Laporan Pendahuluan Tumor Mamae [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN TUMOR MAMAE DI RUANG INSTALASI BEDAH SENTRAL RS KEN SARAS



Disusun oleh: RIZKY APRI FAJRIANTI P1337420614040



PRODI S1 TERAPAN KEPERAWATAN SEMARANG JURUSAN KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG



2018



LAPORAN PENDAHULUAN



A.



Definisi Tumor mammae adalah adanya ketidakseimbangan yang dapat terjadi pada



suatu sel / jaringan di dalam mammae dimana ia tumbuh secara liar dan tidak bisa dikontol ( Dr.Iskandar,2007). Tumor mamae adalah adalah karsinoma yang berasal dari parenkim, stroma, areola dan papilla mamma. (Lab. UPF Bedah RSDS, 2010). B.



Etiologi dan Faktor Resiko Penyebab pasti tumor payudara belum diketahui. Namun, ada beberapa



faktor resiko yang telah teridentifikasi menurut Dr.Iskandar (2007) , yaitu : 1. Jenis kelamin Wanita lebih beresiko menderita tumor payudara dibandingkan dengan pria.Prevalensi tumor payudara pada pria hanya 1% dari seluruh tumor payudara. 2. Riwayat keluarga Wanita yang memiliki keluarga tingkat satu penderita tumor payudara beresiko tiga kali lebih besar untuk menderita tumor payudara. 3. Faktor genetik Mutasi gen BRCA1pada kromosom 17 dan BRCA2 pada kromosom 13 dapat meningkatkan resiko tumor payudara sampai 85%. Selain itu, gen p53, BARD1, BRCA3, dan noey2 juga diduga meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara. 4. Faktor usia Resiko tumor payudara meningkat seiring dengan pertambahan usia. 5. Faktor hormonal Kadar hormon yang tinggi selama masa reproduktif, terutama jika tidak diselingi oleh perubahan hormon akibat kehamilan, dapat meningkatkan resiko terjadinya tumor payudara. 6. Usia saat kehamilan pertama Hamil pertama pada usia 30 tahun beresiko dua kali lipat dibandingkan dengan hamil pada usia kurang dari 20 tahun. 7. Terpapar radiasi 8. Intake alkohol 9. Pemakaian kontrasepsi oral Pemakaian kontrasepsi oral dapat meningkatkan resiko tumor payudara. Penggunaan



pada



usia



kurang



dari



20



tahun



dibandingkan dengan penggunaan pada usia lebih tua. C.



Jenis Tumor Mamae



beresiko



lebih



tinggi



1. Tumor jinak Hanya tumbuh membesar , tidak terlalu berbahaya dan tidak menyebar keluar jaringan 2. Tumor ganas Kanker adalah sel yang telah kehilangan kendali danb mekanisme normalnya sehingga mengalami pertumbuhan tidak wajar , liar , dan kerap kali menyebar jauh ke sel jaringan lain serta merusak. D. Manifestasi Klinis Keluhan penderita kanker payudara (Lab. UPF Bedah RSDS, 2010): 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.



Mungkin tidak ada tumor mammae umumny atidak nyeri ulkus/perdarahan dari ulkus erosi putting susu perdarahan.keluar cairan dari putting susu nyeri pada payudara kelainan bentuk payudara keluhan karena metastase



E.



Pathway Perubahan genetic dalam sel



Sel menjadi abnormal



Poliferasi sel-sel maligna dalam payudara



Tumor Payudara



Cemas hormonal



Radiasi



Mastektomi Kurang Informasi Luka Operasi (trauma jaringan)



Nyeri



Emosional distress Kelemahan (ketidakmampuan mengontrol nyeri)



