Trauma Okuli PDF [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PAPER DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



NAMA : DIMAS S. LUBIS NIM : 120100422



PAPER



TRAUMA OKULI



Disusun oleh : DIMAS SOFANI LUBIS 120100422



Supervisor :



Dr. dr. Mashita Dewi Sari, M.Ked(Oph), Sp.M(K) PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2020



PAPER DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



NAMA : DIMAS S. LUBIS NIM : 120100422



KATA PENGANTAR Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas kasih, berkat, dan penyertaanNya penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Trauma Okuli”. Penulisan makalah ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Senior Program Pendidikan Profesi Dokter di Departemen Mata, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Dr. dr. Mashita Dewi Sari, M.Ked(Oph), Sp.M(K) selaku pembimbing yang telah memberikan arahan dalam penyelesaian makalah ini. Dengan demikian diharapkan makalah ini dapat memberikan kontribusi positif dalam sistem pelayanan kesehatan secara optimal. Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk perbaikan dalam penulisan makalah selanjutnya.



Medan, 7 Oktober 2020



i



PAPER DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



NAMA : DIMAS S. LUBIS NIM : 120100422



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ..................................................................................... i DAFTAR ISI .................................................................................................... ii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... iii BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................ 1 1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 2 2.1



Anatomi Mata ........................................................................................... 2



2.2



Trauma Okuli ............................................................................................ 5 2.2.1 Definisi ................................................................................................. 5 2.2.2 Epidemiologi ........................................................................................ 5 2.2.3 Klasifikasi ............................................................................................ 6 2.2.4 Patofisiologi trauma tumpul ................................................................. 10 2.2.5 Diagnosis .............................................................................................. 11 2.2.6 Penatalaksanaan ................................................................................... 12 2.2.7 Pencegahan ........................................................................................... 14



BAB 3 KESIMPULAN .................................................................................... 16 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 17



ii



PAPER DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



NAMA : DIMAS S. LUBIS NIM : 120100422



DAFTAR GAMBAR Gambar 1



Lapisan retina ................................................................................ 5



Gambar 2



Klasifikasi trauma okuli ............................................................... 6



Gambar 3



Patofisiologi trauma tumpul ......................................................... 10



iii



PAPER DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



NAMA : DIMAS S. LUBIS NIM : 120100422



BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.



Latar Belakang Trauma okuli merupakan penyebab utama kehilangan penglihatan dan



berperan penting dalam kebutaan monokuler. Diperkirakan 55 juta pasien di seluruh dunia menderita trauma mata setiap tahun, di mana sebanyak 750.000 hingga 1,6 juta kasus masing-masing memerlukan rawat inap dan menyebabkan kebutaan permanen akibat trauma.1 Di Indonesia, angka kejadian cedera atau trauma pada mata adalah sebesar 0,6%. Di Indonesia, berdasarkan hasil RISKESDAS pada tahun 2013, trauma mata termasuk ke dalam 6 jenis trauma terbanyak yang sering terjadi. Apabila dibandingkan dengan jenis cedera yang lain, cedera mata menempati proporsi kecil.2 Namun, cedera mata dapat menyebabkan beban yang besar pada penderitanya. Kebutaan yang disebabkan oleh trauma okuli jarang bersifat bilateral. Penderita trauma okuli pada umumnya berada dalam usia produktif, Pasien trauma okuli akan kehilangan waktu bekerjanya akibat menjalani perawatan. Sejumlah penelitian mengenai trauma okuli yang telah dilakukan di beberapa negara, menunjukkan bahwa prevalens tertinggi terjadi pada populasi berusia muda dengan tingkat sosial ekonomi dan pendidikan yang rendah.3 Dalam kasus trauma okuli yang parah, di mana integritas bola mata terganggu, sejumlah besar pasien memerlukan rawat inap dan pembedahan. Trauma mata tidak hanya menyebabkan kehilangan penglihatan tetapi juga mengakibatkan beban ekonomi yang signifikan bagi keluarga dan negara karena waktu yang hilang di tempat kerja atau sekolah, kebutuhan akan pemberian perawatan keluarga, biaya rumah sakit yang mahal, kunjungan dan perawatan spesialis, tindak lanjut yang berkepanjangan dan rehabilitasi visual.1 Trauma okuli merupakan salah satu penyebab kebutaan yang dapat dicegah, dan kejadiannya cukup tinggi di populasi.3



