemik dan kompresi pada jaringan otak lainnya, gejala klinis yang menyertai diantaranya adalah nyeri kepala hebat, mual-mual, muntah-muntah yang sering terjadi diawal serangan,



hemiplegi/parese biasa terjadi sejak permulaan serangan dan kesadaran biasanya menurun bahkan sampai koma. Stroke menyerang pada susunan saraf pusat maka lesi yang diakibatkan termasuk pada lesi upper motor neuron. Hemiplegi yang diakibatkan lesi pada kortek motor primer bersifat kontralateral, kerusakan yang menyeluruh namun belum meruntuhkan semua neuron kortek pyramidal sesisi, menimbulkan kelumpuhan pada belahan tubuh kontraleteral dari yang ringan sampai sedang. Meskipun yang terkena sisi tubuh kanan atau kiri pada umumnya terdapat berbedaan antara lengan dan tungkai, perbedaan tersebut nampak jika kerusakanpada tingkat korteks namun jika kerusakan pada tingkat kapsula interna maka hemiplegi tidak ada perbedaan. Kerusakan atau kelumpuhan yang dikarenakan lesi pada kapsula interna hampir selamanya disertai hipertonus yang khas hal ini dikarenakan pada kapsula interna dilewati serabut serabut ekstrapiramidal. Tergantung pada arteri yang terkena maka lesi vaskular yang terjadi di kapsula interna dapat mengakibatkan kerusakan area disekitarnya seperti radiasio optika, nucleus kaudatus dan putamen



sehingga



hemiplegia



akibat



lesi



kapsula



interna



memperihatkan



kelumpuhanupper motor neuron yang disertai oleh rigiditas, atetosis, distonia tremor atau hemianopia. Gambaran klinis utama yang dapat dikaitkan dengan pembuluh darah otak yang pecah adalah sebagai berikut : 1) Kerusakan pada vertebro basilaris (sirkulasi posterior) mengakibatkan terjadinya kelemahan pada satu atau keempat anggota gerak, peningkatan reflektendon, ataksia, tanda babinsky bilateral, disfagia, disartria, koma, gangguan dayaingat, gangguan penglihatan dan muka baal.



2) Kerusakan pada arteri karotis interna (sirkulasi anterior) gejalanya biasanya unilateral. Lokasi yang paling sering terkena pada bifurkasio arterikarotis komunis menjadi arteri karotis interna dan eksterna. Tanda tandanya adalah anggota gerak atas terasa lemah dan baal, bila hemisfer dominan maka dapat terjadi afasia ekspresif. 3) Kerusakan pada arteri cerebri anterior gejala utamanya adalah perasaan kacau, kelemahan kontralateral terutama pada tungkai, lengan bagian proksimalmungkin juga terkena, gerak voluntair tungkai terganggu, gangguan sensorik kontralateral, demensia, muncul reflek patologis. 4) Kerusakam pada arteri cerebri posterior tanda gejalanya adalah koma, hemiparesis kontralateral, afasia visual, hemianopsia. 5) Kerusakan pada arteri cerebri media gejalanya adalah monoparesis atau hemiparesis kontralateral, kadang kadang ada hemianopsia kontralateral, afasiaglobal bila hemisfer dominan terkena, gangguan pada semua fungsi yang berkaitan dengan percakapan dan komunikasi, disfagia (Aminudin, 2000)



8. PENATALAKSANAAN 1) Menurunkan kerusakan iskemik cerebral



Infark cerebral terdapat kehilangan secara mantap inti central jaringan otak, sekitar daerah itu mungkin ada jaringan yang masih bisa diselematkan, tindakan awal difokuskan untuk menyelematkan sebanyak mungkin area iskemik dengan memberikan O2, glukosa dan aliran darah yang adekuat dengan mengontrol / memperbaiki disritmia (irama dan frekuensi) serta tekanan darah. 2) Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK



Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi kepala yang berlebihan, pemberian dexamethason.



