9 0 198 KB
LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN DIAGNOSA MEDIS TRAUMA OKULI DI RUANG ASTER RSUD UNDATA PALU Stase Keperawatan Medikal Bedah
DI SUSUN OLEH : SITI NURHALIZA S NIM:2020032083 CI LAHAN
CI INSTITUSI
PROGRAM PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU 2021
BAB I KONSEP MEDIS
A.
Defenisi Trauma okuli merupakan trauma atau cedera yang terjadi pada mata
yang dapatmengakibatkan kerusakan pada bola mata, kelopak mata, saraf mata dan rongga orbita,kerusakan ini akan memberikan penyulit sehingga mengganggu fungsi mata sebagai indrapenglihat. Trauma okuli merupakan salah satu penyebab yang sering menyebabkankebutaan unilateral pada anak dan dewasa muda, karena kelompok usia inilah yang seringmengalami trauma okuli yang parah. Dewasa muda (terutama laki-laki) merupakankelompok yang paling sering mengalami trauma okuli.Penyebabnya dapat bermacam-macam, diantaranya kecelakaan di rumah, kekerasan, ledakan, cedera olahraga, dankecelakaan lalu lintas (Ilyas, 2016). Trauma
okuli adalah
tindakan sengaja
maupun tidak yang
menimbulkan perlukaan mata.Trauma tersebut merupakan kasus gawat darurat mata.Perlukaan yang ditimbulkan dapat ringan sampai berat atau menimbulkan kebutaan bahkan kehilangan mata (Syarfudin, 2016). Menurut Tamsuri (2004), ada 2 jenis trauma okuli, yaitu : 1.
Trauma okuli non perforans, yaitu trauma okuli dengan ciri-ciri : a. Tidak menembus dinding orbital (kornea dan sklera masih utuh) b. Mungkin terjadi robekan konjungtiva c. Adanya perlukaan kornea dan sklera d. Kontaminasi intra okuli dengan udara luar tidak ada
2.
Trauma okuli perforans, yaitu trauma okuli dengan ciri-ciri : a. Adanya dinding orbita yang tertembus b. Adanya kontaminasi intra okuli dengan udara luar c. Prolaps bisa muncul, bisa tidak.
B.
Etiologi Menurut Ilyas (2016), trauma mata dapat terjadi secara mekanik dan
non mekanik 1. Mekanik, meliputi : a. Trauma oleh benda tumpul, misalnya : Terkena tonjokan tangan Terkena lemparan batu Terkena lemparan bola Terkena jepretan ketapel, dan lain-lain b. Trauma oleh benda tajam, misalnya: Terkena pecahan kaca Terkena pensil, lidi, pisau, besi, kayu Terkena kail, lempengan alumunium, seng, alat mesin tenun. c. Trauma oleh benda asing, misalnya: Kelilipan pasir, tanah, abu gosok dan lain-lain 2. Non Mekanik, meliputi : a. Trauma oleh bahan kimia: o Air accu, asam cuka, cairan HCL, air keras o Coustic soda, kaporit, jodium tincture, baygon o Bahan pengeras bakso, semprotan bisa ular, getah papaya, miyak putih
b. Trauma termik (hipermetik)
Terkena percikan api
Terkena air panas
c. Trauma Radiasi
C.
Sinar ultra violet
Sinar infra merah
Sinar ionisasi dan sinar X
Patofisiologi Trauma yang mengenai mata dapat menyebabkan robekan pada
pembuluh darah iris, akar iris dan badan silier sehingga mengakibatkan perdarahan dalam bilik mata depan iris bagian perifer merupakan bagian paling lemah suatu yang mengenai mata akan menimbulkan kekuatan hidraulis yang dapat menyebabkam hifema dan iridodialisis serta merobek lapisan otot spingter sehingga pupil mnadi evoid dan non teaktri. Tenaga yang timbul dari suatu trauma di perkirakan akan terus kedalam isi bola mata melalui sumbu anterior, posterior sehingga menyebabkan kompresi ke posterior sehingga menegakakkan bola mata ke lateral sesuai dengan garis-garis ekoator lifema yang terjad dalam beberapa hari oleh karena adanya proses hemostasisi darah dalam bilik mata depan akan di serap sehingga akan jernih kembali (Pearce, 2019). Trauma tumpul, trauma tembus, dan perforasi dapat menyebabkan kerusakan lensa sehingga integritas lensa terganggu. Hal ini merangsang pengeluaran
aqueous
humor dan mediator
inflamasi
yang
nantinya
mengakibatkan adanya edema dan opaksifikasi. Protein lalu keluar ke camera oculi posterior. Proses inflamasi inilah yang dapat menyebabkan terjadinya glaukoma dan katarak sehingga penglihatan dapat menurun
D.