1



PAPER DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



NAMA : DIMAS S. LUBIS NIM : 120100422



BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi Bola Mata Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. Bagian anterior bola mata mempunyai kelengkungan yang lebih cembung sehingga terdapat bentuk dengan dua kelengkungan berbeda. Bola mata dibungkus oleh tiga lapisan jaringan, yaitu lapisan sklera yang bagian terdepannya disebut kornea, lapisan uvea, dan lapisan retina. Di dalam bola mata terdapat cairan aqueous humor, lensa dan vitreous humor.4 2.1.1 Konjungtiva Konjungtiva adalah mukosa yang transparan dan tipis yang membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva berbatasan dengan kulit pada tepi palpebral dan dengan epitel kornea di limbus.4 2.1.2 Sklera Sklera merupakan jaringan ikat yang lentur dan memberikan bentuk pada mata. Jaringan ini merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata. Bagian terdepan sklera disebut kornea yang bersifat transparan yang memudahkan sinar masuk ke dalam bola mata.5 2.1.3 Kornea Kornea adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus cahaya dam merupakan lapisan jaringan yang menutup bola mata sebelah depan. Kornea ini disisipkan ke dalam sklera pada limbus, lekukan melingkar pada sambungan ini disebut sulcus scleralis. Kornea dewasa rata-rata mempunyai tebal 550 μm di pusatnya, diameter horizontalnya sekitar 11,75 mm dan vertikalnya 10,6 mm. Secara histologi, struktur kornea terdiri dari lima lapisan yaitu epitel, membrana bowman, stroma, membrana



ndicato dan



endotel. Epitel kornea memiliki ketebalan 50-60 μm atau 5% dari total ketebalan kornea, dan terdiri dari tiga lapisan yang berbeda yaitu lapisan sel superfisial, lapisan sel sayap, dan lapisan sel basal. Membran Bowman 2



PAPER DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



NAMA : DIMAS S. LUBIS NIM : 120100422



merupakan lapisan aseluler yang dibentuk oleh serat kolagen dan merupakan modifikasi dari bagian anterior stroma dengan ketebalan 8-14 μm. Lapisan ini tidak dapat mengalami regenerasi dan akan digantikan oleh jaringan parut bila terjadi trauma. Stroma kornea menyusun 90% dari seluruh ketebalan kornea. Stroma kornea tersusun atas fibril kolagen denganukuran yang seragam, meluas di seluruh permukaan kornea dan membentuk kelompok yang disebut lamella; serta tersusun atas sel-sel kornea (keratosit) dan matriks ekstraseluler yang terdiri dari glikoprotein dan glikosaminoglikan. Membran Descemet merupakan lamina basalis sel-sel endotel kornea. Membran ini terutama tersusun dari kolagen tipe IV dan memiliki ketebalan 10-12 μm. Endotel kornea merupakan lapisan paling dalam dari kornea. Lapisan ini terdiri atas satu lapis sel berbentuk heksagonal yang sel-selnya tidak dapat membelah. Endotel kornea mempunyai pengaruh yang besar dalam mempertahankan transparansi kornea.6 2.1.4



Uvea Uvea adalah lapisan di dalam bola mata dan dilindungi oleh kornea dan



sklera yang terdiri dari tiga bagian, yaitu: 5 1. Iris Iris merupakan perpanjangan badan siliar ke anterior mempunyai permukaan yang datar dengan celah yang berbentuk bulat ditengahnya, yang disebut pupil. Iris mempunyai kemampuan untuk mengatur banyaknya cahaya yang masuk ke dalam bola mata secara otomatis dengan mengecilkan atau melebarkan pupil. 2. Badan Siliar Badan siliar merupakan susunan otot melingkar yang berfungsi mengubah tegangan kapsul lensa sehingga lensa dapat fokus untuk objek dekat maupun jauh dalam lapang pandang. Badan siliar terdiri atas zona anterior yang berombak-ombak, terdapat pars plicata (2 mm) yang merupakan pembentuk aqueous humor, dan zona posterior yang datar berisi pars plana (4 mm). 3. Koroid Koroid merupakan segmen posterior uvea terletak di antara retina dan 3



PAPER DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



NAMA : DIMAS S. LUBIS NIM : 120100422



sklera yang berisi pembuluh-pembuluh darah dalam jumlah besar, berfungsi untuk memberi nutrisi pada retina bagian terluar yang terletak di bawahnya. 2.1.5



Lensa



Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskuler, tak berwarna, dan hampir transparan sempurna. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya 9mm. Di sebelah anterior lensa terdapat aqueous humor, di posteriornya terdapat vitreous humor. Di sebelah depan terdapat selapis epitel subscapular. Nukleus lensa lebih keras daripada korteksnya. Nukleus dan korteks terbentuk darikonsentris yang panjang. 6 2.2.5



