Laporan Pendahuluan Vomitus [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN VOMITUS PADA An di Klinik Griya Husada 3



Nama kelompok : 1. 2. 3. 4. 5. 6.



Prima Siwi Ramadhani 19.0.P.248 Risky Mustika Sari 19.0.P.251 Shellina Balkis Puspitasari 19.0.P.253 Susanty Devi Mareta 19.0.P.254 Tri mulyani 19.0.P.255 Tri wuryanti 19.0.P.256



SARJANA KEPERAWATAN SEMESTER 4 STIKES MITRA HUSDA KARANGANYAR 2020/2021



A. KONSEP DASAR KEBUTUHAN DASAR MANUSIA PADA ANAK 1. DEFINISI Muntah adalah suatau refleks kompleks yang diperantarai oleh pusat muntah di medulla oblongata otak. Muntah adalah keluarnya kembali sebagian besar atau seluruh isi lambung yang terjadi secara paksa melalui mulut, disertai dengan kontraksi lambung dan abdomen. Muntah adalah pengeluaran isi lambung secara eksklusif melalui mulut dengan bantuan kontraksi otot- otot perut. Perlu dibedakan antara regurgitasi, ruminasi, ataupun refluesophagus. Regurgitasi adalah makanan yang dikeluarkan kembali kemulut akibat gerakan peristaltic esophagus, ruminasi adalah pengeluaran makanan secra sadar untuk dikunyah kemudian ditelan kembali. Sedangkan refluesophagus merupakan kembalinya isi lambung kedalam esophagus dengan cara pasif yang dapat disebabkan oleh hipotoni spingter eshopagus bagian bawah, posisi abnormal sambungan esophagus dengan kardial atau pengosongan isi lambung yang lambat. 2. ETIOLOGI Muntah adalah gejala dari berbagai macam penyakit, maka evaluasi diagnosis mutah tergantung pada deferensial diagnosis yang dibuat berdasarkan faktor lokasi stimulus, umur dan gejala gastrointestinal yang lain. Kelainan anatomik kongenital, genetik, dan penyakit metabolik lebih sering terlihat pada periode neonatal, sedangkan peptik, infeksi, dan psikogenik sebagai penyebab mutah lebih sering terjadi dengan meningkatnya umur.Intoleransi makanan, perilaku menolak makanan dengan atau tanpa mutah sering merupakan gejala dari penyakit jantung, ginjal, paru, metabolik, genetik, kelainan neuromotor. Penyebab muntah bisa karena : 1. Penyakit infeksi atau radang di saluran pencernaan atau di pusat keseimbangan. 2. Penyakit-penyakit karena gangguan metabolisme seperti kelainan metabolisme karbohidrat (galaktosemia dan sebagainya), kelainan metabolisme asam amino/asam organic (misalnya gangguan siklus urea dan fenilketonuria).



3. Gangguan pada system syaraf (neurologic) bisa karena gangguan pada struktur (misalnya hidrosefalus), adanya infeksi (misalnya meningitis dan ensefalitis), maupun karena keracunan (misalnya keracunan syaraf oleh asiodosis dan hasil samping metabolisme lainnya). 4. Masalah sensitifitas 5. Keracunan makanan atau Toksin di saluran pencernaan. 6. Kondisi fisiologis misalnya yang terjadi pada anak-anak yang sedang mencari perhatian dari lingkungan sekitarnya dengan mengorek kerongkongan dengan jari telunjuknya. Penyakit gastroenteritis akut merupakan penyebab muntah yang paling sering terjadi pada anak-anak. Pada kondisi ini, muntah biasanya terjadi bersama-sama dengan diare dan rasa sakit pada perut. Pada umumnya disebabkan oleh virus dan bakteri patogen. Virus utama penyebab muntah adalah rotavirus, sementara bakteri patogen mencakup Salmonella, Shigella, Campylobacter dan Escherichia coli. 3. PATOFISIOLOGI Impuls – impuls aferens berjalan ke pusat muntah sebagai aferen vagus dan simpatis. Impuls- impuls aferen berasal dari lambung atau duodenum dan muncul sebagai respon terhadap distensi berlebihan atau iritasi, atau kadang- kadang sebagai respon terhadap rangsangan kimiawi oleh bahan yang menyebabakan muntah. Muntah merupakan respon refleks simpatis terhadap berbagai rangsangan yang melibatkan berbagai aktifitas otot perut dan pernafasan. Proses muntah dibagi 3 fase berbeda, yaitu : 1. Nausea (mual) merupakan sensasi psikis yang dapat ditimbulkan akibat rangsangan pada organ dan labirin dan emosi dan tidak selalu diikuti oleh retching atau muntah. 2. Retching (muntah) merupakan fase dimana terjadi gerak nafas pasmodic dengan glottis tertutup, bersamaan dengan adanya inspirasi dari otot dada dan diafragma sehingga menimbulkan tekanan intratoraks yang negatif. 3. Emesis (ekspulsi) terjadi bila fase retching mencapai puncaknya dan ditandai dengan kontraksi kuat otot perut, diikuti dengan bertambah turunannya diafragma disertai dengan penekanan mekanisme



antirefluks. Pada fase ini, pylorus dan antrum berkontraksi, fundus dan esofagus berelaksasi dan mulut terbuka.