Tanda dan Gejala Menurut Ilyas (2016), gejala klinis yang dapat terjadi pada trauma
mata antara lain: 1. Perdarahan atau keluar cairan dari mata atau sekitarnya Pada trauma mata perdarahan dapat terjadi akibat luka atau robeknya kelopak mataatau perdarahan yang berasal dari bola mata. Pada trauma tembus caian humorakueus dapat keluar dari mata. 2. Memar pada sekitar mata Memar pada sekitar mata dapat terjadi akibat hematoma pada palpebra.Hematomapada palpebra juga dapat terjadi pada pasien yang mengalami fraktur basis kranii. 3. Penurunan visus dalam waktu yang mendadak Penurunan visus pada trauma mata dapat disebabkan oleh dua hal, yang pertamaterhalangnya jalur refraksi akibat komplikasi trauma baik di segmen anterior maupunsegmen posterior bola mata, yang kedua akibat terlepasnya lensa atau retina danavulsi nervus optikus. 4. Penglihatan ganda Penglihatan ganda atau diplopia pada trauma mata dapat terjadi karena robeknyapangkal iris.Karena iris robek maka bentuk pupil menjadi tidak bulat. Hal ini dapatmenyebabkan penglihatan ganda pada pasien 5. Mata bewarna merah Pada trauma mata yang disertai dengan erosi kornea dapat ditemukan pericornealinjection (PCI) sehingga mata terlihat merah pada daerah sentral.Hal ini dapat puladitemui pada trauma mata dengan perdarahan subkonjungtiva.
6. Nyeri dan rasa menyengat pada mata Pada trauma mata dapat terjadi nyeri yang disebabkan edema pada
palpebra.Peningkatan tekanan bola mata juga dapat menyebabkan
nyeri pada mata. 7. Sakit kepala Pada trauma mata sering menimbulkannyeri
disertai dengan
kepala.Pandangan
yang
trauma kepala.
Sehingga
kabur dan ganda
pun
dapat menyebabkan sakitkepala. 8. Mata terasa Gatal, terasa ada yang mengganjal pada mata Pada trauma ataupun
mata
dengan
benda
asing
baik
pada konjungtiva
segmenanterior mata dapat menyebabkan mata terasa gatal dan
mengganjal. Jika terdapatbenda asing peningkatan
produksi
air
mata
hal
ini dapat
menyebabkan
sebaga salah satu mekanisme
perlindungan pada mata. 9. Fotopobia Fotopobia pada trauma mata dapat terjadi karena dua penyebab. Pertama adanyabenda asing pada jalur refraksi, contohnya hifema, erosi kornea, benda asing padasegmen anterior bola mata menyebabkan jalur sinar yang masuk ke dalam matamenjadi tidak teratur, hal ini menimbulkan silau pada pasien. Penyebab lain fotopobiapada pasien trauma mata adalah lumpuhnya iris. Lumpuhnya iris menyebabkan pupiltidak dapat mengecil dan cenderung melebar sehingga banyak sinar yang masuk kedalam mata.
E.
Pemeriksaan Diagnostik/ Penunjang Menurut James B. (2015), pemeriksaan yyang dapat dilakukan pada
trauma mata meliputi: 1. Pemeriksaan Umum Pemeriksaan pada kasus trauma mata dilakukan baik subyektf maupun obyektif. a. Pemeriksaan Subyektif Pemeriksaan ketajaman penglihatan. Hal ini berkaitan dengan pembutatan visum et repertum. Pada penderita yang ketajamannya menurun, dilakukan pemeriksaan retraksi untuk mengetahui bahwa penurunan penglihatan mungkin bukan disebabkan oleh trauma tetapi oleh kelainan retraksi yang sudah ada sebelum trauma. b. Pemeriksaan Obyektif Saat penderita kita inspeksi sudah dapat diketahui adanya kelainan di sekitar mata seperti adanya perdarahan sekitar mata. Pembengkakan di dahi, pipi, hidung dan lain-lain yang diperiksa pada kasus trauma mata ialah: keadaan kelopak mata kornea, bilik mata depan, pupil, lensa dan tundus, gerakan bola mata dan tekanan bola mata. Pemeriksaan segmen anterior dilakukan dengan sentotop, loupe slit lamp dan atlalmoskop. 2. Pemeriksaan Khusus a. Pembiakan kuman dari benda yang merupakan penyebab trauma untuk menjadi petunjuk pemberian obat antobiotik pencegah infeksi.
