Laporan Pendahuluan Tonsilitis [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN TONSILITIS



OLEH : DORKAS M BEAY 7120411807



CI LAHAN



(



CI INSTITUSI



)



(



PROGRAM PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN FAMIKA MAKASSAR 2022/2023



)



LAPORAN PENDAHULUAN TONSILITIS A. KONSEP DASAR TONSILITIS 1. Defenisi Tonsilitis



Tonsilitis adalah massa jaringan limfoid yang terletak di rongga faring. Tonsil menyaring dan melindungi saluran pernafasan serta saluran pencernaan dari invasi organisme patogen dan berperan dalam pembentukan antibodi. Meskipun ukuran tonsil bervariasi, anak-anak umumnya memiliki tonsil yang lebih besar daripada remaja atau orang dewasa. Perbedaan ini dianggap sebagai mekanisme perlindungan karena anak kecil rentan terutama terhadap ISPA. (Wong, 2008 : 940). Tonsilitis adalah inflamasi dari tonsil yang disebabkan oleh infeksi (Harnawatiaj , 2006). Tonsilitis adalah radang yang disebabkan oleh infeksi bakteri kelompok A streptococcus beta hemolitik, namun dapat juga disebabkan oleh bakteri jenis lain atau oleh infeksi virus (Hembing, 2004).



2. Klasifikasi Tonsilitis



Macam-macam tonsillitis menurut Imam Megantara (2006), yaitu sebagai berikut : a. Tonsilitis Akut



Tonsil akut merupakan radang akut pada tonsil. Disebabkan oleh streptococcus pada hemoliticus, streptococcus viridians, dan streptococcus piogynes, dapat juga disebabkan oleh virus.



b. Tonsilitis Falikularis



Tonsil membengkak dan hiperemis, permukaannya diliputi eksudat diliputi bercak putih yang mengisi kipti tonsil yang disebut detritus. Detritus ini terdapat leukosit, epitel yang terlepas akibat peradangan dan sisa-sisa makanan yang tersangkut.



c. Tonsilitis Lakularis



Bila bercak yang berdekatan bersatu dan mengisi lacuna (lekuk-lekuk) permukaan tonsil.



d. Tonsilitis Membranosa



Bila eksudat yang menutupi permukaan tonsil yang membengkak tersebut menyerupai membrane. Membran ini biasanya mudah diangkat atau dibuang dan berwarna putih kekuning-kuningan.



e. Tonsilitis Kronik



Radang kronik pada pada tonsil. Tonsillitis kronik biasanya sering terjadi pada anak-anak terbanyak pada usia kira-kira 5 tahun dan puncak berikutnya pada usia 10 tahun. faktor predisposisi : rangsangan kronik (makanan) pengaruh cuaca, pengobatan radang akut yang tidak adekuat dan hygiene mulut yang buruk.



3. Komplikasi Komplikasi tonsilitis akut dan kronik menurut Mansjoer, A (1999), yaitu : a. Abses pertonsil Terjadi diatas tonsil dalam jaringan pilar anterior dan palatum mole, abses ini terjadi beberapa hari setelah infeksi akut dan biasanya disebabkan oleh streptococcus group A. b. Otitis media akut feksi dapat menyebar ke telinga tengah melalui tuba auditorius (eustochi) dan dapat mengakibatkan otitis media yang dapat mengarah pada ruptur spontan gendang telinga. c. Mastoiditis akut Ruptur spontan gendang telinga lebih jauh menyebarkan infeksi ke dalam sel-sel mastoid. d. Laringitis e. Sinusitis f. Rhinitis 4. Etiologi



Penyebab terjadinya tonsillitis yaitu oleh adanya infeksi bakteri dan virus, (Mansjoer, 2003): a. Streptokokus Beta Hemolitikus Streptokokus beta hemolitikus adalah bakteri gram positif yang dapat berkembang biak ditenggorokan yang sehat dan bisa menyebabkan infeksi saluran nafas akut. b. Streptokokus Pyogenesis Streptokokus pyogenesis adalah bakteri gram positif bentuk bundar yang tumbuh dalam rantai panjang dan menyebabkan infeksi streptokokus group A. Streptokokus Pyogenesis adalah penyebab banyak penyakit penting pada manusia berkisar dari infeksi khasnya bermula ditenggorakan dan kulit. c. Streptokokus Viridans Streptokokus viridans adalah kelompok besar bakteri streptokokus komensal yang baik a-hemolitik, menghasilkan warna hijau pekat agar darah. Viridans memiliki kemampuan yang unik sintesis dekstran dari glukosa yang memungkinkan mereka mematuhi agregat fibrin-platelet dikatup jantung yang rusak. d. Virus Influenza Virus influenza adalah virus RNA dari famili Orthomyxo viridae (virus influenza). Virus ini ditularkan dengan medium udara melalui bersin pada manusia gejala umum yang terjadi yaitu demam, sakit tenggorokan, sakit kepala, hidung tersumbat. Dalam kasus yang buruk influenza juga dapat menyebabkan terjadinya pneumonia.