Kurang Pengetahuan



Tidak adekuat pertahanan system imun



Kerusakan integritas kulit



Resti infeksi



Perubahan penampilan



Gangguan konsep diri Kehilangan selera makan Nutrisi kurang dari kebutuhan



Patofisiologi Tumor/neoplasma merupakan kelompok sel yang berubah dengan cirri-ciri: proliferasi sel yang berlebihan dan tidak berguna yang tidak mengikuti pengaruh struktur jaringan sekitarnya. Neoplasma yang maligna terdiri dari sel-sel kanker yang menunjukkan proliferasi yang tidak terkendali yang mengganggu fungsi jaringan normal dengan menginfiltrasi dan memasukinya dengan cara menyebarkan anak sebar ke organ-organ yang jauh. Di dalam sel tersebut terjadi perubahan secara biokimia terutama dalam intinya. Hampir semua tumor ganas tumbuh dari suatu sel di mana telah terjadi transformasi maligna dan berubah menjadi sekelompok sel-sel ganas di antar sel-sel normal. Kanker payudara bukan satu-satunya penyakit banyak, tergantung pada jaringan payudara yang terkena, ketergantungan estrogennya, dan usia permulaannya. Penyakit payudara ganas sebelum menopause berbeda dari penyakit payudara ganas sesudah masa menopause (postmenopause). Respon dan prognosis penanganannya berbeda dengan berbagai penyakit berbahaya lainnya. Beberapa tumor yang dikenal sebagai “estrogen dependent” mengandung reseptor yang mengikat estradiol, suatu tipe ekstrogen, dan pertumbuhannya dirangsang oleh estrogen. Reseptor ini tidak manual pada jarngan payudara normal atau dalam jaringan dengan dysplasia. Kehadiran tumor “Estrogen Receptor Assay (ERA)” pada jaringan lebih tinggi dari kanker-kanker payudara hormone dependent. Kanker-kanker ini memberikan respon terhadap



hormone



treatment



(endocrine



chemotherapy,



oophorectomy,



atau



adrenalectomy). (Smeltzer, dkk, 2002) F.



Pemeriksaan diagnostik 1. Ultrasonografi dapat membedakan antara masa padat dan kista pada jaringan payudra keras 2. Mammografi memperlihatkan struktur internal payudara,dapat mendeteksi tumor yang terjadi pada tahap awal 3. Scan CT dan MRI teknik scan yang dapat mendeteksi penyakit payudara



G.



Penatalaksanaan



1. Pembedahan



a.



Mastektomi parsial (eksisi tumor lokal dan penyinaran). Mulai dari lumpektomi sampai pengangkatan segmental (pengangkatan jaringan yang



b.



luas dengan kulit yang terkena). Mastektomi total dengan diseksi aksial rendah seluruh payudara, semua



kelenjar limfe dilateral otocpectoralis minor. c. Mastektomi radikal yang dimodifikasi Seluruh payudara, semua atau sebagian besar jaringan aksial 1) Mastektomi radikal Seluruh payudara, otot pektoralis mayor dan minor dibawahnya : seluruh isi aksial. 2) Mastektomi radikal yang diperluas Sama seperti mastektomi radikal ditambah dengan kelenjar limfe mamaria interna. 2. Non pembedahan a. Penyinaran Pada payudara dan kelenjar limfe regional yang tidak dapat direseksi pada kanker lanjut pada metastase tulang, metastase kelenjar limfe aksila. Kemoterapi Adjuvan sistematik setelah mastektomi; paliatif pada penyakit yang lanjut. c. Terapi hormon dan endokrin Kanker yang telah menyebar, memakai estrogen, androgen, antiestrogen, b.



coferektomi adrenalektomi hipofisektomi. (Smeltzer, dkk, 2002) H.