b. Pemeriksaan Radiology Foto Orbita Untuk melihat adanya benda asing yang radioopak, bila ada dilakukan pemeriksaan dengan lensa kontak combrang dan dapat ditentukan apakah benda asing intra okuler atau ektra okuler. c. Pemeriksaan ERG : untuk mengetahui fungsi retina yang rusak atauyang masih ada. d. Pemeriksaan
VER
:
untuk
melihat
fungsi
jalur
penglihatan
pusatpenglihatan F.
Komplikasi Beberapa komplikasi yang dapat terjadi akibat trauma okuli adalah
erosi kornea,iridoplegia, hifema, iridosiklitis, subluksasi lensa, luksasi lensa anterior, luksasi lensaposterior, edema retina dan koroid, ablasi retina, ruptur koroid, serta avulsi papil saraf optic. Jika komplikasi tersebut keluar maka terapi yang diberikan juga meliputi penangananterhadap komplikasi yang timbul G.
Penatalaksanaan Menurut Ilyas (2016), penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada
trauma mata meliputi: 1. Trauma Mata Benda Tumpul Penanganan ditekankan pada utama yang menyertainya dan penilaian terhadap ketajaman penglihatan.Setiap penurunan ketajaman penglihatan tanda mutlak untuk melakukan rujukan kepada dokter ahli mata.Pemberian pertolongan pertama berupa: a. Obat-obatan analgetik : untuk mengurangi rasa sakit. Untuk pemeriksaan mata dapat diberikan anesteshi local: Pantokain 0,5% atau tetracain 0,5% - 1,0 %.
b. Pemberian obat-obat anti perdarahan dan pembengkakan c. Memberikan moral support agar pasien tenang d. Evaluasi ketajaman penglihatan mata yang sehat dan mata yang terkena trauma e. Dalam hal hitema ringan (adanya darah segar dala bilik mata depan) tanpa penyulit segera ditangani dengan tindakan perawatan: 1) Tutup kedua bola mata 2) Tidur dengan posisi kepala agar lebih tinggi 3) Evaluasi ketajaman penglihatan 4) Evaluasi tekanan bola mata f. Setiap penurunan ketajaman penglihatan atau keragu-raguan mengenai mata penderita sebaiknya segera di rujuk ke dokter ahli mata. 2. Trauma mata benda tajam Keadaan trauma mata ini harus segera mendapat perawatan khusus karena dapat menimbulkan bahaya; infeksi, siderosis, kalkosis dan atlalmia dan simpatika. Pertimbangan tindakan bertujuan : a. Mempertahankan bola mata b. Mempertahankan penglihatan Bila terdapat benda asing dalam bola mata, maka sebaiknya dilakukan usaha untuk mengeluarkan benda asing tersebut.Pada penderita diberikan: a. Antibiotik spectrum luas b. Analgetik dan sedotiva c. Dilakukan tindakan pembedahan pada luka yang terbuka
3. Trauma mata benda asing a. Ekstra Okular o Tetes mata o Bila benda asing dalam forniks bawah, angkat dengan swab. o Bila dalam farniks atas, lipat kelopak mata dan angkat o Bila tertanam dalam konjungtiva, gunakan anestesi local dan angkat dengan jarum o Bila dalam kornea, geraka anestesi local, kemudian dengan hat-hati dan dengan keadaan yang sangat baik termasuk cahaya yang baik, angkat dengan jarum. o Pada kasus ulerasi gunakan midriatikum bersama dengan antibiotic local selama beberapa hari. o Untuk benda asing logam yang terlalu dalam, diangkat dengan jarum, bisa juga dengan menggunakan magnet. b. Intra okuler 1) Pemberian antitetanus 2) Antibiotic 3) Benda yang intert dapat dibiarkan bila tidak menybabkan iritasi 4. Trauma mata bahan kimia a. Trauma akali o Segera lakukan irigasi selama 30 menit sebanyak 2000 ml; bila dilakukan irigasi lebih lama akan lebih baik. o Untuk mengetahui telah terjadi netralisasi bisa dapat dilakukan pemeriksaan dengan kertas lokmus; pH normal air mata 7,3 o Diberi antibiotic dan lakukan debridement untuk mencegah infeksi oleh kuman oportunie.