3) Pengobatan



a. Anti koagulan: Heparin untuk menurunkan kecederungan perdarahan pada fase akut. b. Obat anti trombotik: Pemberian ini diharapkan mencegah peristiwa



trombolitik/emobolik. c. Diuretika : untuk menurunkan edema serebral 4) Penatalaksanaan Pembedahan



Endarterektomi karotis dilakukan untuk memeperbaiki peredaran darahotak. Penderita yang menjalani tindakan ini seringkali juga menderita beberapa penyulit seperti hipertensi, diabetes dan penyakit kardiovaskular yang luas. Tindakan ini dilakukan dengan anestesi umum sehingga saluran pernafasan dan kontrol ventilasi yang baik dapat dipertahankan. 9. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1) Angiografi cerebral



2)



3)



4)



5)



Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti perdarahan arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari sumber perdarahan seperti aneurism atau malformasi vaskular. Lumbal pungsi Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan lumbal menunjukkan adanya hemoragi pada subarakhnoid atau perdarahan pada intrakranial. CT scan Penindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia dan posisinya secara pasti. MRI (Magnetic Imaging Resonance) Menggunakan gelombang megnetik untuk menentukan posisi dan bsar terjadinya perdarahan otak. Hasil yang didapatkan area yang mengalami lesi dan infark akibat dari hemoragik. EEG Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari jaringan yang infrak sehingga menurunnya impuls listrik dalam jaringan otak.



10. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 1) Aktivitas dan istirahat



2)



3)



4)



5)



Data Subyektif:  Kesulitan dalam beraktivitas ; kelemahan, kehilangan sensasi atau paralisis.  Mudah lelah, kesulitan istirahat ( nyeri atau kejang otot ) Data obyektif:  Perubahan tingkat kesadaran  Perubahan tonus otot ( flaksid atau spastic), paraliysis ( hemiplegia ) , kelemahan umum.  Gangguan penglihatan Sirkulasi Data Subyektif:  Riwayat penyakit jantung ( penyakit katup jantung, disritmia, gagal jantung , endokarditis bacterial ), polisitemia. Data Obyektif:  Hipertensi arterial  Disritmi, perubahan EKG  Pulsasi : kemungkinan bervariasi  Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta abdominal Integritas ego Data Subyektif:  Perasaan tidak berdaya, hilang harapan Data Obyektif:  Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat, kesedihan , kegembiraan  Kesulitan berekspresi diri Eliminasi Data Subyektif:  Inkontinensia, anuria  Distensi abdomen ( kandung kemih sangat penuh ), tidak adanya suara usus ( ileus paralitik ) Makan/ minum Data Subyektif:  Nafsu makan hilang  Nausea / vomitus menandakan adanya PTIK  Riwayat DM, peningkatan lemak dalam darah



Data Obyektif:  Problem dalam mengunyah ( menurunnya reflek palatum dan faring )  Obesitas ( faktor resiko ) 6) Sensori neural Data Subyektif:  Pusing / syncope ( sebelum CVA / sementara selama TIA )  Nyeri kepala : pada perdarahan intra serebral atau perdarahan sub arachnoid.  Kelemahan, kesemutan/kebas, sisi yang terkena terlihat seperti lumpuh/mati  Penglihatan berkurang  Sentuhan : kehilangan sensor pada sisi kolateral pada ekstremitas dan pada muka ipsilateral ( sisi yang sama )  Gangguan rasa pengecapan dan penciuman Data Obyektif:  Status mental ; koma biasanya menandai stadium perdarahan , gangguan tingkah laku (seperti: letargi, apatis, menyerang) dan gangguan fungsi kognitif  Ekstremitas : kelemahan / paraliysis ( kontralateral pada semua jenis stroke, genggaman tangan tidak seimbang, berkurangnya reflek tendon dalam ( kontralateral )  Wajah: paralisis / parese ( ipsilateral )  Afasia ( kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan ekspresif/ kesulitan berkata-kata, reseptif / kesulitan berkata-kata komprehensif, global / kombinasi dari keduanya.  Kehilangan kemampuan mengenal atau melihat, pendengaran, stimuli taktil  Apraksia : kehilangan kemampuan menggunakan motorik  Reaksi dan ukuran pupil : tidak sama dilatasi dan tak bereaksi pada sisi ipsi lateral 7) Nyeri / kenyamanan Data Subyektif:  Sakit kepala yang bervariasi intensitasnya Data Obyektif:  Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan otot / fasial 8) Respirasi Data Subyektif:



 Perokok ( faktor resiko ) Tanda:  Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas  Timbulnya pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur  Suara nafas terdengar ronchi /aspirasi 9) Keamanan Data Obyektif:  Motorik/sensorik : masalah dengan penglihatan  Perubahan persepsi terhadap tubuh, kesulitan untuk melihat objek, hilang kewaspadaan terhadap bagian tubuh yang sakit  Tidak mampu mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang pernah dikenali  Gangguan berespon terhadap panas, dan dingin/gangguan regulasi suhu tubuh  Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap keamanan, berkurang kesadaran diri 10) Interaksi sosial Data Obyektif:  Problem berbicara, ketidakmampuan berkomunikasi 11) Pengajaran / pembelajaran Data Subjektif :  Riwayat hipertensi keluarga, stroke  Penggunaan kontrasepsi oral 12) Pertimbangan rencana pulang  Menentukan regimen medikasi / penanganan terapi  Bantuan untuk transportasi, shoping , menyiapkan makanan , perawatan diri dan pekerjaan rumah 11. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1) Ketidakefektifan Perfusi jaringan serebral berhubungan dengan aliran darah ke otak terhambat 2) Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi ke otak 3) Defisit perawatan diri: makan, mandi, berpakaian, toileting berhubungan kerusakan neurovaskuler 4) Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler 5) Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan immobilisasi fisik 6) Resiko Aspirasi berhubungan dengan penurunan kesadaran 7) Resiko injuri berhubungan dengan penurunan kesadaran



8) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan kesadaran. Diagnosa Keperawatan Ketidakefektifan Perfusi jaringan serebral b.d aliran darah ke otak terhambat.



Tujuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan suplai aliran darah keotak lancar dengan kriteria hasil: - Nyeri kepala / vertigo berkurang sampai de-ngan hilang - Berfungsinya saraf dengan baik - Tanda-tanda vital stabil



Intervensi Monitorang neurologis 1. Monitor ukuran, kesimetrisan, reaksi dan bentuk pupil 2. Monitor tingkat kesadaran klien 3. Monitir tanda-tanda vital 4. Monitor keluhan nyeri kepala, mual, muntah 5. Monitor respon klien terhadap pengobatan 6. Hindari aktivitas jika TIK meningkat 7. Observasi kondisi fisik klien



Terapi oksigen Bersihkan jalan nafas dari sekret 2. Pertahankan jalan nafas tetap efektif 3. Berikan oksigen sesuai intruksi 4. Monitor aliran oksigen, kanul oksigen dan sistem humidifier 5. Beri penjelasan kepada klien tentang pentingnya pemberian oksigen 6. Observasi tanda-tanda hipo-ventilasi 7. Monitor respon klien terhadap pemberian oksigen 8. Anjurkan klien untuk tetap memakai oksigen selama aktifitas dan tidur Setelah dilakukan tindakan Libatkan keluarga untuk membantu memahami / keperawatan selama 3 x memahamkan informasi dari / ke klien 24 jam, diharapkan klien 2. Dengarkan setiap ucapan klien dengan penuh mampu untuk perhatian berkomunikasi lagi dengan 3. Gunakan kata-kata sederhana dan pendek dalam kriteria hasil: komunikasi dengan klien dapat menjawab 4. Dorong klien untuk mengulang kata-kata pertanyaan yang diajukan 5. Berikan arahan / perintah yang sederhana setiap perawat interaksi dengan klien dapat mengerti dan 6. Programkan speech-language teraphy memahami pesan-pesan 7. Lakukan speech-language teraphy setiap interaksi melalui gambar dengan klien dapat mengekspresikan perasaannya secara verbal maupun nonverbal Setelah dilakukan tindakan Kaji kamampuan klien untuk perawatan diri keperawatan selama 3x 242 Pantau kebutuhan klien untuk alat-alat bantu dalam jam, diharapkan kebutuhan makan, mandi, berpakaian dan toileting mandiri klien terpenuhi, 3 Berikan bantuan pada klien hingga klien dengan kriteria hasil: sepenuhnya bisa mandiri Klien dapat makan 4 Berikan dukungan pada klien untuk menunjukkan dengan bantuan orang lain aktivitas normal sesuai kemampuannya 1.