4. TANDA DAN GEJALA Tanda dan gejala Vomiting atau Muntah antara lain: 1. Keringat dingin 2. Suhu tubuh yang meningkat 3. Mual 4. Nyeri perut 5. Akral teraba dingin 6. Wajah pucat 7. Terasa tekanan yang kuat pada abdomen dan dada 8. Pengeluaran saliva yang meningkat 9. Bisa disertai dengan pusing 5. PEMERIKSAAN PENUNJANG  Pemeriksaan laboratorium a. Darah lengkap b. Elektrolit serum pada bayi dan anak yang dicurigai mengalami dehidrasi. c. Urinalisis, kultur urin, ureum dan kreatinin untuk mendeteksi adanya infeksi atau kelainan saluran kemih atau adanya kelainan metabolik. d. Asam amino plasma dan asam organik urin perlu diperiksa bila dicurigai adanya penyakit metabolik yang ditandai dengan asidosis metabolik berulang yang tidak jelas penyebabnya. e. Amonia serum perlu diperiksa pada muntah siklik untuk menyingkirkan kemungkinan defek pada siklus urea. f. Faal hepar, amonia serum, dan kadar glukosa darah perlu diperiksa bila dicurigai ke arah penyakit hati. g. Amilase serum biasanya akan meningkat pada pasien pankreatitis akut. Kadar lipase serum lebih bermanfaat karena kadarnya tetap meninggi selama beberapa hari setelah serangan akut.



h. Feses lengkap, darah samar dan parasit pada pasien yang dicurigai gastroenteritis atau infeksi parasit.  Ultrasonografi Dilakukan pada pasien dengan kecurigaan stenosis pilorik, akan tetapi dua pertiga bayi akan memiliki hasil yang negatif sehingga menbutuhkan pemeriksaan barium meal.  Foto polos abdomen a. Posisi supine dan left lateral decubitus digunakan untuk mendeteksi malformasi anatomik kongenital atau adanya obstruksi. b. Gambaran air-fluid levels menandakan adanya obstruksi tetapi tanda ini tidak spesifik karena dapat ditemukan pada gastroenteritis c. Gambaran udara bebas pada rongga abdomen, biasanya di bawah diafragma menandakan adanya perforasi. d. Barium meal Tindakan ini menggunakan kontras yang nonionik, iso-osmolar, serta larut air. Dilakukan bila curiga adanya kelainan anatomis dan atau keadaan yang menyebabkan obstruksi pada pengeluaran gaster. e. Barium enema Untuk mendeteksi obstrusi usus bagian bawah dan bisa sebagai terapi pada intususepsi. 6. TERAPI  Antagonis dopamine Obat-obatan antiemetik biasanya diperlukan pada muntah pasca operasi, mabuk perjalanan, muntah yang disebabkan oleh obat-obatan sitotoksik, dan penyakit refluks gastroesofageal. Contohnya Metoklopramid dengan dosis pada bayi 0.1 mg/kgBB/kali PO 3-4 kali per hari. Pasca operasi 0.25 mg/kgBB per dosis IV 3-4 kali/hari bila perlu. Dosis maksimal pada bayi 0.75 mg/kgBB/hari. Akan tetapi obat ini sekarang sudah jarang digunakan karena mempunyai efek ekstra piramidal seperti reaksi distonia dan diskinetik serta krisis okulonergik. Domperidon adalah obat pilihan yang banyak digunakan sekarang ini karenadapat dikatakan lebih aman. Domperidon merupakan derivate benzimidazolin yang secara invitro merupakan antagonis dopamine. Domperidon mencegah refluks esophagus berdasarkan efek peningkatan tonus sfingter esophagus bagian bawah.