o Diberi sikoplegik karena terdapatnya iritis dan sineksis posterior o Beta bloker dan diamox untuk mengatasi glukoma yang terjadi o Steroid diberikan untuk menekan radang akibat denoturasi kimia dan kerusakan jaringan kornea dan konjungtiva namun diberikan secara hati-hati karena steroid menghambat penyembuhan. o Kolagenase intibitor seperti sistein diberikan untuk menghalangi efek kolagenase. o Vitamin C diberikan karena perlu untuk pembentukan jaringan kolagen. o Diberikan bebat (verban) pada mata, lensa kontak lembek. o Karataplasti dilakukan bila kekerutan kornea sangat menganggu penglihatan. b. Trauma Asam 1) Irigasi segera dengan gara fisiologis atau air. 2) Kontrol pH air mata untuk melihat apakah sudah normal 3) Selanjutnya pertimbangan pengobatan sama dengan pengobatan yang diberikan pada trauma alkali. Tindakan pada trauma kimia dapat juga tergantung dari 4 fase peristiwa, yaitu: 1. Fase kejadian (immediate) Tujuan dari tindakan adalah untuk menghilangkan materi penyebab sebersih mungkin, yaitu meliputi: a. Pembilasan dengan segera, denan anestesi tapical terlebih dahulu. b. Pembilasan dengan larutan non toxic (NaCl 0,9% ringer lastat dan sebagainya) sampai pH air mata kembali normal.
2. Fase Akut (sampai hari ke-7) Tujuan tindakan adalah mencegah terjadinya penyulit dengan prinsip sebagai berikut: a. Mempercepat proses re-epitelisasi kornea b. Mengontrol tingkat peradangan c. Mencegah infeksi sekunder d. Mencegah peningkatan tekanan bola mata e. Suplemen / anti oksidan f. Tindakan pembedahan 3. Fase Pemulihan Dini (early repair : hari ke 7 – 21) Tujuannya membatasi penyakit setelah fase 2 4. Fase pemulihan akhir (late repair : setelah hari ke 21) Tujuannya adalah rehabilitasi fungsi penglihatan 5. Trauma Mata Termik (hipertemik) Daerah yang terkena dicuci dengan larutan steril dan diolesi dengan salep atau kasa yang menggunakan jel.Petroleum setelah itu ditutup dengan verban steril. 6. Trauma Mata Radiasi Bila panas merusak kornea dan konjungtiva maka diberi pada mata a. Lokal anastesik b. Kompres dingin c. Antibiotika
BAB II KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian Identitas Pasien Aspek yang perlu dikaji jenis pekerjaan, berkaitan dengan tingkat aktivitas pasien dan status sosial ekonomi pasien. Pendidikan terakhir dikaji berkaitan dengan tingkat pengetahuan pasien tentang penyakit dan penatalaksanaannya Keluhan Utama Riwayat Penyakit Sekarang Digunakan untuk menentukan prioritas utama riwayat cedera, bagaimana terjadinya, dan gangguan penglihatan yang diakibatkan Riwayat Kesehatan Masa Lalu Adakah gangguan mata yang diderita sebelumnya Riwayat kesehatan keluarga Adakah kelainan mata yang diderita oleh anggota keluarga yang lain, atau penyakit yang dapat mengakibatkan gangguan penglihatan Psikososial Klien dapat mengalami gangguan konsep diri yang dapat mempengaruhi harga diri dan mengganggu aspek kehidupan pasien Pola Aktivitas Sehari-hari Pengkajian Fisik Sistem Pernapasan Inspeksi : Periksa seluruh dada untuk mencari adanya jaringan parut dan lesi. Melihat bentuk, pola nafas dalam (kecepatan dan
kedalaman pernapasan), gerakan dinding dada sewaktu bernapas dalam istirahat. Pada klien dengan abses biasanya akan mengalami pernapasan cepat. Palpasi : Untuk menilai posisi media stinum, pengembangan dada, dan peraba vomitus vocal. Perkusi : Tujuannya adalah mengetuk dada dengan metode serta mendengarkan dan merasakan bunyi yang dihasilkan titik paru normal bunyinya Sonor. Auskultasi : Yaitu teknik mendengarkan suara pada dinding thorax menggunakan stetoscope. Suara napas normal yang dihasilkan yaitu vesikuler, dan suara
napas tambahan berupa mengi
(wheezing), ronki (rales,krepitasi)dan rub.Cara ini juga untuk menilai resonasivocal. Sistem Pencernaan Inspeksi : Warna abdomen, bentuk perut simetris, jaringan perut, luka, dan pergerakan normal Sistem Kardiovaskuler Inspeksi Melihat adanya clubbingfinger, keadaan kuku (diskolorasi biru jika
aliran
darah
perifer
terganggu),anemis
pada
kojungtiva,dan iktus cordis. Palpasi Menghitung
kecepatan
nadi
dinyatakan
dalam“denyut
permenit”,meraba iktus cordis pada ICS 5 di lineamedia clavicular kiri. Perkusi Ditemukan batas jantung Auskultasi Bunyi jantung ke-1 (S1) penutupan katup mitral adalah komponen utama S1 dan volumenya bergantung pada kekuatan katup tersebut menutup. Bunyi jntung ke-2 (S2)penutupan katup aorta.