Aqueous Humor Aqueous humor diproduksi oleh badan siliar. Setelah memasuki bilik



mata belakang, aqueous humor melalui pupil dan masuk ke bilik mata depan, kemudian ke perifer menuju sudut bilik mata depan. 6 2.1.7 Vitreous Humor Vitreous humor adalah suatu badan gelatin yang jernih dan avaskular yang membentuk dua pertiga volume dan berat mata. Permukaan luar vitreous humor normalnya berkontak dengan struktur-struktur berikut: kapsul lensa posterior, serat-serat zonula, pars plana lapisan epitel, retina, dan caput nervi optici. Basis vitreous mempertahankan penempelan yang kuat seumur hidup ke lapisan epitel pars plana dan retina. Vitreous humor mengandung air sekitar 99%. Sisa 1% meliputi duakomponen, kolagen dan asam hialuronat.4 2.1.8 Retina Retina atau selaput jala, merupakan bagian mata yang mengandung reseptor yang menerima rangsangan cahaya. Retina terdiri atas 10 lapisan, dari luar ke dalam: epitel pigmen, lapisan batang dan kerucut, membran limitans eksterna, lapisan inti luar, lepisan pleksiform luar, lapisan inti dalam, lapIsan pleksiform dalam, lapisan sel ganglion, lapisan serat saraf, dan membran limitans interna.7



4



PAPER DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



NAMA : DIMAS S. LUBIS NIM : 120100422



Gambar 2.1. A, Fotomikrograf retina manusia. B, Gambar skematik lapisan-lapisan retina.7



2.2. Trauma Okuli 2.2.1 Definisi Trauma



okuli



adalah



tindakan



sengaja



maupun



tidak



yang



menimbulkan perlukaan mata. Trauma mata merupakan kasus gawat darurat mata. Perlukaan yang ditimbulkan dapat ringan sampai berat atau menimbulkan kebutaan bahkan kehilangan mata.5 2.2.2 Epidemiologi Berdasarkan hasil penelitian Pradana, dkk. di RSUP Sanglah Denpasar, Subyek penelitian berjumlah 905 pasien, yang terdiri atas 671 lelaki (74,1%) dan 234 perempuan (25,9%). Mayoritas kasus terjadi pada kelompok usia 21 – 30 tahun (20,9%). Closed globe injury merupakan jenis trauma yang paling sering ditemukan (49,5%), dimana kayu merupakan penyebab terbanyak dari kejadian trauma (16,8%). Mayoritas kejadian trauma okuli terjadi di rumah (59,2%) dan 40,8% di lingkungan kerja.3



5



PAPER DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



NAMA : DIMAS S. LUBIS NIM : 120100422



2.2.3 Klasifikasi Menurut klasifikasi Birmingham Eye Trauma Terminology (BETT) trauma okuli dibedakan menjadi closed globe dan open globe. Closed globe adalah trauma yang hanya menembus sebagian kornea, sedangkan open globe adalah trauma yang menembus seluruh kornea hingga masuk lebih dalam lagi. Selanjutnya closed globe injury dibedakan menjadi contusion dan lamellar laceration. Sedangkan open globe injury dibedakan menjadi rupture dan laceration yang dibedakan lagi menjadi penetrating,Intraocular Foreign Body (IOFB), dan perforating.8



Gambar 2.2. Klasifikasi Trauma Okuli Menurut BETT.8 Penjelasan diagram yang dikategorikan oleh Birmingham Eye Trauma Terminology (BETT), yaitu :9 1. Trauma tertutup adalah luka pada dinding bola mata (sklera atau kornea) dan luka ini tidak merusak bagian dari intraokuler.9 a. Kontusio



6



PAPER DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



NAMA : DIMAS S. LUBIS NIM : 120100422



Kontusio adalah tidak ada luka (no full-thickness). Trauma disebabkan oleh energi langsung dari objek (misalnya, pecahnya koroid) atau perubahan bentuk bola dunia (misalnya, resesi sudut). b. Laserasi lamellar Laserasi lamellar adalah trauma tertutup pada bola mata yang ditandai oleh luka yang mengenai sebagian ketebalan dinding bola mata. Trauma ini biasa disebabkan oleh benda tajam ataupun benda tumpul. 2. Trauma terbuka pada bola mata adalah trauma yang menyebabkan luka dan mengenai keseluruhan dinding dari bola mata (sklera dan kornea).9 a. Ruptur Ruptur adalah adanya luka yang mengenai dari seluruh ketebalan dinding bola mata, yang disebabkan oleh trauma tumpul dan mekanisme ini dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan tekanan intraokuli. Luka terjadi akibat mekanisme dari dalam ke luar mata. b. Laserasi Laserasi adalah luka yang mengenai seluruh ketebalan dinding bola matayang disebabkan oleh benda tajam. Keadaan ini akan menimbulkan adanya trauma penetrasi ataupun trauma perforasi. Luka terjadi akibat mekanisme dari luar ke dalam mata. c. Trauma penetrasi Trauma penetrasi adalah luka yang masuk (entrance wound). Jika terdapat lebih dari satu luka, setiap luka memiliki penyebab yang berbeda. d. Trauma perforasi Trauma perforasi adalah luka yang masuk dan keluar (entrance and exit wound). Kedua luka ini memiliki penyebab yang sama. e. Intraocular foreign body (IOFB) IOFB adalah adanya benda asing pada



ndicator l yang keadaan ini



sangat berhubungan dengan adanya trauma penetrasi.



