Laporan Pendahuluan Tonsilitis Kronis [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN TONSILITIS KRONIK DI RUANG INSTALASI BEDAH SENTRAL RSUD dr. DORIS SYLVANUS



Oleh Mega Sonia Vera PO.62.20.1.17.336



POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA DIV KEPERAWATAN REGULER 4 TAHUN 2019



Konsep Dasar Penyakit 1. Definisi Tonsilitis Kronik adalah tonsilitis akibat dari peradangan,faktor predisposisi, rangsangan kronik (rokok dan makanan),pengaruh cuaca,pengobatan radang akut yang tidak adekuat dan hygiene,mulut yang tidak baik atau buruk. 2. Etiologi Penyebab tonsilitis kronik sama dengan tonsilitis akut, yaitu kuman golongan atreptokus, piogenis, tetapi kadamg-kadang kuman berubah menjadi kuman golongan kuman gram negatif. Faktor predisposisi timbulnya radang kronik ini ialah yang menahun (misalnya cuaca, makanan, pengobatan, radang akut yang tidak adekuat a. Tanda Gejala 1. Keluhan sakit menelan liur banyak. 2. Panas, sakit kepala, rasa sakit telinga. 3. Tonsil warna merah dan membengkak. 4. Tonsil tampak bercak kecil. 5. Bercak tampak bergelembung menjadi satu meluas sampai ke arkus faring. 6. Odem pada arkus faring yang mungkin sampai palatum mole. 7. Sakit tekan pada limforadi. 8. Bercak dapat meluas keseluruh jaringan limfe di lingkaran welldeyer. 3. Patofisiologi Saat bakteri dan virus masuk ke dalam virus melalui hidung atau mulut, tonsil berfungsi sebagai filter atau penyaring menyelimuti organisme yang berbahaya tersebut dengan sel-sel darah putih. Hal ini akan memicu system kekebalan tubuh untuk membentuk antibody terhadap infeksi yang akan datang.Kuman menginfiltrasi lapisan epitel kemudian bila kuman ini terkikis maka jaringan limpoid supervisial bereaksi , terjadi pembendungan kadang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuclear. Saat folikel mengalami peradangan tonsil akan membengkak dan membentuk eksudat yang akan mengalir ke dalam saluran (kanal) dan mengisi kripta yang terlihat sebagai kotoran putih atau bercak kuning. Kotoran tersebut disebut detritus. Detritus terdiri atas kumpulan leukosit folimorfonuklear, bakteri yang mati dan epitel tonsil yang terlepas.Detritus dapat melebar dan membentuk membrane semu (pseudo



membrane) yang menutupi tonsil.Radang berulang akan mengikis epitel mukosa tonsil dan jaringan limpoid. Selama proses penyembuhan lymphoid akan berganti oleh jaringan parut yang akan mengkerut. Sehingga melebarkan kripti yang terisi oleh detritus. Bila keadaan ini terus berulang maka dapat menembus kapsul tonsil sehingga melekatkan dengan jaringan seluler fosa tonsilaris yang disertai pembesaran kelenjar sub mandibula.Karena proses yang berulang maka epitel mukosa jaringan limpoid terkikis, sehingga pada proses penyembuhan jaringan limpoid diganti dengan jaringan parut. Jaringan ini akan mengerut sehingga ruang antara kelompok melebar yang akan diisi oleh detritus, proses ini meluas hingga menembus kapsul dan akhirnya timbul perlekatan dengan jaringan sekitar fosa tonsilaris.