Asuhan Keperawatan 1. Pre Operatif a. Pengkajian 1) Identitas pasien 2) Tanda-tanad vital 3) Riwayat penyakit : alergi, penyakit paru (asma, PPOM, TB paru), penggunaan narkoba, alkoholisme, menggunakan obat seperti kortikosteroid dan obat jantung 4) Riwayat kesehatan keluarga : DM. Hipertensi 5) Status nutrisi : BB, puasa, tinggi badan 6) Keseimbangan cairan dan elektrolit 7) Ada tidaknya gigi palsu, pemakaian lensa kontak, atau cat kuku dan implan prosthesis lainnya 8) Pencukuran daerha operasi 9) Kolaborasi dengan dokter anestesi tentang pemberian jenis anestesi dan pemakaian obat anestesi yang akan dilakukan 10) Pemeriksaan penunjung : rontgen, EKG, pemeriksaan laboratorium (darah lengkap, faal hepar, faa ginjal, masa pembekuan darah), biopsi, pemeriksaan gula darah 11) Informed consent



12)



Penentuan status ASA



b. Diagnosa Keperawatan Pre Operatif a.Cemas berhubungan dengan krisis situasional b. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan paparan c.Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi 2. Intra Operatif Fase intra operatif dimulai ketika pasien masuk atau dipindah ke instalasi bedah dan berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan. Aktivitas keperawatan yang dilakukan selama tahap intra operatif meliputi 4 hal, yaitu: a. Safety Management (Pengaturan posisi pasien) Faktor penting yang harus diperhatikan ketika mengatur posisi di ruang operasi adalah: daerah operasi, usia, berat badan pasien, tipe anastesidan nyeri. Posisi yang diberikan tidak boleh mengganggu sirkulasi, respirasi, tidak melakukan penekanan yang berlebihan pada kulit dan tidak menutupi daerah atau medan operasi. -Kesejajaran fungsional maksudnya adalah memberikan posisi yang tepat selama operasi. Operasi yang berbeda akan membutuhkan posisi yang berbeda pula, supine -Pemajanan area pembedahan maksudnya adalah daerah mana yang akan dilakukan tindakan pembedahan. Dengan pengetahuan tentang hal ini perawat dapat mempersiapkan daerah operasi dengan teknik drapping -Mempertahankan



posisi



sepanjang



prosedur



operasi



dengan



tujuan untuk mempermudah proses pembedahan juga sebagai bentuk jaminan keselamatan pasien dengan memberikan posisi fisiologis dan mencegah terjadinya injury. -Memasang alat grounding ke pasien -Memberikan dukungan fisik dan psikologis pada klien untuk menenagkan pasien selama operasi sehingga pasien kooperatif. -Memastikan bahwa semua peralatan yang dibutuhkan telah siap seperti : cairan infus, oksigen, jumlah spongs, jarum dan instrumen tepat. b. Monitoring Fisiologis -Melakukan balance cairan



-Memantau kondisi cardiopulmonal meliputi fungsi pernafasan, nadi, tekanan



darah, frekuensi



denyut



jantung, saturasi



oksigen,



perdarahan dll. -Pemantauan terhadap perubahan vital sign c.



Monitoring Psikologis -Memberikan dukungan emosional pada pasien -Berdiri di dekat klien dan memberikan sentuhan selama prosedur induksi -Mengkaji status emosional klien -Mengkomunikasikan status emosional klien kepada tim kesehatan (jika ada perubahan)



d. Pengaturan dan koordinasi Nursing Care -Memanage keamanan fisik pasien -Mempertahankan prinsip dan teknik asepsis Obat-obat anestesi (Smeltzer, 2002): 1.



Obat-obat premedikasi: SA 0,001-0,002 mg/KgBB, Midazolam



0,1-0,2 mg/KgBB, Fentanyl 1-2 mcg/KgBB, Pethidin 1 mg/KgBB 2. Obat antiemetik: Ondansetron 4mg/2mL, Sotatic 10mg/2 mL 3. Obat induksi: Propofol 1,5-2,5 mg/Kg/BB 4. Obat musculorelaksan: Recorium bromide 0,5-1 mg/Kg/BB, Sucynil Colin 1 mg/KgBB, Roculax 0,5-1 mg/KgBB 5. Obat emergency: Adrenalin injeksi,



Epidrin



injeksi,



Dexamethason injeksi, Aminophilin injeksi 6. Obat analgetik: Ketorolac 30 mg/ 1 mL, Torasix 30mg/1 mL 7. Obat antidotum: Prostigmin dan narkan 8. Cairan yang diperlukan: Kristaloid seperto ringer laktat, aquadest 25 CC untuk larutan obat, assering. Koloid seperti fimahest atau gelofusion Diagnosa Keperawatan Intra Operatif : a.



Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan



tekanan inspirasi danekspirasi karena pemberian agent anastesi. b. Resiko infeksi berhubungan dengan pembedahan, prosedur invasif dan truma jaringan. c. Resiko cidera berhubungan dengan anastesi dan pembedahan. 3. Post Operatif Fase pasca anesthesia.



Setelah dilakukan mastektomi, penderita dipindah ke ruang pemulihan disertai dengan oleh ahli anesthesia dan staf profesional lainnya. a. Mempertahankan ventilasi pulmoner. Menghindari terjadiya obstruksi pada periode anestesi pada saluran pernafasan, diakibatkan penyumbatan oleh lidah yang jatuh, kebelakang dan tumpukan sekret, lendir yang terkumpul dalam faring trakea atau bronkhial ini dapat dicegah dengan posisi yang tepat dengan posisi miring/setengah telungkup dengan kepala ditengadahkan bila klien tidak bisa batuk dan mengeluarkan dahak atau lendir, harus dilakukan penghisapan dengan suction. b. Mempertahankan sirkulasi Pada saat klien sadar, baik dan stabil, maka posisi tidur diatur ”semi fowler” untuk mengurangi oozing venous (keluarnya darah dari pembuluhpembuluh darah halus) lengan diangkat untuk meningkatkan sirkulasi dan mencegah terjadinya udema, semua masalah ini gangguan rasa nyaman (nyeri) akibat dari sayatan luka operasi merupakan hal yang pailing sering terjadi c. Masalah psikologis. Payudara merupakan alat vital seseorang ibu dan wanita, kelainan atau kehilangan akibat operasi payudara sangat terasa oleh pasien,haknya seperti dirampas sebagai wanita normal, ada rasa kehilangan tentang hubungannya dengan ssuami, dan hilangnya daya tarik serta serta pengaruh terhadap anak dari segi menyusui. d. Mobilisasi fisik. Pada pasien pasca mastektomi perlu adanya latihan-latihan untuk mencegah atropi otot-otot kekakuan dan kontraktur sendi bahu, untuk mencegah kelainan bentuk (diformity) lainnya, maka latihan harus seimbang dengan menggunakan secara bersamaan. Perawatan post mastektomi a. Pemasangan plester /hipafik b. Dalam hal ini pemasangan plester pada operasi mastektomi hendaknya diperhatikan arah tarikan-tarikan kulit (langer line) agar tidak melawan gerakkan-gerakkan alamiah, sehingga pasien dengan rileks menggerakkan sendi bahu tanpa hambatan dan tidak nyeri untuk itu perlu diperhatikan cara meletakkan kasa pada luka operasi dan cara melakukan fiksasi plester pada dinding dada. c. Plester medial melewati garis midsternal



d. e. f. g. h.



Plester posterior melewati garis axillaris line/garis ketiak Plester posterior(belakang) melewati garis axillaris posterior. Plester superior tidak melewati clavicula Plester inferior harus melewati lubang drain Untuk dibawah klavicula ujug hifavik dipotong miring seperti



memotong baju dan dipasang miring dibawah ketiak sehingga tidak mengangu grakkan tangan. i. Perawatan pada luka eksisi tumor. j. Bila dikerjakan tumorektomi,pakai hipafik ukuran 10 cm yang dibuat seperti BH sehingga menyangga payudara . k. Klien yang dikerjakan transplantasi kulit kalau kasa penutup luka basah dengan darah atau serum harus segera diganti, tetapi bola penutup (thiersch) tidak boleh dibuka. l. Pemberian injeksi dan pengambilan darah. Pengukuran tensi Diagnosa Keperawatan Post Operatif a. Resiko aspirasi berhubungan dengan status kesadaran, reflek menelan belum optimal karena pemakaian obat anastesi b. Resiko cidera berhubungan dengan tingkat kesadaran pasien



I.