7



PAPER DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



NAMA : DIMAS S. LUBIS NIM : 120100422



Berdasarkan penyebabnya, trauma mata dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu : 5 1. Trauma mekanis : tumpul dan tajam 2. Trauma kimia : sam dan basa 3. Trauma termal : uap panas dan luka bakar kontak langsung Trauma tumpul adalah trauma tertutup yang berasal dari benda tumpul seperti pukulan, bola tenis dan bola kriket. Trauma tertutup adalah luka pada salah satu dinding bola mata (sklera atau kornea). Trauma tumpul itu sendiri juga dapat menyebabkan kerusakan pada kornea seperti abrasi, edema, laserasi korneoskleral dan robekan pada membran descement gambaran lingkaran putih karena sel – sel endotel yang edema akan muncul setelah beberapa jam akibat trauma dan menghilang setelah beberapa hari. Yang termasuk trauma tumpul, antara lain : Perdarahan konjungtiva, kelainan kornea (abrasi, edema, robekan), trauma di iris dan hifema. 5 Trauma tajam sering disebabkan oleh benda – benda asing pada kornea ataupun konjungtiva.Benda asing pada konjungtiva memerlukan pemeriksaan. Bila ada benda asing pada kornea, jika dicurigai anterior chamber terlibat, evakuasi benda tersebut harus dikamar operasi yang steril dan dilengkapi dengan mikroskop. Bila terjadi laserasi konjungtiva harus dipastikan bahwa struktur bola mata lain tidak ada yang terlibat dan tidak benda asing yang tertinggal.10 Trauma tajam adalah trauma yang menyebabkan luka dan mengenai seluruh dinding bola mata (kornea). Ada trauma penetrating dengan trauma perforating. Trauma penetrating jika cedera melukai kedalam jaringan bola mata, sedangkan trauma perforating menembus melewati jaringan bola mata. Untuk mendiagnosis trauma perforating harus diketahui riwayat trauma dengan jelas dan jenis benda yang mengenainya karena akan berpengaruh terhadap tindakan yang akan dilakukan. 5 Trauma kimia berupa zat basa cenderung mempenetrasi lebih dalam dibandingkan bahan asam, dengan mengkoagulasikan permukaan protein. Bahan kimia basa yang paling sering adalah sodium hidroksida (sering pada pembersih pakaian). Bahan ini berpotensial menyebabkan kerusakan yang berat dengan penetrasi yang cepat dan mencapai bilik mata depan dalam hitungan 1 menit. 8



PAPER DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



NAMA : DIMAS S. LUBIS NIM : 120100422



Kerusakan yang terjadi disebabkan karena proses saponifikasi dan perubahan asam lemak di membran sel yang pada akhirnya meyebabkan kematian sel. Proses ini mengenai jaringan lain pada mata seperti konjungtiva, pembuluh darah, saraf, dan keratosit dengan mekanisme yang sama. Rasa nyeri yang hebat disebabkan karena agen kimia tersebut menstimulasi ujung – ujung persarafan di konjungtiva dan kornea. 10 Bahan kimia asam yang sering mengenai mata adalah asam sulfur dan asam hidrofluorik. Bahan ini sering terdapat pada pembersih, baterai mobil. Ion yang terdapat pada bahan asam ini, menyebabkan nekrosis seluler, denaturasi protein dan presipitasi. Presipitasi protein ini sebenarnya akan membentuk membran yang dapat memproteksi mata setelah terkena asam. Barier ini dapat memproteksi untuk asam – asam lemah sedangkan untuk asam kuat prosesnya berlanjut menjad penetrasi yang dalam. Kornea itu sendiri dapat berfungsi sebagai buffer, pH kornea menjadi netral antara 15 menit sampai 1 jam. 5 Umumnya trauma termal dibagi menjadi 2 kategori : luka bakar karena uap panas dan luka bakar karena kontak langsung. Trauma karena uap panas merupakan sekunder dari apinya sedangkan trauma karena kontak langsung terjadi saat terekspos dari larutan panas ataupun benda yang panas. Penelitian yang dilakukan selama periode 3 tahun ditemukan 47 % mengalami luka bakar pada wajah, 27 % mengenai kelopak mata dan bagian dalam mata, 11 % dirujuk ke dokter spesialis mata. Dari 54 pasien dengan trauma mata, 50% terbakar pada kelopak mata, 17 pasien mengenai kornea. Rendahnya insiden kornea terlibat karena adanya reflex kedip dan Bell’s phenomen. Penyebab utama dari penelitian ini adalah karena terekspos pada gas. Derajat keparahan pada trauma termal ini bergantung pada temperatur dari objek, luas area yang terkena suhu panas disertai lamanya durasi kontak. Kebanyakan trauma termal mengenai permukaan superfisial dari epitelium kornea dan konjungtiva. Luka bakar pada superficial menyebabkan kornea keabuan-abuan dan opasifikasi adanya nekrosis jaringan di debridement dengan perlahan. Pemberian siklopegik dan patching penting. Antibiotik tetes diberikan jika ada abrasi pada kornea. Umumnya luka bakar superfisial penyembuhan pada 24-48 jam tanpa sequele.11 9