Sistem Endokrin Inspeksi : melihat adanya pembesaran kelenjar tiroid. Palpasi : menilai pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar limfe servikalis Sistem persyarafan Menilai tingkat kesadara Pemeriksaan 12 sarafkranial System musculoskeletal Pengkajian musculoskeletal terdiri dari inspeksi da pengkajian terhadap rentanggerak sendi, tonus otot dan kekuatan otot System penglihatan Mata : Dilakukan pengkajian bentukmata, konjungtiva, pupil, pergerakan bola mata, penglihatan dan buta warna Telinga Inspeksi : struktur-struktur eksternal telinga, dan dalam telinga dengan menggunakan otoscop, Palpasi : daerah depan tragus, periksa adatidaknya cairan yang keluar dari telinga ,tesweb berdanrinne. Hidung : Inspeksi : pada rongga, hidung (sekret, sumbatan, pendarahan permukaan luar dan penampilan hidung, Palpasi : tulang hidung untuk mengetahui adanya nyeri
B. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan utama yang dapat muncul pada pasien dengan trauma okuli adalah : 1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi kornea / peningkatan tekanan intraokuler 2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan sekunder terhadap interupsi permukaan tubuh. 3. Gangguan sensori dan persepsi visual berhubungan dengan cedera, inflamasi, dan infeksi 4. Kurang pengetahuan mengenai perawatan praoperasi dan pasca operasi
C. Intervensi Keperawatan No . 1.
DIAGNOSA Nyeri
TUJUAN
INTERVENSI
RASIONAL
akut Nyeri berkurang atau a. Lakukan tindakan a. Tindakan
berhubungan
hilang.
penghilangan nyeri
penghilangan nyeri
dengan
Kriteria hasil :
yang non invasif
yang non invasif
dan
dan
imflamasi
pada a.
kornea
atau
Melaporkan penurunan
nyeri
peningkatan
progresif
dan
tekanan
penghilangan
intraokular.
nyeri
farmakologi,
nonfarmakologi
seperti berikut
memungkinkan klien
setelah
1)
Klien
Posisi
:
Tinggikan
intervensi. b.
non
tidak
gelisah.
kepala
tempat
tidur,
berubah-ubah antara berbaring pada punggung dan pada sisi yang tidak sakit. Distraksi
3)
Latihan
memperoleh kontrol
bagian
2)
untuk
relaksasi b. Bantu klien dalam
rasa
terhadap
nyeri b. Klien kebanyakan mempunyai pengetahuan yang mendalam tentang nyerinya
dan
tindakan penghilangan nyeri yang efektif. c. Untuk
beberapa
klien
mengidentifikasi
farmakologi
tindakan
diperlukan
terapi
untuk
memberikan penghilangan nyeri yang efektif.
penghilangan nyeri yang efektif. d. Tanda
ini
menunjukkan peningkatan tekanan intraokular atau c. Berikan dukungan
komplikasi
lain.
tindakan penghilangan nyeri dengan
analgesik
yangdiresepkan.
d. Beritahu
jika
dokter
nyeri
tidak
hilang setelah 1/2 jam obat,
pemberian jika
nyeri
bertambah. 2.
Risiko
tinggi Tidak terjadi infeksi. a. Tingkatkan
a. Nutrisi dan hidrasi
infeksi
Kriteria hasil : Klien
penyembuhan luka
yang
berhubungan
akan :
:
meningkatkan
dengan peningkatan
kesehatan a.