 Antagonisme terhadap histamine (AH1) Diphenhydramine dan Dimenhydrinate (Dramamine) termasuk dalam golongan etanolamin. Golongan etanolamin memiliki efek antiemetik paling kuat diantara antihistamin (AH1) lainnya.Kedua obat ini bermanfaat untuk mengatasi mabuk perjalanan (motion sickness) atau kelainan vestibuler. Dosisnya oral: 11,5mg/kgBB/hari dibagi dalam 4-6 dosis. IV/IM: 5 mg/kgBB/haridibagi dalam 4 dosis.  Prokloperazin dan Klorpromerazin Merupakan derivate fenotiazin.Dapat mengurangi atau mencegah muntah yang disebabkan oleh rangsangan pada CTZ.Mempunyai efek kombinasi antikolinergik dan antihistamin untuk mengatasi muntah akibat obat-obatan, radiasi dan gastroenteritis. Hanya boleh digunakan untuk anak diatas 2 tahun dengan dosis 0.4–0.6 mg/kgBB/hari tiap dibagi dalam 3-4 dosis, dosis maksimal berat badan  Antikolinergik Skopolamine dapat juga memberikan perbaikan pada muntah karena faktor vestibular atau stimulus oleh mediator proemetik. Dosis yang digunakan adalah 0,6 mikrogram/kgBB/ hari dibagi dalam 4 dosis dengan dosis maksimal 0,3mg per dosis.  5-HT3 antagonis serotonin Yang sering digunakan adalah Ondanasetron. Mekanisme kerjanya diduga dilangsungkan dengan mengantagonisasi reseptor 5-HT yang terdapat pada CTZ di area postrema otak dan mungkin juga pada aferen vagal saluran cerna.Ondansentron tidak efektif untuk pengobatan motion sickness. Dosis mengatasi muntah akibat kemoterapi 4–18 tahun: 0.15 mg/kgBB IV 30 menit senelum kemoterapi diberikan, diulang 4 dan 8 jam setelah dosis pertama diberikan kemudiansetiap 8jam untuk 1-2 hari berikutnya. Dosis pascaoperasi: 2– 12 yr 40 kg: 4 mg IV; >12 yr: dosis dewasa8 mg PO/kali.



7. KOMPLIKASI  Komplikasi metabolic  Dehidrasi, alkalosismetabolik, gangguanelektrolit& asam basa,deplesi kalium,natrium.Dehidrasi terjadi sebagai dampak dari hilangnya cairan lewat muntah / masukanyg minus



















karena karena kerap kali muntah.Alkalosis sebagai dampak dari hilangnya asam lambung,hal ini diperberat karenamasuknya ion hidrogen kedlm sel karena defisiensi kalium & berkurangnya natriumekstraseluler.Kalium bisa hilang bersama bahan muntahan & keluar lewat ginjal bersamasama bikarbonat. Natriumbisa hilang lewat muntah & urine. Pada keadann alkalosis yg berat, pH urine bisa 7/ 8,kadar natrium & kalium urine cukup tinggi walaupun terjadi deplesi Natrium &Kalium Gagal Tumbuh KembangMuntah berulang & cukup hebat menyebabkan gangguan gizi karena intake menjadi sangat berkurang & kalau/jika hal ini terjadi cukup lama, kian mau terjadi kegagalan tumbuh kembang. Aspirasi Isi LambungAspirasi bahan muntahan bisa menyebabkan asfiksia. Episode aspirasi ringan berulang menyebabkan munculnya infeksi saluran nafas berulang. Hal ini terjadi sebagai konsekuensi GERD. Mallory Weiss syndromeMewujudkan/adalahlaserasi linier pada mukosa perbatasan esofagus & lambung. Biasanya terjadipada muntah hebat berlangsung lama. Pada pemeriksaan endoskopi diketemukan kemerahan padamukosa esofagus bagian bawah daerah LES. Dlm waktusingkat mau sembuh. Kalau/jika anemiaterjadi karena perdarahan hebat butuhdikerjakan transfusi darah Peptik esofagitisDampak refluksberkepanjangan pada muntah kronik menyebabkan iritasimukosa esophagus karena asam lambung.



8. PATWAY/WOC



Factor makanan ( makanan basi, beracun, alergi makanan)



Factor infeksi ( bakteri dan virus)



Masuk kedalam tubuh



Mencapai usus halus



Menstimulus dinding usus halus



Factor malabsorbsi (karbohidra, protein,lemak)