PAPER DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



NAMA : DIMAS S. LUBIS NIM : 120100422



2.2.4 Patofisiologi trauma tumpul Terdapat empat mekanisme yang menyebabkan terjadi trauma okuli yaitu coup, countercoup,equatorial, global reposititioning.12 Coup adalah kekuatan yang disebabkan langsung oleh trauma. Countercoup merupakan gelombang getaran yang diberikan oleh cuop, dan diteruskan melalui okuler dan struktur orbita. Akibat dari trauma ini, bagian equator dari bola mata cenderung mengambang dan merubah arsitektur dari okuli normal. Pada akhirnya, bola mata akan kembali ke bentuk normalnya, akan tetapi hal ini tidak selalu seperti yang diharapkan. 12 Trauma mata yang sering adalah yang mengenai kornea dan permukaan luar bola mata (konjungtiva) yang disebabkan oleh benda asing. Meskipun demikian kebanyakan trauma ini adalah kecil, seperti penetrasi pada kornea dan pembetukan infeksi yang berasal dari terputusnya atau perlengketan pada kornea yang mana hal ini dapat menjadi serius. Benda asing dan aberasi di kornea menyebabkan nyeri dan iritasi yang dapat dirasakan sewaktu mata dan kelopak mata digerakkan. Defek epitel kornea dapat menimbulkan keruhan serupa. Fluoresens akan mewarnai membran basal epitel yang terpajan dan dapat memperjelas kebocoran cairan akibat luka tembus (uji Seidel positif). 12



Direct impact



Compression wave force



Reflected compression wave force



Rebound compression wave force



Gambar 2.3 Patofisiologi pada trauma tumpul.12



10



PAPER DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



NAMA : DIMAS S. LUBIS NIM : 120100422



2.2.5 Diagnosis Anamnesis harus mencakup perkiraan ketajaman visual sebelum dan segera setelah cedera. Harus diperhatikan apakah kehilangan penglihatan terjadi secara bertahap progresif atau tiba-tiba. Benda asing harus dicurigai jika ada riwayat palu, gerinda, atau ledakan, dan studi pencitraan yang sesuai harus dilakukan. Cedera pada anak dengan riwayat yang tidak sesuai dengan cedera yang dideritanya harus menimbulkan kecurigaan pelecehan anak.7,9 Pemeriksaan fisik dimulai dengan pengukuran dan dokumentasi ketajaman visual. Jika kehilangan penglihatan parah, periksa proyeksi cahaya, diskriminasi dua titik, dan adanya cacat pupil aferen. Uji motilitas mata dan sensasi kulit periorbital, dan palpasi untuk mencari defek pada tepi orbital tulang. Di samping tempat tidur, keberadaan enophthalmos dapat ditentukan dengan melihat profil kornea dari alis. Jika slitlamp tidak tersedia di ruang gawat darurat, senter, pembesar, atau ophthalmoscope langsung yang disetel pada +10 (nomor hitam) dapat digunakan untuk memeriksa permukaan tarsal kelopak mata dan segmen anterior untuk mencari cedera.9,10 Permukaan kornea diperiksa apakah ada benda asing, luka, dan lecet. Konjungtiva bulbar diinspeksi untuk mendeteksi adanya perdarahan, benda asing, atau laserasi. Kedalaman dan kejernihan ruang anterior dicatat. Ukuran, bentuk, dan reaksi cahaya pupil harus dibandingkan dengan mata lainnya untuk memastikan apakah terdapat defek pupil aferen pada mata yang cedera. Mata yang lembut, penglihatan hanya pada gerakan tangan (atau lebih buruk), defek pupil aferen, atau perdarahan vitreous menandakan pecahnya bola mata. Jika bola mata tidak rusak, kelopak mata, konjungtiva palpebra, dan forniks dapat diperiksa dengan lebih teliti, termasuk inspeksi setelah pengubahan kelopak mata atas. Optalmoskop langsung dan tidak langsung digunakan untuk melihat lensa, vitreous, disk optik, dan retina. Dokumentasi fotografi berguna untuk tujuan medikolegal dalam semua kasus trauma eksternal. Dalam semua kasus trauma okuli, mata yang tampaknya tidak terluka juga harus diperiksa dengan cermat. Secara singkat, Pemeriksaan fisik dapat dirangkum menjadi: 6 1.