Intervensi 1. Pre operatif (Johnson, 2000)



DIAGNOSA



NOC



NIC



KEP. Cemas



Setelah dilakukan



Anxiety reduction :



berhubungan



asuhan keperawatan



dengan perubah



selama..... pasien



· Tenangkan pasien · Jelaskan seluruh prosedurt tindakan kepada



an status



menunjukan anxiety



kesehatan



control dengan kriteria hasil: 1.



Pasien



kooperatif 2. Mampu mengidentifikasikan cemas dengan bahasa tubuh yang tenang



pasien dan perasaan yang mungkin muncul pada saat melakukan tindakan · Berusaha memahami keadaan pasien · Berikan informasi tentang diagnosa, prognosis dan tindakan · Mendampingi pasien untuk mengurangi kecemasan dan meningkatkan kenyamanan · Dorong pasien untuk menyampaikan tentang isi perasaannya · Kaji tingkat kecemasan · Dengarkan dengan penuh perhatian



3.



Vital sign dbn



· Ciptakan hubungan saling percaya · Bantu pasien menjelaskan keadaan yang bisa menimbulkan kecemasan · Bantu pasien untuk mengungkapkan hal hal yang membuat cemas · Ajarkan pasien teknik relaksasi · Berikan obat obat yang mengurangi cemas · Teaching : Dissease Process



Kurang



Setelah dilakukan



pengetahuan



asuhan keperawatan



-



tentang



selama......,



penyakit,



pengetahuan klien



keluarga tentang proses penyakit Jelaskan tentang patofisiologi penyakit,



perawatan,peng



meningkat dengan



obatan



kriteria hasil



kurang paparan



1.



Klien mampu



terhadap



menjelaskan kembali



informasi



apa yang dijelaskan 2. Klien kooperative saat dilakukan tindakan



Kaji



tingkat



pengetahuan



klien



dan



tanda dan gejala serta penyebabnya Sediakan informasi tentang kondisi klien Berikan informasi tentang perkembangan klien Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin



diperlukan



untuk



mencegah



komplikasi di masa yang akan datang dan atau kontrol proses penyakit Jelaskan alasan dilaksanakannya tindakan atau terapi Gambarkan komplikasi yang mungkin terjadi Anjurkan klien untuk mencegah efek samping dari penyakit Gali sumber-sumber atau dukungan yang ada Anjurkan klien untuk melaporkan tanda



Nyeri akut b.d



Setelah dilakukan



dan gejala yang muncul pada petugas kesehatan Lakukan pengkajian nyeri secara



agen injuri



asuhan keperawatan



komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,



biologi



selama pertemuan,



durasi, frekuensi Monitor vital sign Gunakan teknik komunikasi terapeutik



nyeri klien berkurang dengan kriteria hasil: 1. 2.



Nyeri terkontrol Klien



menggunakan teknik non farmakologi



untuk mengetahui pengalaman nyeri Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam untuk mengurangi nyeri



untuk mengurangi nyeri 3. Tanda vital dalam rentang normal



2.



Intra Operatif (Juall, 2003)



DIAGNOSA KEP. Pola nafas tidak



NOC Setelah dilakukan asuhan



NIC Airway and breathing management :



efektif berhubungan keperawatan selama 1 x 24 - Monitor ventilasi (jalan dan suara nafas) - Lakukan management ventilasi dengan dengan penurunan jam pasien menunjukan head tilt chin leaf / jaw trust positioning tekanan inspirasi respiration control dengan - Pasang alat bantu nafas : mouth dan ekspirasi kriteria hasil: airway/orofaringeal tube, ET, LMA karena pemberian 1. Jalan nafas adequat - Monitor keakuratan fungsi ET, LMA 2. Suara nafas - Lakukan assisted respiration agent anastesi. - Monitor vital sign dan saturasi O2 secara vesikuler 3. Saturasi O2 dbn periodik Resiko infeksi Setelah dilakukanasuhan Infection control management berhubungan



keperawatan selama 1 x 24



-



dengan



jam, menunjukkan



pembedahan,



infection protection,



operasi untuk pasien maupun petugas - Batasi jumlah personil di kamar



prosedur invasif



enviroment, host and agent



dan truma jaringan.



control dengan kriteria hasil 1.