Menunjukkan
1. Berikan
optimal
secara
keseluruhan, yang
kerentanan
meningkatkan
sekunder terhadap
tubuh.
dorongan
tanpa
untuk
gejala
infeksi.
interupsi permukaan
penyembuhan
b.
pembedahan.
mengikuti diet yang
Nilai Labotratorium: SDP
penyembuhan luka
normal,
kultur negatif.
Memakai pelindung
seimbang dan asupan cairan yang adekuat. 2. Instruksikan klien
untuk
mata
meningkatkan penyembuhan dengan menurunkan kekuatan iritasi.
tetap menutup mata
sampai
diberitahukan untuk dilepas
b. Tehnik
aseptik
meminimalkan .
masuknya mikroorganisme
b. Gunakan
tehnik
aseptik
untuk
meneteskan tetes mata tangan
:Cuci sebelum
memulai. 1. Pegang
alat
penetes agak jauh mata.
dari
dan
mengurangi
risiko infeksi.
2. Ketika meneteskan, hindari kontak antara
mata,
tetesan
dan
alat penetes. 3. Ajarkan ini c. Drainase abnormal
tehnik kepada dan
klien
anggota
keluarganya.
memerlukan evaluasi medis dan kemungkinan memulai penanganan
c. Beritahu tentang drainase terlihat
dokter
farmakologi.
semua yang d. Mengurangi reaksi radang, dengan
mencurigakan.
steroid dan menghalangi hidupnya
bakteri,
dengan antibiotika.
d. Kolaborasi dengan dengan pemberian
dokter
antibiotika
dan
steroid.. 3.
Gangguan
Hasil
sensori
yang
a. Kaji
dan diharapkan / kriteria
persepsi
visual hasil pasien akan :
berhubungan dengan
cedera,
inflamasi, infeksi .
dan
a. Meningkatkan
ketajaman
penglihatan, catat
keadaan
apakah salah satu
antara kedua mata,
mata masih dapat
tajam penglihatan
melihat.
dan
ketajaman
umum
lapang
pandang.
penglihatan dalam batas
a. Untuk mengetahui
b. Anjurkan
situasi
pasien
untuk bedrest.
individu.
b. Untuk mengistirahatkan mata.
Mengenal gangguan sensori
c. Bantu
dan berkompensasi terhadap
pasien
c. Meringaankan
dalam melakukan
pemenuhan
kegiatan
kebutuhan
sehari-
hari.
klien
sehari-hari.
perubahan
d. Mencegah d. Kurangi
terjadinya
penggunaan lampu
pandangan yang
kabur,
dan iritasi mata.
terang.
4.
Kurangnya
Tujuan: Pasien dan
pengetahuan
keluarga
memiliki
a.
Jelaskan kembali
tentang
a. Agar
klien
mengerti tindakan
(perawatan)
pengetahuan
yang
keadaan
berhubungan
memadai
tentang
rencana
dengan
perawatan.
Dengan
perawatan
keterbatasan
kriteria hasil :
prosedur tindakan
informasi.
a. Klien memahami
yang
prosedur perawatan.
pasien,
b. Klien aktif dalam
akan
dilakukan. dan
akan
di
lakukan. b.
yang
b. Untuk memulihkan mata agar normal
Jelaskan pada
kembali.
pasien agar tidak
melakukan
menggunakan
tindakan yang
obat
diberikan perawat.
secara
agar trauma tidak
senbarangan.
muncul kembali.
c. Klien mengerti tujuan perawatan
c.
yang diberikan.
tets
mata
c. Upaya pencegahan
Anjurkan pada pasien gara
d. Klien mampu
tidak
membaca
melakukan
terlebih
dahulu,
perawatan mandiri
“mengedan”,
intervensi
sesuai yang
“buang
dilaksanakan
diajarkan.
bersin
ingus”, atau
merokok. d.
Observasi kemampuan pasien
dalam
melakukan tindakan
sesuai
dengan
anjuran
d. Sebagai
pedoman
selanjutnya
yang
petugas.
DAFTAR PUSTAKA
Ilyas SH, 2016, Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga, Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Ilyas, Sidarta. 2016. Kedaruratan Dalam Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : FKUI Jakarta. James. B, 2015, Trauma dalam : OftalmologiEdisi Kesembilan.Jakarta :Erlangga Pearce,Evelyn C. 2019. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta : Gramedia. Tamsuri, Anas. 2013. Klien Gangguan Mata dan Penglihatan Keperawatan Medikal Bedah.Jakatra : EGC.