Menilai tajam penglihatan, bila parah: diperiksa proyeksi cahaya, diskriminasi dua titik dan defek pupil aferen. 11



PAPER DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



2.



NAMA : DIMAS S. LUBIS NIM : 120100422



Pemeriksan motilitas mata dan sensasi kulit periorbita. Lakukan palpasi untuk mencari defek pada tepi tulang orbita.



3.



Pemeriksaan permukaan kornea : benda asing, luka dan abrasi



4.



Inspeksi konjungtiva: perdarahan/tidak



5.



Kamera okuli anterior: kedalaman, kejernihan, perdarahan



6.



Pupil: ukuran, bentuk dan reaksi terhadap cahaya (dibandingkan dengan mata yang lain)



7.



Oftalmoskop: menilai lensa, korpus vitreus, diskus optikus dan retina. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain USG mata, CT scan,



hingga MRI. Pemeriksaan darah lengkap, status kardiologi, radiologi dapat ditambahkan jika akan dilakukan tindakan tertentu yang membutuhkan pemeriksaan penunjang tersebut.6 2.2.6 Penatalaksanaan Penatalaksanaan pada trauma mata bergantung pada berat ringannya trauma ataupun jenis trauma itu sendiri. Namun demikian ada empat tujuan utama dalam mengatasi kasus trauma okular adalah :13 -



Memperbaiki penglihatan.



-



Mencegah terjadinya infeksi.



-



Mempertahankan arsitektur mata.



-



Mencegah sekuele jangka panjang. 1. Trauma Kimia Pada trauma kimia Semua luka bakar kimiawi harus diperlakukan sebagai keadaan darurat mata. Bilas dengan air keran harus segera dimulai di lokasi cedera sebelum pasien dipindahkan. Benda asing yang terlihat jelas juga harus diirigasi jika memungkinkan. Di ruang gawat darurat, riwayat dan pemeriksaan singkat mendahului irigasi yang berlebihan pada permukaan mata, termasuk forniks konjungtiva. NaCl 0,9% disambungkan dengan infus dialirkan ke mata yang cedera. Spekulum kelopak mata dan infiltrasi anestesi lokal pada kelopak mata mungkin diperlukan untuk mengatasi blepharospasm. Analgesik dan anestesi topikal dan agen sikloplegik hampir selalu diindikasikan. Gunakan 12



PAPER DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



NAMA : DIMAS S. LUBIS NIM : 120100422



aplikator berujung kapas yang dibasahi dan penjepit perhiasan untuk menghilangkan partikel dari percabangan, yang kemungkinan besar terjadi pada cedera yang melibatkan semen atau plester bangunan. Waspadai gangguan pernapasan akibat pembengkakan jaringan lunak di saluran udara bagian atas. PH permukaan mata diperiksa dengan menempatkan selembar kertas indikator di forniks; lanjutkan irigasi jika pH tidak antara 7,3 dan 7,7. Setelah lavage, oleskan salep antibiotik dan balutan tekan. Alkali dengan cepat menembus jaringan mata dan akan terus menyebabkan kerusakan lama setelah cedera berlanjut, lavage berkepanjangan dan pemeriksaan pH berulang diperlukan. Asam membentuk penghalang jaringan nekrotik yang diendapkan yang cenderung membatasi penetrasi dan kerusakan lebih lanjut. Luka bakar alkali menyebabkan peningkatan langsung dalam tekanan intraokular karena kontraksi sklera dan kerusakan jaringan trabekuler. Kenaikan tekanan sekunder terjadi 2-4 jam kemudian dari pelepasan prostaglandin, yang mempotensiasi uveitis yang intens. Ini sulit untuk dipantau melalui kornea buram. Pengobatannya dengan steroid topikal, agen antiglaukoma, dan sikloplegik selama 2 minggu pertama. Di atas 2 minggu, steroid harus digunakan dengan hati-hati karena dapat menghambat reepitelisasi.5,16 2. Trauma termal Luka bakar termal pada kelopak mata diobati dengan antibiotik topikal dan perban steril. Jika kerusakan kornea berlanjut, kelopak mata yang membengkak pada awalnya tidak perlu diberikan tekanan. Setelah 2-3 hari, ektropion dan retraksi kelopak mata dimulai. Full thickness skin graft ditunda sampai kontraksi kulit tidak lagi berkembang. Radiasi ultraviolet, bahkan dalam dosis sedang, sering menyebabkan keratitis superfisial yang menyakitkan. Nyeri sering muncul 6-12 jam setelah terpapar. Keratitis ini terjadi setelah terpapar busur las listrik tanpa perlindungan filter, korsleting pada saluran tegangan tinggi, atau paparan pantulan dari salju tanpa kacamata hitam pelindung.