5. Manifestasi Klinik



Menurut Megantara, Imam 2006, manifestasi klinik dari tonsillitis yaitu Nyeri tenggorokan (yang semakin parah jika penderita menelan) nyeri seringkali dirasakan ditelinga (karena tenggorokan dan telinga memiliki persyarafan yang sama). Tanda dan gejala lainnya yaitu: a. Pada pemeriksaan tampak faring hiperemis, tonsil membengkak, hiperemis : terdapat detritus (tonsillitis folibularis), kadang detritus berdekatan menjadi satu (tonsillitis laturasis) atau berupa membrane semu. b. Tampak arkus palatinus anterior terdorong ke luar dan uvula terdesak melewati garis tengah. Kelenjar sub mandibula membengkak dan nyeri tekan, terutama pada anak-anak. c. Tonsila biasanya nampak bercak – bercak dan kadang diliputi oleh eksudat. Eksudat ini mungkin keabu – abuan atau kekuningan. Eksudat ini dapat mengumpul dan membentuk membran dan pada kasus dapat terjadi nekrosis jaringan lokal, nyeri tenggorokan, sulit menelan, demam, mual dan kelenjar limfa pada leher membengkak, malaise (perasaan tidak menentu pada tubuh yang tidak nyaman ). d. Tengorokan terasa kering, atau rasa mengganjal di tenggorokan (leher) e. Nyeri saat menelan (nelan ludah ataupun makanan dan minuman) sehingga menjadi malas makan Nyeri dapat menjalar ke sekitar leher dan telinga. f. Demam, sakit kepala, kadang menggigil, lemas, nyeri otot. Dapat disertai batuk, pilek, suara serak, mulut berbau, mual, kadang nyeri perut, pembesaran kelenjar getah bening (kelenjar limfe) di sekitar leher. g. Adakalanya penderita tonsilitis (kronis) mendengkur saat tidur (terutama jika disertai pembesaran kelenjar adenoid (kelenjar yang berada di dinding bagian belakang antara tenggorokan dan rongga hidung). Tentu tidak semua keluhan dan tanda di atas diborong oleh satu orang penderita. Hal ini karena keluhan bersifat individual dan kebanyakan para orang tua atau penderita akan ke dokter ketika mengalami keluhan demam dan nyeri telan h. Nyeri tenggorokan atau nyeri telan ringan bersifat kronik, menghebat bila terjadi serangan akut. i. Badan lesu, nafsu makan berkurang, sakit kepala. j. Pada adenoiditis kronik terjadi hidung buntu, tidur mendengkur. k. Tonsil umumnya membesar, pada serangan akut tonsil hyperemi l. Arkus anterior posterior merah m. Pada rinoskopi anterior, fenomena palatum mole negative, kadang tertutup sekret mukopurulen.



6. Patofisiologi



Bakteri dan virus masuk masuk dalam tubuh melalui saluran nafas bagian atas, akan menyebabkan infeksi pada hidung atau faring kemudian menyebar melalui sistem limfa ke tonsil. Adanya bakteri dan virus patogen pada tonsil menyebabkan terjadinya proses inflamasi dan infeksi sehingga tonsil membesar dan dapat menghambat keluar masuknya udara. Infeksi juga dapat mengakibatkan kemerahan dan edema pada faring serta ditemukannya eksudat berwarna putih keabuan pada tonsil sehingga menyebabkan timbulnya sakit tenggorokan, nyeri telan, demam tinggi bau mulut serta otalgia yaitu nyeri yang menjalar ke telinga. (Nurbaiti 2001).  Pada Tonsilitis Akut, Penularan terjadi melalui droplet dimana kuman menginfiltrasi lapisan Epitel kemudian bila Epitel ini terkikis maka jaringan Umfold superkistal bereaksi dimana terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfo nuclear, sedangkan tonsillitis kronik terjadi karena proses radang berulang ,maka epitel mukosa dan jaringan limpoid terkikis, sehingga pada proses penyembuhan jaringan limpoid diganti oleh jaringan parut. Jaringan ini akan mengerut sehingga ruang antara elompok melebar (kriptus) yang akan diisi oleh detritus. Proses ini meluas hingga menembus kapsul dan akhirnya timbul purlengtan dengan jaringan sekitar fosa tonsilaris.