Terkendalinya



nfection control 2. Luka dan keadaan sekitar bersih



Resiko cidera



Setelah dilakukanasuhan



Kendalikan prosedur masuk kamar



operasi - Kendalikan sterilitas ruangan dan peralatan yang dipakai - Lakukan cuci tangan bedah, pemakaian jas operasi, pemakaian sarung tangan dan duk operasi sesuai prosedur. - Terapkan prosedur septik aseptik. - Lakukan penutupan luka sesuai prosedur - Kolaborasi pemberian antibiotik - Environment kontrol Injury control management



berhubungan



keperawatan selama1 x 24



dengan anastesi dan



jam menunjukkan injury



pembedahan.



neuromuscular protection



-



Anatomis dan imobil position Pasang groundit kouter dengan



benar - Melakukan tindakan anastesi sesuai



dengan kriteria hasil :



dengan prosedur - Memasang alat bantu pernafasan



· Tidak terjadi luka baru diluar organ target



sesuai dengan prosedur - Hindari manipulasi jaringan



· Instrument terhitung



berlebihan - Penggunaan instrument yang tepat



lengkap sebelum dan sesudah operasi.



dan benar - Perhitungan jumlah instrument sebelum dan sesudah operasi yang



3.Post Operatif (Juall, 2003) DIAGNOSA KEP. Resiko aspirasi



Setelah dilakukan asuhan



Aspiration Precaution :



berhubungan



keperawatan selama......,



- Monitor tingkat kesadaran dan reflek



dengan status



menunjukkan control



kesadaran, reflek



dengan kriteria hasil



menelan - Monitor status airway dan bebaskan



menelan belum



1. Airway terkontrol dan



optimal karena



adequat 2. Reflek menelan efektif



pemakaian obat



NOC



NIC



airway - Lakukan suctioning jika perlu - Posisikan supinasi atau posisi SIM pada operasi jalan nafas



anastesi Resiko cidera



Setelah dilakukan asuhan



berhubungan



keperawatan selama......,



-



dengan tingkat



menunjukkan risk control



kesadaran pasien



dengan kriteria hasil



nyaman Posisikan tidur sesuai instruksi medis



1. Pasien terbebas dari cidera 2. Pasien komunikatif dan kooperatif



Environment Management : Sediakan lingkungan yang aman dan



/ anastesi Memasang side trail tempat tidur Hindari dari perabot yang berbahaya Kaji tingkat kesadaran Dampingi selama pasien belum sadar penuh Lindungi arah gerakan dan jangan lawan gerakan pasien Rangsang kesadaran



pasien



ke



Compos Mentis Alat invasif terkontrol



DAFTAR PUSTAKA Johnson,Marion, dkk. (2000). Nursing Outcome Classifications (NOC). St. Louis :Mosby Year-Book Juall,Lynda,Carpenito



Moyet.



(2003).Buku



Saku



Diagnosis



Keperawatan



edisi



10.Jakarta:EGC Junaedi, Iskandar dr., (2007) Kanker. Jakarta : PT. Buana Ilmu Populer Lab. UPF Bedah, 2000. Pedoman Diagnosis dan Terapi , RSDS-FKUA, Surabaya https://www.scribd.com/document/256119672/PATHWAY-Tumor-Mamae , diakses pada tanggal 13 Januari 2018 Sjamsulhidayat, R. dan Wim de Jong. 1998. Buku Ajar Imu Bedah, Edisi revisi. EGC : Jakarta. Smeltzer, Suzanne C. and Brenda G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah : Brunner Suddarth, Vol. 2. EGC : Jakarta.