13



PAPER DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



NAMA : DIMAS S. LUBIS NIM : 120100422



Dalam kasus "luka bakar kilat" yang parah, pemberian anestesi topikal steril mungkin diperlukan untuk pemeriksaan. Perawatan terdiri dari penambalan tekanan dengan salep antibiotik. 5,15,16 3. Trauma mekanik Jika terdapat ruptur bola mata yang jelas, kita harus menghindari manipulasi lebih lanjut sampai tindakan operasi dalam kondisi steril dapat dilakukan, biasanya dengan anestesi umum. Agen siklopegik atau antibiotik topikal tidak boleh diberikan sebelum pembedahan karena potensi toksisitas pada jaringan intraokular yang terpapar. Antibiotik spektrum luas sistemik dapat diberikan (misalnya, ciprofloxacin oral, 500 mg dua kali sehari). Analgesik, antiemetik, dan antitoksin tetanus diberikan sesuai kebutuhan. 5 Pecahnya bola mata dapat terjadi akibat trauma tembus tajam atau kekuatan kontusio tumpul. Trauma tumpul menyebabkan peningkatan tekanan orbital dan intraokular, dengan deformasi bola mata. Dekompresi cepat terjadi ketika dinding mata pecah atau isi orbital hernia ke sinus yang berdekatan (blowout fracture). Limbus superonasal adalah tempat paling umum dari ruptur bola mata (efek contrecoup-kuadran temporal bawah yang paling sering terkena trauma). Umumnya, cedera trauma tumpul memiliki prognosis yang lebih buruk daripada cedera tembus karena peningkatan insiden ablasi retina dan avulsi dan herniasi jaringan intraokular. 5 Untuk kasus IOFB, pasien harus segera dirujuk karena kompetensi dokter umum berupa ekstraksi benda asing hanya sampai pada daerah konjungtiva. Sedangkan untuk beberapa kasus hifema yang isinya >5% pasien disarankan untuk istirahat. Pemberian tetes mata steroid sangat direkomendasikan. Pemberian anti nyeri dan aspirin harus dihindari. Hifema dapat dievakuasi dengan pembedahan jika tekanan intraokular tetap tinggi (> 35 mm Hg selama 7 hari atau 50 mm Hg selama 5 hari) untuk menghindari kerusakan saraf optik dan pewarnaan kornea, tetapi ada risiko perdarahan ulang.5 2.2.7



Pencegahan Orang yang terlibat dalam kegiatan industri atau atletik saat mengenakan



lensa resep yang terbuat dari kaca atau plastik memiliki risiko lebih tinggi dari 14



PAPER DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



NAMA : DIMAS S. LUBIS NIM : 120100422



pecahan lensa yang pecah. Kacamata yang paling efektif dalam mencegah cedera terdiri dari lensa polikarbonat dalam bingkai poliamida dengan pelek retensi posterior. Bingkai sampul yang kokoh harus digunakan (daripada bingkai berengsel) karena lebih tahan terhadap pukulan lateral. Dalam aktivitas rekreasi atletik atau berisiko tinggi, disarankan memakai kacamata pelindung untuk melindungi mata secara memadai. Pelindung mata yang tepat sangat diindikasikan untuk mereka yang bermain racquetball, handball, dan squash. Banyak kasus trauma okuli terjadi dalam olah raga ini, terutama dari trauma kontusio okular karena tidak adanya pelindung mata yang memadai. 5