Makanan tidak diserap oleh vili usus Infeksi usus halus



Melabsorbsi maknan dan cairan



Peningkatan isi (rongga) lumen usus



hiperperistaltik



Peningkatan percepatan kontak makanan dan air dengan mukos usus



Penyerapan makanan, air, dan elektrolit terganggu



GEA



Peningkatan tekanan osmotic dalam lomen usus



Output cairan dan eletrolit berlebihan



Dehidrasi



Reflex spasme otot dinding perut Muntah dan sering defekasi



Sirkulasi darah menurun



Merangsang hipotalamus



Intake tidak adekuat Resiko tinggi kekurangan volume cairan



Nyeri akut



B. ASUHAN KEPERAWATAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA PADA ANAK 1. PENGKAJIAN  Identitas  Umur untuk menentukan jumlah cairan yang diperlukan  Riwayat keluaraga  Keluhan utama dan keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian mual muntah  Riwayat kesehatan yang lalu ( riwayat penyakit yang sama atau penyakit lainnya yang pernah diderita oleh anggota keluarga )  Pemeriksaan fisik 1. Keadaan Umum Bagaimana keadaan klien, apakah letih, lemah atau sakit berat. 2. Tanda vital : Bagaimana suhu, nadi, pernafasan dan tekanan darah klien 3. Kepala Bagaimana kebersihan kulit kepala, rambut serta bentuk kepala, apakah ada kelainan atau lesi pada kepala 4. Wajah Bagaimana bentuk wajah, kulit wajah pucat/tidak 5. Mata Bagaimana bentuk mata, keadaan konjungtiva anemis/tidak, sclera ikterik/tidak, keadaan pupil, palpebra dan apakah ada gangguan dalam penglihatan 6. Hidung Bentuk hidung, keadaan bersih/tidak, ada/tidak sekret pada hidung serta cairan yang keluar, ada sinus/ tidak dan apakah ada gangguan dalam penciuman 7. Mulut Bentuk mulut, membran membran mukosa kering/ lembab, lidah kotor/tidak, apakah ada kemerahan/ tidak pada lidah, apakah ada gangguan dalam menelan, apakah ada kesulitan dalam berbicara. 8. Leher terjadi pembengkakan kelenjar tyroid, apakah ditemukan distensi vena jugularis. 9. Thoraks



Bagaimana bentuk dada, simetris/tidak, kaji pola pernafasan, apakah ada wheezing, apakah ada gangguan dalam pernafasan. Pemeriksaan Fisik Difokuskan Pada Pengkajian Sistem Pernafasan  Inspeksi 1. Membran mukosa- faring tamppak kemerahan 2. Tonsil tampak kemerahan dan edema 3. Tampak batuk tidak produktif 4. Tidak ada jaringan parut dan leher 5. Tidak tampak penggunaan otot-otot pernafasan tambahan, pernafasan cuping hidung



 Palpasi 1. Adanya demam 2. Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher/nyeri tekan pada nodus limfe servikalis 3. Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid  Perkusi Suara paru normal (resonance)  Auskultasi Suara nafas vesikuler/tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru. 10.Abdomen Bagaimana bentuk abdomen, turgor kulit kering/ tidak, apakah terdapat nyeri tekan pada abdomen, apakah perut terasa kembung, lakukan pemeriksaan bising usus, apakah terjadi peningkatan bising usus/tidak. 11.Genitalia Bagaimana bentuk alat kelamin, distribusi rambut kelamin ,warna rambut kelamin. Pada laki-laki lihat keadaan penis, apakah ada kelainan/tidak. Pada wanita lihat keadaan labia minora, biasanya labia minora tertutup oleh labia mayora. 12.Integumen Kaji warna kulit, integritas kulit utuh/tidak, turgor kulit kering/ tidak, apakah ada nyeri tekan pada kulit, apakah kulit teraba panas. 13.Ekstremitas atas Adakah terjadi tremor atau tidak, kelemahan fisik, nyeri otot serta kelainan bentuk. (Nursing Student, 2015)



2. DIAGNOSA  Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif  Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungandengan gangguan absorbs  Nausea berhubungan dengan iritasi gastric  ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan hypovolemia  resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan statusmetabolic  cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan 3. INTERVENSI Intervensi keperawatan dibuat berdasarkan pengkajian, diagnosis keperawatan, pernyataan keluarga, dan perencanaan , dengan merumuskan tujuan, mengidentifikasi strategi intervensi alternative dan sumber, serta menentukan prioritas, intervensi tidak bersifat rutin, acak, atau standar, tetapi dirancang bagi klien tertentu dengan siapa perawat sedang bekerja (Friedman, 2010) 4. IMPLEMENTASI Implementasi adalah suatu proses pelaksanaan terapi keperawatan yang berbentuk intervensi mandiri atau kolaborasi melalui pemanfaatan sumber-sumber yang dimiliki klien. Implementasi di prioritaskan sesuai dengan kemampuan klien dan sumber yang dimiliki klien. (Friedman, 2010). 5.



EVALUASI Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Evaluasi merupakan sekumpulan metode dan keterampilan untuk menentukan apakah program sudah sesuai dengan rencana dan tuntutan keluarga. (Ayu, 2010) Penyusunan evaluasi dengan menggunakan SOAP yang operasional, dengan pengertian S adalah ungkapan perasaan dan keluhan yang dirasakan saat implemantasi. O adaah objektif dengan pengamatan objektif perawat setelah implementasi. A merupakan analisa perawat setelah mengetahui respon subjektif dan objektif keluarga yang dibandingkan dengan kriteria dan standar mengacu pada intervensi keperawatan keuarga.



P adalah perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisa. (Kucoro Fadli,2013).