PATHWAY



7. Pemeriksaan Penunjang a. Tes laboratorium



Tes laboratorium ini digunakan untuk menentukan apakah bakteri yang ada dalam tubuh pasien merupkan akteri grup A, karena grup ini disertai dengan demam renmatik, glomerulnefritis, dan demam jengkering. b. Pemeriksaan usap tenggorok Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan sebelum memberikan pengobatan, terutama bila keadaan memungkinkan. Dengan pemeriksaan ini kita dapat mengetahui kuman penyebabkan dan obat yang masih sensitive terhadapnya. c. Pemeriksaan darah lengkap yaitu Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada peningkatan lekosit pada anak, apabila ada menandakan anak terkena infeksi. d. Kultur dan uji resistensi bila diperlukan.



8. Terapi dan pengabotan Pada penderita tonsillitis, terlebih dahulu harus diperhatikan pernafasan dan status nutrisinya. Jika perbesaran tonsil menutupi jalan nafas, maka perlu dilakukan tonsilektomi, demikian juga jika pembesaran tonsil menyebabkan kesulitan menelan dan nyeri saat menelan, menyebabkan penurunan nafsu makan anoreksia. Pada penderita tonsillitis yang tidak memerlukan tindakan operatif (tonsilektomi), perlu dilakukan oral hygiene untuk menghindari perluasan infeksi, sedangkan untuk mengubahnya dapat diberikan antibiotic, obat kumur dan vitamin C dan B. Pemantauan pada penderita pasca tonsilektomi secara kontinu diperlukan karena resiko komplikasi hemorraghi. Posisi yang paling memberikan kenyamanan adalah kepala dipalingkan kesamping untuk memungkinkan drainage dari mulut dan faring untuk mencegah aspirasi. Jalan nafas oral tidak dilepaskan sampai pasien menunjukkan reflek menelanya telah pulih. Jika pasien memuntahkan banyak darah dengan warna yang berubah atau berwarna merah terang pada interval yang sering, atau bila frekuensi nadi dan pernafasan meningkat dan pasien gelisah, segera beritahu dokter bedah. Perawat harus mempunyai alat yang disiapkan untuk memeriksa temapt operasi terhadap perdarahan, sumber cahaya, cermin, kasa, nemostat lengkung dan basin pembuang. Jika perlu dilakukan tugas, maka pasien dibawa ke ruang operasi, dilakukan anastesi umur untukmenjahit pembuluh yang berdarah. Jika tidak terjadi perdarahan berlanjut beri pasien air dan sesapan es. Pasien diinstruksikan untuk menghindari banyak bicara dan bentuk karena hal ini akan menyebabkan nyeri tengkorak. Setelah dilakukan tonsilektomi, membilas mulut dengan alkalin dan larutan normal salin hangat sangat berguna dalam mengatasi lender yang kental yang mungkin ada. Diet cairan atau semi cair diberikan selama beberapa hari serbet dan gelatin adalah makanan yang dapat diberikan. Makanan pedas, panas, dingin,



a.



b.



c.



asam atau mentah harus dihindari. Susu dan produk lunak (es krim) mungkin dibatasi karena makanan ini cenderung meningkatkan jumlah mucus yang terbentuk. Penatalaksanaan tonsilitis akut 1) Antibiotik golongan penicilin atau sulfanamid selama 5 hari dan obat kumur atau obat isap dengan desinfektan, bila alergi dengan diberikan eritromisin atau klindomisin. 2) Antibiotik yang adekuat untuk mencegah infeksi sekunder, kortikosteroid untuk mengurangi edema pada laring dan obat simptomatik. 3) Pasien diisolasi karena menular, tirah baring, untuk menghindari komplikasi kantung selama 2-3 minggu atau sampai hasil usapan tenggorok 3x negatif. 4) Pemberian antipiretik. Penatalaksanaan tonsilitis kronik 1) Terapi lokal untuk hygiene mulut dengan obat kumur / hisap. 2) Terapi radikal dengan tonsilektomi bila terapi medikamentosa atau terapi konservatif tidak berhasil. Perawatan Paska-bedah 1) Berbaring ke samping sampai bangun kemudian posisi mid fowler. 2) Memantau tanda-tanda perdarahan 3) Menelan berulang 4) Muntah darah segar 5) Peningkatan denyut nadi pada saat tidur Diet 1) Memberikan cairan bila muntah telah reda 2) Mendukung posisi untuk menelan potongan makanan yang besar (lebih nyaman dari ada kepingan kecil). 3) Hindari pemakaian sedotan (suction dapat menyebabkan perdarahan). 4) Menawarkan makanan 5) Es crem, crustard dingin, sup krim, dan jus. 6) Refined sereal dan telur setengah matang biasanya lebih dapat dinikmati pada pagi hari setelah perdarahan. 7) Hindari jus jeruk, minuman panas, makanan kasar, atau banyak bumbu selama 1 minggu. Mengatasi ketidaknyamanan pada tenggorokan 1) Menggunakan ice color (kompres es) bila mau 2) Memberikan anakgesik (hindari aspirin) 3) Melaporkan segera tanda-tanda perdarahan. 4) Minum 2-3 liter/hari sampai bau mulut hilang. 5) Mengajari pasien mengenal hal berikut