15



PAPER DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



NAMA : DIMAS S. LUBIS NIM : 120100422



BAB 3 KESIMPULAN Trauma pada mata dapat terjadi dalam bentuk-bentuk antara lain trauma mekanik (tumpul dan tajam), trauma kimia (asam dan basa), dan trauma termal. Pemeriksaan awal pada trauma mata antara lain meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik. Anamnesis harus mencakup perkiraan ketajaman penglihatan sebelum dan segera sesudah cedera. Harus dicatat apakah gangguan penglihatan bersifat progesif lambat atau berawitan mendadak. Harus dicurigai adanya benda asing intraocular apabila terdapat riwayat memalu, mengasah atau ledakan. Pemeriksaan fisik dimulai dengan pengukuran dan pencatatan ketajaman penglihatan. Apabila gangguan penglihatannya parah, maka periksa proyeksi cahaya, diskriminasi dua-titik dan adanya defek pupil aferen. Periksa motilitas mata dan sensasi kulit periorbita dan lakukan palpasi untuk mencari defek pada bagian tepi tulang orbita. Pada pemeriksaan bedside, adanya enoftalmus dapat ditentukan dengan melihat profil kornea dari atas alis. Apabila tidak tersedia slit-lamp di ruang darurat, maka senter, kaca pembesar atau oftalmoskop dapat digunakan untuk memeriksa adanya cedera dipermukaan tarsal kelopak mata dan segmen anterior. Permukaan kornea diperiksa untuk mencari adanya benda asing, luka dan abrasi. Dilakukan inspeksi konjungtiva bulbaris untuk mencari adanya perdarahan, benda asing atau laserasi. Kedalaman dan kejernihan kamera anterior dicatat. Ukuran, bentuk dan reaksi terhadap cahaya dari pupil harus dibandingkan dengan mata yang lain untuk memastikan apakah terdapat defek pupil aferen di mata yang cedera. Apabila bola mata tidak rusak, maka kelopak, konjungtiva palpebra dan forniks dapat diperiksa secara lebih teliti, termasuk inspeksi setelah eversi kelopak mata atas. Oftalmoskop langsung dan tidak langsung digunakan untuk mengamati lensa, korpus vitreosus, diskus optikus, dan retina. Penatalaksanaan pada trauma mata bergantung pada berat ringannya trauma ataupun jenis trauma itu sendiri.



16



PAPER DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



NAMA : DIMAS S. LUBIS NIM : 120100422



DAFTAR PUSTAKA 1. Wang W, Zhou Y, Zeng J, Shi M, Chen B. Epidemiology and clinical characteristics of patients hospitalized for ocular trauma in South-Central China. Acta Ophthalmologica. 2017;95(6):e503-e510. 2. KEMENKES RI. RISKESDAS 2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. 2013.p 15 3. Pradana P. Karakteristik pasien trauma okuli di RSUP Sanglah Denpasar pada bulan Juli 2011 – Februari 2015. Medicina. 2017;48(3). 4. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu penyakit mata. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta Edisi 5. 2014;2:224-7. 5. Vaughan D, Asbury T, Schaubert L, Walibon., Hariono B. Oftalmologi umum. Jakarta: ECG; 2015. P.1-358. 6. Tsai J. Oxford American Handbook of Ophthalmology. Oxford University Press; 2011.p.84-5 7. Ross MH, Pawlina W. Histology a Text and Atlas (Sixth Edition). Philadelphia: Wolters Kluwer Lippincott Williams & Wilkins; 2011. P.54955 8. Kuhn F, Morris R, Witherspoon CD, Mester V.J Fr Ophtalmol. The Birmingham Eye Trauma Terminology system (BETT). 2004 Feb;27(2):20610. 9. Bukhari S, Mahar PS, Qidwai U, Bhutto IA, Memon AS. Ocular trauma in children. Pakistan Journal of Ophthalmology. 2011;27(4) 10. Sasono W, Sasmito LB, Rochmah M. INTRALENTICULAR FOREIGN BODY IN PENETRATING INJURY. Jurnal Oftalmologi Indonesia Vol. 2008 Dec;6(3). 11. Nadeem S, Ayub M, Fawad H. Visual outcome of ocular trauma. Pakistan Journal of Ophthalmology. 2013;29(1). 12. Rossi T, Boccassini B, Esposito L, Iossa M, Ruggiero A, Tamburrelli C, Bonora N. The pathogenesis of retinal damage in blunt eye trauma: finite element modeling. Investigative ophthalmology & visual science. 2011 Jun 1;52(7):3994-4002. 17



PAPER DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



NAMA : DIMAS S. LUBIS NIM : 120100422



13. Agrawal R, Shah M, Mireskandari K, Yong GK. Controversies in ocular trauma classification and management. International ophthalmology. 2013 Aug 1;33(4):435-45. 14. Puzari BS, Das RK, Pegu I. A study on ocular injuries following road traffic accidents. Int J Res Med Sci. 2017 Feb;5(2):627-30. 15. Sahraravand A, Haavisto AK, Holopainen JM, Leivo T. Ocular traumas in working age adults in Finland–Helsinki Ocular Trauma Study. Acta ophthalmologica. 2017 May;95(3):288-94. 16. Fish R, Davidson RS. Management of ocular thermal and chemical injuries, including amniotic membrane therapy. Current opinion in ophthalmology. 2010 Jul 1;21(4):317-21.



18