Kerusakan komunikasi verbal b.d penurunan sirkulasi ke otak



Defisit perawatan diri; mandi,berpakaian, makan,



/ mandiri 5 Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan Klien dapat mandi deperawatan diri klien ngan bantuan orang lain Klien dapat memakai pakaian dengan bantuan orang lain / mandiri Klien dapat toileting dengan bantuan alat Kerusakan Setelah dilakukan tindakan Ajarkan klien untuk latihan rentang gerak aktif pada sisi mobilitas fisik b.d keperawatan selama 3x24 ekstrimitas yang sehat kerusakan jam, diharapkan klien 2 Ajarkan rentang gerak pasif pada sisi ekstrimitas neurovas-kuler dapat melakukan yang parese / plegi dalam toleransi nyeri pergerakan fisik dengan 3 Topang ekstrimitas dengan bantal untuk mencegah kriteria hasil : atau mangurangi bengkak Tidak terjadi kontraktur 4 Ajarkan ambulasi sesuai dengan tahapan dan otot dan footdrop kemampuan klien Pasien berpartisipasi 5 Motivasi klien untuk melakukan latihan sendi dalam program latihan seperti yang disarankan Pasien mencapai 6 Libatkan keluarga untuk membantu klien latihan keseimbangan saat duduk sendi Pasien mampu menggunakan sisi tubuh yang tidak sakit untuk kompensasi hilangnya fungsi pada sisi yang parese/plegi Resiko kerusakan Setelah dilakukan tindakanBeri penjelasan pada klien tentang: resiko adanya luka integritas kulit b.d perawatan selama 3 x 24 tekan, tanda dan gejala luka tekan, tindakan immobilisasi fisik jam, diharapkan pasien pencegahan agar tidak terjadi luka tekan) mampu mengetahui 2 Berikan masase sederhana dan mengontrol resiko Ciptakan lingkungan yang nyaman dengan kriteria hasil : Gunakan lotion, minyak atau bedak untuk Klien mampu mengepelicin nali tanda dan Lakukan masase secara teratur gejala adanya resiko luka Anjurkan klien untuk rileks selama masase tekan Jangan masase pada area kemerahan utk Klien mampu menghindari kerusakan kapiler berpartisi-pasi dalam Evaluasi respon klien terhadap masase pencegahan resiko luka 3 Lakukan alih baring tekan (masase sederhana, Ubah posisi klien setiap 30 menit- 2 jam alih ba-ring, manajemen Pertahankan tempat tidur sedatar mungkin untuk nutrisi, manajemen mengurangi kekuatan geseran tekanan). Batasi posisi semi fowler hanya 30 menit Observasi area yang tertekan (telinga, mata kaki, sakrum, skrotum, siku, ischium, skapula) 4 Berikan manajemen nutrisi Kolaborasi dengan ahli gizi Monitor intake nutrisi Tingkatkan masukan protein dan karbohidrat -



Resiko Aspirasi berhubungan dengan penurunan tingkat kesadaran -



Resiko Injuri berhubungan dengan penurunan tingkat kesadaran



untuk memelihara ke-seimbangan nitrogen positif 5 Berikan manajemen tekanan Monitor kulit adanya kemerahan dan pecahpecah Beri pelembab pada kulit yang kering dan pecahpecah Jaga sprei dalam keadaan bersih dan kering Monitor aktivitas dan mobilitas klien Beri bedak atau kamper spritus pada area yang tertekan Setelah dilakukan tindakan Aspiration Control Management : perawatan selama 3 x 24 Monitor tingkat kesadaran, reflek batuk jam, diharapkan tidak dankemampuan menelan terjadi aspirasi pada pasien Pelihara jalan nafas dengan kriteria hasil : Lakukan saction bila diperlukan Dapat bernafas dengan Haluskan makanan yang akan diberikan mudah,frekuensi Haluskan obat sebelum pemberian pernafasan normal Mampu menelan,mengunyah tanpa terjadi aspirasi



Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3 x 24jam, diharapkan tidak terjadi trauma pada pasien dengan kriteria hasil: bebas dari cedera mampu menjelaskan factor resiko dari lingkungan dan cara untuk mencegah cedera menggunakan fasilitas kesehatan yang ada Pola nafas tidak Setelah dilakukan tindakan efektif perawatan selama 3 x 24 berhubungan jam, diharapkan pola nafas dengan penurunan pasien efektif dengan kesadaran kriteria hasil : - Menujukkan jalan nafas paten ( tidak merasa tercekik, irama nafas normal, frekuensi nafas normal,tidak ada suara nafas tambahan - Tanda-tanda vital dalam batas norma



Risk Control Injury menyediakan lingkungan yang aman bagi pasien memberikan informasi mengenai cara mencegah cedera memberikan penerangan yang cukup menganjurkan keluarga untuk selalu menemani pasien



-



Respiratori Status Management Pertahankan jalan nafas yang paten Observasi tanda-tanda hipoventilasi Berikan terapi O2 Dengarkan adanya kelainan suara tambahan Monitor vital sign