6) Hindari latihan berlebihan, batuk, bersin, berdahak dan menyisi hidung segera selama 1-2 minggu. 7) Tinja mungkin seperti teh dalam beberapa hari karena darah yang tertelan. 8) Tenggorokan tidak nyaman dapat sedikit bertambah antara hari ke-4 dan ke-8 setelah operasi.



B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN 1. Keluhan utama : Sakit tenggorokan, nyeri telan, demam dll 2. Riwayat penyakit sekarang : serangan, karakteristik, insiden, perkembangan, efek terapi dll 3. Riwayat kesehatan lalu a. Riwayat kelahiran b. Riwayat imunisasi c. Penyakit yang pernah diderita ( faringitis berulang, ISPA, otitis media ) d. Riwayat hospitalisasi 4. Pengkajian umum a. Usia, tingkat kesadaran, antopometri, tanda – tanda vital dll 5. Pernafasan a. Kesulitan bernafas, batuk b. Ukuran besarnya tonsil dinyatakan dengan : 1. T0 : bila sudah dioperasi 2. T1 : ukuran yang normal ada 3. T2 : pembesaran tonsil tidak sampai garis tengah 4. T3 : pembesaran mencapai garis tengah 5. T4 : pembesaran melewati garis tengah 6. Nutrisi a. Sakit tenggorokan, nyeri telan, nafsu makan menurun, menolak makan dan minum, turgor kurang 7. Aktifitas / istirahat a. Anak tampak lemah, letargi, iritabel, malaise 8. Keamanan / kenyamanan



a. Kecemasan anak terhadap hospitalisasi J. DIAGNOSA KEPERAWATAN dan INTERVENSI KEPERAWATAN TONSILITIS Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada Tonsilitis akut adalah : 1. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi pada faring dan tonsil 1. Intervensi Keperawatan : 1. Pantau suhu tubuh anak ( derajat dan pola ), perhatikan menggigil atau tidak 2. Pantau suhu lingkungan 3. Batasi penggunaan linen, pakaian yang dikenakan klien 4. Berikan kompres hangat 5. Berikan cairan yang banyak ( 1500 – 2000 cc/hari ) 6. Kolaborasi pemberian antipiretik 2. Nyeri berhubungan dengan pembengkakan pada tonsil 1. Intervensi Keperawatan: 1. Pantau nyeri klien(skala, intensitas, kedalaman, frekuensi) 2. Kaji Tanda-tanda Vital 3. Berikan posisi yang nyaman 4. Berikan tehnik relaksasi dengan tarik nafas panjang melalui hidung dan mengeluarkannya pelan – pelan melalui mulut 5. Berikan tehnik distraksi untuk mengalihkan perhatian anak 6. Kolaborasi pemberian analgetik 3. Resiko perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan adanya anoreksia 1. Intervensi Keperawatan : 1. Kaji conjungtiva, sclera, turgor kulit 2. Timbang BB tiap hari 3. Berikan makanan dalam keadaan hangat 4. Berikan makanan dalam porsi sedikit tapi seringsajikan makanan dalam bentuk yang menarik



5. Tingkatkan kenyamanan lingkungan saat makan 6. Kolaborasi pemberian vitamin penambah nafsu makan 4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan 1. Intervensi Keperawatan : 1. Kaji kemampuan klien dalam melakukan aktifitas 2. Observasi adanya kelelahan dalam melakukan aktifitas 3. Monitor Tanda-tanda Vital sebelum, selama dan sesudah melakukan aktifitas 4. Berikan lingkungan yang tenang 5. Tingkatkan aktifitas sesuai toleransi klien



5. Gangguan persepsi sensori : pendengaran berhubungan dengan adanya obstruksi pada tuba eustakii 1. Intervensi Keperawatan: 1. Kaji ulang gangguan pendengaran yang dialami klien 2. Lakukan irigasi telinga 3. Berbicaralah dengan jelas dan pelan 4. Gunakan papan tulis / kertas untuk berkomunikasi jika terdapat kesulitan dalam berkomunikasi 5. Kolaborasi pemeriksaan audiometri 6. Kolaborasi pemberian tetes telinga