Pathway Bakteri



Virus



(dalam udara & makanan)



( dalam udara & makanan)



Peradangan tonsil



prod. Secret berlebih



Tonsilitis



Pembesaran tonsil



Bersihan jalan nafas tidak efektif



peningkatan suhu tubuh



benda asing di jalan nafas



obstruksi jalan nafas



Diprose



Kekurangan volume cairan



obstruksi mekanik



resiko kerusakan menelan



gangguan rasa nyaman (nyeri)



anoreksia



resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan



bersihan jalan nafas tidak efektif



tonsilektomi



kurang pemahaman



resiko perdarahan



kurang pengetahuan



darah di saluran nafas



bersihan jalan nafas tidak efektif



4. Pemeriksaan Penunjang Kultur dan uji resistensi kuman dari sediaan apus tonsil.



5. Komplikasi Timbul rhinitis kronis, sinusitis atau optitis media secara perkontinuitatum, endokarditis, arthritis, miositis, nefritis, uveitis, iridosiklitus, dermatitis, pruritus, urtikaria dan furunkulosis.



6. Penatalaksanaan Menurut Firman di buku Tonsiliktomi Penatalaksanaan Tonsilitis Kronik adalah a. Terapi lokal untuk hygien mulut untuk obat kumur/ hisap b. Terapi radikal dengan tonsilektomi bila terapi medikamentosa atau terapi konservatif tidak berhasil



Konsep Dasar Asuhan Klien dengan Tonsilitis Kronik 1. Pengkajian Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam mengumpulkan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien.



Wawancara a. Kaji adanya riwayat penyakit sebelumnya (tonsillitis) b. Apakah pengobatan adekuat c. Kapan gejala itu muncul d. Apakah mempunyai kebiasaan merokok e. Bagaimana pola makannya f. Apakah rutin / rajin membersihkan mulut 1. B1 (Breathing) : Pembesaran tonsil dan hiperemis. 2. B2 (Blood) : Takikardia, hiperfentilasi (respons terhadap aktivitas). 3. B3 (Brain) : depresi, gelisah, sakit tenggorokan kronis, penyebaran nyeri ke telinga, nyeri pada daerah tenggorokan saat digunakan untuk menelan, nyeri tekan pada daerah sub mandibula dan demam. 4. B4 (Bleader) : Perubahan pola berkemih dan warna urine pekat. 5. B5(Bowel) : Kesulitan menelan, anoreksia, membran mukosa kering dan mual. 6. B6 (Bone) : kelemahan, Turgor kulit jelek dan pucat 2. Diagnosa Keperawatan 1. Pre Operasi a. Resiko kurang nutrisi dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat b. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan respon inflamasi c. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan respon inflamasi d. Harga diri rendah berhubungan dengan penurunan fungsi tubuh e. Cemas berhubungan dengan akan dilakukannya tindakan operasi tonsilektomi. 2. Post operasi a. Resiko tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan sekret b. Resiko kekurangan volume cairan peredaran yang berlebihan



c. Gangguan rasa nyeri berhubungan dengan tindakan pembedahan d. Resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi ditandai dengan luka terbuka. 3. Fokus Intervensi dan Rasional 1. Pre Operasi A. Resiko kurang nutrisi dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat ditandai dengan ancroksia, disfagia keperawatan kebutuhan nutrisi pasien adekuat Kriteria hasil : Kebutuhan nutrisi pasien adekuat, tidak ada tanda-tanda malnutrisi, mampu menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang diberikan atau dibutuhkan Intervensi : a. Awasi masukan dan berat badan sesuai indikasi R : Memberikan informasi sehubungan dengan kebutuhan nutrisi dan keefektifan terapi b. Auskultasi bunyi usus R : Makan hanya dimulai setelah bunyi usus membaik setelah operasi c. Mulai dengan makan kecil dan tingkatkan sesuai toleransi R : Kandungan makan dapat mengakibatkan ketidak toleransian, memerlukan perubahan pada kecepatan/tipe formula d. Berikan diet nutrisi seimbang (makan cair atau halus) atau makanan selang yang sesuai indikasi R:B. Gangguan rasa nyeri berhubungan dengan respon inflamasi Tujuan : nyeri berkurang/terkontrol Kriteria hasil : setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri berkurang, skala nyeri menurun Intervensi : a. Monitoring perkembangan nyeri R : Mengetahui perkembangan tindakan dari yang dilakukan b. Monitoring tanda-tanda vital darah dan nadi R : Mengetahui keadaan pasien c. Berikan tindakan nyaman dan akivitas hiburan R :Meningkatkan relaksasi dan membantu pasien memfokuskan perhatian pada sesuatu disamping diri sendiri/ketidaknyamanan. Dapat menurunkan kebutuhan dosis analgetik d. Selidiki perubahan karakeristik nyeri,periksa mulut,tenggorokan R : Dapat menunjukkan terjadinya komplikasi yang memerlukan evaluasi lanjutan e. Catatan indikator non-verbal respon automatic terhadap nyeri evaluasi efek samping



R : Dapat meningkatkan kerjasama dan partisipasi dalam program pengobatan C. Cemas berhubungan dengan akan dilakukannya tindakan operasi tonsilektomi. Tujuan : Kecemasan berkurang /hilang Kriteria Hasil : Kecemasan berkurang ,monitor intensitas kecemasan. Intervensi: a. Kaji sejauh mana kecemasan klien. R : Untuk mengetahui tingkat kecemasan klien. b. Informasikan pasien /orang terdekat tentang peran advokat perawat intra operasi R : Mengembangkan rasa percaya diri. c. Identifikasikan tingkat rasa cemas. R : Untuk mengetahui tingkat kecemasan klien. d. Validasi sumber rasa takut. R : Mengidentifikasikan rasa takut yang spesifik. e. Beritahu pasien kemungkinan dilakukan operasi. R : Mengurangi rasa takut D. Resiko tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan secret Tujuan : jalan nafas sefektif Kriteria hasil : setelah dilakukan keperawatan resiko ketidakefektifan bersihan jalan nafas dapat teratasi ditandai dengan tidak adanya sekret Intervensi : a. Pantau irama atau frekuensi irama pernafasan R : Pernafasan dapat melambatkan dan frekuensi ekspirasi memanjang di banding inspirasi b. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, misalnya: mengi, krekel, ronki R : Bunyi nafas mengi, krekels, dan ronki terdengar pada inspirasi dan atau ekspirasi pada respon terhadap pengumpulan secret c. Kaji pasien untuk posisi yang nyaman, misalnya peninggian kepala tempat tidur, duduk pada sandaran tempat tidur R : Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernafasan dengan menggunakan gravitasi namun, pasien dengan distresi berat akan mencari posisi yang paling mudah untuk bernafas d. Dorong pasien untuk mengeluarkan lender secara perlahan R : Membersihkan jalan nafas dan membantu mencegah komplikasi pernafasan E. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan tindakan pembedahan Tujuan : nyeri berkurang atau hilang Kriteria hasil : setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri berkurang, skala nyeri terkontrol Intervensi :



a. Tentukan karakteristik nyeri, misalnya tajam, konstan, ditusuk, selidiki perubahan karakter atau lokasi atau intensitas nyeri R : Nyeri biasanya ada dalam beberapa derajat, juga dapat menimbulkan komplikasi b. Anjurkan klien untuk mengurangi nyeri dengan: 1. minum air dingin atau air es 2. hindarkan makanan pedas, panas, asam dan keras 3. melakukan teknik relaksasi R : Tindakan non-analgetik diberikan dengan cara alternative untuk mengurangi nyeri dan menghilangkan ketidaknyamanan c. Menciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman R : Menurunkan stress dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat d. Pantau tanda vital R : Perubahan frekuensi jantung atau TD menunjukkan bahwa pasien mengalami nyeri, khususnya bila alas an lain untuk perubahan tanda vital telah terlihat



Daftar Pustaka



Sriyono.2016. kapita Selekta Kedokteran.Jakarta : Media Aeus Calpius. Helimbing.2017. Perawatan Anak Sakit.Jakarta : EGC. Pracy R,dkk.2014. pelajaram Ringkasan Telinga Hidung Tenggorokan. Jakarta : Gramedia. Price,Silvia.2016. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit.Jakarta : EGC.